Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI/ LITERATURE

DENGAN GANGGUAN PEMENUHN KEBUTUHAN NUTRISI

PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun oleh :

Nama : Juliana Tamala Bilqisti

NIM : P27824118015

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D3 KEBIDANAN SUTOMO

TAHUN AJARAN 2019/2020


Lembar Pengesahan

Laporan individu yang disusun oleh mahasiswa semester IV Program Studi D3


Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya Tahun Akademik
2019/2020 dilakukan pada keadaan yang sebenarnya.

Pembimbing Pendidikan

Evi Yunita N, M.Keb Rekawati S., A.Per.Pen., M.kes

NIP. 198006212002122001 NIP. 196706011989032002

Mengetahui,

Ketua Prodi D3 Kebidanan Sutomo

Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb

NIP. 197910302005012001

Dosen Tabulasi

DR. Sri Utami, S.Kp., M.Kes

NIP. 1966711141990032001
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kami
kesehatan jasmani dan rohani serta petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN TEORI/
LITERATURE DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI PDA
IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM”
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu Tugas dari mata
kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan. Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam penyusunan
makalah ini.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih banyak kepada :

1. Evi Yunita N, M.Keb


2. Rekawati S., A.Per.Pen., M.kes

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca
untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, makalah ini mungkin masih


jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
Lembar Pengesahan..........................................................................................................................2
Kata Pengantar..................................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN............................................................................................................................5
1.1 Latar belakang.........................................................................................................................5
1.2 Tujuan.....................................................................................................................................6
1.2.1 Tujuan Umum..................................................................................................................6
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................................................6
BAB II..............................................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI..........................................................................................................................7
2.1 Konsep dasar Hiperemesis Gravidarum..................................................................................7
2.1.1 Pengertian........................................................................................................................7
2.1.2 Etiologi.............................................................................................................................7
2.1.3 Tanda dan Gejala.............................................................................................................8
2.1.4 Patofisiologi.....................................................................................................................9
2.1.5 Komplikasi......................................................................................................................9
2.1.6 Pencegahan........................................................................................................................10
2.1.7 Obat- obatan...................................................................................................................10
2.2 Kebutuhan Dasar Manusia Nutrisi........................................................................................12
2.2.1 Pengertian Nutrisi...........................................................................................................12
2.2.2 Nutrisi Yang Diperlukan bagi Ibu Hamil......................................................................13
2.2.3 Contoh Pengaturan Makan Sehari untuk Ibu Hamil.......................................................18
2.2.4 Contoh Menu Sehari untuk Ibu Hamil...........................................................................18
2.2.5 Akibat Gangguan Gizi pada Pertumbuhan Janin............................................................19
BAB III...........................................................................................................................................22
TINJAUAN KASUS TEORI.........................................................................................................22
3.1 Data subyektif.......................................................................................................................22
3.2 Data Objektif.........................................................................................................................24
3.3 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................28
3.4 Evaluasi Keperawatan...........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita, dimana proses
ini akan menyebabkan terjadinya beberapa perubahan seperti perubahan fisik dan mental.
Proses kehamilan yang normal terjadi selama 40 minggu, dimana kehamilan biasanya
terbagi kedalam 3 fase atau yang lebih dikenal dengan sebutan trimester (Bobak, Jensen,
and Lowdermilk, 2005). Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah
gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi
pada pagi hari, tetapi dapat pulatimbul setiap saat dan malam hari.Hiperemesis
Gravidarum didefinisikan sebagai kejadian mual dan muntah yang mengakibatkan
penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan cairan dan nutrisi abnormal,
ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta memiliki konsekuensi yang
merugikan janin. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada
kehamilan tremister I, yaitu pada minggu 1 sampai minggu ke 12 selama masa kehamilan
(Runiari, 2010).

Mual mutah biasanya bersifat ringan tetapi apabila kondisi ini terus
menurus setiapkali makan dan minum akibatnya tubuh ibu semakin lemah, pucat, karena
tidak adanya asupan nutrisi dan cairan sehingga dapat membahayakan kesehatan ibu dan
janin (Hidayati, 2009 dalam Rahmalia 2009). Status nutrisi ibu hamil pada waktu
pertumbuhan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin, berat badan ibu hamil harus memadai, berat badan bertambah sesuai umur
kehamilan, dikarenakan berat badan ibu yang normal akan menghasilkan bayi yang sehat
dan normal pula, oleh karena itu nutrisi sangat di butuhkan untuk ibu hamil.

Hiperemesis gravidarum ini pada umumnya dialami oleh ibu primigravida


sebanyak 60-80%, dan multigravida sebanyak 40-60%. Menurut WHO sebagai badan
perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang menangani masalah bidang kesehatan,
mengatakan bahwa hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia, di antaranya negara-
negara benua Amerika dengan angka kejadian yang beragam yaitu mulai 0,5-2%, sebanyak
0,3% di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia,
2,2% di Pakistan, dan 1,9% di Turki. Sedangkan angka kejadian hiperemesis gravidarum
di Indonesia adalah mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan. Perbandingan insidensi secara
umumnya yaitu 4 : 1000 (Atika, Hardians, dkk, 2016).

Dari uraian diatas, disini penulis ingin menyusun asuhan keperawatan dengan
gangguan kebutuhan nutrisi pada ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan dengan gangguan kebutuhan nutrisi


pada ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui teori dalam pengkajian subjektif ibu hamil dengan
hyperemesis gravidarum
2. Untuk mengetahui teori dalam pengkajian objektif ibu hamil dengan
hyperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui teori diagnose keperawatan ibu hamil dengan
hyperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui teori dalam mengevaluasi ibu hamil dengan
hyperemesis gravidarum
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep dasar Hiperemesis Gravidarum

2.1.1 Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah lebih dari 10
kali dalam 24 jam, sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.
Keadaan ini rata-rata muncul pada usia kehamilan 8-12 minggu (Susilawati dan Erlina, 2017).

Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama


masavhamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defiisiensi nutrisi,
dan kehilangan berat badan (Lowdermilk,2004 ).

Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering terjadi pada kehamilan
trimester I,kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu (Mansjoer,2010)

2.1.2 Etiologi

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun terdapat bebarapa
teori yang menjelaskan peyebab terjadinya, dimana Hiperemesis Gravidarum berhubungan dengan
terjadinya peningkatan kadar estrogen atau human chorionic gonadotropin (HCG) dan mungkin
juga berhubungan dengan terjadinya hipertiroidisme selama kehamilan (Sandven, 2010). Penyebab
lain adalah peningkatan kadar hormon progestron serta peningkatan hormon estrogen (Runiari,
2010). Faktor psikologis juga berperan terhadap terjadinya Hiperemesis Gravidarum seperti
tekanan pekerjaan, rumah tangga yang retak dan dapat menyebabkan konflik mental sehingga
memperparah mual dan muntah (Runiari, 2010).

Berikut adalah faktor predisposisi terjadinya hyperemesis gravidarum:

1. Psikologis, bergantung pada:


a. Apakah si ibu dapat menerima kehamilannya.
b. Apakah kehamilannya diinginkan atau tidak.
2. Fisik:
a. Terdapat kemungkinan masuknya villi khorealis ke dalam sirkulasi darah ibu.
b. Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikan
human chorionic gonadothropin.
c. Faktor konsentrasi human chorionic gonadothropin yang tinggi:
 Primigravida lebih sering dari multigravida
 Semakin meningkat pada mola hidatidosa, hamil ganda dan
hidramnion.
d. Faktor gizi/ anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
Faktor predisposisi antara lain:
1) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, kehamilan ganda
akibat peningkatan kadar HCG dan wanita yang sebelum hamil sudah
menderita gangguan lambung spesifik (Sarwono, 2005).
2) Faktor organik karena masuknya vili khorealis dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
3) Faktor psikologik keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan.
4) Faktor endokrin lainnya hipertiroid, diabetes ( Esti, 2009).
Hormon yang terbentuk dalam tubuh ibu saat mingu-minggu awal kehamilan membuat
ibu merasa menderita, saat hormon-hormon tersebut, mempengaruhi perut, selera
makan dan pusat khusus otak yang dapat memicu respon muntah. (Esti, 2009).

2.1.3 Tanda dan Gejala


Hiperemesis gravidarum dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
1. Tingkat 1
Muntah terus menerus ( > 3 – 4 x sehari, dan mencegah masuknya makanan
atau minuman selama 24 jam ) yang menyebabkan ibu menjadi lemah, tidak
ada nafsu makan, berat badan turun (2 – 3 Kg dalam 1 – minggu), nyeri ulu
hati, nadi meningkat sampai 100 x / menit, tekanan darah sistolik menurun,
turgor kulit menurun dan mata cekung.

2. Tingkat 2
Penderita tampak lebih lemah dan tidak peduli pada sekitarnya, nadi kecil
dan cepat, suhu kadang naik, mata cekung dan sedikit kuning, berat badan
turun, tekanan darah turun, pengentalan darah, urin berkurang, sulit BAB,
dan pada nafas dapat tercium bau aseton.

3. Tingkat 3
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun sampai
koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tekanan darah menurun.
Pada janin dapat terjadi ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus,
penglihatan ganda, dan perubahan mental. Keadaan ini akibat kekurangan
zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Jika sampai ditemukan kuning
berarti sudah ada gangguan hati

2.1.4 Patofisiologi

Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak


habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat
metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat
merusak hati

2.1.5 Komplikasi

a. Komplikasi ringan

Kehilangan berat badan,, dehidrasi, asidosis dari kekurangan gizi, alkalosis,


hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik, tetani, dan gangguan
psikologis.
b. Komplikasi yang mengancam kehidupan
Rupture aesophageal berkaitan dengan muntah yang berat, encephalophaty
wernicke’s, haemorage, kerusakan ginjal, pneumomediastinum secara spontan,
keterlambatan pertumbuhan di dalam kandungan dan kematian janin.

2.1.6 Pencegahan

1) Penerapan bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses yang fisiologis.


2) Makan sedikit tapi sering dengan makanan kering.
3) Hindari makan berminyak dan berbau.
4) Defekasi teratur.

2.1.7 Obat- obatan

1. Obat- obatan

Sedativa yang sering digunakan adalah luminal. Vitamin yang dianjurkan


vitamin B1 dan B6 keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik seperti
avopreg. Antihistamin juga dianjurkan.

2. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

3. Terapi psikologik

Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuuhkan,


hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta
menghilangkan masalah dan dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

4. Cairan parental

Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila
perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena.

5. Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.

6. Diet

a. Diet hiperemesis I yang diberikan pada tingkat III


Makanan yang berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak
diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin
C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah


berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini
rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.

c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan


hiperemesis ringan.menurut kesanggupan penderita boleh
diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua
zat gizi kecuali kalsium.
Pathway

2.2 Kebutuhan Dasar Manusia Nutrisi

2.2.1 Pengertian Nutrisi

Menurut para ahli medis pengertian nutrisi adalah berikut ini:

a. Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh agar bisa menjalankan
fungsi nutrisi tersebut sebagai sumber energi. Energi inilah yang akan
membuat makhluk hidup bisa melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-
harinya.
b. Nutrisi adalah kebutuhan utama bagi pasien yang mengalami malnutrisi,
pasien yang mengalami kritis nutrisi enteral.
c. Nutrisi merupakan sebuah proses yang terjadi pada tubuh manusia dimana
tubuh manusia memerlukan makanan dalam pembentukan energi dan sumber
kekuatan.
d. Nutrisi adalah zat energi yang dibutuhkan dalam mempertahankan kesehatan,
menjaga pertumbuhan dan juga membuat organ bisa menjalankan tugasnya
secara normal.
Jadi, nutrisi ibu hamil adalah kebutuhan zat gizi bagi seorang ibu pada saat
hamil. Zat gizi sendiri menurut Almatsier (2009:3) merupakan ikatan kimia yang
diperlukan tubuh agar bisa menjalankan fungsinya, yaitu menghasilkan energy,
membagun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.
Nutrisi atau asupan seorang ibu disaat hamil sangat menentukan status gizi ibu
hamil tersebut. Menurut Almatsier (2009:3), status gizi sendiri dapat diartikan
sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat
gizi, dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.
Berdasarkan pengertian status gizi tersebut status gizi ibu hamil berarti keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu
hamil.
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan, apabila status gizi ibuburuk dalam kehamilan akan mengakibatkan
terhambatnya otak janin, abortus, dan sebagainya. Jadi pemantauan gizi ibu hamil
sangatlah diperlukan. (Sri Mulyani, dkk. 2013)

2.2.2 Nutrisi Yang Diperlukan bagi Ibu Hamil

Masa hamil adalah masa penting untuk pertumbuhan oprimal janin dan
persiapan persalinan. Oleh karena penambahan zat-zat gizi berguna untuk:
kesehatan ibu hamil, pertumbuhan janin, saat persalinan, persiapan menyusui dan
tumbuh kembang bayi. Pada dasarnya menu makanan ibu hamil, tidak banyak
berbeda dari menu sebelum hamil. Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan
dalam pengaturan menu selama hamil. Selama hamil calon ibu memerlukan lebih
banyak zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil
dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila makanan ibu terbatas
janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus,
lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok, dan lain-lain (Lestari, 2013).
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15%
dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan
untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta,
air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil
akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60%
digunakan untuk pertumbuhan ibunya (Sitanggang, 2013).
Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan sebesar 11-13
kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil meningkat seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan. Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu
hamil berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, mengganti sel-sel
tubuh yang rusak atau mati, sumber tenaga, mengatur suhu tubuh dan cadangan
makanan (Sitanggang, 2013).
Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang cukup mengandung
karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat
pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien
akan meningkat selama hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat
secara proporsional (Lestari, 2013).

Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zat makanan yang


adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat makanan
tersebut. Pertumbuhan janin yang paling pesat terutama terjadi pada stadium akhir
kehamilan. Misalnya pada akhir bulan ketiga kehamilan berat janin hanya sekitar
30 g dan kecepatan maksimum pertumbuhan janin terjadi pada minggu 32-38.
Sehingga dibutuhkan lebih banyak zat-zat makanan pada stadium akhir kehamilan
tersebut (Soetjiningsih, 1995).
a. Karbohidrat

Janin mempunyai sekitar 9 g karbohidrat pada minggu ke 33 kehamilan, dan


pada waktu lahir meningkat menjadi 34 g. konsentrasi glikogen pada hati dan
otot-otot skelet meningkat pada akhir kehamilan.
Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks, karena terdapat
kecenderungan peningkatan ekskresi dextrone dalam urine. Hal ini ditunjukkan
oleh frekuensi glukosuria ibu hamil yang relatif tinggi dan adanya glukosuria pada
kebanyak wanita hamil setelah mendapat 100 gram dextrose per oral. Normalnya,
pada wanita hamil tidak terdapat glukosa. Kebutuhan karbohidrat lebih kurang
65% dari total kalori sehingga perlu penambahan.
b. Protein

Transport protein melalui plasenta terutama asam amino, yang kemudian


disintesis oleh fetus menjadi protein jaringan. Protein dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, uterus, payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu, dan
persiapan laktasi. Kebutuhan protein adalah 9 gram/hari. Sebanyak 1/3 dari
protein hewani mempunyai nilai biologis tinggi. Kebutuhan protein untuk fetus
adalah 925 gram selama 9 bulan. Efisiensi protein adalah 70%. Terdapat protein
loss di urine +30%. WHO menganjurkan intake protein untuk ibu hamil sekitar
1,01 g/kg. BB/hari dan kalori sekitar 46 kkal/kg.BB/hari untuk rata-rata wanita
dengan berat badan 55 kg.
Oleh karena itu tiap-tiap negara dapat membuat rekomendasi yang khusus
yang sesuai dengan pola makanan di negara tersebut dan keadaan masyarakatnya.
Jumlah protein yang dianjurkan dalam diet harus disesuaikan dengan nilai hayati
protein yang dimakan. Makin rendah nilai hayati protein, makin besar jumlah
protein dalam diet yang diperlukan. Nilai hayati protein, makin besar jumlah

protein dalam diet yang diperlukan. Nilai hayati protein nabati lebih rendah dari
protein hewani.
c. Lemak

Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan peningkatan terjadi


mulai bulan ke-3 kehamilan. Penambahan lemak tidak diketahui, namun
kemungkinan dibutuhkan untuk proses laktasi yang akan datang.
Sebagian besar dari 500 g lemak tubuh janin ditimbun antara minggu 35-40
kehamilan. Pada stadium awal kehamilan tidak ada lemak yang ditimbun kecuali
lipid esensial dan fosfolipid untuk pertumbuhan susunan saraf pusat (SSP) dan
dinding sel saraf. Sampai pertengahan kehamilan hanya sekitar 0,5% lemak dalam
tubuh janin, setelah itu jumlahnya meningkat, mencapai 7,8% pada minggu ke-34
dan 16% sebelum lahir. Pada bulan terakhir kehamilan sekitar 14 g emak per hari
ditimbun. Transport asam lemak melalui plasenta sekitar 40% dari lemak ibu,
sisanya disintesa oleh janin. Baik lemak maupun protein meningkat dengan cepat
pada tiga bulan terakhir kehamilan bersamaan dengan meningkatnya BB janin.
Sebagian besar lemak ditimbun pada daerah subkutan, oleh karena itu pada bayi
atern 80% jaringan lemak tubuh terdapat pada jaringan subkutan.
d. Zat Besi (Fe)

Dibutuhkan untuk pembentukan Hb, terutama hemodilusi, pemasukan harus


adekuat selama hamil untuk mencegah anemia.wanta hamil memerlukan 800 mg
atau 30-50 gram/hari. Anjuran maksimal: penambahan mulai awal kehamilan,
karena pemberian yang hanya pada trisemester III tidak dapat mengejar kebutuhan
ibu/fetus dan juga untuk cadangan fetus. Kebutuhan zat besi meningkat sehingga
dibutuhkan tambahan 700-800 mg atau 30-60 mg perhari yang didapat dari
suplemen untuk mengganti penggunaan zat besi oleh sum-sum tulang, fetus, dan
plasenta. Ibu hamil yang mengalami anemia akibat kekurangan zat besi akan
berdampak meningkatnya aborsi spontan, kelahiran dini, rendahnya berat badan
bayi saat dilahirkan (BBLR), kematian bayi saat dilahirkan, dan kematian bayi
sebelum dilahirkan. Sumber zat besi diperoleh dari hati, sumsum tulang, telur,
daging, ikan, ayam, dan sayuran berwarna hijau tua.

Kebutuhan kalsium pada ibu hamil mengalami peningkatankarena terjadinya


peningkatan pergantian tulang (turn over), penurunan penyerapan kalsium, dan
retensi kalsium karena adanya perubahan hormonal. Kalsium diperlukan untuk
pertumbuhan tulang dan gigi, vitamin D membantu penyerapan kalsium,
kebutuhan 30-40 g/hari untuk janin, wanita hamil perlu tambahan 600 mg/hari dan
total kebutuhan ibu hamil selama kehamilan adalah 1200 mg/hari. Kalsium dapat
diperoleh dengan mengonsumsi susu, keju, ikan teri, rebon kering, kacang kedelai
kering atau basah, dan brokoli segar.
e. Asam Folat

Asam folat digunakan untuk pertumbuhan janin dan erythropoiesis ibu


sehingga kebutuhan asam folat pada ibu hamil akan menigkat. Anemia akibat
kekurangan asam folat disebut anemia megaloblastik yang akan menyebabkan
kekurangan oksigen. Bila hal ini berlangsung lama akan berdampak pada
kerusakan oragna-organ tubuh. Rendahnya kadar asam folat pada wanita hamil
menyebabkan kelahiran cacat, gangguan saraf, atau gangguan perkembangan
kecerdasan (retardasi mental). Kebutuhan asam folat pada wanita hamil sebanyak
280 µg per hari selama kehamilan trisemester I, 660 ug pada trisemester II, dan
470 ug per hari pada trisemester III bisa didapat dari sayuran hijau, hati, dan
ayam.
f. Kolin

Kolin merupakan salah satu vitamin B kompleks yang dibutuhkan oleh ibu
hamil, terutama pada minggu kedelapan belas kehamilan. Vitamin ini dapat
meningkatkan kemampuan bayi untuk membentuk hubungan antarneuron yang
sedang tumbuh pesat. Kolin bisa didapat dari kuning telur, daging tanpa lemak,
ragi, kedelai, hati, otak, ginjal, dan jantung.
g. Vitamin E

Vitamin E berfungsi sebagai anti-oksidan yang dapat melindungi tubuh dari


radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kromosom atau jaringan sel
bayi, terutama paling rawan terjadi pada tahap-tahap awal kehamilan. Vitamin E
dapat ditemukan pada gandum, sayuran hijau, biji-bijian, kedelai, minyak biji
kapas, dan minyak jagung.

h. Vitamin A

Kebutuhan ibu hamil akan vitamin A harus dipenuhi yaitu sekitar 500 SI.
Kekurangan vitamin A selama kehamilan dapat menyebabkan bayi prematur dan
perlambatan pertumbuhan janin serta rendahnya berat badan bayi saat dilahirkan.
Dampak negatif kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan mengonsumsi hati,
susu, ikan laut, sayuran, dan buah berwarna hijau atau kuning.
i. Vitamin B1

Kekurangan vitamin B1 akan meingkatkan jumlah kasus kelahiran sebelum


waktunya dan gangguan perkembangan janin. Vitamin B1 bisa dipenuhi
kebutuhannya dengan mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian,
dan daging.
j. Iodine

Iodine adalah salah satu mineral yang dibutuhkan ibu hamil. Penambahan
kebutuhan iodine pada masa kehamilan adalah 25 µg. kekurangan iodine pada
masa kehamilan akan mengakibatkan kretin (tubuh kerdil) yang ditunjukkan
dengan adanya gangguan mental dan fisik menyerupai karakteristik anak yang
mengalami down syndrome. Bahan makanan sumber iodine adalah garam dapur
yang sudah difortifikasi (diperkaya) iodine, bahan makanan yang berasal dari laut,
serta tumbuhan yang hidup dekat pantai.
k. Zinc (Seng)

Kebutuhan ibu hamil akan zinc (seng) meningkat 5 mg karena tingkat zinc
yang rendah akan menyebabkan kenaikan tingkat kelahiran tidak normal. Zinc
berperan untuk meningkatkan sistem imun dan memperbaiki fungsi organ perasa
(penglihatan, penciuman, dan pengecap). Sumber zinc dapat diperoleh dari
daging, hati, telur, ayam, seafood, susu, dan kacang-kacangan.
2.2.3 Contoh Pengaturan Makan Sehari untuk Ibu Hamil
Bahan Makanan Trimester I Trimester II dan III
Nasi/ Penukar 3 ¼ gelas 3 ½ gelas
Daging/penukar 2 ½ potong 2 ½ potong
Tempe/ Penukar 5 potong 5 potong
Sayur 3 gelas 3 gelas
Buah 2 potong 2 potong
Minyak 2 sdm 2 sdm
Kacang Hijau 2 ½ sdm 2 ½ sdm
Susu 2 ½ sdm 2 ½ sdm
Tepung sarikedelai - 4 sdm
Gula 1 sdm 1 sdm
Nilai Gizi Trimester I Trimester II dan III
Energi 2095,8 kal 2164,5 kal
Protein 79,5 gram 82,5 gram
Lemak 57 gram 65 gram
Karbohidrat 273,8 gram 275 gram
Vitamin C 70 mg 70 mg
Zat Besi 31 mg 31 mg
sumber: Direktorat Bina Gizi. 2011. Makanan Sehat Ibu Hamil.
Kementrian Kesehatan RI.

2.2.4 Contoh Menu Sehari untuk Ibu Hamil

Berikut ini contoh menu makanan untuk ibu hamil dalam sehari menurut
Direktorat Bina Gizi, Kemenkes (2011)
Pagi:

 Nasi

 Ayam Goreng bumbu lengkuas

 Pepes Tahu

 Oseng-oseng jagung muda + wortel

 Susu

Jam 10.00: Bubur Kacang Hijau


Siang:

 Nasi

 Sop Sayuran

 Ikan balado

 Kripik Tempe

 Jeruk
Jam 16.00: Selada buah

Malam:

 Nasi

 Telur Balado

 Perkedel Tahu

 Tumis Tauge + Baso

 Pisang

2.2.5 Akibat Gangguan Gizi pada Pertumbuhan Janin

Kecukupan gizi bagi ibu hamil sangat penting. Bila gizi ibu kurang, tumbuh
kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum
hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, Bayi lahir
prematur, atau bahkan bayi lahir mati. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan
persalinan lama, perdarahan, infeksi dan kesulitan lain yang mungkin memerlukan

pembedahan. Berikut berbagai contoh akibat defisiensi gizi pada janin


(Soetjiningsih, 1995):

a. Kekurangan energi dan protein (KEP)

Meskipun kenaikan berat badan ibu kecil selama trisemester I kehamilan,


namun sangat penting artinya karena pada waktu inilah janin dan plasenta
dibentuk. Kegagalan kenaikan berat badan ibu pada trisemester I dan II akan
meningkatkan bayi BBLR. Hal ini disebabkan adanya KEP akan mengakibatkan
ukuran plasenta kecil dan kurangnya suplai zat-zat makanan ke janin. Bayi BBLR
mempunyai resiko kematian lebih tinggi dari pada bayi cukup bulan. Kekurangan
gizi pada ibu lebih cenderung mengakibatkan BBLR atau kelainan yang bersifat
umum daripada menyebabkan kelainan anatomik yang spesifik. Kekurangan gizi
pada ibu yang lama dan berkelanjutan selama masa kehamilan akan berakibat
lebih buruk pada janin daripada malnutrisi akut.
Pada saat ini dikembangkan penelitian tentang mekanisme selular
pertumbuhan organ-organ tubuh, yaitu dengan cara mengukur banyaknya DNA
dari organ berbagai indeks dari banyaknya sel dan kandungan protein untuk
indeks dari besarnya sel. Pertumbuhan organ tubuh pada awalnya dimulai dengan
pembelahan sel, kemudian diikuti dengan pembesaran sel. Kalau terdapat
gangguan gizi pada saat pembelahan sel, maka secara bermakna akan
mempengaruhi besarnya organ, dimana perubahan ini tidak bisa normal kembali.
Akibat lain dari KEP adalah kerusakan struktur SSP terutama pada tahap
pertama pertumbuhan otak (hyperplasia) yang terjadi selama dalam kandungan.
Dikaitkan bahwa masa rawan pertumbuhan sel-sel saraf adalah trisemester III
kehamilan sampai sekitar dua tahun setelah lahir. Kekurangan gizi pada masa dini
dari perkembangan otak akan menghentikan sintesis protein dan DNA. Akibatnya
adalah berkurangnya pertumbuhan otak, sehingga lebih sedikit sel-sel otak yang
berukuran normal. Dampaknya akan terlihat pada struktr dan fungsi otak pada
masa kehidupan mendatang, sehingga berpengaruh pada intelektual anak.
Pemberian suplementasi makanan kepada ibu hamil akan mengurangi kematian
perinatal dan menaikkan berat badan bayi.

b. Anemia Gizi

Anemia gizi merupakan masalah gizi dengan prevalensi tinggi pada ibu hamil,
terutama dinegara berkembang. Anemia gizi terjadi akibat kekurangan Fe, asam
folat dan vitamin B12. Anemia gizi dapat mengakibatkan antara lain, kematian
janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, abruption plasenta,
cadangan zat besi yang berkurang pada bayi-bayi dilahirkan sudah dalam keadaan
anemia. Sehingga mortalitas dan morbiditas ibu dan kehamilan perinatal secara
bermakna lebih tinggi.
c. Defisiensi Yodium

Defisiensi yodium pada ibu hamil dalam trisemester pertama kehamilan


merupakan faktor utama terjadinya kretin endemik. Pemberian yodium pada
wanita didaerah endemik dapat mengurangi angka kejadian kretin endemik.
Akibat lain dari defisiensi yodium bisa mengakibatkan janin diresorpsi, abortus,
lahir mati, atau bayi lahir lemah, masa hamil yang lebih lama atau partus lama.
d. Defisiensi Seng (Zn)

Defisiensi seng selama kehamilan dapat mengakibatkan hambatan pada


pertumbuhan janin, kehamilan serotinus atau partus lama. Bayi yang dilahirkan
dengan defisiensi Zn, gejalanya mungkin baru akan nampak setelah anak berada
dalam masa pertumbuha cepat,
e. Defisiensi Vitamin A

Defisiensi vitamin A pada masa kehamilan akan mengakibatkan


meningkatnya prevalensi prematuritas dan reterdasi janin.
f. Defisiensi Thiamin

Defisiensi thiamin yang berat dapat mengakibatkan penyakit beri-beri


congenital.
g. Defisiensi Kalsium

Defisiensi kalsium pada ibu hamil akan mengakibatkan kelainan struktur


tulang secara menyeluruh pada bayi.
BAB III

TINJAUAN KASUS TEORI

3.1 Data subyektif

a.       Biodata :

a) Nama

Nama ibu dan suami digunakan untuk mengenal, memanggil dan


menghindari terjadinya kekeliruan.

b) Umur

Umur perlu diketahui guna mengetahui apakah klien dalam kehamilan


yang beresiko atau tidak. Usia di bawah 16 tahun dan di atas 35 tahun
merupakan umur-umur yang beresiko tinggi untuk hamil. Umur yang baik
untuk kehamilan adalah 19-25 tahun.

c) Agama

Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan


dengan ketentuan agama. Antara lain dalam keadaan yang gawat ketika
memberi pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus
berhubungan.

d) Suku/ bangsa

Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi perilaku


kesehatan.

e) Pendidikan

Untuk memberi bimbingan sesuai dengan tingkat pendidikannya.

f) Pekerjaan
Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar nasehat kita
sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk mengetahui apakah ada
pengaruh pada kehamilan seperti bekerja di pabrik rokok, percetakan dll.

g) Alamat

Untuk mempermudah komunikasi kunjungan rumah.

2. Keluhan Utama :

mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan, nyeri epigastrik,
tidak nafsu makan, merasa haus

3. Riwayat kehamilan saat ini :

meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan antenatal, dan


komplikasi

4. Riwayat Kesehatan sekarang:

meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan muntah, kaji warna volume,
frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg memperberat dan
memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah dilakukan.

5. Riwayat medis sebelumnya:


seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi, kolelithiasis, gangguan
tiroid, dan gangguan abdomen lainnya

6.       Riwayat sosial:

Seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar dengan


lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab,
pekerjaan, dll

7.        Pola aktivitas sehari-hari :

1) Pola intake nutrisi


Nafsu makan berubah selama ibu hamil. Pada trisemester
pertama sering terjadi penurunan nafsu makan akibat nausea
dan atau vomitus (Bobak.2004.hal; 120). Ibu yang
mengalami hiperemesis gravidarum akan mengalami
intoleransi makanan dan minuman, dimana apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan (Prawirohardjo.2010.h;
815-816).Kebanyakan perempuan mampu mempertahankan
kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, simptom akan
teratasi hingga akhir trisemester pertama
(Prawirohardjo.2010.h; 815)

2) Pola eliminasi

Pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum akan


mengalami konstipasi sehingga ibu kesusahan BAB. Hal ini
disebabkan oleh efek hormon progesteron yang
menyebabkan relaksasi otot polos dan peningkatan waktu
transit dari lambung dan usus dapat meningkatkan absorbsi
cairan. (Prawirohardjo.2010.h; 814-815)
3) Pola aktivitas

Hiperemessis gravidarum akan mempengaruhi keadaan


umum dan pekerjaan sehari-hari. (Joseph.2010.h; 161)

3.2 Data Objektif

1) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

Pada hiperemesis gravidarum segala yang dimakan dan


diminum akan dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum. (Prawirohardjo.2008.h;
815)
Hiperemesis
gravidarum Tingkat I
: lemah
Tingkat II : tampak lebih lemah dan apatis

Tingkat III : keadaan lebih parah dan kesadaran


menurun dari somnolen sampai koma.
(Wiknjosastro.2006.h; 277-278)

b) Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran yang dikaji pada


hiperemesis gravidarum:
Tingkat I :
composmentis Tingkat
II : apatis
Tingkat III : somnolen sampai koma
(Wiknjosastro.2006.h; 277-278)
(1) Mulut

Tingkat I : lidah kering

Tingkat II : lidah kering dan kotor, pernapasan bau


aseton
Tingkat III: lidah kering dan kotor, pernapasan bau
aseton
(Wiknjosastro.2006.h; 277-278)

(2) Leher

Kehamilan akan menyebabkan perubahan struktur dan


fungsi kelenjar tiroid ibu, sehingga kadang-kadang
menyulitkan penegakan dignosis penyakitatau
menentukan adanya kelainan tiroid.
Kehamilan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan tiroksin yaitu sekitar
sepertiganya dan kemungkinan akibat meningkatnya
produksi hormon estroge yang dapt menimbulkan
perasaan enek (nausea). (Prawirohardjo.2010.h; 847-
850)
c) Abdomen

Pembesaran dinding abdomen sering dianggap sebagai


tanda dari terjadinya kehamilan. Pembesaran tersebut
terkaitkan dengan terjadinya pembesaran uterus di
rongga abdomen. Penonjolan dinding abdomen biasanya
dimulai pada usia kehamilan 16 minggu dimana uterus
beralih dari pelvik menjadi organ abdomen
(Prawirohardjo.2010.h281). Pada wanita yang
mengalami hiperemesis gravidarum terjadi pada
kehamilan muda sampai umur kehamilan 20 minggu
(Joseph.2010.h; 161-163).
d) Ekstremitas

Tingkat I : turgor kulit


mengurang Tingkat II : turgor
kulit mengurang Tingkat III :
turgor kulit mengurang
(Wiknjosastro.2006.h; 277-278)
e) Pemeriksaan penunjang

(1) Pemeriksaan urine

Urin diperiksa untuk mendeteksi keberadaan keton


(Bobak.2004.h; 711). Ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum pada pencernaannya yang tidak adekuat
mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk
mempertahankan panas dan energi tubuh. Sehingga
hasil metabolisme tersebut terdapat dalam darah dan
urin. (Runiari.2010.hal 11)
(2) Darah rutin

Tujuan dilakukan pemeriksaan haemoglobin :


pemeriksaan Hb secara rutin selama kehamilan
merupakan kegiatan rutin untuk mendeksi anemia
(Ai yeyeh,dkk.2009.h;149). Pada wanita hamil yang
kurang darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum dapat dimasukan dalam ruang lingkup
faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia
(Manuaba.2010.h; 230).
(3) Uji glukosa

Uji glukosa darah merupakan metode yang dipilih


untuk memantau glukosa darah dan dapat dilakukan
pengontrolan glikemia wanita terutama pada wanita
selama kehamilan (Bobak.2004.hal 709-711 dan
702). Pada seorang wanita yang mengalami diabetes
melitus, selama trisemester pertama kadar glukosa
darah meningkat dan glikemia meningkat yang
ditandai dengan nausea, vomitus. (Bobak.2004.h;
702)
(4) Pemeriksaan tiroid (tiroksin dan TSH)

Kehamilan akan menyebabkan perubahan struktur


dan fungsi kelenjar tiroid ibu, sehingga kadang-
kadang menyulitkan penegakan dignosis penyakit
atau menentukan adanya kelainan tiroid. Kehamilan
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan tiroksin
yaitu sekitar sepertiganya dan kemungkinan akibat
meningkatnya produksi hormon estrogen
(Prawirohardjo.2010.h; 847-850)
(5) USG untuk memastikan mola
Pada hiperemesis gravidarum pemeriksaan USG
dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan
kehamilan juga untuk mengetahui kemungkinan

adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan


molahidratidosa (Prawirohardjo.2010.h; 814-818).
Pada wanita dengan mola hidratidosa uterus
membesar lebih cepat dari biasa, penderita mengeluh
tentang mual dan muntah, tidak jarang terjadi
perdarahan pervaginam. (Winkjosastro.2006.h; 262)

3.3 Diagnosa Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1 Gangguan Kriteria Hasil: a.      1. Batasi intake R/ Pembatasan
pemenuhan oral selama 24 – dianjurkan untuk klien
1.Klien
kebutuhan 48 jam agar lambung istirahat
nutrisi kurang mengkonsumsi
b.      2. Anjurkan R/ Dapat menstimulasi
dari kebutuhan diet oral yang
klien mual dan muntah
sehubungan mengandung gizi
menghindari R/ Nutrisi dibutuhkan
dengan mual adekuat
makanan dalam rangka memenuhi
muntah 2. Klien tidak
berlemak kebutuhan nutrisi dan
mengalami mual
c.      3. Makan pertumbuhan janin
muntah
sedikit namun R/ Meningkatkan
3. Klien mengalami
sering dan dalam kenyamanan,
peningkatan BB yang
keadaan hangat R/ Malnutrisi klien
sesuai selama
serta tingkatkan berdampak terhadap
kehamilan
jumlah makanan pertumbuhan janin dan
secara perlahan mengakibatkan
sesuai kemunduran
kemampuan perkembangan janin
pasien
d.      4. Anjurkan
perawatan mulut
sebelum dan
sesudah makan
atau setelah
muntah
e.       5. Pantau TFU
dan DJJ

3.4 Evaluasi Keperawatan

1. Intake oral

2. Frekuensi dan beratnya muntah

3.  Penambahan BB yang sesuai dengan usia kehamilan


DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta :EGC.

Prawihardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawihardjo

Purnamasari, Rani.2015.Hipermesis Gravidarum.Bandung: Poltekes Kemenkes Bandung

Runiari, N. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Hiperemesis Gravidarum: Penerapan


Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Rachmawati, Aisyah dkk.2015.Makalah Nutrisi Ibu Hamil dan Pertumbuhan Janin.Malang

Susanti,Evi dkk.2019. Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan


Hiperemesis Gravidarum Tingkat II di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari

Sandven, I. (2010). The Case – Control method in Obstetricd and Gynecology:Etiology of


Hyperemesis Gravidarum. Norway: Faculty of Medicine, University Oslo.

https://www.academia.edu/35927074/MAKALAH_HIPEREMESIS_GRAVIDARUM
diakses pada tanggal 15 Maret pukul 20.00

https://www.academia.edu/31147426/ASKEP_HIPEREMESIS_GRAVIDARUM diakses ada


tanggal 15 Maret pukul 21.00

Anda mungkin juga menyukai