Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN


( ABORTUS )

Di Susun Oleh ; Kelompok 1


St. Rahma 70300119001
Yuni 70300119002
Hasbiallah 70300119003
Nurfazilah 70300119004
Della Safitra 70300119005
Nurhikmah 70300119006
Siti Nuraini Irwan 70300119007
Islah Islami 70300119008
Rabiyatul Awaliyah 70300119009
Masyita Fajriati. Z 70300119010
Andi Mutiara Mutahahharah 70300119011

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufiq dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
Makalah Keperawatan Maternitas II ini. Kami juga berterima kasih kepada dosen
Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II, Nurul Fadhillah Gani., S.Kep., Ns.,
M.Kep, Dr. Hasnah., S.Kep., Ns., M.Kep, dan Nurhidayah., S.Kep., Ns., M.Kep
yang telah menugaskan pembuatan laporan ini dan membimbing kami dalam
penyusunan laporan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai Keperawatan Maternitas II. Kami
menyadari bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, Kami berharap ada kritik, saran dan
usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan. Kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Ternate, 14 April 2021

Kelompok I

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................................1

Kata Pengantar.........................................................................................................2

Daftar Isi..................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan................................................................................................4

A. Latar belakang..............................................................................................4

B. Tujuan
Penelitian..........................................................................................5

Bab II Pembahasan................................................................................................6

A. Definisi.........................................................................................................6

B. Etiologi/Penyebab........................................................................................6

C. Tanda dan Gejala.........................................................................................9

D. Penanganan.................................................................................................1
1

E. Pengkajian..................................................................................................12

F. Patofisiologi/Penyimpangan KDM............................................................16

G. Diagnosa Keperawatan..............................................................................17

H. Intervensi Keperawatan.............................................................................17

Bab III Penutup....................................................................................................21

A. Kesimpulan.................................................................................................2
1

B. Saran...........................................................................................................21

3
Daftar Pustaka......................................................................................................22

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abortus adalah berakhirnya kehamilan


sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa
mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan
seorang perempuan hamil dengan spontan gugur.
Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang
disengaja” dan “abortus spontan” .(Nurarif .A.H.
dan Kusuma. H., 2015)

Adapun penyebab langsung kematian ibu di


Indonesia pada tahun 2007 adalah perdarahan yang
mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%,
infeksi 11% dan aborsi tidak aman sebesar 5%,
sedangkan penyebab tidak langsung adalah
rendahnya akses pada perempuan dalam
mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan
13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan
37%, dan terlalu pendek waktu melahirkan 9,4% .
(Nurarif .A.H. dan Kusuma. H., 2015)
Menurut WHO (World Health Organisation),
Pada 2015 mendatang angka kematian ibu
melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun
menjadi 103 kematian per 100.000 kelahiran, karena
kementerian telah menyiapkan beberapa program
termasuk juga pengawasan dan evaluasi. Namun
angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada tahun
2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai
228 kematian per 100.000 kelahiran. Walaupun
sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan
penurunan dari angka 300 kematian per 100.000

5
kelahiran pada tahun 2009 .Penanganan yang
terpenting dalam menangani masalah abortus adalah
bidan mampu mengetahui dari gejala-gejala abortus
agar dalam mendiagnosa suatu masalah tepat dan
sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi
dengan dokter dan di tunjang oleh fasilitas yang
memadai. (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H., 2015)
Menurut WHO (World Health Organisation),, di
seluruh dunia sekitar 40-60 juta ibu yang tidak
menginginkan kehamilannya melakukan aborsi
setiap tahun. Sekitar 500.000 ibu mengalami
kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan
persalinan, sekitar 30-50 % di antaranya meninggal
akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan
sekitar 90 % kematian tersebut terjadi di Negara
berkembang termasuk Indonesia, (Nurarif .A.H. dan
Kusuma. H., 2015)
AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi
bahkan tertinggi di ASEAN (Association of
Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per
100.000 kelahiran hidup, AKI di Filipina 170
kemaian per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand
44 kematian per 100.000 kelahiran hidup, brunai
39,0 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan di
singapura 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Di Sulawesi selatan berdasarkan data yang di
peroleh dari dinas kesehatan tingkat 1 dari bulan
januari – desember 2007 jumlah ibu yang
mengalami abortus 2478 orang dan yang mengalami
kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu
yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan
yang mengalami kematian 2 orang dan pada tahun

6
2009 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah
2571 orang dan yang mengalami kematian 6 orang.
(Nurarif .A.H. dan Kusuma. H., 2015)
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
abortus di Indonesia dan juga mengetahui beberapa
faktor yang berhubungan dengan terjadinya
pendarahan dalam kehamilan (Abortus) yaitu,
mengetahui dan memahami definisi dari perdarahan
dalam kehamilan (Abortus), memahami penyebab-
penyebab yang terjadi pada pendarahan dalam
kehamilan (Abortus), mengetahui tanda-tanda dan
gejala dari pendarahan dalam kehamilan (Abortus),
dan juga harus mengetahui dan memahami
patofisiologi dari pendarahan dalam kehamilan
(Abortus).

B
A
B

7
I
I

P
E
M
B
A
H
A
S
A
N

A. DEFINISI

Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil


konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang
menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu
dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus
hidup dibawah 400 gram itu diangggap keajaiban karna
semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar
kemungkinan untuk dapat hidup terus .(Kusuma. H, 2012)
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.Sebagai
batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. Abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus
adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui
metode obat- obatan atau bedah.(Kusuma. H, 2012)
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di

8
dunia luar disebut abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia
luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai
batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram.
Jika anak yang lahir beratnya antara 500
– 999 gram disebut juga dengan immature.Abortus adalah
berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup diuar kandungan.
Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa
abortus merupak suatu keadaan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia kurang dari 20
minggu .(Kusuma. H, 2012)
B. ETILOGI / PENYEBAB

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.

Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan


sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang
berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada
kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan
ini adalah :
1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma
X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan
penyebab paling sering untuk abortus dini dan
kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat
kromosom. Kelainan yang sering ditemukan
pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi
dan kemungkinan pula kelainan kromosom
seks.
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.

Bila lingkungan di endometrium di sekitar

9
tempat implantasi kurang sempurna sehinga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.Endometrium belum siap untuk
menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga
karena gizi ibu kurang karena anemia atau
terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-
obatan tembakau dan alcohol.Radiasi, virus,
obat-obatan, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh
ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
Zat teratogen yang lain misalnya tembakau,
alkohol, kafein, dan lainnya.(Morgan, 2012)
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili
korialis karena hipertensimenahun.Endarteritis dapat
terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini
biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena
hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan
berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta,
diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi
menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.(Morgan, 2012)
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat,
keracunan dan toksoplasmosis.Penyakit-penyakit
maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut
infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya
pada vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis
dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin.

10
Kesalahan pada metabolisme asam folat yang
diperlukan untuk perkembangan janin akan
mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu,
khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses
normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan
menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi
uterus. Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus
yaitu pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian
terjadi abortus. Kelainan endokrin misalnya diabetes
mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik
pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism
dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana
autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi
abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang
nyata.(Musliha, 2012)
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks
(untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri,
mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan
kavum uteri atau halangan terhadap pertumbuhan dan
pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi
kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan
pada servik akibat robekan yang dalam pada saat
melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi,
amputasi).Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus,
retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi
pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan

11
serviks postpartum.(Musliha, 2012)
5. Trauma.

Tapi biasanya jika terjadi langsung pada


kavum uteri.Hubungan seksual khususnya kalau
terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada
wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
(Nurul Jannah, 2012)
6. Faktor-faktor hormonal.

Misalnya penurunan sekresi progesteron


diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada
usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat
plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum dalam
produksi hormon. (Nurul Jannah, 2012)
7. Sebab-sebab psikosomatik.

Stress dan emosi yang kat diketahui dapat


mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-hipofise.
(Nurul Jannah, 2012)
8. Penyebab dari segi Maternal

1) Penyebab secara umum:

(1) Infeksi

a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.


b. Infeksibakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria

(2) Infeksi kronis

a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.


b. Tuberkulosis paru aktif.
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa,
dll.
d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis,
diabetes, anemia berat, penyakit jantung, toxemia

12
gravidarum
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik.

2) Penyebab yang bersifat lokal:

(1) Fibroid, inkompetensia serviks.

(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.

(3) Retroversikronis.

(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu


hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus.
(Nurul Jannah, 2012)
9. Penyebab dari segi Janin

1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.

2) Mola hidatidosa.

3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan


degenerasi.

4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis


selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70% kasus,
ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang
atau terjadi malformasi pada tubuh janin.

5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang


kejadian abortus adalah kelainan chromosomal.

6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan


trofoblast untuk melakukan implantasi dengan
adekuat.(Nurul Jannah, 2012)

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen
adalah:

13
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20
minggu

a) Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum


tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi
normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat
b) Perdarahan pervagina mungkin disertai
dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
c) Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas
simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
d) Pemeriksaan ginekologi:

1) Inspeksi Vulva : perdarahan


pervagina ada atau tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium bau busuk
dari vulva

2) Inspekulo : perdarahan dari cavum


uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan
keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium

3) Colok vagina : porsio masih terbuka


atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar
uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat
porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas
tidak menonjol dan tidak nyeri

14
4) Hasil pemeriksaan kehamilan masih
positif. (Nursalam, 2012)

e) Terdapat keterlambatan datang bulan

f) Terdapatnya perdarahan, disertai sakit perut (mules)

g) Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim


sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot rahim.

h) Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan


dari kanalis servikalis, kanalis servikalis masih
tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim.

i) Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif .(Nursalam,


2012)

15
D. PENANGANAN

penanganan abortus Inkomplitus adalah sebagai berikut:


1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan
kurang dari 16 minggu evakuasi dapat dilakukan
secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol
400 mg per oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan
usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa
hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan
metode evaluasi yang terpilih. Evaluasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika AVM tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera,
beri ergometrin 0,2 mg IM atau Misoprostol
400 mg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam
jika perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 6 minggu :
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml
cairan IV (garam fisiologis atau larutan
Ringer Laktat) dengan kecepatan 40
tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mg per
vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi (maksimal 800 mg)
c. Evakuasi hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus.
4) Mencegah Gangguan rasa nyaman nyeri
5) Mempertahankan Volume cairan kembali

16
6) Mempertahankan Aktivitas dengan mobilisasi
7) Mencegah Terjadinya infeksi
8) Mencegah Terjadinya cemas. (Elvira, 2013)

17
E. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan langkah awal dalam landasan


proses keperawatan, bertujuan untuk mengumpulkan data
tentang pasien agae dapat mengidentifikasi dan menganalisa
masalah pasien. Penulis hanya akan menjelaskan pengkajian
secara khusus pada pasien dengan abortus.

Pengkajian abortus adalah:


a) Anamesa:

1) Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu)

2) Adanya kram perut atau mules daerah atas simpisis, nyeri


pinggang akibat kontraksi uterus

3) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya


jaringan hasil konsepsi

4) Lama kehamilan

5) Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas


yang mempengaruhi

6) Karakteristik darah: merah terang, kecokelatan, adanya gumpalan


darah, dan lender

7) Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul


atau tajam, mulas, serta pusing

8) Geajala – gejala hipovolemia seperti sinkop.(Rahmawati, 2013)

b) Keluhan utama:

Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya


perdarahan pervaginam berulang, rasa nyeri atau kram
pada perut.Pasien juga mungkin mengeluhkan terasa ada
tekanan pada punggung, merasa lelah dan lemas.
c) Riwayat kesehatan , yang terdiri atas:

18
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai
saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar
siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

a. Riwayat pembedahan

Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami


oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa
dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

b. Riwayat penyakit yang pernah dialami

Kaji adanya penyakit yang pernah dialami


oleh klien misalnya: DM, jantung, hipertensi,
masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin,
dan penyakit- penyakit lainnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga

Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari


genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai
penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.(Rahmawati, 2013)
d) Riwayat Obstetri

Yang perlu dikaji adalah:

a. Keadaan haid

Yang perlu diketahui pada keadaan haid


adalah tentang Menarche, siklus haid, hari pertama
haid terakhir, jumlah dan warna darah keluar,
lamanya haid, nyeri atau tidak, bau.

b. Perkawinan

Yang perlu ditanyakan berapa kali kawin dan

19
sudah berapa lama.
c. Riwayat kehamilan

Riwayat kehamilan yang perlu diketahui


adalah berapa kali melakukan ANC (Ante Natal
Care), selama kehamilan
d. Riwayat seksual

Kaji mengenai aktivitas seksual klien,


jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn
yang menyertainya.(Rahmawati, 2013)
e) Riwayat pemakaian obat

Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi


oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
f) Pemeriksaan Fisik

Dalam melakukan pemeriksaan fisik, metode


yang digunakan adalah pemeriksaan Head To Toe.
Pemeriksaan fisik secara head to toe pada klien dengan
abortus meliputi:
1) Keadaan umum
Klien dengan abortus biasanya keadaan umumnya lemah

2) Tanda – tanda vital

a. Tekanan darah : Menurun

b. Nadi : Mungkin meningkat (›90x/menit)

c. Suhu : Meningkat/menurun

d. Respirasi : Meningkat ›20x/menit

3) Kepala:

a. Inspeksi: bersih atau tidaknya, ada atau lesi

b. Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan, krepitasi, masa

20
4) Wajah

a. Inspeksi : Tampak pucat, ada atau tidak oedem

5) Mata

a. Inspeksi : Konjungtiva tampak pucat (karena adanya


perdarahan), sklera ikterus.

6) Hidung

a. Inspeksi : Simetris atau tidak, ada tidaknya polip

7) Telinga

a. Inspeksi : Ada tidaknya peradangan dan lesi

8) Mulut

a. Inspeksi : Periksa apakah bibir pucat atau kering,


kelengkapan gigi, ada tidaknya karies gigi.
9) Leher

a. Inspeksi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar


tiroid da limfe

b. Palpasi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid


dan limfe
10) Payudara

a. Inspeksi : Ukuran payudara, simetris dan


penampilan kulit, inspeksi puting teradap ukuran,
bentuk, ada tidaknya ulkus dan kemerahan.

b. Palpasi :Palpasi payudara untuk mengetahui


konsistensi dan nyeri tekan

11) Thorax
a. Inspeksi : Pergerakan dinding dada, frekuensi,
irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu
pernapasan, ada tidaknya retaksi dinding dada
b. Palpasi :Ada tidaknya nyeri tekan dan krepitasi

21
vocal premitus
c. Perkusi : Kenormalan organ thorax
d. Auskultasi : Ada tidaknya suara nafas tambahan
12) Abdomen
a. Inspeksi : Pembesaran perut sesuai usia
kehamilan, perdarahan pervaginam, terlihat
jaringan parut pada perut, ada tidaknya jaringan
hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
b. Auskultasi : Bising usus normal
c. Palpasi : TFU 2 jari diatas simpisis pubis, terdapat
kontraksi uterus, tonus baik, lembek dan tidak
terdapat nyeri tekan.
d. Perkusi :Suara normal timfani, untuk mengetahui
suara normalnya bila masih ada sisa hasil konsepsi
yang belum dkeluarkan maka suara akan berubah
menjadi lebih pekak
13) Genetalia
a. Inspeksi : Kebersihan kurang, perdarahan
pervaginam, terdapat bekuan darah, serviks
tampak mendatar dan dilatasi
14) Ekstremitas atas
a. Inspeksi : Ada tidaknya infus yang terpasang
b. Palpasi : CRT (Capilary Refile Time)
15) Ekstremitas bawah
a. Inspeksi : Ada tidaknya deformitas
b. Palpasi: Akral (perdarahan biasanya disertai dnegan akral
dingin).

g) Pemeriksaan pemeriksaan penunjang:

Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan


abortus imminens, abortus habitualis, serta missed abortion:
1) Pemeriksaan ultrasonografi atau doppler untuk
menentukan apakah janin masih hidup atau tidak,

22
serta menentukan prognosis.
2) Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
3) Tes kehamilan.(Rahmawati, 2013)

23
F. PATIFISIOLOGI / PENYIMPANGAN KDM

24
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada ibu abortus


imminens, menurut antara lain adalah:
a. Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan
kerusakan jaringan intrauterine
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan perdarahan
c. Intoleransi berhubungan dengan respon tubuh terhadap
aktivitas: perdarahan, keletihan
d. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan,
kondisi vulva lembab
e. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan,
masalah kesehatan. (Misroh, 2012)

B. INTERVENSI KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit


Dalam :
a. Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan
kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di
harapkan: gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi
dengan:
Kriteria Hasil:

1) Nyeri tidak ada

2) Nyeri hilang

Rencana Tindakan:

1) Observasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,


kualitas, intensitas nyeri
2) Observasi skala nyeri

25
3) Monitor tanda – tanda vital
4) Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
5) Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri (miring
kanan, miring kiri)
6) Kolaborasi pemberian analgetika .(Misroh, 2012)

b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan


dengan perdarahan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di
harapkan resiko tinggi kekuragan volume cairan dapat
diatasi dengan: Kriteria Hasil:

1) Tanda-tanda vital dalam batas normal


2) Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan
dibuktikkan dengan haluaran urine adekuat dengan berat
jenis normal 3 – 5 ml/ jam
3) Turgor kulit elastis
4) Capillaryrefill kurang dari 2 detik Rencana Tindakan:
a) Kaji dan observasi penyebab kekurangan cairan (perdarahan)
b) Kaji kondisi status hemodinamika
c) Kaji intake output
d) Monitor tanda – tanda vital
e) Pantau kadar Hb dan Ht
f) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi (Misroh,
2012)
c. Intoleransi berhubungan dengan respon tubuh terhadap
aktivitas: perdarahan, keletihan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di
harapkan klien dapat mobilisasi dengan:
Kriteria Hasil:

1) Klien dapat beraktivitas kembali

2) Klien dapat melakukan aktivitas mandiri

26
3) Klien

Rencana Tindakan:

1. Kaji respon klien terhadap aktivitas: perdarahan dan keletihan

2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

3. Monitor tanda – tanda vital

4. Tingkatkan aktivitas secara bertahap

5. Berikan klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-


hari

6. Berikan klien untuk melakukan tindakan


sesuai dengan kemampuan/kondisi klien.
7. Anjurkan klien untuk istirahat sesuai jadwal sehari – hari

8. Anjurkan pemenuhan aktivitas berat yang tidak


dapat/ tidak boleh dilakukan klien, dan libatkan
keluarga klien
9. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan
aktivitas .(Misroh, 2012)
d. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan,
kondisi vulva lembab
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di
harapkan Tidak terjadi infeksi selama perawatan
perdarahan dengan: Kriteria Hasil:

1) Infeksi tidak terjadi


2) Tanda – tanda vital dalam batas normal
3) Tanda – tanda infeksi berkurang

Rencana
Tindaka
n:

1. Kaji tanda – tanda vital

27
2. Monitor tanda – tanda infeksi

3. Kurangi organisme yang masuk kedalam


individu: cuci tangan, steril untuk perawatan luka
dan tindakan invasive
4. Anjurkan klien menggunakan tehnik aseptic

5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic(Misroh, 2012)


e. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan tidak
terjadi kecemasan pada klien dengan :
Kriteria hasil :

a) Aktivitas fisik meningkat

b) Cemas berkurang

Rencana Tindakan:

a) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien


dan keluarga terhadap penyakit
b) Kaji derajat kecemasan yang dialami
klien
c) Bantu klien mengidentifikasi penyebab
kecemasan
d) Asistensi klien menentukan tujuan
perawatan bersama
e) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang
perlu diketahui oleh klien dan keluarga.
(Misroh, 2012)

28
29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16
minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat
fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap keajaiban karna semakin tinggi
BB anak waktu lahir Makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus .
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode
obat- obatan atau bedah.
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah
mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang
mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500
gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500– 999 gram disebut juga
dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diuar kandungan.

B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih jauh
dari kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

30
31
DAFTAR PUSTAKA

Elvira. (2013). Hubungan Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Di RSUD
Rokan Hulu Jurnal Maternity and Neonatal Vol 1 No 2 2013.
Kusuma. H, dan N. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC.
Yogyakarta: Media Hardy.
Misroh. (2012). Hubungan Beban Kerja Dengan Kejadian Abortus Spontan Pada
Perempuan Yang Bekerja Di Sentra Pertanian Di Kabupaten Lombok Timur
Elektronik Thesis Dan Disertasi. Univertas Gajah Mada. Yogyakarta.
Morgan. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade
S.
Musliha. (2012). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Nurul Jannah. (2012). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Andi Offset. Yogyakarta.
Rahmawati, M. (2013). Kondisi Sosio Demografi Pasangan Usia Subur (PUS)
dan Peran Suami Siaga terhadap Kesehatan Maternal. Jurnal Biometrika
dan Kependudukan, Vol. 2, No. 1 Juli 2013: 66–74.

32

Anda mungkin juga menyukai