OLEH:
MAHASISWA PRAKTIK PROFESI NERS 2018
1. AHMAD RIKI ARDIYANA (18.08.3.149.003)
2. ALY MARSHELA (18.08.3.149.010)
3. BELLA KAVINDA PUTRI (18.08.3.149.018)
4. DIAN ROHMAHTIN N. C (18.08.3.149.026)
5. DUMIASIH (18.08.3.149.027)
6. HABIB IQBAL ASGHAF (18.08.3.149.040)
7. M. ANWAR HAKIM (18.08.3.149.057)
8. M. ARIF DARMAWAN (18.08.3.149.058)
9. M. NURHADI (18.08.3.149.062)
10. YUYUN ERFIANA (18.08.3.149.100)
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal dengan judul “Seminar Keperawatan Jiwa Dengan Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan Di Ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya”
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Proposal ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan tugas praktika
keperawatan jiwa Ners pada Program Studi Ilmu Keperawatan di STIKES Nahdlatul
Ulama Tuban. Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak menerima bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak Rochani, S. Kep., Ns selaku kepala ruangan Wijaya kusuma RSJ
Menur Surabaya.
2. Bapak Moc. Choirul Huda, S.Kep., Ns selaku CI ruangan dan pembimbing
klinik Wijaya Kusum RSJ Menur Surabaya.
3. Ibu Hanim Nurfa’izah, S.Kep., Ns., M.kep selaku pembimbing akademik
STIKES Nahdlatul Ulama Tuban.
4. Seluruh mahasiswa di Program Profesi Ners yang turut memberi semangat
dalam pembuatan profesi ini.
5. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang ikut
mendukung atas terselesaikannya profesi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan dan penyempurnaan proposal ini sangat penulis harapkan. Semoga
proposal ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
I. Latar Belakang
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang yang ditunjukkan dengan perilaku kekerasan baik pada
diri sendiri atau orang lain dan lingkungan baik secara verbal maupun non
verbal (Stuart &Laraia, 2009). Menurut Varcarolis (2006) perilaku kekerasan
adalah sikap atau perilaku kekerasan yang menggambarkan perilaku amuk,
bermusuhan berpotensi untuk merusak secara fisik atau dengan kata-kata. Jadi
kesimpulannya perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku amuk yang
melukai fisik baik diri sendiri, orang lain dan lingkungan maupun secara verbal
atau non verbal.
Perilaku kekerasan dilakukan karena ketidakmampuan dalam melakukan
koping terhadap stres, ketidakpahaman terhadap situasi sosial, tidak mampu
untuk mengidentifikasi stimulus yang dihadapi, dan tidak mampu mengontrol
dorongan untuk melakukan perilaku kekerasan (Volavka & Citrome, 2011).
Perilaku kekerasan yang muncul pada klien Skizofrenia dikarenakan
ketidakmampuan dalam menghadapi stresor, dan melakukan tindakan perilaku
kekerasan sebagai koping dalam menghadapai stresor.
Dari uraian diatas menimbulkan ketertarikan kami untuk melakukan
seminar keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan perilaku kekerasan
yang ada Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
II. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien jiwa dengan diagnosa
medis perilaku kekerasan
III. Target Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian terhadap pasien perilaku kekerasan
2. Mahasiswa dapat menyusun diagnosa pada diagnosa keperawatan perilaku
kekerasan
3. Mahasiswa dapat melakukan intervensi terhadap pasien perilaku kekerasan
4. Mahasiswa dapat melakukan implementasi terhadap pasien perilaku
kekerasan
5. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi terhadap pasien perilaku kekerasan
IV. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ini difokuskan untuk Mahasiswa yang praktik profesi di
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
V. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Kamis, 4 Oktober 2018
Waktu : 08.00-11.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Ruang Skill Lab RSJ Menur Surabaya
VI. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana dalam kegiatan ini adalah Mahasiswa Profesi Ners STIKES NU
Tuban yang praktik profesi Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
VII. Susunan Acara
Terlampir 1
VIII. Susunan Panitia
Terlampir 2
IX. Anggaran Dana
Terlampir 3
X. Materi
Terlampir 4
XI. Penutup
Demikian proposal ini kami buat sebagai pertimbangan dalam kegiatan
yang akan dilaksanakan. Semoga kegiatan yang di rencanakan bersama dapat
berjalan dengan baik sesuai harapan. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata
atau kalimat yang kurang berkenan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
Surabaya, 30 September 2018
Mengajukan,
Ketua Panitia Sekretaris
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
Hanim Nur Faizah, S.Kep., Ns., M.Kep. Moc. Choirul Huda, S.Kep., Ns.
NIK. 45115030 NIP. 19810609 200801 1 008
Mengetahui,
Kepala Ruang Wijaya Kusuma
RSJ Menur Surabaya
Yuyun Pemimpin
Penutup
Erviana Doa
Lampiran 2
SUSUNAN PANITIA
SEMINAR KESEHATAN JIWA DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG WIJAYA KUSUMA
RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA
B. Konsumsi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian perilaku kekerasan
2. Untuk menjelaskan etiologi perilaku kekerasan
3. Untuk menjelaskan proses terjadinya marah
4. Untuk menjelaskan etiologi perilaku kekerasan
5. Untuk menjelaskan respon rentang marah
6. Untuk menjelaskan manifestasi perilaku kekerasan
7. Untuk menjelaskan penatalaksanaan perilaku kekerasan
8. Untuk menjelaskan pohon masalah perilaku kekerasan
9. Untuk menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Pasien perilaku kekerasan
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari asuhan keperawatan ini antara lain adalah:
1. Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan dapat menambah informasi pada pihak di rumah sakit dalam
mengambil kebijakan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah
sakit jiwa tersebut.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dapat menambah informasi yang ada khususnya bagi
keperawatan jiwa tersebut dalam menangani kasus-kasus yang
berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dalam hal ini bagaimana
melaksanakan pelayanan keperawatan terutama dalam menangani klien
dengan perilaku kekerasan.
4. Bagi Institusi
Merupakan bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam mengetahui
dan memahami tentang pasien dengan perilaku kekerasan sehingga dapat
lebih dipahami.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi:
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
yaitu adanya anggota keluarga yang sering memperlihatkan atau
melakukan perilaku kekerasan, adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti, psikotropika dan
zat aditif lainnya).
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai
hasil dari akumulasi frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat.Salah satu
kebutuhan manusia adalah “berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak
dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan
muncul adalah individu tersebut berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory) menyatakan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu
untuk berespon asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari
secara langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory).
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik,
berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan
penyebab yang brasal dari dari dalam maupun luar individu. Faktor dari dalam
individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang
dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa
cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu
meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan.
Adaptif Maladaptif
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Medis
Menurut Yosep (2007) obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien
dengan marah atau perilaku kekerasan adalah:
1) Antianxiety dan sedative hipnotics. Obat-obatan ini dapat
mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepine seperti Lorazepam
dan Clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk
menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan
untuk penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan
kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk simptom
depresi.
2) Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.
3) Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan
perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.
Amitriptyline dan Trazodone, menghilangkan agresifitas yang
berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.
4) Lithium efektif untuk agresif karena manik.
5) Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan.
2. Keperawatan
Menurut Yosep (2007) perawat dapat mengimplementasikan berbagai cara
untuk mencegah dan mengelola perilaku agresif melaui rentang intervensi
keperawatan.
1) Strategi preventif
(1) Kesadaran diri
Perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan
melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah pribadi
dan masalah klien.
(2) Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara
mengekspresikan marah yang tepat.
(3) Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki meliputi :
(4) Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang.
(5) Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan.
(6) Sanggup melakukan komplain.
(7) Mengekspresikan penghargaan dengan tepat.
2) Strategi antisipatif
(1) Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif: bersikap
tenang, bicara lembut, bicara tidak dengan cara mengahakimi,
bicara netral dan dengan cara konkrit, tunjukkan rasa hormat,
hindari intensitas kontak mata langsung, demonstrasikan cara
mengontrol situasi, fasilitasi pembicaraan klien dan dengarkan
klien, jangan terburu-buru menginterpretasikan dan jangan buat
janji yang tidak bisa ditepati.
(2) Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti:
membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku klien
yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.
(3) Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku
yang dapat diterina dan tidak dapat diterima serta konsekuensi
yang didapat bila kontrak dilanggar.
3) Strategi pengurungan
(1) Managemen krisis.
(2) Seclusion merupakan tindakan keperawatan yang terakhir dengan
menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat
keluar atas kemauannya sendiri dan dipisahkan dengan pasien
lain.
(3) Restrains adalah pengekangan fisik dengan menggunakan alat
manual untuk membatasi gerakan fisik pasien menggunakan
manset, sprei pengekang.
23
3.1 Pengkajian
Ruang Rawat : Wijaya Kusuma
Tanggal Dirawat : 25 September 2018
3.2 Identitas Klien
Nama : Tn. N
Umur : 41 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Informan : Pasien, keluarga pasien dan Rekam Medik
Tanggal Pengkajian : 25 September 2018
No. RM : 05.72.xx
3.3 Alasan Masuk
DS : Pasien mengajak bertengkar kepada siapa saja yang mengajaknya
berbicara
DO: Pasien berbicara dengan nada tinggi, kontak mata tajam dan pasien di
fiksasi
3.4 Faktor Predisposisi
1. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalunya, pasien mempunyai
riwayat gangguan jiwa sejak 4 tahun yang lalu.
2. Pasien menjalani pengobatan sebelumnya tetapi kurang berhasil
3. Pasien pernah mengalami pengalaman aniaya fisik saat pelaku berusia 27
tahun.
Masalah Keperawatan : Perilaku kekerasan
4. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu:
DS : Pasien mengatakan pernah di tinggal pergi sewaktu pacaran sampai tn. N
linglung
Masalah Keperawatan : Paska trauma
3.5 Fisik
1. Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg N : 84x/Menit
S : 36,8 o C RR : 20x/menit
2. Ukur : TB : 160 cm BB : 55 Kg
3. Keluhan fisik : Pemeriksaan fisik dalam batas normal
3.7 Genogram
X X
Keterangan Gambar:
: Laki-laki X X : Meninggal
: Pasien
7. Persepsi halusinasi : -
Pasien mengatakan tidak mendengar bisikan-bisikan atau meihat bayangan-
bayangan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses Pikir :
Saat pengkajian proses berpikir pasien baik
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir :-
Waham :-
Pasien tidak mengalami waham dan gangguan isi pikir
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat Kesadaran : -
Pasien mengatakan tahu tempat dimana dia berada
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
11. Memori :-
Pasien mampu mengingat kenangan dengan baik
Masalah Kpeperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung : -
Pasien mampu menyebutkan nama dan usianya
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
13. Kemampuan Penilaian :-
Pasien mampu mengidentifikasi benda atau barang sesuai dengan
fungsinya
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
14. Daya Tilik Diri :-
Pasien mengatakan dirinya adalah sosok yang sabar dan merasa dirinya
sedang sakit
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
3.9 Kebutuhan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan Kebutuhan :
27
Makanan dan Pakaian:
Pasien mengatakan bisa makan dan melakukan perawatan diri sendiri
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
2. Kegiatan Hidup sehari-hari
1) Perawatan diri : Mandi, makan dan merawat kebersihan diri
Pasien masih mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari dengan
sendiri
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2) Nutrisi : Pasien selalu makan 3x/hari dengan teratur dan menu yang
bervariasi
Klien makan tidak memisahkan diri
Frekuensi makan 3x/hari di habiskan
Diet Khusus : tidak ada diet khusus
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3) Tidur
Klien tidak memiliki masalah dalam tidur
Klien merasa segar setelah tidur
Klien tidur siang selama 3 jam
Waktu tidur malam adalah jam 21:00, waktu bangun jam 05:00 WIB
Klien mampu tidur dengan nyenyak
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
3. Kemampuan klien dalam mengambil keputusan
1) Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari dengan sendiri
2) Klien tidak bisa membuat keputusan berdasarkan keinginannya sendiri
3) Klien tidak mampu mengatur penggunaan obat secara mandiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Klien memiliki sistem pendukung :
Penjelasan : klien mendapatkan dukungan dari keluarga, dan perawat
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan/hoby:
Ya
Klien mengatakan dulu bekerja sebagai penjual obat pertanian
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
3.10 Mekanisme Koping
Nilai
Nama Pemeriksaan Metode Hasil Satuan
Normal
SGOT IFCC 37C 15 U/L L: 37
P: 31
SGPT IFCC 37C 13 U/L L: 40
P: 31
MCV 78,8 FI 79-99
MCH 24,8 29-31
MCHC 31,4 g/dl 33-37
Trombosit 320 mg/dl 150-450
MPV 9,5 9-13
Narkoba
- Methamphetamine positif Negatif
- Benzodiazepine potitif Negatif
Mekanisme
koping tidak
efektif.
DX
TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
25 Perilaku kekerasan Sp 1 (Pertemuan ke 1) S: aku mau tidur
September (Membina hubungan nanti saja
2018/10.00 saling percaya) O:
1. Memberi 1. Px tidak kooperatif
salam/memanggil nama 2. Px marah ketika
px. ditanya masalah
2. Penyebutkan nama pribadi
perawat sambil berjabat 3. Klien jarang
tangan. tersenyum.
3. Menjelasakan maksud A: Masalah teratasi
dan tujuan hubungan P: Lanjutkan SP 2
interaksi.
4. Menjelaskan kontrak
akan diberi.
5. Memberi rasa aman
dan empati.
6. Melakukan kontak
singkat tapi sering.
27 SP 2 (Pertemuan ke 3) S: saya ngantuk pak
September (Memvalidasi masalah) O:
2018/12.00 1. Mengjarkan cara 1. Kontak mata
mengontrol perilaku cukup
kekerasan dengan cara 2. Px mau berjabat
tarik napas dalam tangan dengan
2. Membimbing pasien baik.
memasukkan seluruh 3. Klien mau
kegiatan kedalam tersenyum
jadwal kegiatan harian kembali.
A: Masalah teratasi.
P: Lanjutkan SP 3
29 SP 3 (Pertemuan ke 4) S: saya ngantuk pak
September (Memvalidasi SP 1 dan SP O:
2018/13.00 2) 1. Pasien
30
1. Melatih mengontrol kooperarif
perilaku kekerasan 2. Kontak mata
dengan cara verbal baik
2. Membimbing pasien 3. Pasien mau
memasukkan kegiatan bercerita
kedalam jadwal banyak tentang
kegiatan harian kehidupannya.
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan SP 4
30 SP 4 (Pertemuan ke 6) S : pak, aku
September 1. Melatih mengontrol sekarang sudah tidak
2018/ 15.00 perilaku kekerasan marah marah lagi
dengan cara spiritual O:
2. Mendiskusikan hasil - pasien kooperatif
latihan mengontrol - pasien mau
perilaku kekerasan menceritakan
secara fisik, verbal dan masalah yang
spiritual dialaminya
3. Melatih mengontrol - pasien mampu
marah dengan sholat mengontrol
dan berdoa perilaku
4. Membimbing pasien kekerasan secara
memasukkan kegiatan spiritual
kedalam kegiatan A : masalah teratasi
dedalam jadwal P : Hentikan
kegiatan harian intervensi
3.
TUK: Hubungan
1) Klien dapat 1) Pasien 1) Beri salam saling
membina menunjukk setiap percaya
hubungan an tanda interaksi merupakan
saling gejala 2) Perkenalka dasar untuk
percaya. percaya n nama kelancaran
pada perawat, berinteraksi
peawat tujuan selanjutnya
2) Pasien mau perawat
berkenalan berkenalan
31
3) Ada kontak 3) Tanyakan
mata nama
4) Bersedia panggilan 2
menceritak kali
an perasaan 4) Tanyakan
5) Bersedia perasaa
mengungka pasien dan
pkan masalah
masalah yang
dialami
2). Pasien 1) Pasien 1) memberi Mengetahui
dapat dapat kesempatan penyebab
mengidentifiks menyebutk untuk perilaku
i penyebab an minimal mengungka kekerasan
perilakau 1 penyebeb p kan
kekerasan perilaku perasaanny
kekerasan a
2) Membantu
klien untuk
mengungka
p kan
jengkel
atau kesal
3). Pasien 1) Pasien 1) Diskusikan Ungkapkan
dapat dapat kegiatan perilaku
mengontrol mengontrol fisik yang kekerasaan
perilaku emosi bisa yang bisa
kekerasa 2) Validasi dilakukan klien lakukan
secara fisik masalah klien digunakan
dengan cara dan latihan 2) Beri pujian agar klien
tarik napas atas dapat
dalam dan kegiatan mengidentifi
pukul fisik yang kasi cara
bantal/kasur biasa yang bisa
dilakukan dilakukan
klien oleh klien
3) Mengajark
an cara
melakukan
tarik nafas
dalam dan
pukul kasur
serta bantal
32
4). Klien 1) Klien dapan 1)
dapat mendemons sp 4
mendemonst trasikan cara diskuskan
rasikan cara mengontrol dengan klien
spiritual perilaku bagaimana
untuk kekerasan, ibadah yang
mencegah cara fisik pernah di
perilaku :nafas dalam lakukan
kekerasan ,olahraga,pu 2.bantu
kul kasur klien
dan bantal, menilai
2) verbal kegiatan
:mengataka yang dapat
n secara di lakukan
langsung di ruangan
dengan 3.bantu klie
tidak memilih
menyakiti kegiatan
3) spiritual:sho ibadah
lat,doa dan yang akan
ibadah di lakukan
4. minta
klien
mendemost
rasikan
kegiatan
ibadah
yang akan
di pilih
5.beri
pujian atas
keberhasila
n klien
2)
6.dis
3) Klinen 3) Berdoa
dapan sp mengkaji
4
mendemon 1.diskuskan atau
strasikan dengan sembahyang
cara klien yang bisa
mengontrol bagaimana klien
perilaku ibadah lakukan,di
kekerasan. yang gunakan agar
1. fisik :nafas pernah di klien bisa
dalam lakukan lebih tenang
,olahraga,puku 2.bantu
l kasur dan klien
bantal menilai
2.verbal kegiatan
:mengatakan yang dapat
secara di lakukan
langsung di ruangan
dengan tidak 3.bantu klie
menyakiti memilih
33
3.spiritual:shol kegiatan
at,doa dan ibadah
ibadah yang akan
1. di lakukan
4. minta
klien
mendemost
rasikan
kegiatan
ibadah
yang akan
di pilih
5.beri
pujian atas
keberhasila
n klien
6.diskusika
n dengan
klien
tentang
waktu
pelaksanaa
n kegiatan
ibadah
Risiko tinggi
mencederai diri orang
lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
masalah utama
34
Renjatan terapeutik Isolasi sosial
inefektif Menarik diri
Berduka
disfungsional
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan
antara konsep dasar teori dan kasus nyata Ny. M di ruang Wijaya Kusuma RSJ
35
Menur Surabaya. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut Craven & Hirnle (dalam Keliat, 2009) pengumpulan data pengkajian
meliputi aspek identitas klien, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik, psikososial,
status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial
dan lingkungan, pengetahuan, dan aspek medik. Dalam pengumpulan data penulis
menggunakan metode wawancara dengan Tn. N, observasi secara langsung terhadap
kemampuan dan perilaku Tn. N serta dari status Tn. N. Selain itu keluarga juga
berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Tn. N Namun, disaat pengkajian tidak ada ada anggota keluarga
Tn. N yang menjenguknya sehingga, penulis tidak memperoleh informasi dari pihak
keluarga.
Menurut Yosep (2010) faktor presipitasi pada klien dengan perilaku kekerasan
dapat muncul setelah adanya ketidakberdayaan, keputusasaan, percaya diri yang
kurang. Dari hasil rekam medik penyebab Tn. N masuk ke rumah sakit jiwa
dikarenakan setiap ada keramaian pasien marah-marah dan pasien tidak pernah
kumpul sama tetangga karena tidak suka keramaian. Menurut Purwanto (2009)
faktor predisposisi perilaku kekerasan dapat muncul sebagai proses panjang yang
berhubungan dengan kepribadian seseorang, karena itu perilaku kekerasan
dipengaruhi oleh faktor biologis, faktor psikologis, faktor sosiokultural. Hal ini juga
dialami Ny. M yang memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu Ny.M
pernah kabur dari rumah dan membawa anaknya dan tidak pernah menghubungi
suaminya dan setelah pulang Ny.M dikunci dikamar dan pasien marah-marah.
Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Stuart & Sundeen (2007) adalah
sebagai berikut: jengkel, marah, rasa terganggu, merasa takut, muka merah,
pandangan tajam, nafas pendek, tidak aman, cemas. Gejala-gejala tersebut juga
dialami oleh Ny. M seperti: Ny. M berbicara sendiri, berusaha untuk menghindari
orang lain, tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata, perhatian dengan
lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik, mudah tersinggung dapat marah.
Ny. M mampu mandi secara mandiri, berpakaian dan berhias, Ny. M sering
menjawab pertanyaan dengan jeda tapi kemudian menjawab lagi. Ny. M juga sering
data bahwa Ny. M mengalami resiko perilaku kekerasan. Ny. S mengatakan marah-
marah saat ada keramaian dan pasien tidak pernah kumpul sama tetangga karena
kekerasan adalah teori dorongan naluri dan teori psikomatik. Hal ini juga ditemukan
pada Ny. M yang mengalami dorongan naluri yaitu ingin marah-marah pada orang
disekitar.
triheksilfenidil, dan obat antipsikotik lainnya. Menurut ISO atau Informasi Spesialite
digunakan sebagai terapi gangguan cemas, gagap, skizofrenia akut dan kronik,
halusinasi, dan paranoid dengan sediaan tablet 0,5 mg, 2 mg, 5 mg, injeksi: 25 mg
hiperaktif, agresif atau obat penenang dan agitasi dengan sediaan tablet 25 mg, 50
mg, 100 mg, injeksi: 25 mg per ml. Perawat perlu memahami efek samping yang
sering ditimbulkan oleh obat psikotik seperti: mengantuk, tremor, kaku otot, dan
yaitu triheksilfenidil, untuk obat anti parkinson dengan sediaan tablet 2 mg, 5 mg,
injeksi: 25 mg per ml. Terapi yang sama juga diperoleh Ny. M setelah
2. Diagnosa Keperawatan
konsep diri: sebagai penyebab, perilaku kekerasan: merupakan masalah utama (core
problem) sedangkan resiko perilaku mencederai diri sendiri orang lain lingkungan
merupakan akibat. Namun, pada kasus Ny. M, pada analisa data penulis lebih
menyentuh orang lain dengan cara menakutkan, mempunyai rencana untuk melukai.
halusinasi pendengaran yaitu data subyektif yang diperoleh yaitu Ny. S mengalami
resiko perilaku kekerasan, Ny. M mengatakan setiap ada keramaian pasien marah-
marah, dan Ny.M tidak pernah kumpul sama tetangga karena tidak suka keramaian.
Sedangkan data obyektif yang didapatkan, Ny.M cuek saat ditanya dan saat
3. Intervensi Keperawatan
agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi. Rencana keperawatan
yang penulis lakukan sama dengan landasan teori, karena rencana tindakan
ditetapkan.
38
Menurut Kusumawati & Yudi (2010) tujuan umum yaitu berfokus pada
kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki. Kemampuan ini dapat bervariasi
sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Kemampuan pada tujuan khusus terdiri
atas tiga aspek yaitu kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang perlu
Menurut Rasmun (2009) tujuan umum resiko perilaku kekerasan yaitu agar klien
dapat mengontrol perilaku kekerasannya. Ada lima tujuan khusus resiko perilaku
kekerasan, antara lain: tujuan khusus pertama, klien dapat membina hubungan
saling percaya. Tujuan khusus kedua latihan mengontrol perilaku kekerasan fisik.
Tujuan khusus ketiga latian mengontrol perilaku kekerasan secara sosial atau verbal.
Tujuan khusus kelima latian mengontrol perilaku kekerasan secara dengan obat. Hal
tersebut juga penulis rencanakan pada klien dengan tujuan umum untuk mengontrol
resiko perilaku kekerasan dan lima tujuan khusus resiko perilaku kekerasan yang
telah diuraikan diatas. Setiap akhir tindakan strategi pelaksanaan dapat diberikan
berulang oleh pelaku tindakan tanpa adanya paksaan yaitu dengan kesadaran pelaku
tindakan itu sendiri (Ngadiran, 2010). Hal ini sesuai dengan intervensi yang
39
dilakukan penulis yaitu memberikan reinforcement positif kepada Ny. M ketika Ny.
4. Implementasi Keperawatan
dan perwujudan dari rencana keperawatan yang yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri
tanggal 6 dan 7 Agustus 2018 pukul 10.30 WIB, perawat melakukan strategi
membantu mengenal tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan pada Ny. M.
Didapatkan pasien belum bisa menjalin hubungan saling percaya, belum bisa
tanggal 9 dan 10 Agustus 2018, pukul 10.00 WIB. Penulis melakukan strategi
dengan cara nafas dalam. Didapatkan pasien belum juga bisa menjalin bina
melakukan aktivitas terjadwal. Dengan aktivitas secara terjadwal, Ny. M tidak akan
mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan resiko
40
perilaku kekerasan. Penulis memberikan reinforcement positif kepada Ny. M apabila
lain. Ny. M juga mau melaksanakan semua aktivitas sesuai jadwal yang telah
disusun.
5. Evaluasi
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi
dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
membandingkan antara respon klien dan tujuan khsssssssusus serta umum yang
telah ditentukan. Pada pelaksanaan strategi 1 tanggal 06-07 Agustus pukul 10.30
saling percaya dan mengenal tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan pada Ny. M.
Didapatkan pasien belum bisa menjalin hubungan saling percaya, belum bisa
tanggal 9 dan 10 Agustus 2018, pukul 10.00 WIB. Penulis melakukan strategi
perilaku kekerasan dengan cara nafas dalam. Didapatkan pasien belum juga bisa
menjalin bina hubungan saling percaya, sudah bisa mengidentifikasi resiko perilaku
kekerasan, kontrol resiko perilaku kekerasan belum bisa. Pada pelaksanaan strategi 3
tanggal 11-12 Agustus 2018 pukul 11.00 WIB, Ny. M juga mampu melakukan
penulis tidak bisa mencapai batas maksimal pada rencana yang diharapkan. Dalam
41
Keliat, Budi Anna. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC
Nita, Fitria (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP), Jakarta: Salemba
Medika
Nurhalimah. (2016) “Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa”. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan KEMENKES RI
Riyadi S dan Purwanto T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta: Graha Ilmu
Stuart and Sundden .2007. Buku Saku keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta: EGC
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa, Bandung : PT.Refika Aditama
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi revisi, Bandung: PT. Refika Aditama
Yusuf, Ah dkk (2015) “Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa” Jakarta: Salemba
Medika