Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERHADAP PASIEN DENGAN HALUSINASI

DI RUANG KRONIK PRIA 2 RS. JIWA ABEPURA JAYAPURA PAPUA

DISUSUN OLEH :

1. Mersi Tetelepta 13. Elisabet Y. Mambrasar


2. Winda Puspa Halim 14. Insya Naomi Wakum
3. Analin Pakage 15. Elshe Dorika Dimara
4. Anjelika R. Yare 16. Viona Lieke Sarimole
5. Yubelina M.U. Katoar 17. Imarina Yahuli Kobak
6. Sindi A.S. Putri 18. Dwi Nadia Alviyana
7. Britney C.L. Sermumes 19. Yuliana Raysa Waisimon
8. Fransiska Y. Lalaar 20. Micheline A. Tiert
9. Maria M. Wamu 21. Gloriya Marni Kenelak
10. Nobertus H 22. Yasinta Tawa
11. Imelda Wandikbo 23. Devega Chlarci Lilihata
12. Yohana Fr. L. Kim

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

TAHUN 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pencegahan Kekambuhan Pada pasien Jiwa

Sasaran : Pasien

Hari / Tanggal : Jumat, 27 Mei 2022

Waktu : 08.00-08.30

Tempat : Ruang Kronik Pria 2 RS Jiwa Abepura

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada
ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio-Spritual yang komperhensif.
Klien dapat berupa individu, keluarga dan komunitas baik dalam keadaan sakit maupun
sehat. Bentuk Asuhan keperawatan jiwa meluputi pencegahan primer adalah pendidikan
kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial (Sulistiyowati, 2015).
Pencegahan kekambuhan atau mempertahankan pasiendi lingkungan keluarga dapat
terlaksana dengan persiapan pulang yang adekuat serta mobilisasi fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat khususnya peran serta dan dukungan keluarga. Keluarga
dengan ekspresi emosi yang tinggi akan menimbulkan kekambuhan pada anggota keluarga
yang mengalami skizofrenia. Kassim (1998) mengemukakan tingkah laku menunjukkan
emosi diyakini mempengaruhi masa depan pasienskizofrenia. Keluarga yang menunjukkan
emosi seperti sikap penolakan, pengasingan, sikap tidak peduli dan sering mengkritik
dikatakan sebagai keluarga yang mempunyai ekspresi emosi yang tinggi. Penderita
skizofrenia yang tinggal bersama dengan keluarga yang ekspresi emosinya tinggi akan
sukar untuk sembuh walaupun obat-obatan diberikan dengan cukup. Terapi keluarga dapat
diberikan untuk menurunkan ekspresi emosi (Wulansih, 2008).
Dukungan keluarga merupakan salah satu dukungan sosial yang terdapat di
masyarakat dimana dukungan iniialah suatu proses hubungan antara keluarga dengan
lingkungan sosialnya (Friedman, 2010). Keluarga perlu memberikan dukungan yang
merupakan suatu persepsi mengenai bantuan berupa perhatian, penghargaan, informasi,
nasehat maupun materi yang diterima pasien skizofrenia pasca perawatan dari anggota
keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi atau tugas yang terdapat di
dalamsebuah keluarga. Menurut House(1985 dalam Friedman, 2010), dukungan keluarga
yang dapat diberikan pada pasien yaitu dukungan emosional (memberikan kenyamanan),
dukungan informasional (memberikan informasi), dukungan instrumental (memfasilitasi
kebutuhan) dan dukungan penilaian (sumber dan validator identitas).
Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem pendukung utama
dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien berada dirumah. Oleh karena itu
keluarga memiliki peran penting didalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit pada
klien jiwa. Melihat fenomena diatas, maka keluarga perlu mempunyai pemahaman
mengenai cara perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga (Damaiyanti, 2012)

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Memberikan pendidikan tentang peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Memberikan pendidikan kesehatan tentang :
a. Memahami Pengertian Kekambuhan
b. Memahami Tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa
c. Memahami Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien
d. Memahami Peran klien dan keluarga dalam pencegahan kekambuhan.

C. Sasaran
Sasaran dari kegiatan penyuluhan ini adalah seluruh pasien yang berada di Ruang Kronik
Pria 2 RS Jiwa Abepura

D. Pelaksanaan
a. Hari / Tgl : Jumat, 27 Mei 2022
b. Waktu : 30 menit
c. Sasaran : Pasien
d. Tempat : Ruang Kronik Pria 2 RS Jiwa Daerah Abepura

E. Pembagian Tugas
a. Presentator : Mersi Tetelepta
b. Moderator : Insya Wakum
c. Observer : Gloriya Kenelak, Fransiska Lalaar, Sindi Ayu

F. Metode
Ceramah

G. Media
Leaflet

H. Materi : Pencegahan Kekambuhan


1. Pengertian Kekambuhan
2. Tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien
4. Peran klien dan keluarga dalam pencegahan kekambuhan

I. Penyajian materi
Peserta duduk dikursi, anggota kelompok duduk berbaur dengan pasien dan keluarga
pasien, penyaji didepan.
A. Kegiatan Penyuluhan

No. Tahapan Kegiatan Penyuluhan Waktu Media Alat Bantu


1. Pembukaa 1. Mengucapkan salam 5 menit Ceramah -
n 2. Menjelaskan tujuan dan
kontrak waktu
2. Inti Menjelaskan materi : 15 menit Ceramah -
1. Pengertian Kekambuhan
2. Tanda dan gejala
kekambuhan klien
gangguan jiwa
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kekambuhan klien
4. Peran klien dan keluarga
dalam pencegahan
kekambuhan.
3. Penutup 1. Mengevaluasi secara lisan 10 menit Tanya Leaflet
dan melihat tingkat jawab
pemahaman tentang
pencegahan kekambuhan
2. Memberikan leaflet
3. Memberikan salam
penutup

B. Pengorganisasian Tempat

Penyuluh

Moderator Pembimbing

Pasien

Fasilitator Fasilitator

Observer
C. Evaluasi
Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan kekambuhan ?
a. Suatu keadaan dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan
mengakibatkan pasien perlu dirawat kembali
b. Pasien tenang dan dapat terkontrol
c. Pasien sudah dapat di pulangkan
2. Bagaimana Tanda/Gejala dari kekambuhan ?
a. Gelisah, penampilan tidak rapi, melamun
b. Bicara tidak jelas, tiba-tiba marah, interaksi kurang
c. Semua benar
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kekambuhan ?
a. Tidak minum obat teratur, menyendiri, tidak rutin control
b. Rutin Kontrol, tidak minum obat
c. Melakukan aktifitas yang terjadwal, rutin control
4. Apa yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah kekambuhan ,kecuali?
a. Memantau obat pasien, diminum secara teratur
b. Kontrol teratur
c. Membiarkan kelurga yang sakit jika merenung
PERAN KELUARGA DALAM PENANGANAN KEKAMBUHAN

PASIEN GANGGUAN JIWA

A. Kekambuhan
Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya mereda
kekambuhan yaitu kembalinya gejala – gejala penyakit sehingga cukup parah dan
mengganggu aktivitas sehari – hari dan memerlukan rawat inap dan rawat jalan yang tidak
terjadwal (Dorland, 2012).

B. Tanda – tanda kekambuhan


1. Tahap I : Penderita memperlihatkan ketegangan yang berlebihan (overextension),
sering mengeluh cemas terus – menerus, tak dapat konsentrasi, lupa kat – kata dalam
pertengahan kalimat, adanya hambatan mental dalam aktivitas dan penampilan diri
yang menurun.
2. Tahap II : Memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran (retriction conciusness),
depresi, mudah bosan, apatis, obsesional dan fobia, mengeluh sakit di seluruh tubuh
(somatisasi), menarik diri dari aktivitas sehari – hari dan membatasi stimulus eksternal.
3. Tahap III : Kadang-kadang menunjukan penampilan psikotik (gangguan jiwa yang
ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi seperti
halusinasi, waham atau perilaku kacau) , hipomania (mengalami sakit atau gangguan
jiwa tetapi seperti orang yang sehat), gangguan persepsi, gangguan isi pikir dan gagal
memakai mekanisme pembelaan yang matang
4. Tahap IV : Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan waham
secara terus menerus
5. Tahap V : Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap keluarga sebagai
penipu. Dapat pula penderita mengamuk.
6. Tahap VI : Penderita nampak seperti robot dan bingung serta gelisah (Keliat, 2010)

Jika muncul tanda – tanda di atas segera :

a. Bantu klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan


b. Segera kontrol ke RS, sehingga segera mendapat pertolongan

C. Penyebab kekambuhan
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kekambuhan pada penderita gangguan
jiwa menurut Keliat (dalam ivones 2013) adalah :
1. Faktor penderita.
Penderita yang tidak teratur dalam meminum obat dapat menyebabkan kekambuhan
gangguan jiwa. Menurut penelitian, 25%-50% penderita yang pulang dari rumah sakit
jiwa tidak meminum obat secara teratur.
2. Faktor dokter.
Pemakaian obat secara teratur dapat mengurungi kekambuhan, tetapi pemakain obat
neuroleptik dalam jangka lama dapat menyebabkan efek samping berupa Tardive
Diskinesia (gerakan tidak terkontrol)yang dapat mengganggu hubungan social.
3. Factor penanggung jawab klien (case manajer)
Setelah klien pulang kerumah setelah dirawat di Rumah sakit, maka perawat
Puskesmas bertanggung jawab terhadap adaptasi klien dirumah
4. Faktor keluarga.
Menurut penelitian (di Inggris dan Amerika), keluarga dengan ekspresi emosi yang
tinggi seperti bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan
menyalahkan, menyebabkan 57% penderita kembali kambuh dalam waktu 9 bulan.
Sebaliknya keluarga dengan ekspresi emosi yang rendah, hanya 17% penderita yang
kambuh. Selain itu faktor yang berpengaruh juga adalah perubahan stres, baik yang
menyenangkan maupun yang menyedihkan.
5. Faktor masyarakat.
Faktor masyarakat lebih banyak berkaitan dengan stigma negatif yang tertuju kepada
penderita gangguan kejiwaan. Penderita dijuluki orang gila atau stres, dianggap
membahayakan, menakutkan, dan menjadi bahan olok-olokan. Semua stigma itu,
justru mempersempit kehidupan sosial mereka yang semestinya dibantu dan
diperbaiki. Mereka menjadi sulit mendapat pekerjaan, merasa malu bergaul, takut
salah, dan merasa tidak berguna.

D. Pencegahan Kekambuhan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kekambuhan antara lain :
a. Mengenali penyakit mental yakni Dengan Membaca sebanyak mungkin tentang
penyakit dan pengobatannya, jika ada yang tidak dimengerti, bisa ditanyakan ke
pelayanan kesehatan
b. Hidup sehat, yakni dengan Jangan menkonsumsi alkohol atau obat lain, karena dapat
meningkatkan risiko kekambuhan. Tetap jaga makanan yang sehat, dan berolahraga
secara teratur
c. Jaga pola tidur yang efektif
d. Terus menkonsumsi obat sampai dokter menyarankan untuk berhenti.
e. Hindari stress
f. Tetap berinteraksi dengan orang sekitar.
g. Siapa saja yang kamu ceritakan tentang penyakit mental kamu? harusnya itu bersifat
pribadi, sementara pandangan orang lain tentang penyakit mental sangatlah berbeda
dibanding dulu. Namun kamu setidaknya memiliki satu teman curhat yang bisa di
andalkan, untuk mencegah penyakit tersebut kambuh lagi. Selain itu dengan dukungan
keluarga mampu membuat mereka dapat berhubungan sosial dengan orang lain.
h. Cobalah untuk mengembangkan kehidupan yang seimbang, dengan berfokus
sepenuhnya pada satu bidang, seperti pekerjaan atau hobi, Ini mungkin tampak mudah
pada awalnya untuk melarikan diri dari depresi yang kamu rasakan, namun
bagaimanapun, strategi koping ini mungkin tidak bekerja, dan kamu akan perlu
mengembangkan aspek-aspek lain dari kehidupan yang lainnya. Hal ini penting untuk
tetap berhubungan dengan semua aspek kehidupan disekelilingmu, seperti kegiatan
sekolah, bekerja atau relawan, keluarga dan teman-teman, dan hobi.
i. Mengidentifikasi dukungan dari keluarga dan teman-teman pada klien, karena Ini
dapat membantu keluarga dapat mengenali gejala gangguan jiwa yang khas, dan dapat
membantu dalam mencari pengobatan jika diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

Anggraini, dkk. 2013. Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar
Pada Pasien Skizofrenia Di RSJD Dr. AminogondohutomoSemarang.
http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 17 Januari 2017 pukul 13.51 WIB.

Bagyono, Tuntas. 2013. Kunci Praktis Untuk Metodelogi Penelitian Kesehatan Promotif-
Preventif. Yogyakarta: Ombak.

Budiman. 2013. Penelitian Kesehatan. Bandung: PT Refika Aditama.

Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans
Info Media.

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Data Progam Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kota
Padang.

Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Halawa, Aristina. 2015. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang
Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur Surabaya. http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses
tanggal 18 Januari 2017 pukul 13.04 WIB.

Herdman, T. Heather. 2017. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan Defenisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Mirza, dkk. 2015. Hubungan Lamanya Perawatan Paseien Skizofrenia dengan Stres Keluarga.
http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 17 Januari 2017 pukul 07.50 WIB.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit ANDI.

Nasir A dan Muhith A. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Potter
& Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental : konsep, proses, dan praktik vol 2 edisi 4.
Jakarta: EGC.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Badan
PPSDM Kesehatan.

Sari. 2014. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Pasien Halusinasi Dengan
Frekuensi Kekambuhan Pasien Halusinasi Di Rumah. http://Download.Portalgaruda.Org.
Diakses tanggal 03 Maret 2017 pukul 06.23 WIB.

Supardi, Sudibyo dan Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: TIM.

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai