Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Bahasan : Minum Obat


Sub Pokok Bahasan : Pengawasan Minum Obat
Sasaran : Keluarga Pasien
Hari / Tanggal : Selasa, 26 Maret 2019
Waktu : 09.00-09.25 WIB
Tempat : Poli Jiwa RSJD Dr. RM Soedjarwadi

A. Latar Belakang
Menurut Sulastri dan Kartika (2016), Orang dengan Gangguan jiwa
(ODGJ), mengalami sindrom dengan variasi penyebab dengan perjalanan
penyakit akut dan kronis. Ganguan jiwa diperkirakan akan kambuh 50% pada
tahun pertama, 70% pada tahun kedua,dan 100% pada tahun ke lima pasca
perawatannya. Kondisi ini terjasi karena kurang dukungan dari keluarga dan
lingkungannya. Perlu intervensi yang tepat untuk meningkatkan dukungan
keluarga khususnya dalam perawatan dan pengobatan sehingga perlu adanya
edukasi kepada keluarga pasien untuk merawat pasien di rumah berupa
pengawasan minum obat.
Menurut Tarjum (2004) dalam Minarni (2015) bahwa tempat terbaik
bagi pasien skizofrenia adalah berada di tengah- tengah keluarganya,
diantaranya orang-orang yang dicintainya. Kebutuhan mereka adalah perhatian,
pengertian, dukungan, cinta dan kasih sayang. Perhatian dan kasih sayang tulus
dari keluarga dan orang-orang terdekatnya akan sangat membantu proses
penyembuhan kondisi jiwanya. Keluarga sangat penting bagi penderita
skizofrenia, dimana salah satu peran dan fungsi keluarga adalah memberikan
fungsi afektif untuk pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarganya
dalam pemberian kasih sayang. Salah satu wujud dari fungsi tersebut adalah
memberikan dukungan pada anggota keluarga yang menderita skizofrenia.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap
penderita sakit. Fungsi dan peran keluarga adalah sebagai sistem pendukung
dalam memberikan bantuan, dan pertolongan bagi anggotanya dalam perilaku
minum obat, dan anggota keluarga akan siap memberikan pertolongan dan
bantuan ketika dibutuhkan. Dukungan keluarga yang sejalan dengan konsep
dukungan sosial terbagi dalam empat dimensi yaitu dukungan emosional,
dukungan informatif, dukungan instrumental, serta dukungan penghargaan
(Friedman, 2010).

B. Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan tentang penyuluhan kesehatan selama 1x 25
menit diharapkan keluarga mampu memahami tentang pengawasan pemberian
obat.

C. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1x25 menit diharapkan
keluarga klien akan mampu :
1. Menyebutkan obat-obat yang sering digunakan untuk pasien gangguan jiwa
2. Menyebutkan manfaat obat
3. Menyebutkan reaksi yang efektif setelah minum obat
4. Menyebutkan 5 benar pemberian obat
5. Menyebutkan cara mendukung pasien untuk minum obat

D. Pokok Materi
1. Pengertian pengawas minum obat
2. Jenis-jenis obat yang digunakan
3. Manfaat obat
4. Keadaan yang mendukung obat untuk reaktif
5. Prinsip 5 benar obat
6. Tanda-tanda kekambuhan
7. Cara keluarga mendukung meminum obat

E. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab

F. Media
Leaflet
G. Rencana Kegiatan
Kegiatan Penyuluh Audience Waktu
1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
Tahap 3. Menjelaskan tujuan 3. Mendengarkan
5 Menit
Orientasi 4. Memberikan 4. Bertanya
kesempatan untuk
bertanya
1. Melakukan apersepsi 1. Menjawab
2. menjelaskan materi 2. Mendengarkan
penuluhan
Tahap Kerja 15 menit
3. Memberikan 3. Bertanya
kesempatan keluarga
untuk bertanya
1. Melakukan evaluasi 1. Menjawab
2. Memberikan 2. Mendengarkan
Tahap reinforcement
5 Menit
Terminasi 3. Menimpulkan 3. Menyimpulkan
kegiatan bersama.
4. Salam penutup 4. Menjawab salam

H. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif :
Evaluasi penyuluhan akan dilakukan dengan memberikan 4 pertanyaan
tentang materi yang telah disampaikan ke keluarga :
a) Apa saja obat-obatan yang sering digunakan untuk pasien gangguan jiwa ?
b) Apa manfaat obat ?
c) Apa saja reaksi efektif dalam penggunaan obat ?
d) Apa 5 benar cara pemberian obat ?
e) Bagaimana cara mendukung pasien gangguan jiwa untuk meminum obat di
rumah?
2. Evaluasi Sumatif
keluarga dapat mampu memahami tentang pengawasan pemberian obat.

I. Daftar Pustaka
Keliat, Budi A. (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta
: EGC
Stuart, Gail W. (2010). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta: EGC
Sulastri., Kartika, Yeyen. (2016). Psikoedukasi Keluarga Meningkatkan
Kepatuhan Minum Obat Odgj Di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung. 324 Jurnal
Kesehatan, Volume VII, Nomor 2, Agustus 2016, hlm 323-328. Diakses 17 Maret 2019
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/207
MATERI
PENGAWAS MINUM OBAT

A. Definisi
Pengawas minum obat adalah orang yang ditunjuk untuk mengawasi dan
mengingatkan pasien untuk minum obat untuk menjamin seseorang
menyelesaikan pengobatan. PMO sebaiknya adalah seseorang yang dekat dan
dipercaya oleh klien sehingga klien akan menuruti ketika minum obat.
B. Jenis-Jenis Obat
Obat-obatan untuk pasien gangguan jiwa adalah :
1. Anti psikotik
a) Anti psikotik termasuk golongan mayor trasquilizer atau psikotropik :
neuroleptika.
b) Mekanisme kerja : menahan kerja reseptor dopamin dalam otak
(diganglia dan substansia nigra) pada sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal.
c) Efek farmakologi : sebagai penenang, menurunkan aktivitas
motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi :
delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses berpikir.
d) Jenis obat anti psikotik yang sering digunakan : Chlorpromazine
(thorazin) disingkat (CPZ), Halloperidol disingkat Haldol,
Serenase.
2. Anti depresi
a) Efek farmakologi : mengurangi gejala depresi, penenang.
b) Efek samping : yaitu efek samping kolonergik (efek sampan terhadap
sistem saraf perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur,
konstipasi, hipotensi orthostatik.
c) Jenis obat yang sering digunakan : trisiklik (generik), MAO
inhibitor, amitriptyline (nama dagang).
3. Anti maniak
a) Mekanisme kerja : menghambat pelepasan serotonim dan
mengurangi sensitivitas reseptor dopamine, mengurangi
hiperaktivitas, tidak menimbulkan efek sulit tidur, mengontrol pola
tidur dan perasaan mudah tersinggung.
b) Efek farmakologi : mengurangi agresivitas, tidak menimbulkan efek
sedative, mengoreksi/mengontrol pola tidur, iritabel dan
adanya flight of idea.
c) Efek samping : efek neurologik ringan : fatique, lethargi, tremor
di tangan terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi nausea,
diare.
d) Efek toksik : pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP (tremor,
kurang koordinasi, nistagmus dan disorientasi : pada ginjal
(meningkatkan jumlah lithium, sehingga menambah keadaan
oedema.
4. Anti cemas
Ansxiolytic agent, termasuk minor tranquilizer. Jenis obat Antara lain :
diazepam (chlordiazepoxide).
5. Anti insomnia
Phenobarbital
6. Anti panik
Imipramine

C. Manfaat Obat
1. Membantu istirahat
2. Membantu mengendalikan emosi
3. Membantu mengendalikan perilaku
4. Membantu proses pikir (konsentrasi)
5. Membantu pasien untuk istirahat
6. Membantu pasien dalam mengendalikan emosi
7. Membantu pasien untuk proses berfikir
8. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan orang lain

D. Kefektifan Obat
Obat akan bereaksi efektif jika :
1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
3. Halusinasim agresi, delusi, menarik diri menurun
4. Perilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir ke arah logika
6. Efek samping obat
7. Tanda-tanda vital : tekanan darah, denyut nadi dalam batas normal.

E. Rentang Waktu Pengobatan Gangguan Jiwa


Pengobatan gangguan jiwa membutuhkan waktu yang lama dan tidak
menimbulkan ketagihan asal dilakukan sesuai dosis anjuran dokter.
1. Terapi awal, dosis dinaikan secara bertahap sampai di temukan dosis
optimal (1 sampai 3 minggu)
2. Terapi pengawasan (8 sampai 10 minggu)
3. Terapi pemeliharaan (6 sampai 3-5 tahun)

F. Prinsip Lima benar Pemberian Obat


1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas
ditempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien
atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal,
respon non verbaldapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika
pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau
kesadaran, harus dicari caraidentifikasi yang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Bayiharus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan
namadagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa
namageneriknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generiknya ataukandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien,
label pada botol ataukemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua
label botol dibandingkan dengan obat yang diminta. ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinyatidak boleh
dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien
meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saatmemberi
obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawatharus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau
apoteker sebelumdilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya
perawat harusmemeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul
maupun tablet memiliki dosisyang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor
yangmenentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum
pasien,kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat,
serta tempat kerjayang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral,
sublingual,parenteral,topikal,rektal,inhalasi.
a) Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak
dipakai,karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat
juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal)
seperti tablet ISDN.
b) Parenteral kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti
disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar
usus, atau tidak melaluisaluran cerna, yaitu melalui vena (perset
/ perinfus).
c) Topikal yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran
mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d) Rektal obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau
supositoriayang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal
dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi
(dulkolax supp), hemoroid(anusol), pasien yang tidak sadar /
kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek
yang lebih cepat dibandingkan pemberian obatdalam bentuk oral,
namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk
supositoria.
e) Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan.
Saluran nafasmemiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas,
dengan demikian berguna
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika
obat harusdiminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, harus diberisatu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak bolehdiberikan bersama susu karena susu dapat
mengikat sebagian besar obat itusebelum dapat diserap. Ada obat yang
harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

G. Tanda-tanda Kekambuhan
1. Ada penawaran minum obat (menolak minum obat)
2. Sulit tidur dan mondar-mandir
3. Malas berbicara dengan orang lain
4. Banyak menyendiri dan melamun
5. Malas melakukan aktifitas harian
6. Malas perawatan diri
7. Malas cemas dan khawatir yang berlebihan
8. Cepat marah dan mudah tersinggung
9. Keluyuran/pergi tanpa tujuan
10. Merusak tanaman dan mengganggu lingkungan
11. Merusak alat-alat rumah tangga
12. Memukul atau melukai orang lain
13. Melukai diri sendiri (mencoba bunuh diri)
14. Mengatakan keinginan untuk mati/bunuh diri
15. Mengancam orang lain
16. Teriak-teriak
17. Bicara dan tertawa sendiri

H. Cara Dukungan Keluarga Dalam Minum Obat

1. Buat kesepakatan dengan penderitaan (membuat jadwal minum obat).


2. Jelaskan manfaat pengobatan bagi penderita. Serta akibat jika lupa atau
menolak minum obat.
3. Konsultasikan dengan dokter mengenai pilihan obat
4. Modifikasi pemebrian obat seperti diberikan / dimunumkan bersama-
sama saat makan buah
5. Memberikan pujian langsung pada penderita saat mempunyai
keinginan
sendiri untuk minum obat
6. Libatkan anggota keluarga untuk mengawasi penderita minum obat
(memastikan obat benar-benar diminum)

Anda mungkin juga menyukai