Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEGUGURAN ATAU ABORTUS


Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Thira Eva Rahayu, S.ST., M.KM.

Disusun oleh :
Kelompok 5
Tingkat II B

1. Afla Khatul Mazidah NIM. 287108011406


2. Dea Putri NIM. 287108011413
3. Dinda Safitri NIM. 287108011417
4. Poni NIM. 287108011446

AKADEMI KEBIDANAN GRAHA HUSADA CIREBON


PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah rahmat dan
karunia-Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan KB dan Kespro, pada semester 4, di tahun ajaran 2023, dengan judul “Keguguran
atau Abortus.’’
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun, berkat bantuan dari berbagai
sumber kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktu yang telah ditentukan oleh Dosen.
Kami sadar, sebagai seorang Mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih
baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat
memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda.

Cirebon, 8 Februari 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6

2.1 Definisi Abortus ........................................................................................................................ 6

2.2 Etiologi ...................................................................................................................................... 7

2.3 Klasifikasi ............................................................................................................................... 10

2.4 Komplikasi .............................................................................................................................. 12

2.5 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................................... 12

2.6 Penatalaksanaan ...................................................................................................................... 13

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 14

3.2 Saran ....................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia, tanpa
mempersoalkan penyebabnya, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan
gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan” (Manuaba,
2011).
Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah
perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan aborsi tidak
aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya akses pada perempuan
dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan 13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering
melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu melahirkan 9,4%.
Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka kematian ibu
melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per 100.000 kelahiran,
karena kementerian telah menyiapkan beberapa program termasuk juga pengawasan dan
evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada tahun 2010 tergolong masih
cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000 kelahiran. Walaupun sebelumnya
Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 kematian per 100.000 kelahiran
pada tahun 2009 (Ericca, 2011).
Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan mampu
mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalah tepat dan
sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan di tunjang oleh fasilitas
yang memadai.
Menurut WHO (World Health Organisation), di seluruh dunia sekitar 40-60 juta ibu yang
tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar 500.000 ibu
mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, sekitar 30-50 % di
antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan sekitar 90 % kematian
tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia, (Ericca, 2011).
AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup, AKI
di Filipina 170 kemaian per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand 44 kematian per 100.000
kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan di singapura 6 kematian
per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E, 2011).
Di Sulawesi selatan berdasarkan data yang di peroleh dari dinas kesehatan tingkat 1 dari
bulan januari – desember 2007 jumlah ibu yang mengalami abortus 2478 orang dan yang
mengalami kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah
2571 orang dan yang mengalami kematian 2 orang dan pada tahun 2009 jumlah ibu yang
mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 6 orang (Susanto, C.E,
2011).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Abortus ?
2. Apa saja Jenis Abortus ?
3. Bagaimana Patofisiloginya Abortus ?
4. Apa Penyebab Abortus ?
5. Bagaimana Uji diagnostic Abortus ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan medis Abortus ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulis membuat makalah tentang abortus yaitu :
1. Mengetahui Pengertian Abortus
2. Mengetahui Jenis Abortus
3. Mengetahui Patofisilogi Abortus
4. Mengetahui Penyebab Abortus
5. Mengetahui Uji diagnostic Abortus
6. Mengetahui Penatalaksanaan medis Abortus
7. Untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana dan Kespro.
8. Menambah wawasan penulis mengenai Abortus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Abortus


Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan
memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap
keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar kemungkinan untuk dapat
hidup terus (Amru Sofian, 2015).
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat- obatan
atau bedah, (Morgan, 2011).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus. Anak
baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu. Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang
kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga dengan
immature. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus merupakan suatu keadaan
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia kurang dari 20 minggu
(Kelompok, 2019).
2.2 Etiologi
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil
konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang
menyebabkan kelainan ini adalah :
1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X.
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini
dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering
ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks.
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium belum siap
untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau
terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi
maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh
teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
2. Kelainan pada plasenta
Misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensimenahun. Endarteritis dapat terjadi
dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda
misalnya karena hipertensi menahun. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
palsenta tidak dapat berfungsi. Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes
melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi virus akut,
panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan
gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang
diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu,
khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat.
Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta
masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik
pada trimester pertama, selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya
abortus, dimana auto antibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak
terjadi hipotiroidism yang nyata.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua),
retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap
pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau
retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual khususnya kalau
terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran yang
berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya
abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi
korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-
hipofise.
8. Penyebab dari segi Maternal
1) Penyebab secara umum :
(1) Infeksi
a) Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b) Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c) Parasit, misalnya malaria
(2) Infeksi kronis
a) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b) Tuberkulosis paru aktif.
c) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d) Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum
e) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f) Trauma fisik.
2) Penyebab yang bersifat local :
(1) Fibroid, inkompetensia serviks.
(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.
(3) Retroversikronis.
(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus.
9. Penyebab dari segi Janin
1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2) Mola hidatidosa.
3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada
70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada
tubuh janin.
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan
adekuat.

2.3 Klasifikasi
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah
keguguran (miscarriage).
Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat
bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan
tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang
biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Aspek
klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu :
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali
muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi
nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat
berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak
nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata
disertai pembukaan serviks.
c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya
keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau
sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan
tanda utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero
selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan pervaginam atau gejala
lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak
mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahan- perubahan pada payudara biasanya kembali
seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi
yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut selama tiga kali atau
lebih
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar tubuh.
Abortus ini dibagi 2 yaitu :
1) Abortus medisinalis
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
2) Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi- sembunyi oleh tenaga
tradisional.
2.4 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah :
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa
hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama
setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan
tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga
pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi
karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus,
sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara
dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml
dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi
pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang
digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.
5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti KmnO4
pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau
kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-
Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan
waktu.
7. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan
pengaliran arus listrik.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :
1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi rangsangan
mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai perdarahan benar – benar berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi atau memasukkan
sesuatu ke dalam vagina) Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme
2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :
a. Evaluasi tanda – tanda vital
b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis dan servisistis :
observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan darah, atau bagian – bagian
janin
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta kondisi
ketuban
3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukkan
kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin untuk menenangkan wanita
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala bahaya
dan pertahankan nilai normal
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil
pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal.
Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti
phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi hormonal yaitu
progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian
mudigah pada kehamilan muda.
Klafikasi abortus menurut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan, yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas
digunakan adalah keguguran (miscarriage).
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat), yaitu menghentikan kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar
kandungan apabila kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah
100 gram bisa hidup di luar tubuh.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini. Betapa pentingnya dan bermanfaat untuk mengantisipasi dari pada penyebab
kelainan-kelainan yang menyebabkan Abortus.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa
mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk
menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA


(North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Media Hardy.

Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.

Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai