Anda di halaman 1dari 14

1

PROPOSAL KEGIATAN HOME VISIT


PERAN KELUARGA UNTUK MENCEGAH KEKAMBUHAN PADA
PASIEN TN. F DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Aisyah Humairo, S.Kep I4B018099


Anis Cahyani D, S.Kep I4B018098
Anis Khoiriyah, S.Kep I4B018049
Ari Wibowo, S.Kep I1B018091
Buana Resti D, S.Kep I4B018101
Danang S, S.Kep I4B018071
Dyah Dwi L, S.Kep I4B018106
Efra Meiriska B, S.Kep I4B018096
Eva Kholifa, S.Kep I4B018112
Gustiani Ike S, S.Kep I4B018097
Siska Wulan H, S.Kep I4B018090
Zahrotul Uliyah, S.Kep I4B018054

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019
2

PERAN KELUARGA
DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN PENDERITA GANGGUAN JIWA
DI RUMAH

A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa merupakan suatu perubahan dalam pikiran, perasaan dan
perilaku umumnya berlebihan, berkurang atau tidak normal. Gangguan jiwa
ada berbagai macam diantaranya waham, halusinasi, perilaku kekerasan,
isolasi sosial, harga diri rendah, isolasi sosial, defisit perawatan diri.
Gangguan jiwa disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor biologis,
biokimia, lingkungan. Gangguan jiwa tersebut mempunyai berbagai macam
tanda dan gejala yang berbeda-beda. Jika penyakit jiwa kambuh dapat
menimbulkan berbagai efek yang dapat menimbulkan keresahan ataupun
ketakutan di masyarakat, karena terkadang jika pasien iiwa kambuh mereka
merusak ataupun mengamuk. Gangguan jiwa dapat muncul dan kambuh
secara tiba-tiba. Kambuhnya gangguan jiwa biasanya disebabkan karena
ketidakpatuhan penderita dalam minum obat, penolakan lingkungan keluarga,
dan kurang pengetahuan dari keluarga (Kelliat, 2009).
Menurut WHO tahun 2016 terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia serta 47,5 juta
terkena dimensia. Data Riskesdas (2013) menunjukan prevalensi gangguan
mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan
kecemasan untuk usia >15 tahun mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari
jumlah penduduk Indonesia sedangkan prevalensi gangguan berat seperti
skizofrenia mencapai 400.000 orang atau 1,7 per 1.000 penduduk. Oleh karena
itu diperlukan suatu cara untuk mencegah kekambuhan gangguan jiwa, yaitu
dengan adanya peran serta keluarga dalam mecegah gangguan jiwa. Keluarga
sangat berperan dalam mencegah kekambuhan karena keluarga merupakan
tempat dimana pasien tinggal. Keluarga berperan sebagai pengawas bagi
pasien untuk menjalankan terapi pengobatan, sehingga peran keluarga dalam
mencegah kekambuhan gangguan jiwa sangatlah penting. Hal inilah yang
melatarbelakangi kami dalam mengambil judul pendidikan kesehatan “Peran
3

Keluarga dalam Mencegah Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa di


Rumah”.

B. TUJUAN KEGIATAN
1. TIU:
Setelah proses pembelajaran keluarga mampu memahami dan berperan
serta dalam merawat pasien dengan gangguan jiwa
2. TIK:
Setelah proses pembelajaran keluarga mampu:
a. Memahami pengertian dan ciri sehat jiwa dan gangguan jiwa.
b. Memahami alasan dan akibat penderita gangguan jiwa harus minum
obat secara rutin.
c. Memahami faktor penyebab terjadinya kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa.
d. Memahami hal yang harus dilakukan oleh keluarga jika pasien
menolak minum obat.
e. Memahami peran keluarga bagi penderita gangguan jiwa.

C. SASARAN KEGIATAN
Sasaran kegiatan ini adalah keluarga dan pasien yang pernah mengalami
gangguan jiwa

D. BENTUK KEGIATAN
1. Eksplorasi tingkat pengetahuan keluarga mengenai penyakit yang dialami
pasien
2. Eksplorasi cara keluarga yang biasa dilakuan untuk mencegah kekambuhan
pasien
3. Pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga

E. ALAT PERAGA
Alat yang digunakan dalam pendidikan kesehatan ini antara lain :
1. Lembar balik
2. Leaflet
4

F. METODE
Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab.

G. PERENCANAAN WAKTU
Hari / tanggal : Sabtu, 19 Oktober 2019
Tempat : Rumah Pasien Tn. F
Waktu : 10.00 WIB - selesai
Setting :
1. Diskusi awal : 5 menit
2. Aktivitas inti : 30 menit
3. Evaluasi : 5 menit
Jumlah total waktu yang diperlukan : 40 menit

H. ORGANISASI
Presentator: Danang Setiyono, S.Kep
Fasilitator : Anis Khoiriyah, S.Kep dan Eva Kholifa, S.Kep
Moderator : Aisyah Humairo, S. Kep
Observer : Ari Wibowo, S.Kep
Notulen : Efra Meiriska Budiningsih, S.Kep
SASARAN
Pasien dan keluarga pasien Tn. F

I. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN
Tahap Kegiatan Perawat Kegiatan keluarga Waktu
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam 5 menit
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengar
3. Menjelaskan tujuan
4. Memberi kesempatan 3. Mendengar
untuk bertanya 4. Bertanya
5. Apersepsi 5. Menjawab
Inti 1. Menjelaskan mengenai 1. Mendengarkan dan 30 menit
materi penyuluhan memperhatikan
yang terdiri dari :
pengertian dan ciri
sehat jiwa dan
gangguan jiwa,
pengertian RPK, tanda
5

dan gejala RPK, cara


mencegah pasien
melakukan perilaku
kekerasan, cara
menghadapi pasien
ketika marah, cara
mengatasi pasien
mengamuk, jenis-jenis
obat, alasan dan akibat
penderita gangguan
jiwa harus minum obat
secara rutin, faktor
penyebab terjadinya 2. Mengajukan
kekambuhan pada pertanyaan
pasien gangguan jiwa,
hal yang harus
dilakukan oleh 3. Mendengarkan dan
keluarga jika penderita memperhatikan
menolak minum obat,
peran keluarga bagi
penderita gangguan
jiwa di rumah, peran
keluarga dan strategi
pelaksanaan keluarga
dengan pasien perilaku
kekerasan.
2. Memberikan
kesempatan kepada
keluarga untuk
bertanya.
3. Menjawab pertanyaan
yang diajukan
keluarga.
Penutup 1. Evaluasi secara lisan 1. Menjawab 5 menit
2. Memberi pujian pertanyaan
3. Menyimpulkan
4. Memberi salam 2. Menjawab salam
penutup

J. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
1) Keluarga berkumpul ditempat yang sudah disesuaikan saat kontrak.
2) Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di rumah Tn. F
3) Sarana dan prasarana memadai.
6

2. Evaluasi proses
1) Moderator memberi salam dan memperkenalkan diri.
2) Moderator menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
3) Moderator melakukan kontrak waktu dan menjelaskan mekanisme
penyuluhan.
4) Moderator menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan.
5) Penyaji menggali informasi dan pengalaman yang telah diketahui
peserta tentang penanganan resiko perilaku kekerasan.
6) Penyaji menjelaskan tentang hal yang dapat dilakukan untuk
menangani resiko perilaku kekerasan di rumah.
7) Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan kesehatan.
8) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai
selesai.
9) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
benar.
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta memahami tentang cara membatu sosialisasi (interaksi sosial)
pasien gangguan jiwa setelah perawatan di rumah sakit.
b. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan kesehatan sesuai yang
diharapkan minimal 3 orang.
c. Kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang dicapai
7

K. SETING TEMPAT

Flipchart
Moderator Penyaji

Peserta Peserta Peserta Observer

Fasilitator Notulen
8

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Undang-undang Republik
Indonesia no 18 tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id. Diakses tanggal 15 OKtober 2019.
Soekarto, A. 2003. Psikiatri Klinik Ed.3. Yogyakarta : Bag. Ilmu Kedokteran Jiwa
FK.
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.
9

Lampiran Materi

PERAN KELUARGA
DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN PENDERITA GANGGUAN JIWA
DI RUMAH, MASYARAKAT, DAN PUSKESMAS

A. Pengertian Sehat Jiwa


Sehat jiwa menurut Kemenkes RI (2014) adalah suatu kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi ke komunitas.

B. Ciri-ciri Sehat Jiwa


Ciri-ciri sehat jiwa menurut Yosep (2007) antara lain:
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)
d. Otonomi
e. Persepsi realistis
f. Kecakapan dalam adaptasi lingkungan

C. Pengertian Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa menurut Yosep (2007) adalah gangguan dalam cara berpikir
(cognitive), kemauan (volition),emosi (affective), tindakan (psychomotor).
Gangguan jiwa menurut Kemenkes RI (2014) adalah suatu kondisi dimana
seseorang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi sebagai manusia.
Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) termasuk dalam gangguan jiwa. RPK adalah
salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang. Perilaku
kekerasan ini bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik maupun
10

psikologi (Keliat 2009). Berdasarkan definisi tersebut perilaku kekerasan dapat


diakukan secara verbal yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.

D. Ciri-ciri Gangguan Jiwa


Ciri-ciri orang dengan gangguan jiwa menurut Soekarto (2003) antara lain:
1. Gangguan fungsi tubuh
a. Sukar tidur
b. Tidak nafsu makan dan makanya hanya sedikit
c. Buang air kecil lebih sering, ngompol, sulit buang air besar (sembelit)
2. Ganguan fungsi mental
a. Perilaku aneh membuat keluarga, orang lain malu dan bingung,
membahayakan diri dan orang lain
b. Aktif sekali, gelisah, mengancam tanpa tujuan, hilang minat terhadap
kegiatan sehari-hari dan lingkungan
c. Duduk atau berbaring berjam-jam atau menolak untuk bergerak.
d. Banyak bicara atau diam, pembicaraan sulit dimengerti dan tidak
berhubungan.
e. Menunjukan sedih atau gembira yang berlebihan’mungkin mendengar
suara atau melihat sesuatu yang tidak dapat dirasakan oleh orang lain
f. Melupakan hal-hal yang penting
g. Tidak mampu mengambil keputusan
h. Perubahan tingkat kesadaran
3. Perubahan pribadi dan sosial
Mengabaikan kebutuhan tubuh dan kebersihan diri seperti tidak mau
mencuci, menyisir rambut, menolak mandi atau berganti pakaian.

E. Tanda dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)


Menurut Keliat (2009) tanda dan gejala RPK antara lain :
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatup rahang dengan kuat
11

4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar mandir
6. Berbicara kasar
7. Suara tingggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda atau orang
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak meiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku
kekerasan

F. Perilaku yang Muncul pada Pasien Perilaku Kekerasan dan Akibatnya


Pasien akan tampak tegang dan gelisah, kemudian akan melampiaskan dengan
membanting-bating perabot rumah tangga, memukul atau bicara kasar. Hal
tersebut dapat membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.

G. Cara Mencegah Pasien Melakukan Perilaku Kekerasan


1. Motivasi pasienuntuk melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
misalnya tarik nafas dalam, pukul bantal dan berdoa/dzikir
2. Berikan pujian pada pasien jika mampu melakukan nafas dalam, pukul
bantal dan berdoa/dzikir ketika marah
3. Menganjurkan minum obat secara teratur

H. Cara Mengatasi Pasien Marah


1. Keluarga menghadapi dengan tenang/ jangan panic
2. Ajak pasien berbicara kembut namun tegas
3. Jaga jarak dengan pasien
4. Jauhkan benda-benda tajam dari sekitar

I. Cara Mengatasi Pasien Mengamuk


5. Ketika pasien mengamuk segera ikat pasien dengan bantuan orang lain
6. Usahakan pengikatan dilakukan dengan tidak menyakiti pasien
12

7. Jelaskan pada pasien alasan megikat yaitu agar pasien tidak mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
8. Segera bawa ke puskesmas apabila tidak dapat ditangani di puskesmas rujuk
ke rumah sakit jiwa

J. Jenis-jenis Obat
Jenis obat untuk gangguan jiwa antara lain Chlorpromazine (CPZ),
Trihexyphenidly (THP) dan Risperidone. Chlorpromazine (CPZ) berwarna
oranye berguna untuk lebih rileks dan membuat pasien dapat isrtirahat.
Trihexyphenidly (THP) berwarna putih berguna untuk membuat rileks dan
tidak kaku. Risperidone berwarna kuning berguna untuk berpikir jernih dan
beraktivitas normal. Obat tersebut diminum sesuai aturan 6 benar yaitu benar
pasien, benar jenis, benar guna, benar dosis, benar waktu, benar cara dan benar
kontinuitas minum obat.

K. Alasan Penderita Gangguan Jiwa Harus Minum Obat Secara Rutin:


1. Untuk memacu atau mengahambat fungsi mental yang terganggu
2. Memperbaiki kondisi penderita

L. Akibat Jika Pasien Tidak Teratur Atau Berhenti Minum Obat


Ketidakteraturan minum obat dapat menimbulkan kekambuhan.

M. Faktor yang Menyebabkan Kekambuhan Penderita


1. Penderita
a. Kepatuhan pengobatan yang kurang
b. Tipe kepribadian (tertutup atau terbuka)
c. Masalah yang dihadapi selama di rumah
2. Keluarga dan lingkungan
a. Penolakan terhadap penderita gangguan jiwa seperti pengucilan,
diejek,tidak diterima.
b. Komunikasi tidak terbuka, tidak melibatkan penderita dalam pergaulan.
13

c. Kurang atau tidak memberikan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan


penderita, kurang memberikan pujian terhadap kemampuan positif
penderita.
3. Kurang pengetahuan keluarga
Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai pola perilaku penderita dan
penangananya, pengawasan minum obat.

N. Hal-Hal yang Dapat Dilakukan Keluarga Jika Penderita Menolak Minum


Obat
1. Buat kesepakatan dengan penderita (membuat jadwal minum obat)
2. Menjelaskan manfaat pengobatan bagi penderita, serta akibat jika lupa atau
menolak minum obat
3. Modifikasi pemberian obat, bersama sama saat makan buah atau dicampur
dengan makanan.
4. Berikan pujian langsung pada penderita saat mempunyai keinginan sendiri
untuk minum obat

O. Peran Keluarga
1. Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang dan penghargaan sosial kepada
penderita
2. Mengawasi kepatuhan penderita dalam minum obat.
3. Bantu penderita untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan
4. Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu penderita dirumah.
5. Jangan biarkan penderita menyendiri, libatkan dalam kegiatan sehari-hari.
6. Memberikan pujian jika penderita melakukan hal yang positif.
7. Jangan mengkritik penderita jika penderita melakukan kesalahan.
8. Menjauhkan penderita dari pengalaman atau keadaan yang menyebabkan
penderita merasa tidak berdaya dan tidak berarti
9. Membawa penderita untuk kontrol rutin kepelayanan kesehatan
14

P. Strategi Pelaksanaan pada Keluarga dengan Pasien Resiko Perilaku


Kekerasan
Menurut Keliat (2009) strategi pelaksanaan keluarga dengan pasien resiko
perilaku kekerasan yaitu :
4. Mengajari keluarga cara merawat pasien dengan perilaku kekerasan, antara
lain :
a. Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Mendiskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).
c. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai kondisi pasien yang harus
segera dilaporkan ke perawat seperti melempar atau memukul benda atau
memukul orang lain
5. Menjelaskan kepada keluarga mengenai 6 benar cara memberkan obat dan
melatih keluarga untuk membantu membimbing pasien minum obat
6. Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan, antara lain :
a. Mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
b. Menganjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang dianjurkan oleh perawat
c. Mengajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
d. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai tindakan yang harus
dilakukan bila pasien menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan
7. Menjelaskan kepada keluarga menegnai tanda-tanda pasien kambuh dan
kapan harus follow up/rujuk ke rumah sakit atau puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai