Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEGAWATDARURATAN MASA PERSALINAN KALA III

DAN KALA IV DENGAN ATONIA UTERI (SOAP)


MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatal

Disusun Oleh Kelompok 1:


1. Ramadita Safira F0G021053
2. Alya Damayanti F0G021056
3. Ainiyah F0G021062
4. Aulia Inka Aprilia F0G0210667
5. Zabrina Zahara F0G021075

Dosen Pengampu:
Sri Nengsi Destriani S.ST., M.Keb

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS MATEAMTIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT Ssehingga penyusun


dapat menyelesaikan makalah tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Asuhan


Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III Dan Kala IV Dengan Atonia Uteri
(SOAP)” dengan materi “Konsep Dasar Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal”.
Ucapan terimakasih penyusun sampaikan kepada semua anggota
kelompok yang telah berkontribusi memberikan ide, pendapat daan
pemahamannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Makalah ini masih dalam proses pembelajaran, tentunya kritik dan saran
yang membangun penyusun harapkan untuk perbaikan makalah di masa yang
akan datang.

Bengkulu, 05 Maret 2023

Kelompok 1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................6
C. Tujuan...............................................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................................7
TEORI MATERI.......................................................................................................................................7
A. Atonia Uteri....................................................................................................................................7
B. Konsep SOAP Atonia Uteri...........................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................11
SOAP........................................................................................................................................................11
BAB IV.....................................................................................................................................................12
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................12
BAB V.......................................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu
hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung
pada tempat atau usia kehamilan. Indikator yang umum digunakan dalam
kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio) yaitu jumlah
kematian ibu dalam 100,000 kelahiran hidup. Angka ini mencerminkan risiko
obstetrik yang dihadapi oleh seorang ibu sewaktu ibu hamil. Jika ibu tersebut
hamil beberapa kali. resikonya meningkat dan digambarkan sebagai risiko
kematian ibu sepanjang hidupnya, yaitu probabilitas menjadi hamil dan
probabilitas kematian karena kehamilan sepanjang masa reproduksi
(Prawirohardjo, 2014) TAS

Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung Kematian
ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa
nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut.
Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau
penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan,
misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular
(Prawirohardjo, 2014).

Menurut data World Health Organization (WHO), angka kematian ibu di


dunia pada tahun 2015 adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan
jumlah kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan jumlah tertinggi berada di
negara berkembang yaitu sebesar 302.000 kematian. Angka kematian ibu di
negara berkembang 20 kali lebih tinggi dibandingkan angka kematian ibu di
negara maju yaitu 239 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan dinegara maju
hanya 12 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO, 2015),
Salah satu tujuan dari SDGs pada goal ke tiga menerangkan bahwa di tahun
2030, mengurangi AKI hingga di bawah 70 per 100.000 KH, mengakhiri
kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan menurunkan Angka
Kematian Neonatal hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per
1.000 KH. mengurangi 1/3 kematian prematur akibat penyakit tidak menular
melalui pencegahan dan perawatan, serta mendorong kesehatan dan kesejahteraan
mental, memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan sexual dan
reproduksi, termasuk untuk perencanaan, informasi, dan pendidikan keluarga, dan
mengintegrasikan kesehatan reproduksi kedalam strategi dan program nasional.
(www.sdg2030indonesia.or),

Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and


Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan
neonatal sebesar 25%. Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu
dan angka kematian neonatal dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan
emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan
300 Puskesmas/Balkesmas PONED) dan memperkuat sistem rujukan yang efisien
dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar


setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan
bayi. perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan
mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana
(Kementerian Kesehatan RL 2017).

Pada bagian berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan terdiri dari
dari pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita
usia subur dan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan
ibu nifas, Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan pelayanan kontrasepsi
(Kementerian Kesehatan RI, 2017),
Dalam rangka membantu program pemerintah untuk menurunkan AKI / AKB
tersebut penulis akan melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny
I GPA di BPM S.H. mulai dari usia kehamilan 36 minggu sampai dengan nifas 40
hari. Seorang bidan harus mempu memberikan asuhan kebidanan yang
komprehensif dan berkesinambungan dimulai dari antenatal, intranatal, postnatal
serta perawatan bayi baru lahir sesuai kode etik dan standar pelayanan kebidanan
dengan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan
masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir dan balita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu atonia uteri?
2. Bagaimana pengkajian data subjektif pada persalinan dengan atonia uteri?
3. Bagaimana pengkajian data objektif pada persalinan dengan atonia uteri?
4. Bagaimana penatalaksanaan kasus atonia uteri?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui itu atonia uteri,
2. Untuk mengetahui pengkajian data subjektif pada persalinan dengan atonia
uteri,
3. Untuk mengetahui pengkajian data objektif pada persalinan dengan atonia
uteri,
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan kasus atonia uteri.
BAB II
TEORI MATERI

A. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. Gejala utama dari atonia uteri
adalah rahim yang rileks dan tidak berkontrakst setelah melahirkan. Atonia uteri
merupakan penyebab terbanyak dari perdarahan pasca-melahirkan (Wiknjosastro,
2012).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil


konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta (Varney, dkk, 2011). Asri, dkk (2010) mengemukakan bahwa persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepada, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. Beberapa
pengertian lain dari persalinan spontan dengan tenaga ibu, persalinan buatan
dengan bantuan, persalinan anjuran bila persalinan tidak dengan sendirinya tetapi
melalui pacuan. Persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit.

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo, 2010).
Lemahnya kontraksi miometrium merupakan akibat dari kelelahan karena
persalinan lama atau persalinan dengan tenaga besar, terutama bila mendapatkan
stimulasi. Hal ini dapat pula terjadi sebagal akibat dari inhibisi kontraksi yang
disebabkan oleh obat-obatan, seperti agen anestesi terhalogenisasi, nitrat, obat-
obat antiinflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-simpatomimetik dan
nifedipin. Penyebab lain yaitu plasenta letak rendah, toksin bakteri
(korioamnionitis, endomiometritis, septikemia), hipoksia akibat hipoperfusi atau
uterus couvelaire pada abruptio plasenta dan hipotermia akibat resusitasi masif.
Data terbaru menyebutkan bahwa grandemultiparitas merupakan faktor resiko
independen untuk terjadinya perdarahan post partum (Manuaba, 2010).

Pada setiap perdarahan setelah anak lahir, perlu dipikirkan beberapa


kemungkinan karena penanganannya berbeda, jika dengan melalui perabaan
melalui dinding perut, fundus uteri terasa keras dan darah yang keluar berwarna
merah segar, dapatlah dikatakan pada umumnya perdarahan itu disebabkan oleh
laserasi atau robekan pada

salah satu tempat dijalan lahir. Jika perabaan fundus uteri terasa lembek dan
laserasi telah disingkirkan, maka pada umumnya perdarahan ini disebabkan oleh
Atonia uteri (Manuaba, 2010). Diagnosa ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta
lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang
lembek. Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (masase) pada daerah fundus uteri. Perlu diperhatikan
bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah
sebanyak 500 1.000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih
terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam pemberian darah
pengganti (Prawirohardjo, 2010).
B. Konsep SOAP Atonia Uteri
Asuhan kebidanan pada persalinan dengan Atonia Uteri menggunakan 7 langkah
Varney yang didokumentasikan dalam bentuk SOAP sebagai berikut :

a) Data Subjektif (Anamnesa)


Pada kasus pasien dengan atonia uteri masih merasa sedikit lemas karena
banyak kehilangan darah.
b) Data Objektif
1) Keadaan umum Pada kasus ibu dengan perdarahan karena atonia uteri
keadaan umumnya lemah .
2) Vulva Pada kasus ini masih terlihat adanya sisa sisa perdarahan yang
masih terjadi .
3) Abdomen Pada kasus ibu|||||||\\\\\\\dengan atonia uteri pemeriksan
abdomen digunakan untuk meraba kontraksi ada atau tidak untuk
mengetahui tinggi fundus uteri TFU, untuk mengetahui kandung
kemih kosong atau penuh .
4) Data penunjang Pemeriksaan laboratorium pada kasus atonia uteri
adalah Hb dan golongan darah diperlukan sebagai pemastian kondisi
ibu yang telah mengeluarkan darah, sehingga bila Hb darah ibu turun
segera ditangani.
c) Analisa Data
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi
subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Dengan
data dasar kasus atonia uteri dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan
analisa data menjadi misalnya : P1A0 kala IV dengan atonia uteri.
d) Penatalaksanaan
Pelaksanaan perencanaan asuhan kebidanan pada ibu dengan perdarahan
karena atonia uteri meliputi:
1) Memberi informasi pada ibu tentang keadaannya.
2) Melakukan massase pada uterus.
3) Melakukan kompresi bimanual interna atau eksterna.
4) Memasang infus RL 500ml drip oksitosin 20 unit.
5) Memberikan terapi uterotonika dan antibiotika.
6) Mengobservasi perdarahan, vital sign, tinggi fundus uteri dan kontraksi
uterus.
7) Apabila terdapat robekan jalan lahir lakukan penjahitan pada luka.
8) Mengajari keluarga untuk massase uterus.
BAB III
SOAP
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini
Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan
setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-


serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi
daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-scrabut
miometrium tersebut tidak berkontraksi
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, 2018, Asuhan Persalinan dengan Penyulit, Jakarta: EGC

Busman, Andi. 2018, Waspada Perdarahan Pada Fase Kehidupan Wanita, Jakarta:
Salemba Medika

Yuliawati., & Anggraini, Y. (2015). Hubungan Riwayat Pre Eklamsia, Retensio


Plasenta, Atonia Uteri dan Laserasi Jalan Lahir dengan Kejadian
Perdarahan Post Partum pada Ibu Nifas. Jurnal Kesehatan, VI (1).

Anda mungkin juga menyukai