Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN KLIEN


DENGAN GANGGUAN JIWA

Disusun Oleh :

Kelompok Ruang Melati


1. Triana Budiarti 9. Rina Fitri Susanti
2. Pipit Suprihatin 10. Destri
3. Lussy Kurniasari 11. Lisa Fatmasari
4. Yola Voni Yuniara 12. Ayu Purgana
5. Endang Lestari 13. Welly Prestikasari
6. Roro Dila Kurnia 14. Erpi Rolista
7. Santi Oktavia 15. Refida
8. Leni Anjani 16. RA Leiza
17. Fitri Ermalia

Program Studi Profesi Ners


Universitas Aisyah Pringsewu (UAP)
TH. 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Keperawatan Jiwa


Sub Pokok Bahasan : Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan
Hari / Tanggal : Jum’at, 20 Maret 2020
Waktu : 30 menit, pukul 07.30 WIB
Tempat : Poliklinik RSJD Bandar Lampung
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Penyuluh : Mahasiswa Program Studi Profesi Ners UAP Pringsewu

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah diberikan penyuluhan, pasien dan keluarga mampu memahami
tentang pentingnya peran keluarga dalam mencegah kekambuhan

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, pasien dan keluarga mampu
mengetahui tentang :
a. Pengertian kesehatan jiwa
b. Pengertian gangguan jiwa
c. Penyebab gangguan jiwa
d. Ciri-ciri gangguan jiwa
e. Fungsi keluarga dalam mencegah gangguan jiwa
f. Fungsi keluarga dalam mencegah kekambuhan
g. Perawatan klien dengan gangguan jiwa dalam keluarga
C. Materi Penyuluhan
a. Pengertian kesehatan jiwa
b. Pengertian gangguan jiwa
c. Penyebab gangguan jiwa
d. Ciri-ciri gangguan jiwa
e. Fungsi keluarga dalam mencegah kekambuhan
f. Perawatan klien dengan gangguan jiwa dalam keluarga
g. Prinsif 6 benar obat
D. Sistem Belajar Mengajar
Tahap Kegiatan
No Kegiatan Komunikator Waktu
Kegiatan Komunikan
1 Pendahuluan a. Memberi salam dan a. Menjawab 5 menit
memperkenalkan diri salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
penyuluhan dan tema
penyuluhan
2 Penyajian a. Menjelaskan a. Mendengarkan 15 menit
mengenai pengertian b. Memperhatikan
halusinasi, pengertian c. Bertanya
obat, jenis-jenis obat
bagi pasien
halusinasi, cara
mendapatkan obat,
pengobatan dengan
5B, pentingnya
dukungan keluarga
bagi pasien, dan
pentingnya program
pengobatan pada
pasien
b. Memberikan
kesempatan kepada
keluarga dan pasien
untuk bertanya
3 Penutup a. Memberikan a. Menjawab dan 10 menit
pertanyaan sebagai mendengarkan
evaluasi b.Mendengarkan
b. Menyimpulkan c. Menjawab dan
bersama-sama salam

E. Metode
a. Ceramah dan tanya jawab
b. Sumber
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Obat
2. http://syehaceh.wordpress.com
3. Kelliat.B.A.,dkk, Modul Pelatihan CMHN Prov.Aceh, 2006
4. http://www.kuliah-keperawatan.co.cc

F. Media
Leaflet

G. Evaluasi
a. Prosedur : Post tes
b. Jenis : Lisan
- Sebutkan pengertian kesehatan jiwa
- Sebutkan penyebab gangguan jiwa
- Jelaskan ciri-ciri gangguan jiwa
- Jelaskan perawatan klien dengan gangguan jiwa

MATERI PENYULUHAN
I. Pengertian gangguan jiwa
a. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam : cara berpikir (cognitive),
kemauan, emosi (affective), tindakan (psychomotor).
b. Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak
normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.

II. Faktor penyebab gangguan jiwa


a. Faktor Organobiologis
Tingkat kematangan dan perkembangan pikiran tiap individu berbeda
b. Faktor Psikoedukatif
1) Interaksi ibu/ayah-anak: kehilangan ibu karena bekerja, terpaksa
meeninggalkan anak (perasaan tidak percaya dan kebimbangan)
2) Persaingan antar saudara kandung
Setiap anak saling mencari perhatian kepada orangtua (si sulung
lebih agresif daripada si bungsu)
3) Tingkat perkembangan emosi tiap individu yang berbeda
c. Faktor Sosiokultural
1) Pola mengasuh anak
Melindungi anak secara berlebihan, disiplon terlalu terlalu keras,
menjadikan salah satu anak sebagai anak emas (kesayangan)
2) Tingkat Ekonomi
3) Kemisknan dapat meningkatkan angka kriminalitas sehingga
individu tersebut mudah marah dan tersinggung

III. Ciri-ciri gangguan jiwa


a. Perubahan yang berulang dalam pikiran : daya ingat persepsi, dan daya
tilik
b. Perubahan perilaku
c. Marah tanpa sebab / Mengurung diri
d. Tidak mengenali orang
e. Bicara kacau
f. Bicara sendini

IV. Peran Keluarga Dalam Perawatan Gangguan Jiwa


1. Keluarga merupakan lingkup yang paling banyak berhubungan dengan
pasien
2. Pasien yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan kembali kedalam
masyarakat; khususnya dalam lingkungan keluarga
3. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam mencapai
pemenuhan kebutuhan dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa bagi
pasien.
4. Gangguan jiwa mungkin memerlukan terapi yang cukup lama, sehingga
pengertian dan kerjasama keluarga sangat penting artinya dalam
pengobatan
5. Pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah manusia yang sama
dengan orang lainnya; mempunyai martabat dan memerlukan perlakuan
manusiawi
6. Pasien yang mengalami gangguan jiwa mungkin dapat kembali ke
masyarakat dan berperan dengan optimal apabila mendapatkan dukungan
yang memadai dari seluruh unsur masyarakat.
7. Pasien gangguan jiwa bukan berarti tidak dapat “sembuh”
8. Pasien dengan gangguan jiwa tidak dapat dikatakan “sembuh” secara
utuh, tetapi memerlukan bimbingan dan dukungan penuh dari orang lain
(dan keluarga)

V. Upaya perawatan keluarga klien dengan gangguan jiwa


1. Mengenal adanya gangguan kesehatan sedini mungkin
2. Mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan
kesehatan
3. Memberikan pengobatan kepada anggota keluarga yang sakit
4. Menangulangi keadaan darurat kesehatan
5. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat
VI. Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan klien dengan gangguan
jiwa
Salah satu factor yang menyebabkan kekambuhan klien dengan
gangguan jiwa diantaranya adalah keluarga. Ekspresi emosi yang tinggi
dalam keluarga seperti bermusuhan, mengkrtik, tidak ramah, banyak
menekan dan menyalahkan dapat menimbulkan kekambuhan pada klien
tersebut mendukung bagi perbaikan atau peningkatan kesehatan jiwa klien
melainkan menjadi stressor bagi klien yang merupakan stimulus munculnya
kekambuhan klien

VII. Beberapa gejala kekambuhan yang perlu di identifikasi oleh klien dan
keluarga
1. Menjadi ragu-ragu dan serba takut
2. Tidak napsu makan
3. Sukar konsentrasi
4. Sulit tidur
5. Depresi
6. Tidak ada minat
7. Menarik diri

VIII. Hal yang harus dilakukan keluarga dalam perawatan pasien dengan
gangguan jiwa
1. Memenuhi kebutuhan sehari-hari, yaitu:
Bantu & perhatikan pemenuhan kebutuhan makan dan minum,
kebersihan diri & penampilan
2. Latih kegiatan sehari-hari, misalnya makan sendiri, cuci pakaian sendiri,
membersihkan rumah.
3. Bantu komuniksai yang teratur
a) Bicara yang jelas & singkat.
b) Kontak/bicara yang teratur.
c) Pertahankan tatap mata saat bicara.
d) Sabar, lembut dan tidak terburu-buru.
e) Lakukan sentuhan & belaian yang akrab.
f) Berikan pujian bila melakukan hal yang benar atau baik.
4. Libatkan dalam kelompok
a) Beri kesempatan nonton TV, baca koran, dengar musik.
b) Sediakan peralatan pribadi, misalnya tempat tidur, lemari pakaian
c) Ikut sertakan dalam pertemuan keluarga secara teratur.
d) Ikut sertakan dalam kegiatan pengobatan kelompok, misalnya
permainan.

IX. PRINSIP 6 ( ENAM ) BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT

1.      Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan


identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung
kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara
verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk.
Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental
atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.

2.      Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan
nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa
nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien,
label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke
rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.

Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat


memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini
membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

3.      Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika


ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau
apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya
perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun
tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp
ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial
dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan
teliti.

4.      Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor


yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum
pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat,
serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral,
sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

a.       Oral

Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak


dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat
juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal)
seperti tablet ISDN.
b.      Parenteral

Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping,


enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak
melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).

c.       Topikal

Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.


Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.

d.      Rektal

Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan
untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp),
hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp).
Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya
tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.

e.        Inhalasi

Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas


memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian
berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya,
misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma,
atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

5.      Benar Waktu

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya


tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang
memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh
kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu
dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat
yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6.      Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute,


waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum
obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan
dilaporkan

Anda mungkin juga menyukai