Anda di halaman 1dari 137

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE

BERBASIS HOLISTIC CARE PADA NY. M


DI PMB BIDAN IIS MINA HENDRAWATI
KABUPATEN BANDUNG
MARET – APRIL 2023

Asuhan Kebidanan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Mendapatkan Gelar Profesi Bidan (Bd)

Yosintha Dilina Wanda


0450462206184

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLITEKNIK BHAKTI ASIH PURWAKARTA
TAHUN 2023
ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE
BERBASIS HOLISTIC CARE PADA NY. M
DI PMB BIDAN IIS MINA HENDRAWATI
KABUPATEN BANDUNG
MARET – APRIL 2023

Asuhan Kebidanan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Mendapatkan Gelar Profesi Bidan (Bd)

Yosintha Dilina Wanda


0450462206184

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLITEKNIK BHAKTI ASIH PURWAKARTA
TAHUN 2023
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Asuhan Kebidanan ini Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Penguji

Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Berbasis Holistic Care

Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Politeknik Bhakti Asih Purwakarta

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Hj Leli Purnamawati, dr., M.Kes) (Dita Humaeroh., S.SiT., MKM)

Direktur

(Dr. Hj. Maimunah, S.ST., SKM., M.Kes)


HALAMAN PENGESAHAN

PANITIA SIDANG UJIAN

CONTINUITY OF CARE BERBASIS HOLISTIC CARE

POLITEKNIK BHAKTI ASIH PURWAKARTA

Asuhan Kebidanan ini telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan

panitia sidang dan di syahkan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar

Profesi Bidan di Politeknik Bhakti Asih Purwakarta

Juni Tahun 2023

Penguji I Penguji II

(Nama berikut gelar) (Nama berikut gelar)

Direktur

(Dr. Hj. Maimunah, S.ST., SKM., M.Kes)

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Penulis
Nama : Yosintha Dilina Wanda

Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 05 Maret 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Protestan

Anak ke :1

Hobby : Berenang, travelling, membaca

Motto : Kegagalan merupakan pintu belakang

Menuju kesuksesan

Alamat : Taman Cileunyi Blok 2E No.164 RT 08/22

Kec. Cileunyi, Kab. Bandung, Kode Pos.40621

Email : yosinthana70@gmail.com@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. D4 KEBIDANAN UNIVERSITAS PADJADJARAN : 2017 – 2021

2. PENDIDIKAN PROFESI BIDAN POLITEKNIK

BHAKTI ASIH PURWAKRTA : 2022 – 2023

C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. PMB BIDAN SELMA : 2022

2. PMB BIDAN IIS MINA : 2022 – SEKARANG

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Asuhan Kebidanan Contiunuty Of Care berbasis Holistic Care ini dengan baik.

Dalam menyusun Asuhan Kebidanan Contiunuty Of Care berbasis Holistic

Care ini penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan sehingga

penulis perlu mendapat bantuan dari banyak pihak sehingga laporan ini dapat

diselesaikan dengan baik, tidak lupa penulis mengucapkan terima

1. Ir. H. Bakarudin, SE., MM selaku Ketua Yayasan Adhiguna Husada

2. Dr. Hj. Maimunah, S.ST., SKM., M.Kes., selaku direktur Politeknik Bhakti

Asih Purwakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

belajar, meningkatkan ilmu pengetahuan, dan keahlian.

3. Daris Yolanda Sari., S.ST., M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Profesi Bidan Politeknik Bhakti Asih Purwakarta..

4. Lia Yulianti, Amd.Keb., S.KM., M.KM., selaku pembimbing 1 dan yang telah

banyak membantu selama penyusunan Contiunuty Of Care ini

5. Nova Rati Lova, S.ST., M.KEB., selaku pembimbing II dan yang telah

banyak membantu selama penyusunan Contiunuty Of Care ini

6. Seluruh Staf Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Politeknik Bhakti Asih

Purwakarta

7. Ny “M” dan keluarga, selaku klien yang telah memberikan bekal materi,

pengetahuan dan keterangan yang diperlukan oleh penulis didalam

pembuatan Contiunuty Of Care ini.


8. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dan dukungan satu sama

lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam penyelesaian Contiunuty

Of Care ini.

Penulis berharap semoga Contiunuty Of Care ini bermanfaat untuk kita

semua yang terlibat dalam penulisan Contiunuty Of Care.

Bandung, Mei 2023

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI i


……………………………….

HALAMAN PERSETUJUAN ….……………………………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………..... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………. iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. v

DAFTAR ISI ………………………………………………………………....... vi

DAFTAR TABEL …………………………………………………………....... ix

DAFTAR GAMBAR ..………………………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1

B. Tujuan ………………………………………………………………… 7

C. Ruang Lingkup ………….…………………………………………….. 8

D. Manfaat ………………………………………………………………. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Kehamilan

1. Konsep Dasar Kehamilan …………………………………………. 11

2. Konsep Asuhan ……………………………………………………. 28

3. Teori Dan Pendokumentasian …………………………………….. 35

b. Persalinan

1. Konsep Dasar Persalinan ………………………………………….. 44

2. Konsep Asuhan ……………………………………………………. 51

3. Teori Manajemen dan Pendokumentasian ………………………... 66

c. Nifas

1. Konsep Dasar Nifas ……………………………………………….. 69


2. Konsep Asuhan ……………………………………………………. 72

3. Teori Manajemen dan Pendokumentasian ………………………... 86

d. Bayi Baru Lahir

1. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir (BBL) ……………………………. 89

2. Konsep Asuhan ……………………………………………………. 91

3. Teori Manajemen dan Pendokumentasian ………………………... 98

e. Holistic Care ………………………………………………………….. 99

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Kehamilan ……………………………………………………………. 106

B. Persalinan …………………………………………………………….. 117

C. Nifas ………………………………………………………………….. 131

D. Bayi Baru Lahir ………………………………………………………. 141

BAB IV Pembahasan
147
A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil ……………………………………
150
B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin …………………………………
155
C. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas …………………………………….
157
D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir ..……………………………

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 160

B. Saran …………………………………………………………………… 162

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil ………………………………. 17

Tabel 2.2 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal ……………………. 53

Tabel 2.3 Proses Involusi Uterus ……………………………………… 81


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir merupakan proses

fisiologis dan berkesinambungan. Proses tersebut dapat menimbulkan

suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat

menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kehamilan, persalinan, nifas dan

bayi baru lahir harus ditangani oleh petugas kesehatan yang berwenang

demi kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi (Yulianingtiyas, 2014).

Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama

masa kehamilan, persalinan dan nifas atau pengelolaannya disetiap

100.000 kelahiran hidup, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti

kecelakaan atau terjatuh. AKI bisa di jadikan indikator keberhasilan upaya

kesehatan ibu (Kemenkes RI, 2017).

Angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) adalah jumlah

kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mencerminkan

risiko obstetrik yang dihadapi oleh seorang ibu sewaktu ia hamil

(Saifuddin, dkk, 2010). Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung

dan tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat

komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas, dan segala intervensi

atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Contoh kematian

langsung diantaranya perdarahan, eklampsia, komplikasi aborsi, partus

macet dan sepsis. Sedangkan kematian ibu tidak langsung merupakan


akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu

kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria,

anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardiovaskuler (Saifuddin, dkk, 2015).

Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Angka

Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2015 mencapai 305 per 100.000

KH. Sedangkan menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2017

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2017 sebanyak 4.924

kasus, di Jawa Barat sebanyak 695 kasus.

Sedangkan Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) adalah

jumlah kematian bayi dibawah usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup.

Angka ini merupakan indikator yang sensitif terhadap upaya pelayanan

kesehatan terutama yang berhubungan dengan bayi baru lahir perinatal dan

neonatal (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2015).

Penyebabnya kematian bayi ada dua macam yaitu dalam

kandungan dan luar kandungan. Kematian bayi dalam kandungan adalah

kematian bayi yang dibawa oleh bayi sejak lahir seperti asfiksia.

Sedangkan kematian bayi luar kandungan disebabkan oleh faktor-faktor

yang berkaitan dengan pengaruh dari luar (Vivian, 2014). Menurut WHO

(2003), Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebagian besar terkait

dengan faktor nutrisi yaitu 53%. Adapun beberapa penyakit yang timbul

akibat malnutrisi antara lain pneumonia (20%), diare (15%), dan perinatal

(23%) (Kemenkes RI 2013, Mutiara dan Ahmad 2014).

2
Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada

tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 22,23 per

1000 KH. Sedangkan menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun

2017 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tahun 2017 sebanyak

27.828 kasus, di Jawa Barat sebanyak 3.243 kasus.

Kematian ibu dan bayi tersebut sebenarnya dapat dicegah. Salah

satu upaya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi, program tersebut

adalah Safe Motherhood Initiative (SMI). Safe Motherhood Initiative

merupakan program hasil pertemuan yang diselenggarakan di Nairobi

Kenya pada tahun 1987. Upaya ini dilandasi intervensi determinan antara

dan determinan jauh dikenal sebagai 4 pilar upaya Safe Motherhood

diantaranya keluarga berencana, asuhan antenatal, persalinan bersih dan

aman, pelayanan obstetri esensial. Keempat intervensi strategik ini harus

disediakan melalui pelayanan kesehatan primer yang bertumpu pada

fondasi keadilan bagi seluruh perempuan (Saifuddin, dkk, 2015).

Primary Health Care (WHO, 1978) merupakan pelayanan

kesehatan dasar yang esensial, praktis, ilmiah, dengan metode dan

teknologi sederhana, dapat diterima oleh masyarakat dengan 5 prinsip

dasar yakni: (1) pemerataan upaya kesehatan, (2) penekanan pada upaya

pencegahan, (3) penggunaan teknologi tepat guna, (4) peran serta

masyarakat dengan semangat kemandirian, (5) kerja sama lintas-sektor

(Saifuddin, dkk, 2015). Program ini mendorong tenaga kesehatan

khususnya Bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif.

3
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang

dilakukan secara menyeluruh dimulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, bayi

baru lahir dan keluarga berencana.

Dengan adanya asuhan kebidanan komprehensif maka diharapkan

dapat memberikan asuhan secara berkesinambungan pada ibu hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana. Pemberian asuhan

kebidanan tersebut diharapkan dapat memberikan kepastian bahwa seluruh

proses yang dialami mulai kehamilan sampai melakukan KB akan berjalan

lancar dan tanpa komplikasi atau masalah apapun.

Berdasarkan uraian di atas penulis sebagai calon bidan merasa

perlu untuk melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif salah satunya

dengan judul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan (Continuty Of Care) pada

Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Neonatus di BPM Bidan Iis Mina Hendrawati

Kabupaten Bandung”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan Asuhan kebidanan berkelanjutan

(Continuty Of Care) pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir

dan keluarga berencana.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan asuhan kebidanan kehamilan fisiologis secara

holistik.

4
b. Mampu melakukan asuhan kebidanan persalinan fisiologis secara

holistik.

c. Mampu melakukan asuhan kebidanan nifas fisiologis secara

holistik.

d. Mampu melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis

secara holistik.

e. Mampu melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana fisiologis

secara holistik.

f. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan

berkelanjutan (Continuty Of Care) pada kehamilan, persalinan,

nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.

C. Manfaat

1. Bagi Lahan Praktik

Dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktik dalam rangka

meningkatkan kualitas pelayanan dan pelaksanaan asuhan kebidanan

komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB

secara intensif dan berkesinambungan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber referensi, sumber bacaan dan bahan pengajaran

terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB demi pengembangan ilmu

dan studi kepustakaan khususnya masalah kebidanan sehingga

diharapkan lulusannya terampil dalam mengatasi masalah tersebut.

5
3. Bagi Klien dan Masyarakat

Diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan informasi bagi

masyarakat mengenai pentingnya asuhan yang dilakukan pada masa

hamil, bersalin, nifas dan perawatan bayi baru lahir sehingga jika ada

komplikasi dapat diketahui sejak dini.

6
7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kebidanan Komprehensif

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang

diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas sampai pada

bayi baru lahir. Tujuan dari asuhan kebidanan ini dilakukan agar dapat

mengetahui hal apa saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil,

bersalin, nifas sampai dengan bayi yang dilahirkannya serta melatih dalam

melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat, antisipasi

masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan segera, melakukan

perencanaan dan tindakan sesuai kebutuhan ibu, serta mampu melakukan

evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan (Varney, 2011).

B. Konsep Dasar Asuhan dan Teori

1. Konsep Dasar Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dan tidak

lebih dari 300 hari (43 minggu) di hitung dari hari pertama haid

terakhir (Ai Yeyeh, dkk, 2009).


Pembagian kehamilan dibagi dalam 3 trimester yaitu (1) trimester

pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu), (2)

trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-28 minggu),

trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (29-42 minggu) (Ai

yeyeh dkk, 2009).

a. Perubahan fisiologis pada kehamilan

Kehamilan menyebabkan perubahan fisik dan psikologis dari ibu,

serta perubahan sosial di dalam keluarga dalam menyambut anggota

keluarga baru.

1) Perubahan pada ibu hamil

a) Trimester pertama

Tanda-tanda fisik yang kadang dapat terjadi pada ibu

adalah perdarahan sedikit (spotting) sekitar 11 hari setelah

konsepsi, yakni saat embrio melekat pada lapisan uterus. Selain

itu, perubahan fisik pada ibu hamil adalah nyeri dan pembesaran

payudara, kadang diikuti dengan rasa lelah dan sering kencing.

Gejala ini akan dialami sampai 3 bulan berikutnya. Morning

sickness berupa mual dan muntah biasanya dimulai sekitar 8

minggu dan mungkin berakhir sampai 12 minggu kehamilan.

Setelah 12 minggu, pertumbuhan janin di dalam uterus dapat

dirasakan oleh ibu di atas simpisis pubis. Ibu akan mengalami

kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg selama kehamilan trimester

pertama.

8
b) Trimester kedua

Uterus akan terus membesar. Setelah 16 minggu, uterus

biasanya berada pada pertengahan antara simpisis pubis dengan

pusat. Berat badan ibu bertambah sekitar 0,4-0,5 kg/minggu dan

ibu akan mempunyai banyak energi. Diperkirakan selama

kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg (Saifuddin, dkk,

2010). Pada saat 20 minggu kehamilan, fundus uteri berada dekat

dengan pusat (2-3 jari di bawah pusat). Payudara mulai

mengeluarkan kolostrum. Ibu mulai merasakan gerakan janin.

Tampak perubahan kulit yang normal, berupa chloasma, linea

nigra, dan striae gravidarum.

c) Trimester ketiga

Pembesaran uterus semakin bertambah. Pada minggu ke 28,

fundus uteri berada pada 3 jari di atas pusat. Pada minggu ke 32,

fundus uteri berada pada pertengahan pusat dan processus

xyphoideus (px). Payudara terasa penuh dan lunak, serta sering

kencing. Sekitar minggu ke 38, janin mulai masuk kedalam rongga

panggul. Sakit punggung dan sering kencing meningkat akibat

tekanan uterus terhadap kandung kencing. Tidur mungkin menjadi

sulit. Terasa kontraksi braxton hicks (his palsu) yang meningkat.

b. Ketidaknyamanan pada kehamilan

9
1) Keetidaknyamanan pada trimester I

a) Mual muntah

b) Hipersaliva

c) Pusing

d) Mudah lelah

e) Penigkatan frekuensi berkemih

f) Konstipasi

g) Heartburn

2) Ketidaknyamanan pada trimester II

a) Pusing

b) Sering berkemih

c) Nyeri perut bawah

d) Nyeri punggung

e) Flek kehitaman pada wajah dan sikatri

f) Sekret vagina berlebih

g) Konstipasi

h) Penambahan berat badan

i) Pergerakan janin

j) Perubahan psikologis

3) Ketidaknyamanan pada trimester III

a) Sering berkemih

Peningkatan frekuensi berkemih disebabkan oleh tekanan

uterus karena turunnya bagian terbawah janin sehingga

10
kandung kemih tertekan, kapasitas kandung kemih berkurang

dan mengakibatkan frekuensi berkemih meningkat (Manuaba,

2010).

Cara mengatasi :

(1) Ibu hamil disarankan untuk tidak minum saat 2-3 jam

sebelum tidur

(2) Kosongkan kandung kemih sesaat sebelum tidur

(3) Agar kebutuhan air pada ibu hamil terpenuhi sebaiknya

minum lebih banyak pada siang hari

b) Pegal-pegal

Cara mengatasi :

(1) Sempatkan untuk berolahraga atau semam hamil

(2) Mengkonsumsi susu dan makanan yang kaya kalsium

(3) Jangan berdiri, duduk atau jongkok terlalu lama

c) Hemoroid

d) Kram dan nyeri pada kaki

Terjadi karena asupan kalsium tidak adekuat atau

ketidakseimbangan rasio dan fosfor. Selain itu uterus yang

membesar memberi tekanan pembuluh darah panggul

sehingga mengganggu sirkulasi atau pada saraf yang melewati

foramen doturator dalam perjalanan menuju ekstrimitas

bawah.

Cara mengatasi :

11
(1) Pada saat tidur, jari kaki ditegakkan sejajar dengan tumit

untuk mencegah kram mendadak.

(2) Lemaskan bagian yang kram dengan cara mengurut

(3) Meningkatkan asupan air putih

(4) Melakukan senam ringan

(5) Istirahat cukup

e) Gangguan pernafasan

Sesak nafas terjadi pada trimester III karena pembesaran

uterus yang menekan diafragma. Selain itu diafragma

mengalami elevasi kurang lebih 4 cm selama kehamilan

f) Oedema

Terjadi karena gangguan sirkulasi vena dan peningkatan

tekanan vena pada ekstrimitas bawah karena tekanan uterus

membesar pada vena panggul pada saat duduk atau berdiri dan

pada vena cava inferior saat tidur terlentang. Edema pada kaki

yang menggantung terlihat pada pergelangan kaki dan harus

dibedakan dengan edema karena preeklamsi.

Cara mengatasi :

(1) Meninggikan periode istirahat dan berbaring dengan

posisi miring kiri

(2) Meninggikan kaki bila duduk

(3) Meningkatkan asupan protein

12
(4) Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas sehari untuk

membantu diuresis natural

(5) Menganjurkan pada ibu untuk cukup berolahraga atau

senam hamil

g) Perubahan libido

c. Tanda Bahaya Kehamilan

1) Muntah terus dan tidak mau makan

2) Demam tinggi

3) Bengkak kaki, tangan, wajah, atau sakit kepala disertai kejang

4) Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya

5) Perdarahan pada hamil muda dan hamil tua

6) Air ketuban keluar sebelum waktunya

7) Demam, menggigil dan berkeringat. Bila ibu berada di daerah

endemis malaria, menunjukkan adanya gejala penyakit malaria

8) Terasa sakit pada saat kencing atau keluar keputihan disertai gatal-

gatal di daerah kemaluan

9) Batuk lama lebih dari 2 minggu

10) Jantung berdebar-debar atau nyeri di dada

11) Diare berulang

12) Sulit tidur dan cemas berlebihan (Kemenkes RI, 2015).

d. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Menurut WHO, program antenatal care (ANC) pada tahun 2002

yaitu kunjungan antenatal care dilakukan 4 kali terdiri dari kunjungan

13
pertama pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu, kedua pada

umur kehamilan ± 26 minggu, ketiga pada umur kehamilan ± 32

minggu dan keempat pada umur kehamilan ± 38 minggu.

Program ini mengalami perkembangan pada tahun 2016,

kunjungan pemeriksaan kehamilan dengan standar 8 kali kunjungan

sebagai upaya menurunkan angka kematian perinatal dan kualitas

perawatan pada ibu. 8 kali kunjungan antenatal care ditetapkan

berdsarkan riset dan meliputi kontak pertama dengan petugas

kesehatan pada umur kehamilan ± 12 minggu, kedua pada umur

kehamilan ± 20 minggu, kontak ketiga pada umur kehamilan ± 26

minggu, kontak ke empat umur kehamilan ± 30 minggu, kontak ke

lima umur kehamilan ± 34 minggu, kontak ke enam umur kehamilan

± 36 minggu, kontak ke tujuh umur kehamilan ± 38 minggu dan

kontak ke delapan pada umur kehamilan 40 minggu (WHO, 2016).

2. Konsep Asuhan Kehamilan

a. Pengertian

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian pemantauan rutin selama kehamilan

(Saifuddin, 2013).

b. Tujuan

1) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas

kesehatan

14
2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi

yang dikandungnya

3) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan

kehamilannya

4) Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi

5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam

menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi

6) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang

akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang

dikandungnya (Saifuddin, 2013).

c. Standar Minimal Asuhan Kehamilan

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2) Ukur tekanan darah

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4) Ukur tinggi fundus uteri

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6) Skrinning status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.

15
Tabel 2.3

Waktu Imunisasi Tetanus Toxoid (Kemenkes RI, 2013)

Imunisasi Selang waktu minimal


Langkah Perlindungan
TT pemberian imunisasi

Langkah awal pembentukan

TT 1 kekebalan tubuh terhadap

penyakit Tetanus

TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun

TT 5 12 bulan setelah TT 4 ≥ 25 tahun

7) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8) Test laboratorium (rutin dan khusus)

9) Tatalaksana kasus

10) Temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pascapersalinan

(Kemenkes RI, 2015).

d. Pemeriksaan Ibu Hamil

1) Anamnesa

a) Anamnesa identitas istri dan suami: nama, umur, agama,

pekerjaan, alamat, dan sebagainya

16
b) Anamnesa umum:

(1) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi,

defekasi, perkawinan, dan sebagainya.

(2) Tentang haid, kapan haid terakhir (HT). Bila hari pertama

haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran

persalinan memakai rumus Naegele: hari + 7, bulan – 3, dan

tahun + 1

(3) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan

ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.

2) Inspeksi dan pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik, meliputi : tekanan darah,

nadi, suhu, pernapasan jantung, paru-paru dan sebagainya.

3) Perkusi

Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada indikasi.

4) Palpasi

Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit

lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah

kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi

bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi

perut menentukan ; Besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian

janin, letak, presentasi, gerakan janin, kontraksi rahim Braxton

Hicks dan His.

17
Manuver palpasi menurut Leopold.

a) Leopold I

(1) Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil

(2) Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin di fundus

(3) Konsistensi uterus

b) Leopold II

(1) Menentukan batas samping rahim kanan-kiri

(2) Menentukan letak punggung janin

(3) Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin

c) Leopold III

(1) Menentukan bagian terbawah janin

(2) Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih

goyang

d) Leopold IV

(1) Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil.

(3) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan

seberapa jauh sudah masuk pintu atas panggul

5) Auskultasi

Digunakan stetoskop monoaural (stetoskop obstetrik) untuk

mendengarkan denyut jantung janin. Yang dapat kita dengarkan

adalah:

a) Dari janin:

18
(1) DJJ pada bulan ke 4-5

(2) Bising tali pusat

(3) Gerakan dan tendangan janin

b) Dari ibu:

(1) Bising rahim

(2) Bising aorta

(3) Peristaltik usus

6) Pemeriksaan Laboratorium

Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya sekurang-

kurangnya 2x selama kehamilan, sekali pada permulaan dan sekali

pada akhir kehamilan (Mochtar,2013).

7) Ultrasonografi

Dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen, USG tidak berbahaya

untuk janin, karena memakai prinsip sonar (bunyi). Jadi boleh

dipergunakan pada kehamilan muda. Pada layar dapat dilihat letak,

gerakan, dan gerakan jantung janin (Mochtar, 2013).

8) Gymball/Brith Ball

Gym ball /Birth Ball selama kehamilan akan merangsang reflex postural

dan menjaga otot-otot yang mendukung tulang belakang. Teknik dan cara

pemanfaatan birth ball diawali dengan gerakan duduk diatas bola dengan

melakukan gerakan panggul ke samping kanan dan kiri kemudian maju

mundur dan memutar minimal sebanyak 2x 8 hitungan. Setelah itu

dilanjutkan dengan gerakan berdiri bersandar di atas bola , kemudian

berlutut dan bersandar di atas bola dan gerakan jongkok bersandar pada

19
bola yang masing-masing gerakan dilakukan selama 5-10 menit menit.

Salah satu gerakan latihan Gym ball /Birth Ball berupa duduk di atas bola

dengan menggoyangkan panggul dinilai mampu memberikan

kenyamanan pada punggung bagian bawah.

9) Pijat Oksitosin

Pada penelitian ini setiap ibu inpartu diberikan tindakan pijat

oksitosin pada punggung selama 15 menit pada kala 1 fase laten.

Pemberian pijat oksitosin memberikan refleks nyaman pada ibu

inpartu sehingga proses kontraksi padakala 1 fase aktif dapat

bekerja secara baik karena tepatnya rangsangan yang

diberikan.Terapi pijat oksitosin merupakan tindakan mandiri,

yang dilakukan olehperawat dan bisa juga dilakukan oleh keluarga

pasien. Perawat melakukan pemijatan pada tulang punggung yang

dilakukan selama 15 menit pada kala 1 fase laten. Dengan

dilakukan pijat oksitosin pada punggung ibu memberikan

kenyamanan pada ibu. Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan

teori, dengan melakukan pemijatan pada sepanjang tulang belakang

(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dapat merangsang

refleks oksitosin atau rangsangan pada tulang belakang,

neurotransmiter akan merangsang medula oblongata langsung

mengirim pesan ke hypotalamus menuju hipofisis posterior, dan

mengeluarkan hormon oksitosin menginduksi kontraksi uterus.

Selain merangsang pelepasan hormon oksitosin pada uterus pijat

oksitosin juga dapat memberikan kenyamanan pada ibu, dapat

20
memperlancar proses persalinan dan mempercepat proses involusio

uterus(Indiarti, 2009). Berdasarkan hasil penelitian dapat di analisis

sesuai dengan teoriPijat oksitosin merupakan suatu tindakan

pemijatan tulang belakang mulai dari costa ke 5-6 sampai scapula

akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan

perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar dan

menyebabkan otot polos uterus berkontraksi dengan baik. Dengan

pijatan diotot tulang belakang ini akan merileksasi ketegangan dan

menghilangkan stress, oleh sebab itu akan melancarkan

prosespengeluaran hormon oksitosin menuju ke uterus (Sarli,

2015).

SOP (Standar Operasional Prosedur) Pijat Oksitosin

Pengertian Memfasilitasi pengeluaran ASI dengan merangsang hormon


oksitosin melalui pijatan di bagian punggung

Tujuan untuk merangsang refleks oksitosin

Manfaat 1. Merangsang pelelpasan hormon oksitosin


2. Meningkatkan produksi ASI
3. Memberikan rasa nyaman dan rileks pada ibu

Alat – alat yang 1. Kursi dan meja


digunakan 2. Dua buah handuk besar bersih
3. Dua buah washlap
4. Air hangat dan air dingin dalam baskom
5. Minyak zaitun atau minyak kelapa

21
Prosedur Fase Orientasi

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menanyakan kesiapan dan kontrak

waktu Fase Kerja

1. Mencuci tangan
2. Meminta ibu untuk melelpaskan pakaian bagian atas
3. Memposisikan ibu duduk di kursi dan membungkuk dengan
memeluk bantal atau dapat menopang diatas lengan pada meja
4. Memasang handuk diatas pangkuan ibu, biarkan payudara
bebas tanpa bra
5. Melumuri telapak tangan dengan minyak
6. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepalan tangan dan ibu jari menunjuk ke arah
depan
7. Menekan kedua ibu jari pada kedua sisi tulang belakang dengan
memebentuk gerakan memutar kecil
8. Pada saat bersamaan, pijat kedua sisi tulang belakang kearah
bawah leher dari leher kearah tulang belikat selama 3-5 menit
9. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
10. Memebersihkan punggung ibu dengan washlap air hangat
11. Merapikan pasien dan alat.

Fase Terminasi

1. Evaluasi respon pasien


2. Mencuci tangan
3. Dokumentasi

Sumber : Tim Pokja Pedoman SPO Keperawatan DPP PPNI 2021

C. Persalinan

1. Konsep Dasar Persalinan

a. Definisi

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau

uri) yang telah cukup bulan (37-42 minggu) atau hidup di luar

kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan

bantuan atau tanpa bantuan dengan presentasi belakang kepala

22
yang berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik pada

ibu maupun pada janin (Machmudah 2010, Dwi lestari 2015).

Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan

sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam

penyulit yang menyebabkan ibu dan janinnya meninggal sehingga

memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan

fasilitas yang memadai (Manuaba 2009, Dwi lestari 2015).

b. Teori-teori yang berhubungan dengan proses persalinan

1) Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu. Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi

kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

2) Teori penurunan progesteron

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya

estrogen meningkatkan kontraksi otot rahim. Selama

kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron

dan estrogen didalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar

progesteron menurun sehingga timbul his (Ai Yeyeh, dkk,

2009).

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga

pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi

progesterone mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih

23
sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai

berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone

tertentu.

3) Teori oksitosin internal

a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars

posterior.

b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat

mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton Hicks.

c) Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya usia

kehamilan menyebabkan oksitosin meningkat aktivitas

sehingga persalinan dimulai.

4) Teori prostaglandin

a) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur

kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.

b) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan

kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat

dikeluarkan.

c) Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya

persalinan (Manuaba, 2010).

2. Konsep Asuhan Persalinan

a. Tanda-tanda permulaan persalinan

24
Sebelum terjadinya persalinan, sebenarnya beberapa minggu

sebelum wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau

“harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory of labor).

Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut:

1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.

Pada multipara tidak begitu kentara.

2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3) Perasaan sering kencing atau susah kencing (polakisuria)

karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

4) Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false

labor pains”.

5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya

bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Mochtar,

2013).

b. Tanda-tanda Inpartu

1) Rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat, sering, dan

teratur.

2) Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih

banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.

3) Kadang- kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

25
4) Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan

telah ada (Mochtar, 2013).

c. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan

1) Kekuatan mendorong janin keluar (power):

a) His (kontraksi uterus)

b) Kontraksi otot-otot dinding perut

c) Kontraksi diafragma

d) Dan ligmentous action terutama ligament rotundum

2) Faktor janin (passanger)

3) Faktor jalan lahir (passage) (Mochtar, 2013).

d. Tahapan persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka

dari 0 sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala

II disebut juga dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his

dan kekuatan mengedan, janin di dorong keluar sampai lahir.

Dalam kala III atau disebut juga kala uri, plasenta terlepas dari

dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta

sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi apakah

terjadi perdarahan post partum. (Rohani dkk, 2011),

1) Kala I (Pembukaan)

Kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang

ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan

menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai

26
pembukaan lengkap (Ai Yeyeh dkk, 2009). Lama kala 1 pada

primigravida berlangsung sekitar 12 jam dan pada

multigravida berlangsung sekitar 8 jam (Rohani, dkk, 2011).

Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu (1) Fase

laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai

sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,

berlangsung dalam 7-8 jam, (2) Fase aktif, Berlangsung selama

6 jam dan dibagi dalam 3 subfase, periode akselerasi

berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm, periode

dilatasi maksimal berlangsung selama 2 jam, pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm, periode deselerasi

berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau

lengkap (Sulistyowati, 2010). Tabel berikut menguraikan

frekuensi minimal penilaian dan intervensi. Jika ibu

menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau perubahan kondisi,

penilaian harus dilakukan lebih sering.

27
Tabel 2.4

Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi dalam Persalinan

Normal (Kemenkes RI, 2013)

Parameter Frekuensi Pada Frekuensi Pada

Fase Laten Fase Aktif

Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam

Nadi Setiap 30-60 Setiap 30-60 menit

menit

Denyut jantung Setiap 1 jam Setiap 30 menit

janin

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Pembukaan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*

serviks

Penurunan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*

28
Warna cairan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*

amnion

*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam

2) Kala II

Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara

berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam (Rohani

dkk, 2011).

a) Mengenali tanda dan gejala kala II

(1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

(2) Ibu merasa tekanan yang semakin kuat pada rektum

dan vaginanya

(3) Perineum menonjol dan menipis

(4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

b) Menyiapkan pertolongan persalinan memastikan

pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

(1) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-

obatan esensial

29
(2) Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang

bersih, sepatu tertutup kedap air, tutup kepala,

masker, dan kacamata

(3) Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu

cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

kemudian keringkan dengan handuk atau tisu kering

(4) Pakai sarung tangan steril atau DTT untuk

pemeriksaan dalam

(5) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi

dengan oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit

tersebut di partus set/wadah DTT atau steril tanpa

mnegkontaminasi spuit

c) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

bimbingan meneran

(1) Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke

belakang dengan kapas atau kasa yang dibasahi air

DTT

(2) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan

bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan

amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan

syarat; kepala sudah masuk panggul dan tali pusat

tidak teraba

30
(3) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%,kemudian lepaskan sarung tangan

dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan

setelahnya

(4) Periksa denyut jantung janin segera setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas

normal (120-160 kali/menit). Ambil tindakan yang

sesuai jika DJJ tidak normal.

d) Menyiapkan pertolongan kelahiran bayi

(1) Beri tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik

(2) Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

untuk meneran

(3) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran

(4) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum

merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

e) Membantu lahirnya kepala

(1) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

31
kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain

menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi

dan membantu lahirnya kepala

(2) Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi.

(a) Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat

longgar, selipkan tali pusat melalui kepala bayi

(b) Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat

diklem pada dua tempat kemudian digunting

diantara kedua klem tersebut, sambil melindungi

leher bayi.

(3) Tunggu hinga kepala bayi melakukan putaran paksi

luar secara spontan

f) Membantu lahirnya bahu, badan dan tungkai

(1) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang

secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi

(2) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di

bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala,

lengan dan siku sebelah bawah

(3) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan

penelusuran tangan yang berada di atas ke punggung,

bokong, tungkai dan kaki bayi

32
g) Penanganan bayi baru lahir

(1) Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga

pertanyaan berikut untuk menilai apakah ada asfiksia

bayi;

(c) Apakah kehamilan cukup bulan?

(d) Apakah bayi menangis kuat atau bernapas/ tidak

megap megap?

(e) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

(2) Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen

bayi baru lahir normal

(3) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada

bayi lain dalam uterus (hamil tunggal)

3) Kala III

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses

biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (Rohani

dkk, 2011). Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan

dengan memperhatikan tanda-tanda :

a) Uterus menjadi bundar.

b) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim.

c) Tali pusat bertambah panjang.

d) Terjadi perdarahan.

33
4) Kala IV

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah proses tersebut (Rohani dkk, 2011).

Kala IV dimulai dari plasenta lahir sampai 2 jam post partum

yang merupakan waktu kritis bagi ibu dan bayi, maka dari itu

dilakukan pemeriksaan setiap 15 menit pada jam pertama dan

setiap 30 menit pada jam kedua. Pemeriksaan yang dilakukan

yaitu pemeriksaan tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, jumlah

perdarahan, kandung kemih, dan tanda-tanda vital. (Saifuddin,

2013).

D. Nifas

1. Konsep Dasar Nifas

a. Definisi

Masa nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama

sekitar 6 minggu setelah persalinan (Saifuddin, dkk, 2010).

b. Perubahan-perubahan fisiologi pada masa nifas

Menurut Saleha, 2009, selama masa nifas terdapat perubahan fisik

pada ibu diantaranya:

1) Uterus

34
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir

uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan

retraksi otot-ototnya. Setelah hamil fundus uteri ± 3 jari

dibawah pusat.

After paint merupakan mules-mules pada perut yang

disebabkan karena kontraksi rahim dan biasanya berlangsung

selama 2-4 hari post partum. (Varney, 2007). Cara yang efektif

untuk mengurangi afterpain adalah dengan mengosongkan

kandung kemih yang penuh yang mennyebabkan kontraksi

uterus tidak optimal.

2) Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri

dan vagina selama masa nifas, lochea terbagi menjadi 4 jenis

yaitu:

a) Lochea Rubra : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban,

sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.

Lochea ini akan keluar selama 2 sampai 3 hari postpartum.

b) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi

darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.

c) Lochea Serosa : berwarna merah jambu kemudian menjadi

kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca

persalinan.

35
d) Lochea Alba : cairan berwarna putih yang keluar setelah 2

minggu, terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

3) Endometrium

Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat

implantasi plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium

setebal 12,5 mm akibat pelepasan desidua dan selaput janin.

4) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak seperti corong

berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang-kadang

terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan

masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui

oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

5) Vagina

Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang

sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul

kembali pada minggu ketiga. Hymen tampak sebagai tonjolan

jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah

menjadi kurunkulae mitiformis yang khas bagi wanita

multipara.

6) Payudara

36
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi

terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua

mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut :

a) Produksi susu

b) Sekresi susu atau let down

Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara

tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan

makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika

hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk

menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan

prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah

melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa

dirasakan.

7) Sistem pencernaan

Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap

makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting

untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa

ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena

meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi

yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada

ibu dalam masa laktasi (Saleha, 2009).

c. Perubahan psikologi ibu masa nifas

1) Fase taking in

37
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada

dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses

persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.

2) Fase taking hold

Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari

setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir

akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam

merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif

sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.

Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan

kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai

penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu

nifas.

3) Fase letting go

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab

akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari

setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri

dengan ketergantungan bayinya.

d. Tahapan masa nifas

1) Puerperium dini: Masa pemulihan, yakni saat-saat ibu

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

38
2) Puerperium intermedial: Masa pemulihan menyeluruh dari

organ-organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.

3) Remote puerperium: Waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau

bersalin mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat

sempurna bisa cepat bila kondisi sehat prima, atau bisa juga

berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan, bila ada

gangguan-gangguan kesehatan lainnya (Suherni, 2008).

2. Konsep Asuhan Nifas

a. Definisi

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali untuk

menilai status ibu dan BBL juga untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas

(Saifuddin, 2013).

Tabel 2.5

Frekuensi Kunjungan Nifas (Depkes RI, 2009)

Kunjungan Tujuan

Kunjungan 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena

Pertama atonia uteri.

dilakukan 6-8 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain

jam setelah perdarahan; rujuk jika perdarahan

39
persalinan berlanjut.

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah

satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

4. Pemberian ASI awal.

5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir.

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia.

7. Jika petugas kesehatan menolong

persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan

bayi baru lahir untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi

dalam keadaan stabil.

Kunjungan 1. Memastikan involusi uterus berjalan

Kedua normal: uterus berkontraksi dengan baik,

dilakukan 6 fundus di bawah umbilicus, tidak ada

hari setelah perdarahan abnormal

persalinan 2. Menilai adanya tanda-tanda demam

3. Memastikan ibu mendapatkan cukup

40
makanan, cairan dan istirahat

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik

dan tidak memperlihatkan tanda-tanda

penyulit

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

Kunjungan Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)

Ketiga

dilakukan 2

minggu

setelah

persalinan

Kunjungan 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-

Keempat penyulit yang ia atau bayi alami

dilakukan 6 2. Memberikan konseling untuk KB secara

minggu dini

setelah

persalinan

b. Tanda Bahaya Nifas

1) Perdarahan pervaginam

2) Pengeluaran darah dan cairan yang berbau busuk

3) Infeksi masa nifas

41
4) Sakit kepala terus menerus

5) Nyeri epigastrik

6) Penglihatan kabur

7) Demam

8) Muntah

9) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, bengkak,

terasa sakit

10) Kehilangan nafsu makan pada waktu yang lama

11) Rasa sakit, merah, bengkak pada kaki/betis

12) Merasa sedih atau merasa tidak mampu mengasuh sendiri

bayinya dan diri sendiri (Kemenkes RI, 2015).

c. Pemberian Vitamin A dan tablet Fe pada masa nifas

Vitamin A perlu diberikan dan penting bagi ibu selama

dalam masa nifas. Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas

dapat menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI,

sehingga pemberian Vitamin A (400.000 unit) pada ibu nifas

sangatlah penting, selain bermamfaat bagi ibu, kapsul

vitamin A juga bermanfaat pada bayi karena pada masa nifas

ibu menyusui bayinya, sehingga secara tidak langsung

bayipun juga memperolehnya (Aroni, 2012).

Ibu nifas harus diberikan kapsul Vitamin A dosis tinggi

karena:

42
1) Pemberian 1 kapsul Vitamin A merah cukup untuk

meningkatkan kandungan Vitamin A dalam ASI selama 60

hari, 2) Pemberian 2 kapsul Vitamin A merah diharapkan

cukup menambah kandungan Vitamin A dalam ASI sampai

bayi berusia 6 bulan, 3) Kesehatan ibu cepat pulih setelah

melahirkan (Depkes, 2009).

Kapsul Vitamin A merah (200.000 SI) diberikan pada

masa nifas sebanyak 2 kali yaitu 1 kapsul Vitamin A diminum

segera setelah saat persalinan, 1 kapsul Vitamin A kedua

diminum 24 jam sesudah pemberian kapsul pertama. Tenaga

yang memberikan suplementasi Vitamin A untuk ibu nifas yaitu

Tenaga kesehatan dan kader (telah mendapat penjelasan terlebih

dahulu dari petugas kesehatan) (Depkes, 2009).

Pelaksanaan pemberian vitamin A pada ibu nifas

bersamaaan dengan pemberian imunisasi hepatitis B kepada

bayi umur 0-7 hari pada kunjungan neonatal (KN1). Apabila

kapsul vitamin A tidak diberikan pada KN 1, maka dapat

diberikan pada kunjungan KN 2 (3-7 hari) atau pada KN 3 (8-28

hari) (Depkes, 2009). Ibu post partum hendaknya mengkonsumsi

tablet Fe selama 42 hari setelah melahirkan, untuk mencegah

terjadinya anemia pada masa post partum. Tidak hanya tablet Fe,

perbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti :

43
daging merah, hati, keju ikan, sayuran berwarna hijau tua, dan

kacang-kacangan.

d. Tujuan Asuhan Nifas

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun

psikologis.

2) Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk apabila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,

imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.

4) Memberikan pelayanan KB (Saleha, 2009).

E. Bayi Baru Lahir

1. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

a. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan

berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat

bawaan (Ai Yeyeh, dkk, 2010).

b. Tanda-tanda bayi baru lahir normal

44
1) Berat badan 2500-4000 gram

2) Panjang badan 48-52 cm

3) Lingkar dada 30-38 cm

4) Lingkar kepala 33-35 cm

5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit

6) Pernafasan 40-60 kali/menit

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan

cukup

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna

9) Kuku agak panjang dan lemas

10) Genitalia; perempuan : labia mayora sudah menutupi labia

minora, laki-laki: testis sudah turun, skrotum sudah ada

11) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12) Reflek moro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13) Reflek graps atau menggenggam sudah baik

14) Reflek rooting mencari puting susu dengan rangsangan taktil

pada pipi dan dareah mulut terbentuk dengan baik

15) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan

c. Reflek-reflek pada bayi baru lahir

45
Bayi baru lahir normal memiliki refleks-refleks fisiologis yang

ditunjukkan oleh organ-organ vitalnya. Adapun refleks-refleks

pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :

1) Mata

a) Berkedip atau corneal. Bayi berkedip pada pemunculan

sinar terang yang tiba-tiba. Refleks ini harus menetap

sepanjang hidup.

b) Pupil. Pupil akan berkontraksi bila sinar terang diarahkan

padanya. Refleks ini harus ada sepanjang hidup.

c) Glabela. Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antar

dua alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.

2) Mulut dan tenggorokan

a) Rooting. Bayi akan memutar kepala seakan mencari puting

susu. Refleks ini biasanya ada pada saat lahir dan

menghilang pada usia 3-4 bulan.

b) Sucking/Mengisap. Refleks ini timbul bersama refleks

rooting untuk mengisap puting susu dan menelan ASI.

c) Swallowing/Menelan. Refleks ini harus tetap ada

sepanjang hidup.

d) Muntah. Stimulasi terhadap faring posterior oleh

makanan, isapan atau masuknya selang harus

46
menyebabkan bayi mengalami refleks muntah. Refleks ini

harus menetap sepanjang hidup.

3) Ekstremitas

a) Palmar/Menggenggam. Sentuhan pada telapak tangan

dapat menyebabkan fleksi tangan dan jari. Refleks ini

akan menghilang pada usia 3-4 bulan.

b) Babinski. Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki

dorsofleksi. Refleks ini dijumpai hingga usia 8 bulan.

4) Masa tubuh. Ada beberapa refleks pada masa tubuh,

diantaranya:

a) Refleks Moro. Refleks dimana bayi akan mengembangkan

tangan lebar-lebar dan melebarkan jari-jari, lalu

membalikkan dengan tarikan yang cepat seakan-akan

memeluk seseorang. Refleks moro biasanya ada pada saat

lahir dan hilang setelah berusia 6 bulan.

b) Refleks Tonic Neck. Jika kepala bayi dimiringkan dengan

cepat ke salah satu sisi, lengan dan kakinya akan

berektensi pada sisi tersebut. Refleks ini tampak pada usia

2 bulan dan menghilang usia 6 bulan.

c) Gallant. Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang

belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang

terstimulasi. Refleks ini akan dijumpai pada usia 4-8

minggu (Putra, 2012).

47
2. Konsep Asuhan Bayi Baru Lahir

a. Definisi

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai

standar yang di berikan oleh tenaga  kesehatan yang kompeten

kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai 28

hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui

kunjungan rumah (Martinda, 2010).

b. Tujuan utama asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

1) Membersihkan jalan nafas.

2) Memotong tali pusat.

3) Mempertahankan suhu tubuh bayi.

4) Identifikasi.

5) Pencegahan infeksi (Saifuddin, 2010).

c. Standar pemberian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

Sebelum bayi lahir dilakukan penilaian apakah kehamilan cukup

bulan dan cairan ketuban jernih atau bercampur mekonium.

Segera setelah bayi lahir dilakukan penilaian kembali apakah bayi

langsung menangis atau bernafas, warna kulit kemerahan atau

sianosis dan tonus otot baik atau lemah. Jika keadaan bayi

normal, maka dilakukan asuhan kebidanan sebagai berikut:

1) Jaga bayi tetap hangat

2) Isap lendir dari mulut dan hidung jika perlu

3) Keringkan

48
4) Klem, potong dan ikat/jepit tali pusat, kira-kira 2 menit setelah

lahir

5) Lakukan Inisiasi Menyusu Dini

6) Beri suntikan vitamin K 1 mg IM di paha kiri anterolateral dan

salep mata.

7) Pemeriksaan fisik

8) Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL IM, di paha kanan

anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1

(Kemenkes RI, 2010).

Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi mereka dan perawatan

harian untuk bayi baru lahir:

1) Pemberian ASI Eksklusif sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam

(paling sedikit setiap 4 jam) mulai dari hari pertama.

2) Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering.

3) Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering (Saifuddin

2010).

d. Tanda bahaya bayi baru Lahir

1) Bayi tidak mau menyusu

2) Kejang

3) Lemah atau letargis

4) Sesak nafas

5) Merintih

49
6) Pusar kemerahan

7) Demam atau Tubuh Terasa Dingin

8) Mata bernanah banyak

9) Kulit terlihat kuning (Kemenkes RI, 2015).

e. Kunjungan neonatal

1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun

waktu 6-48 jam setelah bayi lahir

2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun

waktu hari ke-3 sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir

3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun

waktu hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.

50
7) Clinical Pathway

COC
(Continuity Of Care)

Ibu Hamil

ANC
(Antenatal Care)

Fisiologis Patologis

INC Rujuk
(Intranatal Care) (Kolaborasi dengan Dokter)

Aterm Preterm Post-term

Persalinan Persalinan Dengan


Normal Penyulit

Rujuk Rujukan
Kala I, BBL (Kolaborasi dengan
Bayi Baru Penyulit Balik
II, III, Lahir Dokter)
IV

BBL Kunjungan
PNC Normal Neonatus
KN I , KN II,
KN III, KN IV

Nifas Nifas
Dengan Normal
Penyulit

Rujuk Kunjungan
Nifas
Rujukan KF I, KF II,
Balik KF III

51
Pelayanan
Kontrasepsi
32

Perubahan Pada
f. Pathway Kehamilan Pasangan
Trimester III

Cauvade
Symptoms

Psikologis
Fisik

Kelelahan Emosi Sosial Kognitif


Kultural
Frekuensi
Berkemih ↑ Labil Ketertarikan pada
Mengambil Peran Proses Bersalin
BB ↑ Sebagai Ibu
Berkhayal Ketertarikan pada
Perilaku Sehat / dunia parenting
Nyeri Punggung Tidak Sehat
Perubahan Citra
Tubuh
Kram Kaki
Persiapan
Kelahiran
Nyeri ligament Keinginan Cepat
Melahirkan
Sesak Nafas

Lightening

Braxton-Hicks

Libido ↓
33

g. Pathway Persalinan

Kehamilan (37-42)

Tanda-tanda persalinan

Proses Persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partus


Pelepasan Plasenta Post Partum

Tekanan Nyeri Akut


Kelelahan Nyeri Akut Mekanik pada Nyeri Akut
presentasi
Kekurangan
Volume Cairan
Resiko cidera
Trauma Jaringan maternal
Laserasi
34

c. Pathway Nifas
POST PARTUM

PERUBAHAN PERUBAHAN
FISIOLOGIS PSIKOLOGIS

Sistem Sistem Sistem Endokrin Sistem Sistem Taking in Taking Letting Go


Reprodukasi Kardiovaskuler Integumen GI Hold
Estrogen ↓ Ibu pasif dan
Involusi dan Penurunan Peregangan Kulit Tonus otot tergantung Adaptasi Mampu
Kontraksi Uterus Volume darah Akibat kehamilan usus ↓ perubahan menjadi
Produksi Prolaktin peran orang tua

Striae Gravidarum
Pelepasan Jaringan Perubahan Produksi ASI Kurang
Endometrium Perfusi jaringan Sistem pengetahuan Perubahan
Perubahan Muskuloskeletal tentang perawatan menjadi
body image bayi orang tua
Pelepasan
Lochea Ketegangan
Isapan bayi Isapan bayi ASI tidak Postural akibat
adekuat tidak adekuat keluar posisi persalinan Anxiety
Volume Cairan
Menurun
Oksitosin ↑ Pembendungan Resiko ketidak Nyeri
ASI adekuatan
Afterpain Nyeri proses laktasi

Kontraksi ductus Payudara Sistem Urinaria


Luka Laserasi dan alveoli Bengkak

Penekanan uretra oleh


Port de entry Resiko Gangguan rasa bag terbawah janin Edema Retensi Urin
ASI keluar uretra
bacteri infeksi nyaman/nyeri saat persalinan
d. Pathway Bayi Baru Lahir

Proses persalinan normal

Kepala bayi Perubahan suhu Pemotongan tali Adaptasi


melewati tubuh dari suhu pusat psikologi ibu
jalan lahir mitra uterin yang
stabil (35-37 derajat
celcius) Adanya luka Perubahan peran
Banyaknya terbuka
cairan amnion
jalan lahir Suhu ruangan Cemas
Kontaminasi
pada luka
Koordinasi reflek Penghilangan suhu Sekresi oksitosin
menelan menghisap tubuh (konveksi, terhambat
belum sempurna radiasi, konduksi) Resiko tinggi
infeksi
Pressure the
Akumulasi cairan Perubahan drastis injection of breast
amnion pada jalan suhu tubuh feeding
napas

Proses adaptasi Inefective breast


Bersihan jalan napas feeding
(tidak efektif)
Resiko hipotermi
Peningkatan
insisible water lass
(IWL)

Resiko tinggi
kekurangan cairan

35
F. Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis

mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi (Ikatan Bidan Indonesia, 2007). Menurut Helen

Varney (2007), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan

dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu

keputusan berfokus pada klien. Berikut ketujuh langkah manajemen

kebidanan menurut Varney:

1. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)

Pada langkah pertama, dilakukan pengkajian melalui pengumpulan

semua data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien

secara lengkap, yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai

kebutuhan, peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya dan

data laboratorium, serta perbandingannya dengan hasil studi.

a. Data Subjektif

1) Identitas Pasien

Maksud pertanyaan ini adalah untuk identifikasi penderita dan

menetukan status sosial ekonominya yang harus diketahui,

misalnya untuk menetukan anjuran apa atau pengobatan apa

yang akan diberikan.

36
Identitas yang perlu ditanyakan diantaranya: Nama, umur,

agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, alasan

datang atau keluhan, riwayat kesehatan pasien atau keluarga,

pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan data lain yang

mendukung diagnosa.

b. Data Obyektif

Pemeriksaan fisik lengkap perlu dilakukan untuk memastikan

apakah pasien tersebut mempunyai abnormalitas medis atau

penyakit. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik

mulai dari kepala sampai ujung kaki serta pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi atau pemeriksaan

penunjang lainnya yang dapat menunjang dalam menentukan

diagnosa.

2. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)

Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah

yang spesifik.

a. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

(Varney, 2007).

b. Masalah : Hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang

37
ditemukan dari hasil pengkajian (Varney, 2007).

c. Kebutuhan : Hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi

dalam diagnosa masalah yang didapatkan dengan melakukan

analisa data (Varney, 2007).

3. Langkah III (Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial)

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang

sudah diidentifikasi. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk

mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan

masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan

antisipasi agar masalah atau diagnose potensial tidak terjadi. Sehingga

langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang

rasional atau logis. Kaji ulang apakah diagnose atau masalah potensial

yang diidentifikasi sudah tepat.

4. Langkah IV (Identifikasi Perlunya Penanganan Segera)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Langkah keempat

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengantisipasi diagnose atau masalah potensial pada step

sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera yang

harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan

38
ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri,

secara kolaborasi atau bersifat rujukan.

5. Langkah V (Perencanaan Asuhan Menyeluruh)

Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini, informasi atau data

yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Semua keputusan yang

dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-

benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta

sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.

6. Langkah VI (Pelaksanaan Rencana)

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh yang diuraikan pada

langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Dalam situasi

dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien

yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam

manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab

terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh

tersebut.

7. Langkah VII (Evaluasi)

Pada langkah ini, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang diidentifikasi

dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif

39
jika pelaksanaannya efektif. (Wildan, 2008). Ada kemungkinan bahwa

sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif.

Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu

kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari

awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk

mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta

melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.

40
41

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M USIA 30 TAHUN G2P1A0 HAMIL

39 MINGGU HARI DI BPM BIDAN IIS MINA HENDRAWATI

KABUPATEN BANDUNG

Hari, tanggal : 26 Maret 2023

Pukul : 09:30 WIB

Identitas Pasien

Nama Ibu : Ny. M Tn. R

Umur : 30 tahun 32 tahun

Agama : Protestan Protestan

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : IRT Karyawan

Suku bangsa : Batak Batak

Alamat : Rancamanyar

A. Data Subjektif

1. Alasan datang/kunjungan

Ingin memeriksakan kehamilan.


2. Keluhan utama

Ibu mengeluh sakit pinggang, tidak ada nyeri perut bila bayi bergerak

3. Riwayat Kesehatan

Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :

Ibu dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, penyakit

menurun ataupun menular seperti penyakit jantung, ASMA, TBC, ginjal,

DM, Malaria, dan HIV/AIDS. Selama ini ibu tidak pernah dirawat dan

dioperasi di Rumah Sakit. Ibu tidak memiliki riwayat keturunan kembar

dari keluarga atau suami.

4. Riwayat Obstetri

a. Riwayat Haid

Menarche usia 14 tahun. Siklus teratur. Lama ± 5-7 hari. Sifat darah

encer kadang beku. Bau khas darah haid. Flour albous tidak.

Disminorhe tidak. Banyaknya 2-3x ganti pembalut/hari.-1

b. Riwayat Kehamilan Sekarang

1) G2 P1 A0

2) Usia Kehamilan : 39 minggu

3) HPHT : 25 -06-2022

4) HPL : 04-04-2023

5) Gerak janin

Ibu merasakan gerakan janin pertama kali saat hamil 20 minggu.

Ibu sering merasakan gerakan janin >10 kali dalam 12 jam.

6) Tanda bahaya :

42
TM I : tidak ada

TM II : tidak ada

TM III : tidak ada

7) Keluhan

Trimester I : mual dan muntah

Trimester II : tidak ada

Trimester III : nyeri pinggang

c. Riwayat terapi

Trimester I : asam folat, B6

Trimester II : Fe dan Kalk

Trimester III : Fe dan Kalk rr

d. Riwayat Alergi : Ibu mengatakan tidak mempunyai alergi obat.

e. Kekhawatiran khusus : tidak ada

f. Imunisasi / TT :

Ibu sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 3 kali.

TT1 : catin

TT2 : kehamilan ke ITT3 : kehamilan ke II

• ANC : 5x

Tekanan
No Tanggal Tempat Terapi Masalah Tindakan/Pendkes
Darah

1 21/08/22 PMB 110/70 Asam Mual, Makan sedikit tapi

Folat telat haid sering, cara

mengatasi

43
ketidaknyamanan TM

2 23/10/22 PMB 120/70 Fe, Pct Pusing Istirahat, nutrisi,

kontrol rutin atau jika

ada keluhan

3 21/12/22 PMB 110/70 Fe dan Tidak Ketidaknyamanan

Kalk ada TM II

keluhan

4 21/02/22 PMB 110/80 Fe dan Tidak Tanda bahaya,

Kalk ada istirahat cukup,

keluhan nutrisi seimbang

5 29/03/22 PMB 110/80 Fe dan Tidak Persiapan Persalinan

Kalk ada

keluhan

g. Riwayat KB : Ibu mengatakan menggunakan KB Pil sebelum hamil

ini. Rencana Setelah Melahirkan: Ibu akan menggunakan KB suntik.

h. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari:

Sebelum hamil Selama Hamil

A. Nutrisi

1) Makan

Frekuensi makan 2-3 kali/hari 3-4 kali/hari

Komposisi 3 x ½ piring (sedang) 3 x ½ piring (sedang )

44
Nasi

Lauk 3 x 2 potong (sedang), 3 x 2 potong (sedang),

jenisnya bervariasi jenisnya bervariasi

mulai dari nabati mulai dari nabati

maupun hewani maupun hewani

Sayuran 2 x ½ mangkuk sayur ; 2 x ½ mangkuk sayur ;

jenis sayuran hijau jenis sayuran hijau

(bayam, kangkung, (bayam, kangkung,

lembayung) lembayung)

Buah 1-2 x sehari / seminggu; 1-3 x sehari / seminggu;

jenis ( pisang, jeruk, jenis ( pisang, jeruk,

semangka, buah naga) buah naga)

Camilan Ibu jarang makan Biskuit, snack

camilan

Pantangan Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan

makan makan

Keluhan Tidak ada keluhan Mual pada tm I

2) Minum

Jumlah total 4 - 6 gelas perhari; jenis 7-8 gelas perhari; jenis

(air putih, teh manis) (air putih, susu, teh

manis)

Susu Ibu tidak pernah Kadang-kadang

mengkonsumsi susu

45
Jamu Ibu tidak pernah Ibu tidak pernah

mengkonsumsi jamu mengkonsumsi jamu

apapun apapun

Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

b. Eliminasi

1) BAK

Frekuensi perhari 5 – 6 kali/hari 6 – 7 kali/menit

Warna Kuning jernih Kuning jernih

Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Konsistensi Cair Cair

2) BAB

Frekuensi perhari 1 kali/hari 1 kali/hari

Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

Konsistensi Lembek Lembek

Keluhan Tidak ada keluhan Kadang sembelit

C. Personal Hygine

Mandi 2 kali/hari 2 kali/hari

Keramas 2 kali seminggu 2-3 kali seminggu

Gosok Gigi 2 kali sehari 2 kali sehari

Ganti Pakaian 2 kali sehari 2 – 3 kali sehari

celana dalam 2 kali sehari 2 – 3 kali sehari

Kebiasaan Ibu memakai alas kaki Ibu memakai alas kaki

memakai alas ketika ke dapur, keluar ketika ke dapur, keluar

46
kaki rumah dan bepergian. rumah dan bepergian.

Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

d. Hubungan sexsual

Frekuensi Tidak tentu Tidak tentu

Contact bleeding Tidak ada Tidak ada

Keluhan lain Tidak ada Tidak ada

e. Istirahat/Tidur

Tidur malam 7 – 8 jam 7 – 8 jam

Tidur siang Ibu jarang tidur siang Kadang-kadang

Keluhan/masalah Tidak ada keluhan Kadang sulit tidur lagi

setelah terbangun

malam

f. Aktivitas fisik dan olah raga

Aktivitas fisik Ibu melakukan Ibu melakukan

(beban pekerjaan) pekerjaan rumah tangga pekerjaan rumah,

namun sedikit dikurangi

Olah raga Ibu jarang berolahraga Ibu mengikuti senam

hamil saat kelas ibu

hamil

Perubahan Tidak ada Tidak ada

selama hamil ini

g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan

Merokok aktif Suami Suami

47
Lingkungan Beberapa saudara dan Menghindari atau

perokok tetangga perokok aktif menyuruh perokok di

luar rumah

Minuman Ibu dan keluarga tidak Ibu dan keluarga tidak

beralkohol mengkonsumsi alkohol mengkonsumsi alkohol

Obat-obatan Ibu mengkonsumsi obat Ibu hanya

dari puskesmas saat mengkonsumsi obat dari

sakit bidan dan dokter

Napza Ibu dan keluarga tidak Ibu dan keluarga tidak

mengggunakan obat- mengggunakan obat-

abatan terlarang abatan terlarang

Aktifitas yang Tidak ada Tidak ada

merugikan

i. Riwayat Psikososial-spiritual

j. Riwayat perkawinan : ini merupakan pernikahan pertama, lamanya 5

tahun, umur waktu menikah 25 tahun.

k. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : Suami, pengambilan

keputusan bersama, ibu tinggal serumah dengan keluarga suami.

l. Yang menemani ibu untuk kunjungan ANC : Suami

m. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan : Ibu

tidak melakukan adat istiadat yang berkaitan dengan kehamilan yang

merugikan kesehatan ibu.

48
n. Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : Ibu ingin

melahirkan di bidan.

o. Rencana pendamping persalinan : Suami dan keluarga

p. Penghasilan perbulan : Cukup, ibu dan suami sudah menyiapkan

tabungan untuk persalinan.

q. Rencana transportasi menggunakan motor atau mobil pribadi dan

calon pendonor jika dibutuhkan adalah keluarga.

r. Kebiasaan kontak dengan binatang : Ibu tidak memelihara binatang

s. Paparan dengan polutan : Ibu tidak tinggal di sekitar

pabrik/peternakan. Apabila orang lain merokok, ibu menjauhi asap

rokok.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum:

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tanda-Tanda Vital

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,6 oC

RR : 21 x/menit

BB Sebelum/ Sekarang: 53 kg / 65 kg

TB : 155 cm

49
LILA : 27 cm

2. Status present

Kepala : rambut bersih, tidak ada benjolan

Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih

Hidung : tidak ada pengeluaran sekret abnormal

Mulut : tidak ada karies pada gigi, tidak ada pembengkakan pada gusi

Telinga : tidak ada kelainan, tidak ada serumen, tidak ada tanda infeksi

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, vena jugularis dan tiroid

Ketiak : tidak ada massa

Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada.

Perut : tidak ada bekas luka operasi

Vulva : tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : tidak ada oedema dan varises pada kaki dan tangan,

Refleks patella +/+

Anus : tidak dilakukan pemeriksaan

3. Status Obstetrik

a. Inspeksi

Muka : tidak ada oedema

Mamae : payudara simetris, tidak ada retraksi, tidak ada

benjolan/massa, puting menonjol

Vulva : tidak ada kelainan, tidak ada varises, tidak ada

pembengkakan kelenjar bartholini dan skene

b. Palpasi

50
Leoplod I : TFU 3 jari di bawah px, teraba bagian lunak dan tidak

melenting di fundus (bokong).

Leoplod II : Teraba bagian keras dan memanjang di bagian kanan dan

ada tahanan (punggung) dan bagian kecil di kiri ibu.

Leoplod III : Teraba bagian keras dan melenting (kepala) sudah masuk

PAP.

Leoplod IV : Penurunan kepala 4/5.

c. Auskultasi : DJJ 140 x/menit

d. Pemeriksaan Mc. Donald : 30 cm, TBJ : ± 2790 gram

e. Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan

4. Pemeriksaan penunjang :

HIV : Non Reaktif

HbSAg : Non Reaktif

Sifilis : Non Reaktif

Hb : 13,1 g/dl

C. Analisis

Ny. M 30 tahun G2P1A0 hamil 39 minggu, normal

Janin Tunggal Hidup Intera Uteri, Normal

D. Penatalaksanaan

1. Melakukan informed concent dan memberitahukan hasil pemeriksaan

51
Rasionalisasi : memberi tahu hasil pemeriksaan merupakan salah satu hak

pasien.

Evaluasi : sudah dilakukan dan ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2. Memberitahu ibu mengenai persiapan persalinan

Rasionalisasi persiapan persalinan dilakukan agar pada saat persalinan

kebutuhan ibu dan bayi tidak ada yang tertinggal. Seperti 1 kantong berisi :

baju ganti ibu yang berkancing depan agar mudah menyusui, jarik untuk

ganti ibu, pembalut, celana dalam ibu dan 1 kantong untuk bayi berisi :

baju ganti bayi, popok, selimut, penutup kepala bayi, kaos kaki dan sarung

tangan bayi dan semuanya harus dicuci terlebih dahulu karena bayi baru

lahir sangat sensitiv. Serta persiapan seperti biaya, tempat persalinan,

kendaraan, dsb.

Evaluasi : ibu mengerti dan mengulanginya.

3. Menganjurkan ibu untuk sering jalan-jalan, menstimulasi puting, senam

hamil , Brithball dan berhubungan intim untuk merangsang kontraksi.

Rasionalisasi : memperbanyak aktivitas berjalan kaki untuk merangsang

penurunak kepala bayi, menguatkan otot dan memperlancar sirkulasi

darah. Melakukan senam hamil dapat melemaskan area jalan lahir dan

memperlancar penurunan posisi janin, selain itu saat senam hamil ibu

dapat melakukan latihan pernapasan serta cara mengejan yang benar agar

persalinan dapat berlangsung efektif dan lancar.Brithball atau yang dikenal

dengan bola persalinan, bola ini akan merangsang reflex postural, duduk

diatas bola sambil mendorong seperti melakukan ayunan ( Aprilia, 2011)

52
Menstimulasi puting dilakukan dengan cara melakukan gerakan melingkar

yang lembut pada daerah areola. Gerakan ini dapat merangsang hormon

oksitosin yang dapat menimbulkan kontraksi pada rahim. Berhubungan

intim pada saat usia kehamilan >36 minggu dapat membantu merangsang

timbulnya kontraksi. Sperma yang mengandung prostaglandid yaitu

hormon yang dapat menipiskan dan melemaskan leher rahim sehingga

lebih siap dalam menyambut persalinan (Alia, 2016).

Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

4. Memberitahu tanda bahaya TM III

Rasionalisasi : tanda bahaya TM III tentang perdarahan mengarah kepada

Plasenta Previa atau solutio plasenta, sakit kepala yang hebat, bengkak

pada wajah, kaki dan tangan, ketuban pecah sebelum waktunya, demam

tinggi, sulit tidur dan cemas berlebihan, janin dirasakan kurang bergerak

dibandingkan sebelumnya

Evaluasi : ibu sudah mengerti dengan tanda bahaya trimester III

5. Menyarankan ibu untuk melanjutkan minum tablet Fe.

Rasionalisasi : Tablet Fe untuk meningkatkan Hb mencegah anemia dan

Kalk untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin (Ningrum, 2009).

Evaluasi : ibu bersedia melakukannya.

6. Memberitahu kunjungan selanjutnya 1 minggu kemudian atau jika ada

keluhan

53
Rasionalisasi : agar dapat dilakukan pemantauan terhadap keadaan ibu dan

bayinya sehingga dapat dideteksi jika ditemukan adanya komplikasi

kehamilan.

Evaluasi : ibu akan datang kembali 1 minggu kemudian atau jika ada

keluhan.

Mendokumentasikan hasil asuhan

Rasionalisasi : dokumentasi kebidanan memiliki implikasi dalam hukum.

Hal ini berarti apabila dokumen catatan asuhan kebidanan yang diberikan

kepada pasien diakui secara hukum maka dapat dijadikan buku dalam

persoalan hukum dalam persidangan. Informasi dalam dokumen tersebut

dapat memberikan catatan tentang asuhan yang diberikan (Hidayat, 2008).

Evaluasi : Asuhan sudah terdokumentasi.

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari, tanggal : 29 Maret 2023

Pukul : 08:00 WIB

A. Data Subjektif

Keluhan utama : Ibu mengeluh sakit pinggang.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum:

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

54
Tanda-Tanda Vital

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Suhu : 36,7 oC

RR : 20 x/menit

Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih

Mamae : payudara simetris, tidak ada retraksi, tidak ada

benjolan/massa, puting menonjol

2. Palpasi

Leoplod I : TFU 3 jari di bawah px, teraba bagian lunak dan tidak

melenting di fundus (bokong).

Leoplod II : Teraba bagian keras dan memanjang di bagian kanan dan

ada tahanan (punggung) dan bagian kecil di kiri ibu.

Leoplod III : Teraba bagian keras dan melenting (kepala) sudah masuk

PAP.

Leoplod IV : Penurunan kepala 4/5.

Auskultasi : DJJ 141 x/menit

Pemeriksaan Mc. Donald : 31 cm, TBJ : ± 2945 gram

Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan

Vulva : tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : tidak ada oedema dan varises pada kaki dan tangan,

Refleks patella +/+

55
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan

C. Analisis

Ny. M 30 tahun G2P1A0 hamil 39 minggu

Janin tunggal hidup intra uterin

D. Penatalaksanaan

1. Melakukan informed concent dan memberitahu hasil pemeriksaan

Rasionalisasi : memberi tahu hasil pemeriksaan merupakan salah satu hak

pasien.

Evaluasi : sudah dilakukan dan ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2. Memberitahu ibu mengenai persiapan persalinan

Rasionalisasi persiapan persalinan dilakukan agar pada saat persalinan

kebutuhan ibu dan bayi tidak ada yang tertinggal. Seperti 1 kantong berisi :

baju ganti ibu yang berkancing depan agar mudah menyusui, jarik untuk

ganti ibu, pembalut, celana dalam ibu dan 1 kantong untuk bayi berisi :

baju ganti bayi, popok, selimut, penutup kepala bayi, kaos kaki dan sarung

tangan bayi dan semuanya harus dicuci terlebih dahulu karena bayi baru

lahir sangat sensitiv. Serta persiapan seperti biaya, tempat persalinan,

kendaraan, dsb.

Evaluasi : ibu mengerti dan mengulanginya.

3. Menganjurkan ibu untuk sering jalan-jalan, menstimulasi puting, senam

hamil dan berhubungan intim untuk merangsang kontraksi.

Rasionalisasi : memperbanyak aktivitas berjalan kaki untuk merangsang

penurunak kepala bayi, menguatkan otot dan memperlancar sirkulasi darah.

56
Melakukan senam hamil dapat melemaskan area jalan lahir dan

memperlancar penurunan posisi janin, selain itu saat senam hamil ibu dapat

melakukan latihan pernapasan serta cara mengejan yang benar agar

persalinan dapat berlangsung efektif dan lancar. Menstimulasi puting

dilakukan dengan cara melakukan gerakan melingkar yang lembut pada

daerah areola. Gerakan ini dapat merangsang hormon oksitosin yang dapat

menimbulkan kontraksi pada rahim. Berhubungan intim pada saat usia

kehamilan >36 minggu dapat membantu merangsang timbulnya kontraksi.

Sperma yang mengandung prostaglandid yaitu hormon yang dapat

menipiskan dan melemaskan leher rahim sehingga lebih siap dalam

menyambut persalinan (Alia, 2016).

Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

4. Menyarankan ibu untuk melanjutkan minum tablet Fe.

Rasionalisasi : Tablet Fe untuk meningkatkan Hb mencegah anemia dan

Kalk untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin (Ningrum, 2009).

Evaluasi : ibu bersedia melakukannya.

5. Melakukan informed consent mengenai penatalaksanaan pijat oksitosin.

Rasionalisasi : Gerakan ini dapat merangsang hormon oksitosin yang dapat

menimbulkan kontraksi pada rahim.

evaluasi : Ibu menyetujui

6. Melakukan pijat oksitosin. evaluasi : Ibu merasa nyaman

7. Memberitahu kunjungan selanjutnya 7 hari kemudian atau jika ada keluhan

57
Rasionalisasi : agar dapat dilakukan pemantauan terhadap keadaan ibu dan

bayinya sehingga dapat dideteksi jika ditemukan adanya komplikasi

kehamilan.

Evaluasi : ibu akan datang kembali 7 hari kemudian atau jika ada keluhan.

8. Mendokumentasikan hasil asuhan

Rasionalisasi : dokumentasi kebidanan memiliki implikasi dalam hukum.

Hal ini berarti apabila dokumen catatan asuhan kebidanan yang diberikan

kepada pasien diakui secara hukum maka dapat dijadikan buku dalam

persoalan hukum dalam persidangan. Informasi dalam dokumen tersebut

dapat memberikan catatan tentang asuhan yang diberikan (Hidayat, 2008).

Evaluasi : Asuhan sudah terdokumentasi.

58
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. M USIA 30 TAHUN

G2P1A0 HAMIL 39 MINGGU DI PMB BIDAN IIS MINA HENDRAWATI

KABUPATEN BANDUNG

Tanggal : 31 Maret 2023

Jam : 13:00 WIB

A. Data Subjektif

Pasien datang ke bidan bersama suami dan keluarga dengan keluhan mules-

mules sejak pukul 08:00 WIB disertai lendir darah, belum keluar air-air.

B. Data Objektif

KU: baik, kesadaran composmentis, TD : 120/70 mmHg, P : 84x/menit, R : 20

x/menit, S: 36,4ºC, TFU : 33 cm, LP : 100 cm, Puki, kepala 3/5, His

3x10’x35’’, DJJ : 148x/menit reguler, kandung kemih tidak penuh. V/t : v/v

tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 5 cm, ketuban utuh,

presentasi kepala, UUK kiri depan, Hodge II, tidak ada moulage, tidak ada

haemoroid, ekstremitas tidak oedema.

C. Analisa Data

Ny. M Usia 30 tahun G2P1A0 Hamil 39 Minggu Partus Kala I Fase aktif.

Janin Tunggal Hidup Intera Uteri, Normal

59
D. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan asuhan yang

diberikan.

Rasionalisasi : pemberian informasi hasil pemeriksaan pada pasien

merupakan hak pasien untuk mengetahui keadaan dirinya.

Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan

diberikan.

2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan pengaturan napas dalam saat

kontraksi.

Rasionalisasi : melakukan nafas panjang memantau ibu menjadi rileks dan

fokus. Napas panjang juga membantu mengurangi rasa sakit saat adanya

kontraksi karena napas panjang mampu menekan syaraf-syaraf yang

berkaitan dengan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat melakukan teknik relaksasi

3. Melakukan teknik rebozo

Rasionalisasi : melakukan Teknik rebozo agar mengoptimalkan posisi bayi

dan penurunan kepala bayi lebih cepat serta memantau ibu menjadi rileks

sehingga membantu mengurangi rasa sakit saat adanya kontraksi karena

mampu menekan syaraf-syaraf yang berkaitan dengan peningkatan denyut

jantung dan tekanan darah.

Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat melakukan teknik rebozo.

4. Memberikan ibu makan dan minum.

60
Rasionalisasi : asuhan yang diberikan adalah sayang ibu salah satunya

pemenuhan nutrisi bagi ibu bersalin sebagai simpanan tenaga dalam proses

persalinan,

Evaluasi : Ibu mau minum air putih setengah botol air mineral.

5. Menyiapkan alat partus set dan obat. (bak instrumen sedang yang berisi :

metal kateter, gunting episiotomi, gunting tali pusat, 2 klem tali pusat,

umbilical klem, nalpooder heckting, jarum hecting, handschoon)

Rasionalisasi : persiapan alat dilakukan sebagai langkah antisipasi proses

persalinan dengan cepat dan untuk menunjang proses persalinan yang aman

dan steril.

Evaluasi : Alat dan obat tersedia.

6. Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi.

Rasionalisasi : perlengkapan ibu dan bayi menunjang kenyamanan terhadap

ibu dan bayi setelah persalinan.

Evaluasi : Perlengkapan tersedia.

7. Observasi tekanan darah, suhu, pembukaan serviks dan penurunan kepala

setiap 4 jam sekali, nadi, DJJ dan kontraksi setiap 30 menit dengan

penggunaan patograf.

Rasionalisasi : observasi pada fase aktif dilakukan untuk mengetahui

perkembangan dan kemajuan persalinan masih dalam batas normal tanpa

harus adanya tindakan kegawatdaruratan dan rujukan.

Evaluasi : kemajuan persalinan dan keadaan bayi dalam batas normal

61
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal
Catatan Perkembangan
/jam

31 Maret Data Subjektif :

2023 Ibu mengatakan mules semakin sering dan kuat dan ingin

Jam 17:30 mengedan

WIB Data Objektif :

KU baik, kesadaran: composmentis, Tekanan darah 110/70 TFU

30cm, DJJ: 145 x/m, His: 5x10’x45”, genitalia : v/t v/v t.a.k, portio

tidak teraba, pembukaan lengkap, selaput ketuban (+),

penurunan kepala Hodge III, tidak ada moulage.

Analisis Data :

Ny. M Usia 30 tahun G2P1A0 Hamil 39 Minggu Partus Kala II.

Janin Tunggal Hidup Intera Uteri, Normal

Penatalaksanaan :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang

diberikan. Ibu mengerti

2. Memberikan ibu untuk makan dan minum di sela-sela

his. Ibu hanya mau minum ±100 ml air putih.

3. Memfasilitasi ibu untuk memilih posisi mengedan.

Rasionalisasi : posisi mempengaruhi kelancaran

pengeluaran kepala bayi serta kenyamanan ibu saat

bersalin, posisi juga menentukan posisi bidan dalam

62
pertolongan persalinan.

Evaluasi : Ibu ingin bersalin dengan posisi setengah

duduk.

4. Mengajarkan ibu mengedan dan teknik relaksasi napas

dalam disela-sela his.

Rasionalisasi : Asuhan yang mendukung artinya

kehadiran yang aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang

berlangsung. Dukungan tersebut diantaranya:

Lingkungan, pendamping persalinan, mobilitas,

pemberian informasi, teknik relaksasi, komunikasi dan

dorongan semangat. (Rohani, 2011)

Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat mengejan dengan baik.

5. Melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan Asuhan

Persalinan Normal (APN).

Rasionalisasi: APN menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan

bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap,

tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga

pada tingkat yang dinginkan (optimal). (APN, 2008)

Evaluasi : Jam 18.00 WIB bayi lahir spontan, menangis,

warna kulit kemerahan. Jenis kelamin laki-laki, BB :

3000 gram, PB: 50 cm.

63
6. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat.

Rasionalisasi : Penelitian menemukan bahwa sebanyak

80-100 mL volume darah dapat ditransfer dari plasenta

ke bayi baru lahir dalam waktu 1-3 menit pertama

kehidupan. Penambahan Volume darah pada bayi cukup

bulan dapat meningkatkan haemoglobin/ hematokrit

hingga usia 4-12 bulan.

Evaluasi : Melakukan penjepitan tali pusat memakai

klem tali pusat.

7. Dilakukan asuhan Inisiasi Menyusu Dini segera pada

bayi.

Rasionalisasi : IMD membantu ibu dan bayi bounding

attachment, membantu bayi dalam penyesesuaian suhu

dengan udara luar untuk menjaga kehangatan sehingga

tidak terjadi hipotermi, merangsang pengeluaran ASI,

serta membantu mencegah perdarahan pada ibu.

Evaluasi : bayi mencari putting ibu dan berhasil dalam

waktu 1 jam

Jam 18:05 Data Subejktif

WIB Ibu merasa mules.

Data Objektif :

64
KU baik, kesadaran : composmentis, Tekanan darah 110/70

mmhg, nadi 80x/mnt, suhu 36,5°C,TFU sepusat, kontraksi uterus

keras, tidak teraba janin kedua, kandung kemih tidak penuh,

Genitalia tampak tali pusat di vulva ibu dan di klem, terdapat

tanda-tanda pelepasan plasenta.

Analisis Data :

Ny. M usia 30 tahun P2A0 Partus Kala III

Penatalaksanaan :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang

diberikan. Ibu mengerti.

2. Melakukan pemeriksaan janin kedua. Janin kedua tidak ada,

menyuntikkan oxytosin 10 IU secara IM pada paha luar ibu.

Rasionalisasi : pemberian oksitosin termasuk manajemen aktif

kala III dan membantu meningkatkan kontraksi saat pelepasan

plasenta.

Evaluasi : oksitosin 10 IU diberikan secara IM pada paha luar

ibu.

3. Memindahkan klem 10 cm didepan vulva ibu untuk

mempermudah pengeluaran plasenta.

4. Melakukan penegangan tali pusat (PTT).

Rasionalisasi : untuk mencegah terjadinya avulsi (terputus atau

terlepas) tali pusat dari implantasinya.

Evaluasi: Jam 18:05 WIB plasenta lahir spontan, lengkap.

65
5. Melakukan masase uterus.

Rasionalisasi : merangsang adanya kontraksi uterus untuk

mencegah perdarahan.

Evaluasi : Kontraksi uterus keras

Jam 18 : 10 Data Subjektif :

WIB Ibu merasa lemas dan bahagia atas kelahiran bayinya

Data Objektif :

KU baik, kesadaran : composmentis, TD : 110/70 mmHg, R :

20x/m

N : 83x/m, S : 36,9 oC, TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi

uterus kuat, kandung kemih kosong, pengeluaran darah normal

dalam batas normal, tidak terdapat ruptur perineum.

Analisis Data :

Ny. M usia 30 tahun P2A0 inpartu kala IV

Penatalaksanaan :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang

diberikan. Ibu mengerti

2. Membersihkan ibu dan lingkungan, membereskan alat. Ibu

merasa nyaman.

3. Mengajarkan ibu dan keluarga teknik masase uterus.

Rasionaliasi : teknik masase uterus diberikan pada ibu dan

keluarga secara mandiri untuk deteksi dini sendiri terjadinya

perdarahan pada ibu paska bersalin.

66
Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat melakukan dengan baik.

4. Mengajarkan ibu untuk melakukan ambulasi dini secara

bertahap dengan gerakan kaki dan tangan, miring dan duduk

setelah 2 jam dan tidak terjadi pusing.

Rasionalisasi : ambulasi dini dapat memperlancar peredaran

darah dan mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.

Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukan ambulasi dini.

5. Dekontaminasi alat dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

Rasionalisasi : dekontaminasi bertujuan untuk mencegah

penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau suatu

permukaan benda, sehingga dapat melindungi petugas atau

pasien.

Evaluasi : alat sudah di dekontaminasi, cuci bilas, dikeringkan

dan di sterilkan ke dalam autoclave.

6. Melakukan pemantauan kala IV (tekanan darah, nadi, suhu,

tinggi fundus uteri (TFU), kontraksi, kandung kemih dan

perdarahan) setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap

30 menit pada satu jam kedua.

Rasionalisasi : pemantauan kala 4 terdiri dari pemeriksaan

tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri (TFU),

kontraksi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada

satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua.

67
Evaluasi : hasil normal dan terlampir di partograf.

7. Melakukan pendokumentasian dan melengkapi lembar

observasi dan patograf.

Rasionalisasi : dokumentasi kebidanan memiliki implikasi

dalam hukum. Hal ini berarti apabila dokumen catatan asuhan

kebidanan yang diberikan kepada pasien diakui secara hukum

maka dapat dijadikan buku dalam persoalan hukum dalam

persidangan. Informasi dalam dokumen tersebut dapat

memberikan catatan tentang asuhan yang diberikan (Hidayat,

2008).

Evaluasi : asuhan telah didokumentasikan dalam bentuk SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M USIA 30 TAHUN P2A0 6 JAM

POSTPARTUM DI BPM BIDAN IIS MINA HENDRAWATI

KABUPATEN BANDUNG

68
Tanggal : Sabtu, 1 April 2023

Pukul : 00.00 WIB

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan masih terasa mules, ASI sedikit. Ibu sudah BAK ke kamar

mandi namun belum BAB.

B. Data Objektif

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

TTV : TD : 120/70 mmHg N :82 x/menit

R : 22x/menit S : 36,8 ºC

Mata : konjungtiva merah, sklera putih

Payudara : areola bersih, putting menonjol, tidak ada massa,

tidak ada nyeri tekan, ASI +/+ masih sedikit.

Abdomen : tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi

uterus baik, kandung kemih tidak penuh.

Genetalia : pengeluaran darah normal 40 cc, tidak ada oedema.

Anus : tidak ada hemoroid

Ekstremitas : warna kuku tidak pucat, bersih, tidak ada oedema,

tidak ada varices, Homman sign (-/-)

C. Analisis

69
Ny. M usia 30 tahun P2A0 postpartum 6 jam normal

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.

Rasionalisasi : memberi tahu hasil pemeriksaan merupakan salah satu hak

pasien ( Depkes RI, 2012).

Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberitahu ibu bahwa mules yang dirasakan merupakan hal yang

fisiologis akibat otot-otot rahim yang berkontraksi yang mengakibatkan

rahim mengecil kembali seperti semula.

Rasionalisasi : Selama masa nifas, alat-alat innterna maupun eksterna

berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil yang disebut

dengan involusi (Saleha, 2011).

Evaluasi : ibu mengerti.

3. Memberikan KIE tentang tanda bahaya masa nifas.

Rasionalisasi : Komplikasi dan kelainan dalam masa nifas

a) Perdarahan banyak dari vagina,

b) Pengeluaran cairan dari vagina yang baunya menusuk,

c) Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung,

d) Sakit kepala yang berat, nyeri epigastrium atau gangguan

penglihatan,

e) Pembengkakan di wajah atau tangan,

f) Demam, muntah, sakit waktu BAK atau jika merasa tidak enak

badan,

70
g) Payudara berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit,

h) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama,

i) Rasa sakit, merah, lunak atau bengkak pada kaki,

j) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayi atau dirinya sendiri,

k) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah. (Prawirohardjo,

2008)

Evaluasi : ibu mengerti.

4. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan kebutuhan

eliminasi dengan banyak minum dan banyak makan makanan yang

berserat serta makanan tinggi protein.

Rasionalisasi : Asupan nutrisi yang dikonsumsi akan berpengaruh pada

pengeluaran ASInya (Bahiyatun, 2011)

Evaluasi : Ibu bersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

5. Menjelaskan kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan daerah

kemaluannya dengan sering mengganti pembalut dan celana dalam.

Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

6. Menganjurkan ibu agar beristirahat yang cukup untuk memulihkan

kondisi ibu juga agar produksi ASInya bertambah.

Rasionalisasi : Menurut Saifuddin (2011), mengannjurkan kepada ibu

untuk beristirahat dengan cukup dapat mencegah kelelahan yang

berlebihan. Ibu tidur pada saat bayinya juga tidur.

Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

71
7. Memberikan terapi yaitu amoxilin (3x500 mg), paracetamol (3x500 mg),

vitamin A (1x 200.000 IU) dan tablet Fe (1x 60 mg).

Rasionalisasi : Memberikan terapi amoxcilin adalah sebagai antibiotik

dikarenakan amoxcilin adalah antibiotik spectrum luas dan obat ini mudah

ditoleransi. Serta memiliki efek samping yang jarang ditemui yaitu alergi.

Memberikan terapi paracetamol sebagai analgetik karena antisipasi ibu

merasakan nyeri pada perineum karena penjahitan perineum. Pemberian

vitamin A dengan dosis 200.000 IU diberikan kepada ibu nifas dengan

tujuan mengembalikan organ genital lebih cepat karena organ genital baik

internal maupun eksternal berubah saat proses kehamilan dan persalinan

(Sulistyawati A, 2012).

Evaluasi: ibu bersedia meminumnya.

8. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat seperti tetap membersihkan tali

pusat bayinya dengan sabun kemudian di keringkan dan jangan di bubuhi

dengan ramuan apapun tetapi dibungkus dengan kasa kering.

Rasionalisasi : untuk mencegah terjadinya infeksi dan menjaga keadaan

tali pusat tetap bersih

Evaluasi : ibu membersihkan tali pusat dan menutup dengan kassa kering

9. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar yaitu sangga dan posisikan

kepala dan tubuh bayi lurus, tubuh bayi menempel pada perut ibu,

sebagian besar areola bagian bawah masuk kedalam mulut bayi saat

menyusui.

72
Rasionalisasi : Cara menyusui yang benar dapat memenuhi kebutuhan

ASI untuk bayi dengan baik dan mengurangi keluhan lecet pada putting

susu ibu.

Evaluasi : Ibu mengerti mengenai cara menyusui yang benar.

10. Melakukan informed consent mengenai penatalaksanaan pijat Oxytocin.

Rasionalisasi : Gerakan ini dapat merangsang hormon prolaktin yang

dapat membantu produksi ASI.

evaluasi : Ibu menyetujui

11. Melakukan pijat Oxytocin. evaluasi : Ibu merasa nyaman dan ASI keluar

sedikit demi sedikit.

12. Mendokumentasikan hasil tindakan.

Rasionalisasi : dokumentasi kebidanan memiliki implikasi dalam hukum.

Hal ini berarti apabila dokumen catatan asuhan kebidanan yang diberikan

kepada pasien diakui secara hukum maka dapat dijadikan buku dalam

persoalan hukum dalam persidangan. Informasi dalam dokumen tersebut

dapat memberikan catatan tentang asuhan yang diberikan (Hidayat, 2010).

Evaluasi : Hasil asuhan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

73
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M USIA 30 TAHUN P2A0 7 HARI

POSTPARTUM

Tanggal : 07 April 2023

Pukul : 08.00 WIB

A. Data Subjektif

Pada tanggal 07-04-2023 jam 06:00 wib , ibu mengatakan masih keluar darah

berwarna merah kekuningan

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum: Baik Kesadaran : Composmentis

Tanda – Tanda Vital

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Suhu : 36,70C

Respirasi : 22 x/menit

Nadi : 80 x/menit

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Rambut hitam, tidak mudah rontok

Muka : Tidak ada odema

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda.

Hidung : Simetris, tidak ada pengeluaran sekret abnormal.

Mulut : Bersih, tidak ada caries gigi, gusi merah muda.

74
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran serumen berlebih.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan

vena jugularis eksterna

Payudara : Simetris, tidak ada retraksi kulit payudara, puting susu

menonjol, tidak ada massa/ benjolan dan ASI +/+.

Abdomen : TFU 2 jari diatas simfisis, kontraksi baik, kandung kemih

kosong

Genetalia : Vulva tidak oedem dan tidak ada varises, pengeluaran

lochea serosa, bau lochea amis khas darah.

Anus : Tidak ada hemoroid.

Ekstrimitas : Tidak odema dan tidak ada varices.

C. Analisis

P2A0 6 hari Post partum Normal

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan.

Rasionalisasi : memberi tahu hasil pemeriksaan merupakan salah satu hak

pasien (Depkes RI, 2012).

Evaluasi : Ibu mengetahui tentang hasil pemeriksaan.

2. Memberikan Penkes tentang: Nutrisi,istirahat,mobilisasi,perawatan bayi

baru lahir

Rasionalisasi :Penurunan tinggi fundus uteri dipengaruhioleh beberapa

faktor seperti paritas, usia dan senam nifas. Dengan melakukansenam nifas

75
penurunan tinggi fundus uteridapat berjalan lebih cepat karena senam nifas

dapat merangsang otot-otot polosberkontraksi lebih baik (Andriyani,

2013).

Evaluasi : ibu bersedia melakukan senam nifas.

3. Memberi tahu ibu untuk terus menyusui bayinya secara eksklusif.

Rasionalisasi : Isapan bayi akan menghasilkan rangsangan saraf yang

terdapat pada glandula pituitaria posterior sehingga mengeluarkan

hormone oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar eveoli

akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.

Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan apa yang dianjurkan

4. Mengingatkan kembali cara menyusui yang benar yaitu sangga dan

posisikan kepala dan tubuh bayi lurus, tubuh bayi menempel pada perut

ibu, sebagian besar areola bagian bawah masuk kedalam mulut bayi saat

menyusui.

Rasionalisasi : dengan menyusui yang benar, kebutuhan ASI untuk bayi

dapat terpenuhi dengan baik dan mengurangi keluhan lecet pada putting

susu ibu.

Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan mengenai cara menyusui yang

benar namun belum bisa menyusui bayinya karna dirawat pisah.

5. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan terapi yang diberikan.

Rasionalisasi : Terapi amoxcilin adalah sebagai antibiotik dikarenakan

amoxcilin adalah antibiotik spectrum luas dan obat ini mudah ditoleransi.

Serta memiliki efek samping yang jarang ditemui yaitu alergi.

76
Memberikan terapi paracetamol sebagai analgetik karena antisipasi ibu

merasakan nyeri pada perineum karena penjahitan perineum. Pemberian

vitamin A dengan dosis 200.000 IU diberikan kepada ibu nifas dengan

tujuan mengembalikan organ genital lebih cepat karena organ genital baik

internal maupun eksternal berubah saat proses kehamilan dan persalinan

(Sulistyawati A, 2009).

Evaluasi : ibu bersedia melanjutkan terapi.

6. Mendokumentasikan hasil tindakan.

Rasionalisasi : dokumentasi kebidanan memiliki implikasi dalam hukum.

Hal ini berarti apabila dokumen catatan asuhan kebidanan yang diberikan

kepada pasien diakui secara hukum maka dapat dijadikan buku dalam

persoalan hukum dalam persidangan. Informasi dalam dokumen tersebut

dapat memberikan catatan tentang asuhan yang diberikan (Hidayat, 2008).

77
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M USIA 30 TAHUN P2A0 14 HARI

POSTPARTUM FISIOLOGIS

Tanggal : 14 April 2023

Pukul : 08.00 WIB

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum: Baik Kesadaran : Composmentis

Tanda – Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Suhu : 36,70C

Respirasi : 20 x/menit

Nadi : 81 x/menit

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Rambut hitam, tidak mudah rontok

Muka : Tidak ada odema

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda.

Hidung : Simetris, tidak ada pengeluaran sekret abnormal.

Mulut : Bersih, tidak ada caries gigi, gusi merah muda.

Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran serumen berlebih.

78
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah

bening, dan vena jugularis eksterna

Payudara : Simetris, puting susu menonjol, tidak ada benjolan, ASI

+/+.

Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih tidak penuh

Genetalia : Vulva tidak oedem, pengeluaran lochea serosa.

Anus : Tidak ada hemoroid.

Ekstrimitas : Tidak odema dan tidak ada varices.

C. Analisis

Ny. M tahun P2A0 14 hari postpartum

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan.

Rasionalisasi : memberi tahu hasil pemeriksaan merupakan salah satu hak

pasien (Depkes RI, 2012).

Evaluasi : Ibu mengetahui tentang hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan kebutuhan

eliminasi dengan banyak minum dan banyak makan makanan yang berserat

serta makanan tinggi protein.

Rasionalisasi : Asupan nutrisi yang dikonsumsi akan berpengaruh pada

pengeluaran ASInya dan penyembuhan luka jahitan (Bahiyatun, 2009)

Evaluasi : ibu mengerti

3. Menganjurkan ibu agar beristirahat yang cukup.

79
Rasionalisasi : Menurut Saifuddin (2011), mengannjurkan kepada ibu

untuk beristirahat dengan cukup dapat mencegah kelelahan yang

berlebihan. Ibu tidur pada saat bayinya juga tidur.

Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

4. Memberikan informasi tentang KB

Rasionalisasi : KB adalah suatu usaha pasangan suami-istri untuk

mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Tujuan khusus KB

adalah meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan KB

dengan cara pengaturan jarak kelahiran (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

Evaluasi: ibu mengerti dan berencana akan menggunakan KB suntik 3

bulan.

5. Mendokumentasikan hasil tindakan.

Rasionalisasi : dokumentasi kebidanan memiliki implikasi dalam hukum.

Hal ini berarti apabila dokumen catatan asuhan kebidanan yang diberikan

kepada pasien diakui secara hukum maka dapat dijadikan buku dalam

persoalan hukum dalam persidangan. Informasi dalam dokumen tersebut

dapat memberikan catatan tentang asuhan yang diberikan (Hidayat, 2008).

80
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. M 1 JAM BAYI BARU LAHIR

FISIOLOGIS

Tanggal : 31 Maret 2023

Pukul : 19:00 WIB

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan ini merupakan anak kedua, bayi sudah BAB dengan

konsistensi lunak warna kehitaman dan berbau khas dan bayi sudah BAK

warna kuning jernih 20 cc. Segera setelah lahir bayi diberikan minum asi

secara ondeman, salep mata, HBO dan vit.k sudah di berikan

B. Data Objektif

Bayi lahir spontan, langsung menangis, warna kulit kemerahan, tonus otot

kuat. APGAR SCORE : 7/8/10

Penilaian 1 menit 5 menit 10 menit

Apperance 1 1 2

Pulse 2 2 2

Gramance 2 2 2

Activity 2 2 2

Respiration 1 2 2

81
Total 8 9 10

C. Analisa Data

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan

pada ibu dan keluarga.

Rasionalisasi : Memberitahu hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan

diberikan merupakan salah satu hak pasien (Depkes RI, 2012).

Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan dan asuhan

yang akan diberikan.

2. Melakukan informed consent tindakan.

Rasionalisasi : PMK Nomor 290/MenKes/Per/III/2008 menyatakan

bahwa persetujuan tindakan medis (informed consent) adalah

persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah

mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan yang akan

dilakukan kepada pasien. Untuk menyetujui tindakan yang dilakukan

tenaga kesehatan, pasien harus diberi penjelasan terlebih dahulu tentang

hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan yang direncanakan, karena

diperlukan suatu keputusan persetujuan.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk dilakukan tindakan pada bayinya,

dilakukan pemotongan tali pusat segera setelah kepala bayi lahir.

82
3. Menjaga kehangatan bayi, bayi dilakukan IMD (Inisiasi Menyusui

Dini) dengan disimpan di dada ibu dan diselimuti.

Rasionalisasi : untuk mencegah hipotermi pada bayi dan sebagai

bounding attouchment antara ibu dan bayi.

Evaluasi : IMD dilakukan ± 1 jam.

4. Memberikan Vit. K 1 mg pada 1/3 paha kiri bayi antero lateral secara

IM.

Rasionalisasi : sebagai pencegahan terjadinya perdarahan intrakranial

pada kepala bayi.

Evaluasi : Vit K disuntikan dan tidak ada pembengkakan

5. Memberikan tetes mata sagestam 0,3% pada bayi, mata kanan dan kiri

bayi.

Rasionalisasi : sebagai pencegahan infeksi dari jalan lahir.

Evaluasi: salep mata diberikan.

6. Memberikan HB0 satu jam setelah diberikan vitamin K1.

Rasionalisasi : bermanfaat untuk mencegah penyakit Hepatitis B

Evaluasi : HBO sudah di berikan

7. Melakukan pengukuran antopometri.

Rasionalisasi: Pengukuran antropometri yang dilakukan untuk

mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan

alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (Nursalam dkk,

2008).

83
Evaluasi : BB 3300 gram , PB 49 cm, LK 32 cm, LD 31 cm.

6. Melakukan observasi KU dan TTV bayi serta pelekatan pada saat bayi

menyusui.

Rasionalisasi : observasi KU dan TTV bayi merupakan tindakan

pencegahan terjadinya kegawatdaruratan pada bayi seperti hipotermi,

hipertermi, perdarahan tali pusat dan kejang.

Evaluasi : bayi dalam keadaan stabil.

84
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. M, 6 JAM BAYI BARU LAHIR

FISIOLOGIS

Tanggal : 01 April 2023

Pukul : 00:00 WIB

A. Data Subjektif

Bayi sudah menyusu, sudah BAB dan BAK

B. Data Objektif

Keadaan umum : baik

Tanda-tanda vital : Pernapasan : 51 x/menit

Denyut Jantung : 137 x/menit

Suhu : 36,80C

Berat Badan : 3200 gram

Panjang Badan : 50 cm

Kepala : tidak terdapat caput succedaneum atau cepal

hematoma. Lingkar Kepala: 32 cm.

Mata : simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi

Hidung : normal, tidak terdapat pernapasan cuping hidung.

Mulut : Tidak terdapat labioskizis, labiopalatoskizis

maupun labiopalatogenatoskizis.

85
Telinga : Sejajar dengan mata, tidak ada kelainan

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar dan benjolan.

Dada : simetris, puting menonjol, irama jantung reguler,

paru tidak ada wheezing dan ronchi, tidak terdapat

retraksi dinding dada. Lingkar dada: 31 cm.

Abdomen : tidak ada distensi, tali pusat diklem dengan baik,

tidak ada perdarahan pada tali pusat, tidak tampak

tonjolan saat bayi menangis

Genitalia : testis sudah turun ke skrotum, BAK (+)

Anus : tidak ada kelainan, BAB (+)

Ekstremitas : simetris kanan-kiri, jumlah jari tangan lengkap,

tonus otot kuat

Punggung : tidak ada benjolan, tidak ada spina bifida

Kulit : warna kulit kemerahan, tidak terdapat tanda lahir

Refleks bayi :

Refleks Rooting :+ Refleks Galants :+

Refleks Swalowing :+ Refleks Tonic Neck :+

Refleks Sucking :+ Refleks Plantar :+

Refleks Moro :+ Refleks Babinsky :+

Refleks Palmar Graps : +

C. Analisis

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam

86
D. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

Rasionalisasi : memberi tahu hasil pemeriksaan merupakan salah satu hak

pasien (Depkes RI, 2012).

Evaluasi: Ibu mengerti kondisi bayinya saat ini.

2. Memandikan bayi

Rasionalisasi : Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering,

untuk mencegah iritasi (Saifuddin, 2010).

Evaluasi: bayi sudah dimandikan

3. Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk menjemur bayinya di bawah

sinar matahari pagi selama ± 20 menit

Rasionalisasi : Sinar matahari pagi amat berguna terutama bagi bayi yang

baru lahir, karena kandungan vitamin D nya yang tinggi. Vitamin D ini

berguna untuk kesehatan tulang dan kalsium dalam darah (Wardana,

2013).

Evaluasi: Ibu dan keluarga akan menjemur bayinya

4. Menganjurkan ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat bayi.

Rasionalisasi : Perawatan tali pusat bayi dengan mengganti kasa setiap

habis mandia dan menjaga tali pusat tetap bersih dan kering agar tidak

terjadi infeksi pada bayi karena tidak terawatnya tali pusat (Sodikin,

2009).

Evaluasi: Ibu dan keluarga akan merawat tali pusat bayi

87
5. Memberitahu untuk tetap menyusui bayinya ASI eksklusif

Rasionalisasi : ASI adalah makanan paling bergizi untuk bayi dan

menyusui bayi sesering mungkin tanpa di jadwal, berikan kapan pun bayi

mau (Roesli U, 2008).

Evaluasi: Ibu berjanji akan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan

6. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda

kegawatdaruratan pada bayi

Rasionalisasi : Tanda-tanda kegawatdaruratan pada bayi seperti bayi

malas minum, pergerakkan kurang aktif, demam atau dingin, merintih,

bayi kuning, perut kembung dan terdapat tarikan dinding dada ke dalam

ibu dan keluarga harus segera membawa bayi ke tempat pelayanan

kesehatan (Edukia, 2013).

Evaluasi: Ibu dan keluarga mengerti tentang tanda-tanda kegawatdaruratan

pada bayi.

88
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. M, 7 HARI BAYI BARU LAHIR

FISIOLOGIS

Tanggal : 07 April 2023

Pukul : 09.00 WIB

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan baik, dan agak rewel saat malam

hari.

B. Data Objektif

Keadaan umum : baik

Tanda-tanda vital : Pernapasan : 52 x/menit

Denyut Jantung : 133 x/menit

Suhu : 36,8 0C

Tonus Otot : Baik

Warna Kulit : kemerahan

Sklera : putih

Abdomen : Tali pusat sudah lepas dan kering.

C. Analisis

89
By. Ny.M, Usia 7 hari neonates cukup bulan sesuai masa kehamilan

D. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

Rasionalisasi : memberi tahu hasil pemeriksaan merupakan salah satu hak

pasien (Depkes RI, 2012).

Evaluasi: Ibu mengerti kondisi bayinya saat ini.

2. Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk menjemur bayinya di bawah

sinar matahari pagi selama ± 20 menit

Rasionalisasi : Sinar matahari pagi amat berguna terutama bagi bayi yang

baru lahir, karena kandungan vitamin D nya yang tinggi. Vitamin D ini

berguna untuk kesehatan tulang dan kalsium dalam darah (Wardana,

2013).

Evaluasi: Ibu dan keluarga akan menjemur bayinya

3. Memberitahu untuk tetap menyusui bayinya secara eksklusif

Rasionalisasi : ASI adalah makanan paling bergizi untuk bayi dan

menyusui bayi sesering mungkin tanpa di jadwal, berikan kapan pun bayi

mau (Roesli U, 2008).

Evaluasi: Ibu berjanji akan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan

4. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda

kegawatdaruratan pada bayi.

Rasionalisasi : Tanda-tanda kegawatdaruratan pada bayi seperti bayi

malas minum, pergerakkan kurang aktif, demam atau dingin, merintih,

90
bayi kuning, perut kembung dan terdapat tarikan dinding dada ke dalam

ibu dan keluarga harus cepat-cepat membawa bayi ke tempat pelayanan

kesehatan (Edukia, 2013)

Evaluasi: Ibu dan keluarga mengerti tentang tanda-tanda

kegawatdaruratan pada bayi.

5. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau jika ada keluhan

Evaluasi : ibu bersedia

91
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. M, 14 HARI BAYI BARU LAHIR

FISIOLOGIS

Tanggal : 14 April 2023

Pukul : 09.00 WIB

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan bayi nya tidak ada keluhan.

B. Data Objektif

Keadaan umum : baik

Tanda-tanda vital : Pernapasan : 51 x/menit

Denyut Jantung : 131 x/menit

Suhu : 37,0 0C

Berat Badan : 3400 gram

Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda

Hidung : tidak terdapat pernapasan cuping hidung.

Dada : irama jantung reguler, paru tidak ada wheezing dan

ronchi, tidak terdapat retraksi dinding dada.

Abdomen : tidak ada distensi, tali pusat sudah lepas dan kering

Kulit : warna kulit kemerahan

C. Analisis

92
By. Ny. M Usia14 hari neonates cukup bulan sesuai masa kehamilan

D. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

Rasionalisasi : memberi tahu hasil pemeriksaan merupakan salah satu hak

pasien (Depkes RI, 2012).

Evaluasi : Ibu mengerti kondisi bayinya saat ini.

2. Memberikan informasi tentang pernapasan normal pada bayi.

Rasionalisasi : Pernapasan normal bayi 40-60 x/menit. Apabila tidak ada

pernapasan cuping hidung dan tidak ada tarikan dinding dada.

Evaluasi : ibu mengerti.

3. Mengajarkan ibu cara memandikan bayi

Rasionalisasi : Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering,

untuk mencegah iritasi (Saifuddin, 2011).

Evaluasi: bayi sudah dimandikan

4. Memberitahu untuk tetap menyusui bayinya ASI eksklusif

Rasionalisasi : ASI adalah makanan paling bergizi untuk bayi dan

menyusui bayi sesering mungkin tanpa di jadwal, berikan kapan pun bayi

mau (Roesli U, 2008).

Evaluasi: Ibu bersedia akan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan

5. Mengingatkan kembali tentang tanda-tanda kegawatdaruratan pada bayi

Rasionalisasi : Tanda-tanda kegawatdaruratan pada bayi seperti bayi

malas minum, pergerakkan kurang aktif, demam atau dingin, merintih, bayi

kuning, perut kembung dan terdapat tarikan dinding dada ke dalam ibu dan

93
keluarga harus cepat-cepat membawa bayi ke tempat pelayanan kesehatan

(Edukia, 2013)

Evaluasi: Ibu dan keluarga mengerti tanda kegawatdaruratan pada bayi.

6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau jika ada keluhan

Evaluasi: ibu bersedia

94
95

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang manajemen asuhan kebidanan
berkelanjutan (continuity of care) pada ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatus
pada Ny. M 30 tahun G2P1A0 di BPM Bidan Iis Mina Hendrawati Kabupaten
Bandung. Disamping itu, penulis juga akan membahas kesesuaian serta
kesenjangan antara teori dengan asuhan yang diberikan. Adapun pembahasannya
adalah sebagai berikut:

A. Asuhan Antenatal
Pengkajian dan pemberian asuhan kebidanan masa kehamilan pada Ny.
M dari kehamilan 38 minggu yaitu bertujuan untuk mendeteksi masalah yang
dapat diobati, mencegah masalah dan penggunaan praktek tradisional yang
merugikan, memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi, dan mendorong perilaku yang sehat.
Ny. M telah melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur
sebanyak 6 kali. Dalam hal ini terjadi kesenjangan karena berdasarkan
kebijakan yaitu kunjungan pemeriksaan kehamilan untuk pemantauan dan
pengawasan kesejahteraan ibu dan janin minimal 8 kali selama kehamilan.
Menurut WHO, program antenatal care (ANC) tahun 2016, kunjungan
pemeriksaan kehamilan dengan standar 8 kali kunjungan sebagai upaya
menurunkan angka kematian perinatal dan kualitas perawatan pada ibu. 8 kali
kunjungan antenatal care ditetapkan berdsarkan riset dan meliputi kontak
pertama dengan petugas kesehatan pada umur kehamilan ± 10 minggu, kedua
pada umur kehamilan ± 20 minggu, kontak ketiga pada umur kehamilan ± 24
minggu, kontak ke empat umur kehamilan ± 28 minggu, kontak ke lima umur
kehamilan ± 32 minggu, kontak ke enam umur kehamilan ± 36 minggu,
kontak ke tujuh umur kehamilan ± 37 minggu dan kontak ke delapan pada
umur kehamilan 38 minggu (WHO, 2016).
Ny. M sudah melakukan imunisasi TT 5x. Hal ini sesuai dengan teori dan
tidak ada kesenjangan. Selama kehamilan ini ibu mengalami kenaikan berat
badan sebanyak 12 kg, yaitu berat badan sebelum hamil 53 kg, dan berat
badan pada usia kehamilan 38 minggu menjadi 65 kg. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyebutkan berat badan ibu hamil akan bertambah antara 0,4-0,5
kg per minggu selama kehamilan. Diperkirakan selama kehamilan berat
badan akan bertambah 12,5 kg (Saifuddin, dkk, 2010).
Ibu mengeluh sering BAK. Peningkatan frekuensi berkemih disebabkan
oleh tekanan uterus karena turunnya bagian terbawah janin sehingga kandung
kemih tertekan, kapasitas kandung kemih berkurang dan mengakibatkan
frekuensi berkemih meningkat (Manuaba, 2010).
Ny. M telah melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu triple eliminasi,
Hb, dan urine sebanyak 1 kali pada usia kehamilan 32 minggu. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa salah satu kebutuhan untuk
menentukan diagnosa pada ibu hamil adalah dilakukanya tes laboratorium
(Mochtar, 2013).

B. Asuhan Persalinan
Pengkajian subjektif pada Ny. M tanggal 31 Maret 2023 pukul 14:00
WIB dengan keluhan mules-mules sejak pukul 08:00 WIB , terdapat
pengeluaran lendir campur darah dari jalan lahir. Berdasarkan dengan teori
keluhan yang dirasakan ibu dapat dikatakan ibu telah masuk kedalam
inpartu.
Adapun tanda-tanda inpartu yaitu rasa sakit oleh adanya his datang lebih
kuat, sering, dan teratur. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang
lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks. Kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya. Pada pemeriksaan dalam: serviks
mendatar dan pembukaan telah ada. Hal ini tidak ada kesenjangan antara
praktik dan teori (Mochtar, 2013).

96
Persalinan berlangsung spontan tanggal 31 Maret 2023 pada pukul 18:00
WIB dan kala I berlangsung selama ± 4 jam, menurut teori Lama kala 1 pada
primigravida berlangsung sekitar 12 jam dan pada multigravida berlangsung
sekitar 8 jam (Rohani, dkk, 2011). Hal ini tidak dapat dikatakan dengan
persalinan precipitatus karena pengertian dari persalinan precipitatus itu
sendiri adalah partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam. His yang
terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu
yang sangat singkat. His yang terlalu kuat atau juga disebut hypertonic
uterine contraction (Wiknjosastro, 2009). Sehingga hal ini sesuai dengan
teori dan tidak ada kesenjangan.
Kala II persalinan berlangsung selama 30 menit, hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa kala II pada primipara berlangsung selama 2
jam dan pada multipara 1 jam (Rohani dkk, 2011). Kala III pada kasus Ny.
M berlangsung 5 menit pada pukul 18:05 WIB, melahirkan plasenta secara
spontan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kala III
persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30
menit setelah bayi lahir (Rohani dkk, 2011).
Pada kala IV dimulai dari plasenta lahir sampai 2 jam post partum yang
merupakan waktu kritis bagi ibu dan bayi, maka dari itu dilakukan
pemeriksaan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, jumlah perdarahan, kandung kemih, dan tanda-tanda vital.
Hal ini sudah dilakukan dan tidak ada kesenjangan dengan teori (Saifuddin,
2013).

C. Asuhan Nifas
Ny. M melakukan mobilisasi dengan miring ke kiri dan ke kanan segera
setelah melahirkan dan turun sendiri dari tempat tidur ke kamar mandi
setelah 6 jam melahirkan. Mobilisasi dan early ambulation ini perlu
dilakukan, karena dapat mencegah terjadinya tromboflebitis. Pada

97
kunjungan nifas 6 jam post partum ibu mengeluh masih sedikit mules dan
linu dibagian luka jahitan. Hal ini fisiologis sering dikenal dengan sebutan
after pain. After pain merupakan mules-mules pada perut yang disebabkan
karena kontraksi rahim dan biasanya berlangsung selama 2-4 hari post
partum (Varney, 2011). Cara yang efektif untuk mengurangi afterpain
adalah dengan mengosongkan kandung kemih yang penuh yang
menyebabkan kontraksi uterus tidak optimal.
Pada kunjungan post partum hari ke 3 ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Hasil pemeriksaan dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan tujuan nifas
hari ke 3 sampai dengan hari ke 14, menurut teori yaitu memastikan involusi
uteri berjalan normal (kontraksi baik), memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, mengajarkan ibu cara
perawatan tali pusat (Depkes RI, 2011).
Pada kunjungan post partum hari ke 14, ibu tidak ada keluhan. Bayinya
menyusu dengan baik, dan hanya di berikan ASI saja kemudian ibu
diberikan konseling tentang KB, hal ini sesuai dengan tujuan kunjugan
nifas >2 minggu.
Ny. M hanya mendapatkan tablet Fe untuk masa nifas sebanyak 10 tablet,
sedangkan menurut teori Ibu post partum hendaknya mengkonsumsi tablet
Fe selama 42 hari setelah melahirkan, untuk mencegah terjadinya anemia
pada masa post partum. Hal ini terjadi kesenjangan antara teori dengan
lapangan.

D. Asuhan Bayi Baru Lahir


Segera setelah bayi lahir, penulis menetekkan bayi pada perut Ny. M
dengan melakukan proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Hal ini dilakukan
agar dapat merangsang uterus berkontraksi dan mencegah perdarahan.
Setelah persalinan selesai penulis melakukan penilaian pada bayi dan
melakukan perawatan selanjutnya pada bayi yaitu menjaga kehangatan pada
bayi, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara memberitahu

98
ibu cara menyusui yang benar. Pada bayi Ny. M penulis memberikan tetes
mata sebagai profilaktif yaitu salep mata erlamicetyn 0,3% dan vitamin K1
1 mg yang diberikan secara IM dengan dosis 0,5 mL. Hal ini sudah sesuai
dengan teori dan tidak ada kesenjangan (Kemenkes RI, 2010).
Pada kunjungan ke I, 6 jam keadan umum bayi baik, menangis kuat,
refleks hisap baik, tali pusat masih basah dan ditutup dengan kassa. Hal ini
sudah sesuai dengan teori. Kunjungan hari ke 7 keadaan umum bayi baik,
menangis kuat, warna kulit bayi kekuningan di bagian kepala, leher, sampai
pusat, reflek hisap baik, tali pusat sudah lepas dan kering. Ibu mengatakan
bayinya kurang menyusu karena sering tidur saat akan disusui juga jarang di
jemur dengan alasan hari-hari sebelumnya tidak ada sinar matahari. Warna
kuning yang terjadi pada bayi tersebut merupakan ikterus fisiologi. Ikterus
fisiologi adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke 2
sampai ke 3 setelah lahir yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan
menghilang dengan sendirinya pada hari ke 10 (Susilaningsih, 2013).
Kunjungan hari ke 14 hasil pemantauan bayi dalam keadaan normal,
tidak ada ikterus, ibu hanya memberikan ASI saja, ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa bayi baru lahir hanya diberikan ASI saja, tidak ada
tanda-tanda infeksi.

99
100

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity
of care) pada ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatus dari tahap pengkajian,
menentukan diagnosa, melakukan penatalaksanaan sekaligus evaluasi tindakan
yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan serta mendokumentasikannya
dalam bentuk catatan SOAP, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :
1. Penulis telah mampu melakukan pengkajian data subjektif secara
komprehensif pada meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi
baru lahir. Pada pelaksanaan pengambilan data subjektif penulis tidak
mengalami hambatan, hal ini didukung oleh respon positif dan kooperatif
dari ibu dan keluarga.
2. Penulis telah mampu melakukan pengkajian data objektif secara
komprehensif meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru
lahir. Dalam hasil pengambilan data
3. tidak ditemukan hal-hal yang bersifat patologi.
4. Penulis telah mampu menganalisa data sehingga dapat menegakan sebuah
analisa data. Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan data objektif
secara keseluruhan bahwa kasus ini termasuk fisiologis. Adapun keluhan-
keluhan yang dirasakan oleh klien merupakan hal yang bersifat fisiologis.
5. Penulis telah mampu melaksanakan penatalaksanaan sesuai data yang
diperoleh untuk mengantisipasi masalah yang terjadi dan melakukan
evaluasi dari penatalaksanaan yang sudah dilakukan.
6. Penulis telah mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan berkelanjutan
dengan metode SOAP.
B. Saran
1. Bagi Klien dan Keluarga
Agar dapat menghasilkan asuhan yang baik dan bermutu, kerjasama yang
telah terbina antara klien, keluarga dan bidan harus tetap dipertahankan.
2. Bagi Bidan
Bagi bidan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan diharapkan selalu
memberikan pelayanan kebidanan yang komprehensif mulai dari
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir, juga menjalankan
kewenangan yang tercantum dalam PERMENKES No 28 Tahun 2017.
3. Bagi instansi kesehatan
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal sehingga
meningkatkan kepuasan klien dan menurunkan angka kematian ibu dan
bayi dan menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif.

101
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. Et al (2022) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. PT. Global


Eksekutif Teknologi, Padang
Aritonang, Juneris & Simanjuntak, Yunida T.O (2021) Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Pada Masa Nifas. Deepublish Publiser, Yogyakarta
Astuti, Anjar. Et al (2021) Mutu Pelayanan Kebidanan: Standar Indikator dan
Penilaian. Yayasan Kita Menulis, Medan
Astuti, Sri dkk (2017) Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan Buku Ajar
KebidananAntenal care (ANC). Erlangga, Yogyakarta
Damayanti, Ika Putri, dkk (2014) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru lahir. Deepublish, Yogyakarta
Dinas Kesehatan Jawa Barat (2020) Profil Kesehatan Jawa Barat. Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Dwienda R, Octa, dkk (2014) Bahan Ajr Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi/Balita dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan. Deepublish,
Yogyakarta
Ferbiyeni. Et al (2021) Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif. Yayasan
Kita Menulis, Medan
Fitriahadi, Enny & Utami, Istri (2018) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas
Beserta Daftar Tilik. UNISA, Yogyakarta
Fitriahadi, Enny (2017) Buku Ajar Asuhan Kehamilan Disertai Daftar Tilik.
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Yogyakarta
Fitriana, Yuni dan Widy Nurwiandani (2018) Asuhan Persalinan Konsep
Persalinan secara Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan. Pustaka Baru,
Yogyakarta:
Handayani, S. Rini & Mulyati, T. Sri (2017) Bahan Ajar Kebidanan Dokumentasi
Kebidanan. Kemenkes RI, Jakarta
Hasnidar, et al (2021) Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita. Yayasan
Kita Menulis, Medan
Kemenkes RI (2020) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Kemenkes RI,
Jakarta

Kemenkes RI (2021) Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian kesehatan RI,
Jakarta
Kurniarum, Ari (2016) Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan
Legawati (2018) Asuhan Persalinan dan Bayi Baru lahir. Wineka Media, Malang
Mansur, Nurliana & Dahlan. K (2014) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas.
Selaksa, Malang
Munthe, Juliana dkk (2019) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Berkesinambungan
(Continuity of Care). CV. Trans Indo Media, Jakarta

Mutmainnah, Annisa Ul, et al (2017) Asuhan Persalinan Normal dan bayi Baru
Lahir. ANDI, Yogyakarta
Nugrawati, Nelly & Amriani (2021) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan. CV Adanu Abimata, Yogyakarta
PP IBI (2016) Buku Acuan Midwifery Update.: Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia, Jakarta
Rosyati, Herry (2017) Asuhan Kebidanan Persalinan. Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta
Saifuddin, Abdul Bari (2018) Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

Sari, Wenny Indah P.E & Kurniyati (2022) Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan.
PT. Nasya Expanding Management, Pekalongan
Setiyani, et al (2016) Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah. Kemenkes RI, Jakarta
Sinta, Lusiana El, et al (2019) Buku Ajar Asuhan kebidanan Pada Neonatus, Bayi
dan Balita. Indomedia Pustaka, Sidoarjo
Suarayasa, Ketut (2020) STrategi Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia. Deepublish, Yogyakarta
Sulfianti, et al (2021) Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yayasan Kita
Menulis, Medan
Tonasih & Sari, Vianty Mutya (2019) Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas dan
Menyusui. K-Media, Yogyakarta
Tyastuti, Siti (2016) Asuhan Kebidanan Kehamilan. Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta
Umiyah, Astik, et al (2022) Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. PT. Global
Eksekutif Teknologi, Sumedang
Wagiyo & Putrono (2021) Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal dan Bayi
Baru Lahir. ANDI, Yogyakarta
Wahyuningsih, H. Puji (2018) Bahan Ajar Kebidanan Asuhan Kebidanan Nifas
dan Menyususi. Kemenkes RI, Jakarta
Widatiningsih & Dewi (2017) Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan. Trans Medika,
Yogyakarta

XIII
Yuliani, Diki Retno., et al (2021) Asuhan Kehamilan. Yayasan Kita Menulis,
Medan:
Yulianti, Nila Trisna & Sam Karnilan L.N (2019) Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Cendikia Publiser, Makassar
Yulizawati, dkk (2017) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. CV.
Rumahkayu Pustaka Utama, Padang
Yulizawati, dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Indonesia
Pustaka, Sidoarjo

XIV
LAMPIRAN

XV
XVI

Anda mungkin juga menyukai