Disusun oleh :
Kelompok 5
Tingkat II B
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah rahmat dan
karunia-Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan KB dan Kespro, pada semester 4, di tahun ajaran 2023, dengan judul “Keguguran
atau Abortus.’’
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun, berkat bantuan dari berbagai
sumber kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktu yang telah ditentukan oleh Dosen.
Kami sadar, sebagai seorang Mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih
baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat
memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia, tanpa
mempersoalkan penyebabnya, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan
gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan” (Manuaba,
2011).
Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah
perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan aborsi tidak
aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya akses pada perempuan
dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan 13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering
melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu melahirkan 9,4%.
Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka kematian ibu
melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per 100.000 kelahiran,
karena kementerian telah menyiapkan beberapa program termasuk juga pengawasan dan
evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada tahun 2010 tergolong masih
cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000 kelahiran. Walaupun sebelumnya
Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 kematian per 100.000 kelahiran
pada tahun 2009 (Ericca, 2011).
Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan mampu
mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalah tepat dan
sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan di tunjang oleh fasilitas
yang memadai.
Menurut WHO (World Health Organisation), di seluruh dunia sekitar 40-60 juta ibu yang
tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar 500.000 ibu
mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, sekitar 30-50 % di
antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan sekitar 90 % kematian
tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia, (Ericca, 2011).
AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup, AKI
di Filipina 170 kemaian per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand 44 kematian per 100.000
kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan di singapura 6 kematian
per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E, 2011).
Di Sulawesi selatan berdasarkan data yang di peroleh dari dinas kesehatan tingkat 1 dari
bulan januari – desember 2007 jumlah ibu yang mengalami abortus 2478 orang dan yang
mengalami kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah
2571 orang dan yang mengalami kematian 2 orang dan pada tahun 2009 jumlah ibu yang
mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 6 orang (Susanto, C.E,
2011).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Abortus ?
2. Apa saja Jenis Abortus ?
3. Bagaimana Patofisiloginya Abortus ?
4. Apa Penyebab Abortus ?
5. Bagaimana Uji diagnostic Abortus ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan medis Abortus ?
2.3 Klasifikasi
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah
keguguran (miscarriage).
Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat
bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan
tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang
biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Aspek
klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu :
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali
muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi
nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat
berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak
nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata
disertai pembukaan serviks.
c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya
keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau
sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan
tanda utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero
selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan pervaginam atau gejala
lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak
mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahan- perubahan pada payudara biasanya kembali
seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi
yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut selama tiga kali atau
lebih
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar tubuh.
Abortus ini dibagi 2 yaitu :
1) Abortus medisinalis
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
2) Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi- sembunyi oleh tenaga
tradisional.
2.4 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah :
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa
hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama
setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan
tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga
pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi
karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus,
sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara
dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml
dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi
pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang
digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.
5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti KmnO4
pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau
kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-
Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan
waktu.
7. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan
pengaliran arus listrik.
3.1 Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian
mudigah pada kehamilan muda.
Klafikasi abortus menurut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan, yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas
digunakan adalah keguguran (miscarriage).
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat), yaitu menghentikan kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar
kandungan apabila kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah
100 gram bisa hidup di luar tubuh.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini. Betapa pentingnya dan bermanfaat untuk mengantisipasi dari pada penyebab
kelainan-kelainan yang menyebabkan Abortus.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa
mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk
menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.