Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN JIWA DI RUMAH

Bidang studi : Keperawatan Jiwa


Topik : Kepatuhan minum obat pasien jiwa di rumah
Tempat : Rumah keluarga Ny. S

A. Tujuan Instruksional
1. Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, keluarga mampu memahami
tentang kepatuhan minum obat pada pasien jiwa di rumah.
2. Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu:
a. Memahami tentang kepatuhan minum obat
b. Menyebutkan pengertian obat gangguan jiwa
c. Menyebutkan tujuan minum obat
d. Menyebutkan macam-macam obat
e. Menyebutkan efek samping dari obat
f. Menyebutkan apa yang dimaksud dengan putus obat
g. Menyebutkan penyebab putus obat
h. Menyebutkan tanda dan gejala putus obat
i. Menyebutkan apa yang harus dilakukan keluarga untuk mendukung
pengobatan
j. Menyebutkan cara minum obat 6 benar
B. Perencanaan Penyuluhan
1. Waktu
a. Hari : Rabu
b. Tanggal : 05 Mei 2021

c. Jam : 09.00 WIB


2. Tempat : Pedukuhan Jambon

3. Sasaran : Seluruh anggota keluarga Ny. S


4. Metode : Ceramah, diskusi/ tanya jawab
5. Media : Leaflet

6. Materi Penyuluhan terlampir


C. Pengorganisasian
a. Penyuluh : Risna Damayanti
Tugas : Memberikan materi penyuluhan
b. Moderator : Bertha Silvia Juniasi
Tugas : Mengatur jalannya penyuluhan, time keeper, membuka sesi
tanya jawab, mengarahkan peserta, menyimpulkan materi penyuluhan.
c. Fasilitator : Bertha Silvia Juniasi
D. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan:
 Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan topik dan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan
 Menggali pengetahuan tentang  Menjawab
kepatuhan minum obat pertanyaan yang
diajukan penyaji
2 15 menit Pelaksanaan:
Menjelaskan materi tentang,  Memperhatikan
 Definisi kepatuhan minum obat
 Pengertian obat gangguan jiwa
 Tujuan minum obat
 Macam-macam obat
 Definisi putus obat
 Penyebab putus obat
 Tanda dan gejala putus obat
 Apa yang harus dilakukan keluarga
untuk mendukung pengobatan
 Cara minum obat 6 benar  Mengajukan
 Memberi kesempatan kepada pertanyaan
keluarga untuk bertanya kembali
jika kurang jelas.
3 10 menit Evaluasi:
 Melakukan evaluasi dengan  Menjawab
memberikan pertanyaan. pertanyaan
4 2 menit Terminasi :
 Mengucapkan terimakasih atas  Mendengarkan
peran serta peserta.
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

E. Evaluasi
Evaluasi Struktur Evaluasi Proses Evaluasi Hasil
Lampiran

MATERI PENYULUHAN
KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN JIWA DI RUMAH
A. Pengertian
Kepatuhan berobat adalah perilaku untuk menyelesaikan menelan obat sesuai
dengan jadwal dan dosis obat yang dianjurkan sesuai kategori yang telah ditentukan,
tuntas jika pengobatan tepat waktu, dan tidak tuntas jika tidak tepat waktu (Herawati dkk,
2016).
Kepatuhan dalam pengobatan menurut merupakan tingkat ketaatan pasien
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain
yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet, latihan,
pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter.
B. Pengertian Obat-obatan Penyakit Jiwa
Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf pusat.
Efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya digunakan untuk
pengobatan gangguan kejiwaan (Yusuf dkk, 2015).
C. Tujuan Minum Obat
Tujuan meminum obat gangguan jiwa adalah:
1. Mencegah kekambuhan penyakit
2. Menyembuhkan penyakit
3. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
4. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
5. Peningkatan kesehatan
6. Mengurangi rasa sakit
D. Macam-macam Obat Jiwa
Berdasarkan efek klinik, obat psikotropika dibagi menjadi golongan antipsikotik,
antidepresan, antiansietas, dan antimanik (mood stabilizer) (Yusuf dkk, 2015).
1. Antipsikotik
Obat ini dahulu disebut neuroleptika atau major tranqullizer. Indikasi utama obat
golongan ini adalah untuk penderita gangguan psikotik (skizofrenia atau psikotik
lainnya). Berefek mengurangi delusi dan halusinasi tanpa efek sedative yang
berlebihan.
Jenis obat-obatan antipsikotik:
a. Golongan fenotiazin
Obat: Chlorpromazine, Levomepromazine, Trifluoperazin, Perfenazin, Flufenazin,
Thioridazin
b. Golongan butirofenon
Obat: Haloperidol, Droperidol
c. Golongan thioxanten
Obat: Klorprotixen
d. Golongan dibenzoxasepin
Obat: Loksapin
e. Golongan difenilbutilpiperidin
Obat: Pimozide
f. Golongan benzamide
Obat: Sulpirid.
g. Golongan benzisoxazole
Obat: Risperidon
h. Golongan dibenzoxasepin (antipsikotik atipikal)
Obat: Clozapin (Leponex)
Efek utama obat antipsikotik adalah menyupresi gejala psikotik seperti
gangguan proses pikir (waham), gangguan persepsi (halusinasi), aktivitas
psikomotor yang berlebihan (agresivitas), dan juga memiliki efek sedatif serta efek
samping ekstrapiramidal. Timbulnya efek samping sangat bervariasi dan bersifat
individual. Efek samping yang dapat terjadi antara lain sebagai berikut.
a. Gangguan neurologik
1) Gejala ekstrapiramidal
a) Akatisia
Kegelisahan motorik, tidak dapat duduk diam, jalan salah duduk pun tak
enak.
b) Distonia akut
Kekakuan otot terutama otot lidah (protusio lidah), tortikolis (otot leher
tertarik ke satu sisi), opistotonus (otot punggung tertarik ke belakang),
dan okulogirikrisis (mata seperti tertarik ke atas).
c) Sindroma Parkinson/Parkinsonism
Terdapat rigiditas otot/fenomena roda bergerigi, tremor kasar, muka
topeng, hipersalivasi, disartria.
d) Diskinesia tardif
Gerakan-gerakan involunter yang berulang, serta mengenai bagian
tubuh/ kelompok otot tertentu yang biasanya timbul setelah
pemakaian antipsikotik jangka lama.
e) Sindroma neuroleptika maligna
Kondisi gawat darurat yang ditandai dengan timbulnya febris tinggi,
kejang-kejang, denyut nadi meningkat, keringat berlebihan, dan
penurunan kesadaran. Sering terjadi pada pemakaian kombinasi
antipsikotik golongan Butirofenon dengan garam lithium.
f) Penurunan ambang kejang Perlu diperhatikan pada penderita
epilepsi yang mendapat antipsikotik.
g) Gangguan otonom
 Hipotensi ortostatik/postural Penurunan tekanan darah pada
perubahan posisi, misalnya dari keadaan berbaring kemudian tiba-
tiba berdiri, sehingga dapat terjatuh atau syok/kesadaran
menurun.
 Gangguan sistem gastrointestinal
Mulut kering, obstipasi, hipersalivasi, dan diare.
 Gangguan sistem urogenital
Inkontinensia urine.
 Gangguan pada mata Kesulitan akomodasi, penglihatan kabur,
fotofobia karena terjadi mydriasis.
 Gangguan pada hidung Selaput lendir hidung edema
sehingga pasien mengeluh hidungnya mampet.
 Gangguan hormonal
Hiperprolaktinemia, Galactorrhoea, Amenorrhoea, Gynecomastia
pada laki-laki
 Gangguan hematologi
Agranulositosis, Thrombosis
 Lain-lain
Dapat terjadi ikterus obstruktif, impotensia/disfungsi seksual,
alergi, pigmentasi retina, dermatosis.
2. Antidepresan
Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat
mengurangi atau menghilangkan gejala depresif. Pada umumnya bekerja
meningkatkan neurotransmitter norepinefrin dan serotonin. Klasifikasinya
antara lain sebagai berikut.
a. Golongan trisiklik
Imipramin (tofranil), Amitriptilin (laroxyl), Clomipramin (anafranil)
b. Golongan tetrasiklik Maprotilin (ludiomil)
c. Golongan monoaminoksidase inhibitor (MAOI) Rima/moclobemide
(auroric)
d. Golongan serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI) Setralin (zoloft),
Paroxetine (seroxal), Fluoxetine (prozax)
Untuk gangguan depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri,
perlu dipertimbangkan penggunaan ECT sebagai pendamping pemberian
antidepresan. Efek samping yang sering terjadi pada pemberian antidepresan
antara lain sebagai berikut.
a. Gangguan pada sistem kardiovaskular.
1) Hipotensi, terutama pada pasien usia lanjut.
2) Hipertensi (sering terjadi pada antidepresan golongan maoi
yang klasik).
3) Perubahan pada gambaran EKG (kardiotoksik terutama pada
antidepresan golongan trisiklik).
b. Gangguan sistem atonom akibat efek antikolinergik.
Obstipasi, mulut dan tenggorokan kering, mual, sakit kepala, serta lain-
lain.
c. Antiansietas (Anxiolytic Sedative)
Obat golongan ini dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan yang
patologis tanpa banyak berpengaruh pada fungsi kognitif. Secara umum,
obat-obat ini berefek sedatif dan berpotensi menimbulkan
toleransi/ketergantungan terutama pada golongan benzodiazepin.
Klasifikasinya adalah sebagai berikut:
 Golongan benzodiazepin
Klordiazopoksid (librium), Diazepam (valium), Bromazepam (lexotan),
Lorazepam (aktivan), Clobazam (frisium), Alprazolam (xanax) , Buspiron
(buspar)
• Golongan gliserol Meprobamat (deparon)
• Gelombang barbitrat Fenobarbital (luminal)
Obat-obat golongan benzodiazepam paling banyak disalahgunakan
karena efek hipnotiknya dan terjaminnya keamanan dalam pemakaian
dosis yang berlebih. Obat-obat golongan ini tidak berefek fatal pada
overdosis kecuali bila dipakai dalam kombinasi dengan antisiolitik jenis
lain atau dicampur alkohol.
Efek samping yang sering dikeluhkan adalah sebagai berikut.
a. Rasa mengantuk yang berat.
b. Sakit kepala.
c. Disartria.
d. Nafsu makan bertambah.
e. Ketergantungan.
f. Gejala putus zat (gelisah, tremor, bila berat bisa sampai terjadi kejang-
kejang).
2) Antimanik (Mood Stabilizer)
Merupakan kelompok obat yang berkhasiat untuk kasus gangguan
afektif bipolar terutama episodik mania dan sekaligus dipakai untuk
mencegah kekambuhannya. Obat yang termasuk kelompok ini adalah
sebagai berikut.
• Golongan garam lithium (teralith, priadel)
• Karbamazepin (tegretol, temporol)
• Asam valproate
Hal yang penting untuk diperhatikan pada pemberian obat
golongan ini adalah kadarnya dalam plasma. Misalnya pada pemberian
lithium karbonat, dosis efektif antara 0,8–1,2 meq/l. Hal ini perlu selalu
dimonitor karena obat ini bersifat toksik terutama terhadap ginjal. Efek
samping yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut.
a. Tremor halus
b. Vertigo dan rasa lelah
c. Diare dan muntah-muntah
d. Oliguria dan anuria
e. Konvulsi
f. Kesadaran menurun
g. Edema
h. Ataksia dan tremor kasar
Berbagai obat yang sering digunakan di rumah sakit jiwa dan tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Golongan butirofenon (haloperidol, serenace)
1) Efek
Antipsikotik, sedasi psikomotor, mengontrol keseimbangan psikis
dan otomatik, menghambat gerakan-gerakan yang tidak terkendali
dan antiemetik.
2) Efek samping
Efek ekstrapiramidal, spasme otot, dan parkinson.
3) Tindakan keperawatan
Observasi ketat tingkah laku pasien, beri dukungan dan rasa aman
kepada pasien, berada dekat pasien. Selain itu, lakukan tindakan
kolaboratif dengan pemberian obat-obat antikolinergik untuk
mengatasi spasme otot dan dopamin agonis untuk mengatasi
parkinson.
4) Cara pemberian: per oral
b. Golongan fenotiazin (klorpromazin, stelazine)
1) Efek
Penenang dengan daya kerja antipsikotik, antisiolitik, dan
antiemetik yang kuat.
2) Efek samping
 Efek antikolinergik: hipotensi orthostatik, konstipasi, mulut
kering, penglihatan kabur.
 Efek ekstrapiramidal pada pemakaian dosis tinggi atau pada
pasien berusia di atas 40 tahun seperti gelisah dan sukar tidur.
3) Tindakan keperawatan
 Untuk efek antikolinergik
 Observasi bising usus, beri diet tinggi serat, tingkatkan input
cairan, dan beri aktivitas untuk mencegah konstipasi.
 Monitor tekanan darah, tingkatkan volume cairan untuk
mengembangkan pembuluh darah dan beritahu pasien
untuk berpindah posisi perlahanlahan untuk mengontrol
hipotensi orthostatik.
 Beri pelembap mulut secara berkala untuk mengurangi rasa
kering, misalnya gliserin.
 Anjurkan pasien untuk tidak bekerja dengan alat berbahaya,
benda tajam, dan tidak bepergian untuk mengurangi
kecelakaan akibat adanya kekaburan pandangan.
 Kolaborasi: pemberian kolinergik agonis dan laksatif.
 Untuk efek ekstrapiramidal
 Prinsip tindakan sama dengan pada pemberian haloperidol.
 Untuk mengatasi sulit tidur dapat diberi susu hangat
sebelum tidur atau dengan cara lain.
4) Cara pemberian: per oral
c. Trihexifenidil yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi efek
ekstrapiramidal. Cara pemberian: per oral.
d. Pengertian Putus Obat
Putus obat adalah penghentian penggunaan obat-obatan jiwa
tanpa persetujuan dokter yang memberi terapi dan dapat
mengakibatkan pasien kambuh kembali.
e. Penyebab Putus Obat
Penyebab seseorang (pasien) putus obat adalah:
1) Pasien merasa bosan
2) Keluarga kurang perhatian
3) Pasien merasa sudah sembuh
4) Takut ketergantungan
5) Takut efek samping obat
6) Kurang motivasi
7) Kurang pengawasan
8) Jarak rumah jauh dari rumah sakit
9) Kesulitan biaya
f. Tanda dan Gejala Putus Obat
Adapun tanda dan gejala jika pasien tidak meminum obatnya lagi adalah:
1) Mengamuk
2) Mudah marah
3) Sulit tidur
4) Cemas
5) Gelisah
6) Susah diatur
7) Tidak mau makan
8) Sering melamun
9) Kembali bicara sendiri
10) Kembali mendengar bisik-bisikan
11) Curiga Tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelumnya
g. Apa Yang Harus Dilakukan Keluarga Untuk Mendukung Pengobatan :
1) Harus ada anggota keluarga yang menjadi pengawas minum obat,
jangan biarkan pasien memegang sendiri obat tanpa pengawasan.
2) Pastikan pasien minum obat sesuai dosis dan jadwal.
3) Motivasi pasien untuk rutin kontrol ke fasilitas kesehatan.
4) Beri pasien kegiatan sesuai hobi.
5) Libatkan dalam aktivitas rumah tangga sesuai kemampuan klien
6) Jangan biarkan pasien sendiri dalam waktu lama
7) Ciptakan suasana rumah yang tenang, aman, nyaman, dan harmonis.
h. Cara Minum Obat
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian/meminum obat,
diantaranya:
1) Tepat obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya keluarga/pasien harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali, yakni: ketika
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan dan saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan.
2) Tepat dosis
Untuk menghidari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan
dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti, obat
cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit, atau sendok khusus,
alat untuk membelah tablet, dll. Dengan demikian, menghitung dosis
benar untuk diberikan kepada pasien/ diminum.
3) Tepat pasien
Orang yang akan diberikan hendaknya benar-benar pada pasien yang
diprogramkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi identitas
kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor registrasi, alamat, dan
program pengobatan pada pasien.
4) Tepat jalur pemberian
Kesalahan rute pada pemberian dapat menimbulkan efek sistemik yang
fatal pada pasien. Untuk itu cara pemberiannya dengan melihat cara
pemberian atau jalur obat pada label yang ada dikemasan sebelum
pemberian kepada pasien.
5) Tepat waktu
Pemberian obat atau meminum obat harus benar-benar sesuai
dengan waktu yang diprogramkan, karena berhubungan dengan
kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, E. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Periode Kekambuhan


Penderita Gangguan Jiwa Yang Berkunjung Ke Poli Jiwa
Rumah Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto. Jakarta:
Program Keperawatan FIK UMJ.
Herawati, Karmila, Dhian, R.L. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum
Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru.
Banjarbaru: PSIK FK Unlam.
Keliat, B.A. (2006). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Yusuf, A., Rizky, F., Hanik, E.N. (2015). Buku Ajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai