Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI AKTIVITAS

KELOMPOK OLAHRAGA (SENAM) PADA PASIEN HALUSINASI DI


BANGSAL JIWA RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh :

Yulianingsih 2111040082
Renaldi Maesa P 2111040110
Rina Aryanti 2111040098
Syafrila Cempaka 2111040116
Dinar Novaza P 2111040131

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMAMDIYAH PURWOKERTO
BEKERJA SAMA DENGAN RSUD BANYUMAS
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK OLAHRAGA (SENAM) TERHADAP
PENURUNAN EFEK SAMPING OBAT SEDATIF PADA
PASIEN HALUSINASI

Pokok Bahasan : Terapi Olahraga Senam


Sub Pokok Bahasan : Terapi Aktivitas Kelompok Olahraga (Senam) Terhadap
Penurunan Efek Samping Obat Sedatif Pada Pasien
Halusinasi
Sasaran : Keluarga Pasien dan Pasien
Hari / tanggal : Jumat, 18 Februari 2022
Jam : 10.30-11.30 WIB
Waktu pertemuan : 60 Menit
Tempat : Ruang Bima di RSUD Banyumas
I. LATAR BELAKANG
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang terjadi pada ODGJ yaitu
gangguan persepsi sensori tanpa adanya rangsangan dari luar, maka dari itu perlu
dilakukan kegiatan untuk mengontrol halusinasi. Terapi berupa olahraga senam
merupakan salah satu kegiatan yang dapat mengurangi munculnya halusinasi
(Librianti, 2018).

Halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang tidak


berhubungan dengan nyata yang orang lain tidak mendengarnya (Dermawan dan
Rusdi, 2013). Sedangkan menurut (Kusumawati dan Hartono, 2011) halusinasi
pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang jelas maupun tidak jelas,
dimana suara tersebut biasa mengajak klien berbicara atau melakukan sesuatu.
Jika kondisi tersebut berlanjut akan membahayakan diri pasien, perawat dan
orang lain.

Dalam kondisi seperti ini, harus dilakukan intervensi terhadap pasien


untuk mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Pemberian
intervensi yang diberikan salah satunya adalah pemberian terapi obat yang
bertujuan untuk menolong mereka meningkatkan kesadaran tentang gejala yang
mereka alami. Jenis obat yang sering diberikan pada penderita gangguan jiwa
antara lain obat antidepresan, obat antipsikotik, obat anti-ansietas, obat
antimanik, dan obat antiparkinson. Jenis obat ini diberikan setelah pasien makan
dengan dosis yang sudah ditentukan. Dari jenis obat diatas jenis obat antipsikotik
yang telah terbukti efektif untuk meredakan gejala skizofernia, memperpendek
jangka waktu pasien di rumah sakit, dan mencegah kambuhnya penyakit. Salah
satu obat antipsikotik yang efek sedatifnya paling kuat tetapi potensi
antipsikotiknya rendah adalah chlorpromazine. Obat ini disebut “obat penenang
utama” yang dapat menimbulkan rasa kantuk (mengantuk) dan kelesuan tetapi
tidak mengakibatkan tidur yang lelap. Efek samping obat biasanya mulai
dirasakan oleh pasien sejak 8 jam setelah pemberian yang pertama.

Pada pasien yang masih menjalani rawat inap dan mendapatkan terapi
obat, pasien berhenti minum obat karena mengalami efek samping obat yang
tidak menyenangkan baik di rumah sakit maupun saat di rumah, berupa mulut
kering, pandangan mengabur, sulit berkonsentrasi. Selain itu efek samping lain
dari obat psikotik yang dirasakan pasien dapat membuat pasien merasa tidak
bergairah untuk beraktifitas, sehingga tampak pasien banyak duduk dan tiduran
di tempat tidur serta enggan melakukan perawatan diri. Pasien mempunyai
penampilan kurang rapi, kulit berbau dan mau melaksanakan aktivitas perawatan
diri dan aktivitas yang lain jika diperintah dan ditunggui oleh perawat. Pasien
juga sering merasa letih atau lesu, mengantuk, malas-malasan mengikuti terapi
dan kepala terasa sakit setelah minum obat (Meka, Puji dan Susilo, 2014).

Untuk mengatasi terjadinya penurunan efek samping obat dapat


ditingkatkan dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan
terus menerus disertai dengan terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok.
Dari kelima sesi terapi aktivitas kelompok salah satunya stimulasi persepsi sesi 3
tentang mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan dimaksudkan agar
pasien bisa menyebutkan kegiatan yang dilakukan dan dimasukkan dalam jadwal
sehari-hari di bangsal yaitu olahraga pagi seperti senam. Bentuk atau jenis terapi
aktivitas kelompok ini bertujuan untuk meningkatkan kematangan emosional
pada penderita halusinasi. Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap
penurunan efek samping obat menjadi berkurang dan pasien memperlihatkan
perilaku adaptif (Keliat & Akemat, 2004).

Selain untuk menurunkan efek samping obat tersebut, dalam sebuah studi
sebanyak tiga puluh pasien depresi yang diberikan beberapa terapi, didapatkan
hasil bahwa dari semua terapi yang dilakukan, terapi olahraga memiliki pengaruh
yang cukup signifikan terhadap penurunan tingkat depresi dari pada yang tidak
diberikan terapi olahraga senam pada pasien halusinasi (Daley, 2002 dalam
Harki Isnuur, 2011).

II. TUJUAN
A. Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan terapi olahraga senam,selama 45 menit
keluarga pasien mampu memahami dan menerapkan terapi olahraga senam
untuk menurunkan efek samping obat sedatif dan mengontrol halusinasi.
B. Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan terapi olahraga senam, keluarga klien
dengangangguan jiwa mampu:
a. Menjelaskan Pengertian dari halusinasi.
b. Menjelaskan Macam-macam halusinasi.
c. Menjelaskan penyebab dan tanda gejala halusinasi.
d. Menjelaskan Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok Olahraga (Senam)
e. Menjelaskan Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Olahraga (Senam)
f. Efek terapi Aktivitas Kelompok Olahraga (Senam) untuk pasien halusinasi.
g. Keluarga mampu mendampingi klien dalam kegiatan terapi senam.
III. METODE
a. Cramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi

IV. MEDIA
a. Leaflet
b. LCD
c. PPT

V. MATERI
Materi (terlampir)

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


No Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Peserta
1 Pendahuluan 5 Menit
a. Memberi salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Menyampaikan tujuan umum perkenalan
dan tujuan khusus c. Mendengarkan tujuan
d. Memberi perrtanyaan apresiasi edukasi
e. Kontrak bahasa d. Menyampaikan hal-hal
berkaitan terapi musik
untuk mengontrol gejala
halusinasi.
e. Memilih bahasa yang
akan digunakan
2 Kegiatan Inti 30 Menit
 Menjelaskan tentang a. Memperhatikan
Pengertian dari halusinasi. penjelasan
 Menjelaskan Macam- b. Mengajukan pertanyaan
macam halusinasi. c. Mendengarkan jawaban
 Menjelaskan penyebab dan dari perseptor
tanda gejala halusinasi.
 Menjelaskan Pengertian
Terapi Olahraga Senam
 Menjelaskan Manfaat
Terapi Olahraga
Senam
 Mengetahui Jenis
Olahraga Senam
Terapi
 Menjelaskan Prosedur
Terapi Olahraga
Senam
 Efek terapi senam untuk
pasien halusinasi
3 Diskusi 20 Menit  Menyimak
 Memberikan kesempatan  Mendengar
bertanya  Memperhatikan
 Menjawab pertanyaan  Bertanya
3 Penutup 5 Menit
a. Menyimpulkan materi a. Memperhatikan dan
penyuluhan bersama peserta menyimpulkan materi
b. Memberikan evaluasi secara penyuluhan bersama
lisan b. Menjawab
c. Memberikan salam penutup c. Menjawab salam
penutup

Total 60 Menit
VII. JOB DESCRIPTION
a. Moderator : mengatur, memandu, menengah dan mengawasi jalannya
diskusi Penanggung jawab: Dinar Novaza Pramono

b. Pemateri : Yulianingsih
c. Fasilitator : memotivasi dan bertanggung jawab terhadap masalah
perserta kelompok
Penanggung jawab 1: Renaldi Mahesa
Penanggung jawab 2: Rina Aryanti
d. Observer: mengamati dan melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluasi kinerja kelompok
Penanggung jawab: Syafrila Cempaka

VIII. SETTING TEMPAT


1 2 3

K K K

K K

4 5
Ket :
1 : Moderator

2 : Pemateri 1

3 : Observer

4 : Fasilitator

5
: Fasilitator

K : Keluarga pasien
IX. EVALUASI
A. Evaluasi struktur :
a. Menyiapkan SAP, media dan tempat
b. Peserta siap di Bangsal Bima RSUD Banyumas
c. Peserta sepakat untuk memulai kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
B. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasikan kegiatan dari awal hingga akhir
b. Leader memimpin acara
c. Co-leader membantu mengkoordinasikan kegiatan
d. Fasilitator memotivasi dan bertanggung jawab terhadap masalah
perserta kelompok
e. Observer mengamati dan melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluasi kinerja kelompok
f. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
C. Evaluasi Akhir
Hal-hal yang perlu dievalausi antara lain sebagai berikut:
a. Kemampuan keluarga klien memahami manfaat terapi senam dan
tatacaranya
b. Kemampuan keluarga klien menerapkan terapi senam selama dirumah
c. Kemampuan keluarga klien dalam merespon klien setelah diberikan
terapi senam.
d. Pertanyaan untuk audien disesuaikan dengan tujuan khusus.
 Apa definisi dari halusinasi?
 Apa saja Macam-macam halusinasi?
 Apa saja penyebab dan tanda gejala halusinasi?
 Apa definisi dari Terapi Olahraga Senam?
 Apa saja manfaat dari Terapi Olahraga Senam?
 Apa saja jenis Olahraga Senam Terapi?
 Bagaimana Prosedur pelaksanaan Terapi Olahraga Senam?
 Apa saja efek dari terapi senam untuk pasien halusinasi?
 Apakah keluarga mampu mendampingi klien dalam kegiatan terapi
Olahraga Senam
PERAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN TERAPI MUSIK PADA PASIEN
HALUSINASI

A. PENDAHULUAN
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang terjadi pada ODGJ yaitu gangguan
persepsi sensori tanpa adanya rangsangan dari luar, maka dari itu perlu dilakukan
kegiatan untuk mengontrol halusinasi. Terapi berupa olahraga senam merupakan salah
satu kegiatan yang dapat mengurangi munculnya halusinasi (Librianti, 2018).
Terapi olahraga senam dapat mempertahankan aliran darah keotak, meningkatkan
persendian nutrisi otak, memfasilitasi metabolisme neurotransmiter dan seluler yang
mendukung dan menjaga fungsi otak (Kuntaraf, 2005). Williams dan Wilkins (2005)
menyatakan neurotranmiter berfungsi mengatur stres, ansietas, dan beberapa gangguan
terkait ansietas. Neurotansmiter merupakan faktor kunci dalam memahami berbagai
area dari fungsi otak dan intervensinya, seperti pada obat- obatan dan terapi lainnya
yang mempengaruhi aktivitas otak dan perilaku manusia.
Dalam sebuah studi sebanyak tiga puluh pasien depresi yang diberikan beberapa
terapi, didapatkan hasil bahwa dari semua terapi yang dilakukan, terapi olahraga
memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan tingkat depresi dari
pada yang tidak diberikan terapi olahraga senam (Daley, 2002 dalam Harki Isnuur,
2011).
B. PENGERTIAN HALUSINASI
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016).
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN HALUSINASI
Faktor Penyebab Halusinasi
 Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
 Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya

 Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang bersifat halusiogenik neurokimia.
 Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan tegas.
 Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.
D. JENIS HALUSINASI
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari beberapa jenis dengan
karakteristik tertentu, diantaranya
 Halusinasi pendengaran (audotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara
orang. Biasanya mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
 Halusinasi pengelihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran
cahaya,gambaran geometric, gambar kartun, panorama yang luas dan bayangan
yang menakutkan.
 Halusinasi penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya bau busuk,
amis, dan bau menjijikan, tapi kadang terhidu bau harum.
 Halusinasi peraba (taktil)
Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa ada stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.

 Halusinasi pengecap (gustatorik)


Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasaan sesuatuyang busuk, amis,
dan menjijikan
 Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentuan urine.

E. TANDA DAN GEJALA HALUSINASI


Tanda dan Gejala Halusinasi Menurut (Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui
agar dapat menetapkan masalah halusinasi, antara lain:
 Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri
 Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
 Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
 Tidak mampu atau kurang konsentrasi
 Cepat berubah pikiran
 Alur pikiran kacau
 Respon yang tidak sesuai
 Menarik diri
 Sering melamun
F. PENGERTIAN TERAPI OLAHRAGA SENAM
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif
untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial dan harga
diri. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama. Terapi aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi
persepsi, sensori, orientasi realita, sosialisasi dan penyaluran energi (Keliat & Akemat,
2016).

Terapi olahraga senam adalah bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis
dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai
tujuan tertentu dan sekaligus untuk meningkatkan, mempertahankan kesehatan mental,
fisik, emosional, dan spiritual. Terapi olahraga senam merupakan gerakan-gerakan
yang terpilih dan terencana yang digunakan untuk perkembangan daya tahan ototnya,
kekuatannya, powernya, kelenturannya, koordinasi, kelincahan, serta keseimbangan.

G. MANFAAT TERAPI OLAHRAGA SENAM


Ada beberapa manfaat dari terapi musik, diantaranya :
1) Menutup bunyi atau perasaan yang tidak menyenangkan.
2) Memperlambat dan menyeimbangkan gelombang dalam otak.
3) Mempengaruhi pernafasan.
4) Mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh.
5) Menurunkan stress, kecemasan dan kegelisahan.
6) Memperkuat memori.
7) Menimbulkan ketenangan dan rasa aman.
8) Melepaskan tekanan emosional yang dialami.
9) Meningkatkan control diri dan perasaan berharga

H. EFEKTIVITAS TERAPI SENAM PADA PASIEN HALUSINASI

1) Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang tujuannya untuk
memberikann rasa tenang, membantu mengendalikan emosi serta menyembuhkan
gangguan psikologi. Terapi musik ini juga digunakan oleh psikolog dan psikiater
dalam mengatasi berbagai macam gangguan jiwa dan juga gangguan psikologis.
Tujuan terapi musik adalah memberikan relaksasi pada tubuh dan pikiran penderita,
sehingga berpengaruh terhadap pengembangan diri, dan menyembuhkan gangguan
psikososialnya (Purnama, 2016).
2) Senam adalah terapi aktivitas fisik yang dapat dilakukan dengan cara berolahraga
untuk melatih tubuh seseorang dengan agar sehat secara jasmani dan rohani ( Ariyadi
2015 dalam jurnal Indy Ariana (2010). Tarapi yang dapat digunakan salah satunya
adalah Senam Aerobic low impact yaitu gerakan yang dilakukan dengan intensitas
rendah, antara lain dengan hentakan-hentakan ringan dengan posisi kaki tetap di lantai
( Yuda. 2016 ). Senam Aerobic low impact dapat mempertahankam aliran darah ke
otak, meningkatkan persediaan nutrisi otak, memfasilitasi metabolisme neurotransmiter
dan seluler yang menjaga fungsi otak (Kuntaraf 2016dalam jurnal R Dwi Safra Yuli,
Jumaini, Yesi Hasneli 2015)

I. PROSEDUR TERAPI OLAHRAGA SENAM

1) Persiapan sebelum melakukan terapi senam :


Memilih jenis olahaga senam yang olahaga senam yang dapat menimbulkan
semangat dan ceria dengan durasi selama 30 menit.
2) Mencari tempat yang tenang dan nyaman.
3) Menjaga suara lingkungan agar tidak mengganggu proses terapi. Memposisikan
diri dengan posisi yang nyaman
4) Memulai latihan :
5) Pejamkan mata dan tarik nafas kemudian lepaskan secara perlahan.
6) Berfikir tentang hal-hal yang positif.
7) Lakukan olahraga senam secara seksama.
8) Nikmati setiap gerakan senam.
9) Rasakan kenyamanan dan ketenagan disetiap gerakan senam.
10) Lakukan secara teratur sampai senam selesai

J. JENIS OLAHRAGA SENAM PADA PENDERITA


Halusinasi : senam high impact
Perilaku Kekerasan : senam low impact
HDR : senam high impact
Isolasi Sosial : senam high impact
Ansietas : senam low impact
Depresi : senam low impact
Menarik Diri : senam high impact
Mania : senam low impact .
DAFTAR PUSTAKA

Ashida, Morgan. (2010). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana


Indonesia.

Astings Diana. (2008). Peran Keluarga Dalam Perawatan Pasien Dengan Gangguan
Jiwa Halusinasi.edisi kedua, Jakarta : EGC

Campbell. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Djohan..(2006) Terapi Musik Teori dan Aplikasi, Cetakan ke-1. Yogyakarta.


Galangpress.

Hamid, Achir Yani. (2010). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek, Edisi
kelima, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Keliat, budi A. (2010). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC
Maramis, W. F. (2008). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya : Airlangga
University Press.
R Dwi Safira. (2016). Jurnal Efektivitas Senam Aerobic Low Impact Pada Penurunan
Skor Halusinasi
Rorke.(2011). Stres Tanpa Distres : Seni Mengolah Stres. Yogyakarta. Penerbit
Kanisius. Rathus, S. A. & Nevid, J. S. Psychology and The Challenge of
Life:Adjustment in The New Millenium. Eight Edition. Danver: John Willey &
Sons, Inc. 2002

Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai