Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN GANGGUAN


PREKLAMSIA/EKLAMSIA

Disusun oleh :

Kelompok 13

1.Brithney C.L Sermumes 2020081024140

2.Maria M.Wamu 2020081024170

3.Mersi Tetelepta 2020081024008

4.Yuliana R.Waisimon 2020081024

Dosen Pengampuh:

1.Ns Diyah Astuti Nurfa’Izah,M.Kep

2.Theresia Pattipeme,S,Sit,M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih dan Karunia-Nya,kami
dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul.”Asuhan Keperawan pada ibu hamil dengan
gangguan Preklamsia/eklamsia”.Selesai tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan makalah
adalah untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Maternitas II,selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasasan bagi kita semua.

Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu “Ns Diyah Astuti
Nurfa’Izah,M.Kep dan Theresia Pattipeme,S,Sit,M.Kes”.Selaku dosen matakuliah Keperawatan
Maternitas II yang telah memberikan tugas untuk menambah pengetahuan kami.

Kami selaku penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah yang kami
buat.Oleh karena itu kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasan kami harapkan demi untuk
kesempurnaan makalah kami.Dan kami mengucapkan terima kasih juga untuk semua pihak yang sudah
membantu kami dalam membuat makalah ini.Semoga makalah yang sudah kami buat dapat menambah
pengetahuan bagi kita semua.

Jayapura,03 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................

BAB II TINJUAN TEORI....................................................................................

A. Defenisi...................................................................................................
B. Etiologi....................................................................................................
C. Manifestasi Klinis....................................................................................
D. Patofisiologi.............................................................................................
E. Pathway..................................................................................................
F. Komplikasi.............................................................................................
G. Penatalaksanaan Preklamsia...................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................

1. Pengkajian............................................................................................
2. Analisa Data..........................................................................................
3. Diagnosa Keperawatan..........................................................................
4. Nursing Care Plan.................................................................................
5. Implementasi dan Evaluasi...................................................................

BAB IV PENUTUP...........................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklamsia adalah suatu kondisi hipertensi pada kehamilan yang dapat ditandai dengan tekanan
darah >140/90 mmHg, proteinuria (protein >100 mg/dl dengan analisa urin atau >300 mg dalam urin per
24 jam), dan atau edema yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu (Kristanto, 1999). Pada kondisi berat
preeklamsia dapat menjadi eklamsia dengan penambahan gejala kejang (Rozikhan, 2007).

Preeklamsia merupakan gangguan multisistem yang mengakibatkan komplikasi pada kehamilan


3%-8% di negara barat dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia (Uzan
et al., 2011). Insiden preeklamsia di masingmasing negara berbeda-beda. Di Indonesia, frekuensi
terjadinya preeklamsia dilaporkan sekitar 3%–10% (Priati, 2008). Hasil penelitian Madi dan Sulin tahun
2003 di RSUP dr. M.Djamil Padang, dari 12.203 persalinan didapatkan angka kejadian preeklamsia 5,5%
atau 663 kasus (Putra, 2010).Preeklamsia disebut “disease of theories” karena ada beberapa teori yang
bisa menjelaskan keadaan tersebut tersebut. Teori-teorinya antara lain: teori implantasi plasenta,
maladaptasi imunologi, genetik, disfungsi endotel, nutrisi dan hormon (Fhelsi, 2008; Solomon dan Seely,
2004; Wagner, 2004).

Pada akhir-akhir ini, faktor endotel dan plasenta dianggap penting dalam patogenesis
preeklamsia, namun disadari banyak faktor lain yang yang belum 2 Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas diketahui (Fhelsi, 2008). Pada preeklamsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot
arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya yang dapat mengakibatkan penurunan dari perfusi plasenta
dan berlanjut terjadi hipoksia dan iskemia plasenta. Iskemia pada plasenta mengakibatkan terganggunya
aliran darah ke janin (Angsar, 2010).Hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan insiden Intra Uterine
Growth Retardation (IUGR), hipoksia janin hingga kematian dalam kandungan. Walaupun bayi dapat
lahir hidup, bayi tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami berat bayi lahir rendah dan
berbagai penyakit lainnya dibandingkan bayi yang lahir dari ibu yang tidak mengalami preeklamsia
(Akbar, 2011; Felicia dkk., 2010).

Maryam (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa preeklamsia dan eklamsia merupakan
golongan penyakit obstetrik yang paling banyak menyebabkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR)
2,35%. Dan kebutuhan atas perawatan intensif neonatus (neonatal intensive care) akan meningkat karena
angka mortalitas perinatal meningkat hingga lima kali. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
preeklamsia-eklamsia mempengaruhi luaran perinatal.Luaran perinatal meliputi asfiksia, BBLR,
pertumbuhan janin terhambat, dan kematian pada perinatal. Di seluruh dunia, preeklamsia menyebabkan
kematian bayi sebesar 129-220 per 1000 kelahiran hidup (Nurhusna, 2008). Berdasarkan penelitian di 6
negara yaitu Argentina, Mesir, India, Peru, Afrika Selatan dan Vietnam pada tahun 2001–2003
memperlihatkan bahwa angka kelahiran mati (stillbirth) 12,5 per 1000 kelahiran dan angka kematian
neonatal dini adalah 9 per 1000 kelahiran pada kejadian preeklamsia dan eklamsia (Wahyuni, 2009).

Ngoc et al. (2006) melakukan penelitian di Rumah Sakit Hung Vuong di Vietnam mendapatkan
gangguan hipertensi saat kehamilan menyebabkan kematian perinatal sebesar 23,6%. Di Bangkok, dari
penelitian yang dilakukan pada 99 wanita hamil usia gestasi 24-33+6 minggu dengan preeklamsia berat
didapatkan 11 kematian perinatal dengan rincian 8 kematian pada usia getasi kurang dari 28 minggu dan
3 pada usia getasi 28-29 (Jantasing dan Tanawattanacharoen, 2008).Di Indonesia, penelitian serupa juga
dilakukan di RSUP Dr Kariadi Semarang pada tahun 2011

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Preeklamsia?
2. Apa Etiologi Preeklamsia?
3. Apa saja Manifestasi Klinisnya Preeklamsia?
4. Bagaimana Patofisiologisnya Preeklmasia?
5. Apa saja Pemeriksaan Penunjang Preeklmasia?
6. Apa saja Komplikasi Preeklmasia?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Medis Preeklmasia?
8. Apa saja Terapi Farmakologisnya Preeklmasia?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Preeklmasia
2. Mengetahui Etiologi Preeklmasia
3. Mengetahui Manifestasi Klinis Preeklmasia
4. Mengetahui Patofisiologisnya Preeklmasia
5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Preeklmasia
6. Mengetahui apa saja Komplikasi pada Preeklmasia
7. Mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan Medis Preeklmasia
8. Mengetahui Apa saja Terapi Farmakologisnya
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan Preeklmasia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Preeklamsia merupakan suatu kejadian pada ibu yang mengalami kehamilan >20 minggu
dengan di tandai seperti hipertensi, protein urine maupun edema. Hipertensi pada preeklamsia
dapat di katakana sebagai penyebab meningkatnya tekanan darah sistolik sekitar ≥140 mmHg
atau dapat dikatakan sebagai tekanan diastolic sekitar ≥90 mmHg. Sedangkan Proteinuria
merupakan urin yang mengandung protein berlebihan. Tetapi edema di anggap tidak spesifik
dalam mendiagnosa preeklamsia. (Prawirohardjo,S., 2011)
Preeklamsia adalah malfungsi endotel yang menyebabkan vasospasme pada kehamilan di
atas 20 minggu. Dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi, proteinuria 30mg/dL dan edema
(Brooks MD,2011). Preeklampsia biasanya terjadi pada kehamilan trimester ketiga, walaupun
pada beberapa kasus dapat termanifestasi lebih awal. Jika tidak segera diterapi, preeklampsia
dapat menyebabkan morbiditas yang tinggi hingga kematian (Wulandari & Artika, 2012).
B. Etiologi
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya, tetapi ada yang
menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang
mempunyai faktor penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia juga lebih
rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih besar untuk
menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan, riwayat preeclampsia.
(Wardani et all, 2015).
Terdapat beberapa teori yang diduga sebagai etiologi dari preeklampsia, meliputi (Pribadi, A., et
al., 2015) :
1) Abnormalitas invasi tropoblas Invasi tropoblas yang tidak terjadi atau kurang sempurna,
maka akan terjadi kegagalan remodeling a. spiralis. Hal ini mengakibatkan darah menuju
lakuna hemokorioendotel mengalir kurang optimal dan bila jangka waktu lama
mengakibatkan hipooksigenasi atau hipoksia plasenta. Hipoksia dalam jangka lama
menyebabkan kerusakan endotel pada plasenta yang menambah berat hipoksia. Produk dari
kerusakan vaskuler selanjutknya akan terlepas dan memasuki darah ibu yang memicu gejala
klinis preeklampsia. (Pribadi, A, et al, 2015).
2) Maladaptasi imunologi antara maternal-plasenta (paternal)-fetal Berawal pada awal trimester
kedua pada wanita yang kemungkinan akan terjadi preeklampsia, Th1 akan meningkat dan
rasio Th1/Th2 berubah. Hal ini disebabkan karena reaksi inflamasi yang distimulasi oleh
mikropartikel plasenta dan adiposit (Redman, 2014).
3) Maladaptasi kadiovaskular atau perubahan proses inflamasi dari proses kehamilan normal.
4) Faktor genetik, termasuk faktor yang diturunkan secara mekanisme epigenetik. Dari sudut
pandang herediter, preeklampsia adalah penyakit multifaktorial dan poligenik. Predisposisi
herediter untuk preeklampsia mungkin merupakan hasil interaksi dari ratusan gen yang
diwariskan baik secara maternal ataupun paternal yang mengontrol fungsi enzimatik dan 3
metabolism pada setiap sistem organ. Faktor plasma yang diturunkan dapat menyebabkan
preeklampsia. (McKenzie, 2012). Pada ulasan komprehensifnya, Ward dan Taylor (2014)
menyatakan bahwa insidensi preeklampsia bisa terjadi 20 sampai 40 persen pada anak
perempuan yang ibunya mengalami preeklampsia; 11 sampai 37 persen saudara perempuan
yang mengalami preeklampsia dan 22 sampai 47 persen pada orang kembar.
5) Faktor nutrisi, kurangnya intake antioksidan. John et al (2002) menunjukan pada populasi
umumnya konsumsi sayuran dan buah-buahan yang tinggi antioksidan dihubungkan dengan
turunnya tekanan darah. Penelitian yang dilakukan Zhang et al (2002) menyatakan insidensi
preeklampsia meningkat dua kali pada wanita yang mengkonsumsi asam askorbat kurang dari
85 mg.

C.Manifestasi Klinis

Preeklamsi merupakan kumpulan dari gejala-gejala kehamilan yang di tandai dengan hipertensi
dan odem (Kusnarman, 2014) . Gambaran klinik preeklampsia mulai dengan kenaikan berat
badan diikuti edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria
(Saraswati, 2016 ).
Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya yaitu sakit kepala hebat. Sakit di
ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan atau edema atau sakit karena perubahan
pada lambung dan gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan kadang-
kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan penyempitan pembuluh darah dan edema (Wibowo,
dkk 2015).

D.Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya preeklampsia dapat dijelaskan sebagai berikut (Cunningham et al., 2010):
1) Sistem Kardiovaskuler Pada preeklampsia, endotel mengeluarkan vasoaktif yang didominasi
oleh vasokontriktor, seperti endotelin dan tromboksan A2. Selain itu, terjadi penurunan kadar
renin, angiotensin I, dan angiotensin II dibandingkan kehamilan normal.
2) Perubahan Metabolisme Pada perubahan metabolisme terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. Penurunan reproduksi prostaglandin yang dikeluarkan oleh plasenta.
b. Perubahan keseimbangan produksi prostaglandin yang menjurus pada
peningkatan tromboksan yang merupakan vasokonstriktor yang kuat, penurunan
produksi prostasiklin yang berfungsi sebagai vasodilator dan menurunnya
produksi angiotensin II-III yang menyebabkan makin meningkatnya sensitivitas
otot pembuluh darah terhadap vasopressor.
c. Perubahan ini menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah dan vasavasorum
sehingga terjadi kerusakan, nekrosis pembuluh darah, dan mengakibatkan
permeabilitas meningkat serta kenaikan darah.
d. Kerusakan dinding pembuluh darah, menimbulkan dan memudahkan trombosit
mengadakan agregasi dan adhesi serta akhirnya mempersempit lumen dan makin
mengganggu aliran darah ke organ vital. e) Upaya mengatasi timbunan trombosit
ini terjadi lisis,sehingga dapat menurunkan jumlah trombosit darah serta
memudahkan jadi perdarahan. (Manuaba, 2001)
E.Pathway
F. Komplikasi
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari
ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia. Komplikasi dibawah ini yang biasanya terjadi
pada preeklampsia berat dan eklampsia (Wibowo dan Rachimhadhi, 2006) :
1. Solusio plasenta
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi
pada preeklampsia.
2. Hipofibrinogenemia
Biasanya terjadi pada preeklampsia berat. Oleh karena itu dianjurkan pemeriksaan kadar
fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis
Penderita dengan gejala preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinis
hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel hati atau destruksi eritrosit. Nekrosis periportal hati yang
ditemukan pada autopsy penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan pengelihatan untuk sementara, yang berlansung selama seminggu, dapat
terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat
akan terjadi apopleksia serebri.
6. Edema paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronchopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru.
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia/eklampsia merupakan akibat vasospasme
arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi ternyata juga
ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan
faal hati, terutama pada enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP
yaitu haemolysis, elevated liver enzymes and low platelets 13 Merupakan sindrom
kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati, hepatoseluler (peningkatan enzim
hati [SGOT, SGPT], gejala subyektif [cepat lelah, mual, muntah dan nyeri epigastrium]),
hemolisis akibat kerusakan membran eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan
tak jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc), agregasi(adhesi trombosit di dinding
vaskuler), kerusakan tromboksan(vasokonstriktor kuat), lisosom (Manuaba, 2007).
9. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endotheliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endhotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang lainnya. Kelainan lain yang dapat
timbul adalah anuria sampai gagal ginjal.
10. Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jantung akibat kejangkejang, pneumonia
aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation).
11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin
G. Penatalaksanaan
Menurut Adriani & Wirjatmadi (2016), Penatalaksanaan Preeklamsia memiliki beberapa prinsip
dan beberapa penatalaksanaan sesuai dengan tingkat klasifikasinya, yaitu : Prinsip
penatalaksanaan Preeklamsia
1) Melindungi klien dari penyebab tekanan darah meningkat
2) Mencegah progresovitas penyakit menjadi eklampsia
3) Menurunkan atau mengatasi risiko janin (pertumbuhan janin yang terlambat, solusio plasenta,
hipoksia sampai terjadi kematian pada janin)
4) Melahirkan dengan cara yang aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika
diketahui adanya resiko pada janin dan klien juga lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

H. Terapi Farmakologis
1. Pemberian obat antikejang (MgSO4)
a. Loading dos 4g MgSO4 secara IV sekitar (40% dalam 100 cc cairan pz) selama 15 menit
b. Maintenance dose Diberikan infus 6g dalam larutan ringer/6 jam atau diberikan 4 atau 5g IM,
selanjutnya maintenance dose diberikan 4g IM tiap 4-6 jam.
c. Syarat Harus tersedia antidotum MgSO4 (kalsium glukonas sekitar 10%) = 1g (10% dalam
10cc) diberikan IV 3 menit, Reflex patella kuat, frekuensi pernafasan >16x/menit
d. Dihentikan bila ada tanda-tanda intoksikasi , dan setelah 24 jam pasca persalinan atau pasca
kejang. (POGI.2016)
2. Pemberian obat antihipertensi Pemberian nifedipine ringan dengan dosis 80mg/hari.
(POGI.2016)
3. Glukokortikoid
Adanya suatu usaha dalam pemberian glukokortikoid untuk memaksimalkan paru-paru pada janin
maka tidak merugikan pada ibu. Biasanya dapat diberikan pada ibu hamil sekitar 32-34 minggu,
dan 2x24 jam. Sehingga pada Obat ini dapat digunakan pada HELLP sindrom. (POGI.2016)
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses kolaborasi yang
melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara
dan pemeriksaan fisik (Mitayani, 2012).Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu dengan
preeklampsia ialah sebagai berikut (Mitayani, 2012):
a. Riwayat kesehatan
Preeklampsia sering terjadi pada primigravida, yaitu usia < 20 tahun atau > 35 tahun.
1)Keluhan utama: klien dengan preeklampsia sering mengeluh demam dan sakit kepala.
2)Riwayat kesehatan sekarang: terjadi peningkatan tekanan darah, oedema pada
ekstremitas, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur .
3) Riwayat kesehatan dahulu: klien memiliki riwayat penyakit ginjal, anemia, vaskular
esensial, hipertensi kronik dan diabetes melitus.
4) Riwayat kesehatan keluarga: kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan
eklampsia dalam keluarga.
5) Riwayat kehamilan: klien memiliki riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan preeklampsia atau eklampsia sebelumnya.
6) Pola nutrisi: jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
7) Psikososial spiritual: emosi yang tidak stabil menyebabkan kecemasan, oleh karena
perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

b. Riwayat kehamilan Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklampsia sebelumnya.

1) Riwayat penggunaan kontrasepsi Perlu ditanyakan pada klien, apakah pernah atau
tidak mengikuti kontrasepsi jika klien pernah mengikuti kontrasepsi maka yang
ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping, alasan pemberhentian kontrasepsi
(bila tidak memakai kembali) serta lamanya penggunaan kontrasepsi.

2) Pola aktivitas sehari-hari Pada klien preeklampsia biasanya terjadi gejala kelemahan,
penambahan berat badan atau penurunan berat badan, dan ditandai dengan
pembengkakan pada bagian ekstremitas dan wajah.

c. Pola eliminasi Pada klien dengan preeklampsia sering ditemukan gejala proteinuria + ≥ 5 g/24
jam atau ≥ 3 pada tes celup , oliguria.
d. Pola nutrisi Pada klien dengan preeklampsia sering terjadi peningkatan berat badan atau
penurunan berat badan, dan terkadang nyeri pada epigastrium.

e. Neurosensori Pada klien dengan preeklampsia sering mengalami hipertensi, terkadang terjadi
kejang atau koma.

f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum: baik, cukup, lemah.

a) Kesadaran: compos mentis (eye: 4, verbal: 5, motorik: 6).

b) Kepala sampai leher: pada klien dengan preeklampsia terkadang terjadi oedem pada
bagian wajah, pada leher terkadang terdapat pembesaran vena jugularis.

c) Pemeriksaan dada: dikaji apakah terdapat lesi, jejas, masa abnormal, dan nyeri tekan
pada payudara.

d) Pemeriksaan sistem pernafasan. Pada klien dengan preeklampsia biasanya pernafasan


kurang dari 16 x/menit, klien mengalami sesak setelah melakukan aktivitas, dan terdapat
suara nafas tambahan.

e) Pemeriksaan sistem cardiovaskular.

(1) Inspeksi: terdapat sianosis, kulit pucat.

(2) Palpasi: biasanya terjadi peningkata n tekanan darah, nadi meningkat atau menurun.
(3) Auskultasi: untuk mendengar kan irama jantung.

(4) Perkusi: untuk mengetahui apakah ada kelainan pada resonasi jantung.

f) Pemeriksaan ekstremitas: pada klien dengan preeklampsia sering terdapat oedem pada
ekstremitas akibat gangguan filtrasi glumeroulus yang meretensi garam dan natrium.

g) Pemeriksaan sistem persyarafan: pada klien dengan preeklampsia kadang terjadi


hiperfleksi, dan klonus pada kaki.
h) Pemeriksaan abdomen: pada klien intranatal abdomen membesar sesuai usia
kehamilan, apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak. Pada pemeriksaan dengan
cara palpasi maka akan ditemukan hasil:

(1) Leopold I: teraba fundus uteri 3 jari dibawah procecus xyphoideus , teraba massa
lebar, lunak noduler.

(2) Leopold II: teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagianbagian kecil janin disebelah
kanan. Pada pemeriksaan ini berfungsi untuk mendengar kan detak jantung janin, nilai
normal detak jantung janin ialah 142 kali dan terdengar regular.

(3) Leopold III: teraba masa keras.

(4) Leopold IV: pada bagian terbawah janintelah masuk pintu atas panggul.

i) Pemeriksaan genetalia: pada pasien dengan preeklampsi perlu diketahui apakah ada
pengeluaran cairan pervaginam berupa lendir bercampur darah.

2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri persalinan yang berhubungan dengan dilatasi serviks, ekpulsi fetal (kala I).
b. Risiko tinggi foetal distres janin yangberhubungan dengan perubahan pada plasenta (kala
I/kala II).
c. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan ansietas, keletihan, nyeri,
keletihan otot pernafasan (kala II).
d. Risiko defisien volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
kehilangan cairan hebat melalui rute normal, kehilangan cairan melalui rute abnormal
(kala III).
e. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman pada status terkini, krisis situasi (kala
I/II/III/IV).
f. Keletihan yang berhubungan dengan ansietas, peningkatan kelelahan fisik, kurang tidur,
stresor (kala IV).
4. Intervensi Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan Oksigen.

Intervensi:

1) Kaji frekuensi pernafasan dan kedalaman

2) Auskultasi bunyi nafas.

3) Atur posisi pasien semi fowler.

4) Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi.

b. Risiko defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kehilangan
cairan hebat melalui rute normal..

Intervensi:

1) Obervasi input dan output.

2) Jelaskan tujuan pembatasan cairan pada pasien.

3) Kolaborasi pemberian deuretik, contoh : furosemid (lazix), asam etakrinik (edecrin) sesuai dengan
indikasi.
c. risiko tinggi foetal distres janin yangberhubungan dengan perubahan pada plasenta.

Intervensi:

1) Monitor Denyut Jantung Janin sesuai indikasi.

2) Kaji tentang pertumbuhan janin

3) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta (nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin
turun).

4) Kaji respon janin pada ibu yang diberi obat anti kejang.

5) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan Ultrasono Graphy (USG) dan Nonstress Test (NST).

d. Nyeri persalinanberhubungan dengan dilatasi serviks, ekpulsi fetal.

Intervensi:

1) Kaji tingkat intensitas nyeri pasien.

2) Jelaskan penyebab nyerinya.

3) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul.

4) Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri.

e. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses
persalinan.

Intervensi:

1) Kaji tingkat kecemasan ibu

2) Jelaskan mekanisme proses persalinan.

3) Kaji dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif. 4) Beri support system pada ibu.

5. Implementasi
Menurut Mitayani (2009), setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya dilakukan tindakan
keperawatan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya
masalah pada klien.
6. Evaluasi
Menurut Mitayani (2012), evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,
di mana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri pasien dan menilai sejauh
mana masalah klien dapat diatasi
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Beberapa faktor risiko yang terbukti berperan terhadap kejadian preeklamsia pada ibu adalah usia 35
tahun, aktivitas fisik tinggi, stres berat, riwayat preeklamsia keluarga dan paparan asap rokok.

2. Bila kejadian tersebut secara bersamaan maka probabilitas kejadian preeklamsia mencapai 86,7 %.

3. Beberapa faktor risiko yang tidak terbukti berperan terhadap kejadian preeklamsia pada ibu adalah
adalah multiparitas, kelebihan berat badan sebelum hamil, riwayat hipertensi dan kehamilan tidak
diinginkan.

B.Saran

1. Bagi Masyarakat

a. Sebaiknya ibu merencanakan kehamilannya pada waktu yang tepat, yaitu 20-35 tahun.

b. Ibu hamil agar tidak melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat.

c. Sebaiknya ibu hamil tidak terbebani oleh masalah-masalah yang dapat menyebabkan stres.

d. Sebaiknya ibu menelusuri apakah dalam keluarganya terdapat riwayat preeklamsia keluarga, agar dapat
mencegah terjadinya preeklamsia.

e. Sebaiknya ibu menghindari paparan asap rokok di rumahnya maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
f. Bagi perokok, sebaiknya merokok dilakukan di tempat tersendiri agar tidak membahayakan orang di
sekitar, terutama ibu hamil.

2. Bagi Instansi Kesehatan

a. Pada saat pelaksanaan program kelas ibu hamil dan posyandu dapat memberikan pendidikan kesehatan
kepada ibu hamil tentang pentingnya mengurangi aktivitas fisik tinggi, mengurangi stres, memberikan
konseling kepada ibu tentang masalah-masalah yang dihadapi .
b. Melakukan penyuluhan tentang komplikasi pada masa kehamilan di lingkungan kerja, seperti
perusahaan-perusahaan atau industri rumah tangga, karena banyak ibu hamil yang bekerja.

c. Melakukan penyuluhan secara berkelanjutan tentang bahaya paparan asap rokok di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/63869/8/BAB_VII_revisi.pdf

http://repository.unmuhjember.ac.id/6285/1/ARTIKEL-dikonversi.pdf

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/19518/1/ANDRYANA%20AGREVITA_70900120004.pdf

http://repository.unmuhjember.ac.id/6285/1/ARTIKEL-dikonversi.pdf

https://id.scribd.com/document/366278907/Pathway-Preeklampsia-Fix

http://repository.unmuhjember.ac.id/6285/1/ARTIKEL-dikonversi.pdf

Anda mungkin juga menyukai