Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN ANGGUAN JIWA

Bidang studi : Keperawatan Jiwa


Topik : Kepatuhan Minum Obat Pasien Jiwa
A. Tujuan Instruksional
1. Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, keluarga mampu
memahami tentang kepatuhan minum obat pada pasien jiwa di rumah.
2. Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu:
a. Fakta seputar pengobatan gangguan jiwa
b. Definisi kepatuhan pengobatan
c. Pentingnya kepatuhan pengobatan
d. Tanda-tanda tidak patuh pengobatan
e. Cara meningkatkan kepatuhan pengobatan
f. Kiat memberikan obat kepada pasien

B. Perencanaan Penyuluhan
1. Waktu
a. Hari : Kamis
b. Tanggal : 10 Juni 2021
c. Jam : 08.00 WIB
2. Tempat : Poli Rumah Sakit Jiwa Lampung
3. Sasaran : Seluruh anggota keluarga dan Klien
4. Metode : Ceramah, diskusi/ tanya jawab
5. Media : Leaflet, Lembar Balik,dll
6. Materi Penyuluhan: Terlampir

C. Pengorganisasian
a. Penyuluh : Umri Afrizal
Tugas : Memberikan materi penyuluhan
b. Fasilitator : Staf Poli
D. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. 3 menit Pembukaan:
 Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan topik dan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan
 Menggali pengetahuan tentang  Menjawab
kepatuhan minum obat pertanyaan yang
diajukan penyaji
2. 15 menit Pelaksanaan:
Menjelaskan materi tentang,  Memperhatikan
a. Fakta seputar pengobatan gangguan
jiwa
b. Definisi kepatuhan pengobatan
c. Pentingnya kepatuhan pengobatan
d. Tanda-tanda tidak patuh pengobatan
e. Cara meningkatkan kepatuhan
pengobatan
f. Kiat memberikan obat kepada pasien  Mengajukan
. pertanyaan

3. 2 menit Evaluasi:
 Melakukan evaluasi dengan  Menjawab
memberikan pertanyaan. pertanyaan

E. Referensi
Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC

Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC


Lampiran

MATERI PENYULUHAN
KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN JIWA DI
RUMAH

A. Pengertian
Kepatuhan berobat adalah perilaku untuk menyelesaikan menelan obat
sesuai dengan jadwal dan dosis obat yang dianjurkan sesuai kategori yang
telah ditentukan, tuntas jika pengobatan tepat waktu, dan tidak tuntas jika
tidak tepat waktu (Herawati dkk, 2016).
Kepatuhan dalam pengobatan menurut merupakan tingkat ketaatan
pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh
dokter atau orang lain yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang
ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan
dengan dokter.
B. Pengertian Obat-obatan Penyakit Jiwa
Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf
pusat. Efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya
digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan (Yusuf dkk, 2015).

C. Tujuan Minum Obat


Tujuan meminum obat gangguan jiwa adalah:
1. Mencegah kekambuhan penyakit
2. Menyembuhkan penyakit
3. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
4. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
5. Peningkatan kesehatan
6. Mengurangi rasa sakit

D. Macam-macam Obat Jiwa


Berdasarkan efek klinik, obat psikotropika dibagi menjadi golongan
antipsikotik, antidepresan, antiansietas, dan antimanik (mood stabilizer)
(Yusuf dkk, 2015).
1. Antipsikotik
Obat ini dahulu disebut neuroleptika atau major tranqullizer. Indikasi
utama obat golongan ini adalah untuk penderita gangguan psikotik
(skizofrenia atau psikotik lainnya). Berefek mengurangi delusi dan
halusinasi tanpa efek sedative yang berlebihan.
Jenis obat-obatan antipsikotik:
a. Golongan fenotiazin
Obat:
Chlorpromazine, Levomepromazine, Trifluoperazin, Perfenazin,
Flufenazin, Thioridazin
b. Golongan butirofenon
Obat: Haloperidol, Droperidol
c. Golongan thioxanten
Obat: Klorprotixen
d. Golonan dibenzoxasepin
Obat: Loksapin
e. Golongan difenilbutilpiperidin
Obat: Pimozide
f. Golongan benzamide
Obat: Sulpirid.
g. Golongan benzisoxazole
Obat: Risperidon
h. Golongan dibenzoxasepin (antipsikotik atipikal)
Obat: Clozapin (Leponex)
Efek utama obat antipsikotik adalah menyupresi gejala psikotik seperti
gangguan proses pikir (waham), gangguan persepsi (halusinasi), aktivitas
psikomotor yang berlebihan (agresivitas), dan juga memiliki efek sedatif
serta efek samping ekstrapiramidal. Timbulnya efek samping sangat
bervariasi dan bersifat individual.
Efek samping yang dapat terjadi antara lain sebagai berikut.
a. Gangguan neurologik
1) Gejala ekstrapiramidal
 Akatisia
Kegelisahan motorik, tidak dapat duduk diam, jalan salah duduk
pun tak enak.
 Distonia akut
Kekakuan otot terutama otot lidah (protusio lidah), tortikolis
(otot leher tertarik ke satu sisi), opistotonus (otot punggung
tertarik ke belakang), dan okulogirikrisis (mata seperti tertarik
ke atas).
 Sindroma Parkinson/Parkinsonisme
Terdapat rigiditas otot/fenomena roda bergerigi, tremor kasar,
muka topeng, hipersalivasi, disartria.
 Diskinesia tardif
Gerakan-gerakan involunter yang berulang, serta mengenai
bagian tubuh/ kelompok otot tertentu yang biasanya timbul
setelah pemakaian antipsikotik jangka lama.
2) Sindroma neuroleptika maligna
Kondisi gawat darurat yang ditandai dengan timbulnya febris tinggi,
kejang-kejang, denyut nadi meningkat, keringat berlebihan, dan
penurunan kesadaran. Sering terjadi pada pemakaian kombinasi
antipsikotik golongan Butirofenon dengan garam lithium.
3) Penurunan ambang kejang Perlu diperhatikan pada penderita
epilepsi yang mendapat antipsikotik.
b. Gangguan otonom
1) Hipotensi ortostatik/postural Penurunan tekanan darah pada
perubahan posisi, misalnya dari keadaan berbaring kemudian tiba-
tiba berdiri, sehingga dapat terjatuh atau syok/kesadaran menurun.
2) Gangguan sistem gastrointestinal
Mulut kering, obstipasi, hipersalivasi, dan diare.
3) Gangguan sistem urogenital Inkontinensia urine.
4) Gangguan pada mata Kesulitan akomodasi, penglihatan kabur,
fotofobia karena terjadi mydriasis.
5) Gangguan pada hidung Selaput lendir hidung edema sehingga
pasien mengeluh hidungnya mampet.
c. Gangguan hormonal
1) Hiperprolaktinemia
2) Galactorrhoea
3) Amenorrhoea
4) Gynecomastia pada laki-laki
d. Gangguan hematologi
1) Agranulositosis
2) Thrombosis
3) Neutropenia
e. Lain-lain
Dapat terjadi ikterus obstruktif, impotensia/disfungsi seksual, alergi,
pigmentasi retina, dermatosis.
2. Antidepresan
Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat
mengurangi atau menghilangkan gejala depresif. Pada umumnya bekerja
meningkatkan neurotransmitter norepinefrin dan serotonin. Klasifikasinya
antara lain sebagai berikut.
a. Golongan trisiklik
Imipramin (tofranil), Amitriptilin (laroxyl), Clomipramin (anafranil)
b. Golongan tetrasiklik
Maprotilin (ludiomil)
c. Golongan monoaminoksidase inhibitor (MAOI)
Rima/moclobemide (auroric)
d. Golongan serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI)
Setralin (zoloft), Paroxetine (seroxal), Fluoxetine (prozax)
Untuk gangguan depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri,
perlu dipertimbangkan penggunaan ECT sebagai pendamping pemberian
antidepresan. Efek samping yang sering terjadi pada pemberian
antidepresan antara lain sebagai berikut.
a. Gangguan pada sistem kardiovaskular.
1) Hipotensi, terutama pada pasien usia lanjut.
2) Hipertensi (sering terjadi pada antidepresan golongan maoi yang
klasik).
3) Perubahan pada gambaran EKG (kardiotoksik terutama pada
antidepresan golongan trisiklik).
b. Gangguan sistem atonom akibat efek antikolinergik.
1) Obstipasi, mulut dan tenggorokan kering, mual, sakit kepala, serta
lain-lain.
3. Antiansietas (Anxiolytic Sedative)
Obat golongan ini dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan yang
patologis tanpa banyak berpengaruh pada fungsi kognitif. Secara umum,
obat-obat ini berefek sedatif dan berpotensi menimbulkan
toleransi/ketergantungan terutama pada golongan benzodiazepin.
Klasifikasinya adalah sebagai berikut.
a. Golongan benzodiazepin
Klordiazopoksid (librium), Diazepam (valium), Bromazepam (lexotan),
Lorazepam (aktivan), Clobazam (frisium), Alprazolam (xanax) ,
Buspiron (buspar)
b. Golongan gliserol
Meprobamat (deparon)
c. Gelombang barbitrat
Fenobarbital (luminal)
Obat-obat golongan benzodiazepam paling banyak disalahgunakan
karena efek hipnotiknya dan terjaminnya keamanan dalam pemakaian
dosis yang berlebih. Obat-obat golongan ini tidak berefek fatal pada
overdosis kecuali bila dipakai dalam kombinasi dengan antisiolitik jenis
lain atau dicampur alkohol.
Efek samping yang sering dikeluhkan adalah sebagai berikut.
a. Rasa mengantuk yang berat.
b. Sakit kepala.
c. Disartria.
d. Nafsu makan bertambah.
e. Ketergantungan.
f. Gejala putus zat (gelisah, tremor, bila berat bisa sampai terjadi kejang-
kejang).
4. Antimanik (Mood Stabilizer)
Merupakan kelompok obat yang berkhasiat untuk kasus gangguan
afektif bipolar terutama episodik mania dan sekaligus dipakai untuk
mencegah kekambuhannya. Obat yang termasuk kelompok ini adalah
sebagai berikut.
a. Golongan garam lithium (teralith, priadel)
b. Karbamazepin (tegretol, temporol)
c. Asam valproate
Hal yang penting untuk diperhatikan pada pemberian obat golongan
ini adalah kadarnya dalam plasma. Misalnya pada pemberian lithium
karbonat, dosis efektif antara 0,8–1,2 meq/l. Hal ini perlu selalu dimonitor
karena obat ini bersifat toksik terutama terhadap ginjal. Efek samping yang
perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut.
a. Tremor halus
b. Vertigo dan rasa lelah
c. Diare dan muntah-muntah
d. Oliguria dan anuria
e. Konvulsi
f. Kesadaran menurun
g. Edema
h. Ataksia dan tremor kasar
Berbagai obat yang sering digunakan di rumah sakit jiwa dan tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Golongan butirofenon (haloperidol, serenace)
1) Efek
Antipsikotik, sedasi psikomotor, mengontrol keseimbangan psikis
dan otomatik, menghambat gerakan-gerakan yang tidak terkendali
dan antiemetik.
2) Efek samping
Efek ekstrapiramidal, spasme otot, dan parkinson.
3) Tindakan keperawatan
Observasi ketat tingkah laku pasien, beri dukungan dan rasa aman
kepada pasien, berada dekat pasien. Selain itu, lakukan tindakan
kolaboratif dengan pemberian obat-obat antikolinergik untuk
mengatasi spasme otot dan dopamin agonis untuk mengatasi
parkinson.
4) Cara pemberian: per oral
b. Golongan fenotiazin (klorpromazin, stelazine)
1) Efek
Penenang dengan daya kerja antipsikotik, antisiolitik, dan
antiemetik yang kuat.
2) Efek samping
 Efek antikolinergik: hipotensi orthostatik, konstipasi, mulut
kering, penglihatan kabur.
 Efek ekstrapiramidal pada pemakaian dosis tinggi atau pada
pasien berusia di atas 40 tahun seperti gelisah dan sukar tidur.
3) Tindakan keperawatan
 Untuk efek antikolinergik
 Observasi bising usus, beri diet tinggi serat, tingkatkan input
cairan, dan beri aktivitas untuk mencegah konstipasi.
 Monitor tekanan darah, tingkatkan volume cairan untuk
mengembangkan pembuluh darah dan beritahu pasien untuk
berpindah posisi perlahanlahan untuk mengontrol hipotensi
orthostatik.
 Beri pelembap mulut secara berkala untuk mengurangi rasa
kering, misalnya gliserin.
 Anjurkan pasien untuk tidak bekerja dengan alat berbahaya,
benda tajam, dan tidak bepergian untuk mengurangi
kecelakaan akibat adanya kekaburan pandangan.
 Kolaborasi: pemberian kolinergik agonis dan laksatif.
 Untuk efek ekstrapiramidal
 Prinsip tindakan sama dengan pada pemberian haloperidol.
 Untuk mengatasi sulit tidur dapat diberi susu hangat sebelum
tidur atau dengan cara lain.
4) Cara pemberian: per oral
c. Trihexifenidil yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi efek
ekstrapiramidal. Cara pemberian: per oral.

E. Pengertian Putus Obat


Putus obat adalah penghentian penggunaan obat-obatan jiwa tanpa
persetujuan dokter yang memberi terapi dan dapat mengakibatkan pasien
kambuh kembali.

F. Penyebab Putus Obat


Penyebab seseorang (pasien) putus obat adalah:
1. Pasien merasa bosan
2. Keluarga kurang perhatian
3. Pasien merasa sudah sembuh
4. Takut ketergantungan
5. Takut efek samping obat
6. Kurang motivasi
7. Kurang pengawasan
8. Jarak rumah jauh dari rumah sakit
9. Kesulitan biaya

G. Tanda dan Gejala Putus Obat


Adapun tanda dan gejala jika pasien tidak meminum obatnya lagi adalah:
1. Mengamuk
2. Mudah marah
3. Sulit tidur
4. Cemas
5. Gelisah
6. Susah diatur
7. Tidak mau makan
8. Sering melamun
9. Kembali bicara sendiri
10. Kembali mendengar bisik-bisikan
11. Curiga Tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelumnya

H. Apa Yang Harus Dilakukan Keluarga Untuk Mendukung


Pengobatan Yang harus dilakukan keluarga untuk mendukung
pengobatan:
1. Harus ada anggota keluarga yang menjadi pengawas minum obat, jangan
biarkan pasien memegang sendiri obat tanpa pengawasan.
2. Pastikan pasien minum obat sesuai dosis dan jadwal.
3. Motivasi pasien untuk rutin kontrol ke fasilitas kesehatan.
4. Beri pasien kegiatan sesuai hobi.
5. Libatkan dalam aktivitas rumah tangga sesuai kemampuan klien
6. Jangan biarkan pasien sendiri dalam waktu lama
7. Ciptakan suasana rumah yang tenang, aman, nyaman, dan harmonis.

I. Cara Minum Obat


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian/meminum obat,
diantaranya:
1. Tepat obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya keluarga/pasien harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali, yakni: ketika
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan
dan saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan.
2. Tepat dosis
Untuk menghidari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan
dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti, obat
cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit, atau sendok khusus, alat
untuk membelah tablet, dll. Dengan demikian, menghitung dosis benar
untuk diberikan kepada pasien/ diminum.
3. Tepat pasien
Orang yang akan diberikan hendaknya benar-benar pada pasien yang
diprogramkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi identitas
kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor registrasi, alamat, dan
program pengobatan pada pasien.
4. Tepat jalur pemberian
Kesalahan rute pada pemberian dapat menimbulkan efek sistemik
yang fatal pada pasien. Untuk itu cara pemberiannya dengan melihat cara
pemberian atau jalur obat pada label yang ada dikemasan sebelum
pemberian kepada pasien.
5. Tepat waktu
Pemberian obat atau meminum obat harus benar-benar sesuai dengan
waktu yang diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang
dapat menimbulkan efek terapi dari obat.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, E. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Periode


Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa Yang Berkunjung Ke Poli Jiwa
Rumah Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto. Jakarta:
Program Keperawatan FIK UMJ.

Herawati, Karmila, Dhian, R.L. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan


Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas
Banjarbaru. Banjarbaru: PSIK FK Unlam.

Keliat, B.A. (2006). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC.

Yusuf, A., Rizky, F., Hanik, E.N. (2015). Buku Ajar: Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai