Disusun Oleh :
Yulianingsih 2111040082
Renaldi Maesa P 2111040110
Rina Aryanti 2111040098
Syafrila Cempaka 2111040116
Dinar Novaza P 2111040131
Pada pasien yang masih menjalani rawat inap dan mendapatkan terapi
obat, pasien berhenti minum obat karena mengalami efek samping obat yang
tidak menyenangkan baik di rumah sakit maupun saat di rumah, berupa mulut
kering, pandangan mengabur, sulit berkonsentrasi. Selain itu efek samping lain
dari obat psikotik yang dirasakan pasien dapat membuat pasien merasa tidak
bergairah untuk beraktifitas, sehingga tampak pasien banyak duduk dan tiduran
di tempat tidur serta enggan melakukan perawatan diri. Pasien mempunyai
penampilan kurang rapi, kulit berbau dan mau melaksanakan aktivitas perawatan
diri dan aktivitas yang lain jika diperintah dan ditunggui oleh perawat. Pasien
juga sering merasa letih atau lesu, mengantuk, malas-malasan mengikuti terapi
dan kepala terasa sakit setelah minum obat (Meka, Puji dan Susilo, 2014).
Selain untuk menurunkan efek samping obat tersebut, dalam sebuah studi
sebanyak tiga puluh pasien depresi yang diberikan beberapa terapi, didapatkan
hasil bahwa dari semua terapi yang dilakukan, terapi olahraga memiliki pengaruh
yang cukup signifikan terhadap penurunan tingkat depresi dari pada yang tidak
diberikan terapi olahraga senam pada pasien halusinasi (Daley, 2002 dalam
Harki Isnuur, 2011).
II. TUJUAN
A. Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan terapi olahraga senam,selama 45 menit
keluarga pasien mampu memahami dan menerapkan terapi olahraga senam
untuk menurunkan efek samping obat sedatif dan mengontrol halusinasi.
B. Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan terapi olahraga senam, keluarga klien
dengangangguan jiwa mampu:
a. Menjelaskan Pengertian dari halusinasi.
b. Menjelaskan Macam-macam halusinasi.
c. Menjelaskan penyebab dan tanda gejala halusinasi.
d. Menjelaskan Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok Olahraga (Senam)
e. Menjelaskan Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Olahraga (Senam)
f. Efek terapi Aktivitas Kelompok Olahraga (Senam) untuk pasien halusinasi.
g. Keluarga mampu mendampingi klien dalam kegiatan terapi senam.
III. METODE
a. Cramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
IV. MEDIA
a. Leaflet
b. LCD
c. PPT
V. MATERI
Materi (terlampir)
Total 60 Menit
VII. JOB DESCRIPTION
a. Moderator : mengatur, memandu, menengah dan mengawasi jalannya
diskusi Penanggung jawab: Dinar Novaza Pramono
b. Pemateri : Yulianingsih
c. Fasilitator : memotivasi dan bertanggung jawab terhadap masalah
perserta kelompok
Penanggung jawab 1: Renaldi Mahesa
Penanggung jawab 2: Rina Aryanti
d. Observer: mengamati dan melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluasi kinerja kelompok
Penanggung jawab: Syafrila Cempaka
K K K
K K
4 5
Ket :
1 : Moderator
2 : Pemateri 1
3 : Observer
4 : Fasilitator
5
: Fasilitator
K : Keluarga pasien
IX. EVALUASI
A. Evaluasi struktur :
a. Menyiapkan SAP, media dan tempat
b. Peserta siap di Bangsal Bima RSUD Banyumas
c. Peserta sepakat untuk memulai kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
B. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasikan kegiatan dari awal hingga akhir
b. Leader memimpin acara
c. Co-leader membantu mengkoordinasikan kegiatan
d. Fasilitator memotivasi dan bertanggung jawab terhadap masalah
perserta kelompok
e. Observer mengamati dan melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluasi kinerja kelompok
f. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
C. Evaluasi Akhir
Hal-hal yang perlu dievalausi antara lain sebagai berikut:
a. Kemampuan keluarga klien memahami manfaat terapi senam dan
tatacaranya
b. Kemampuan keluarga klien menerapkan terapi senam selama dirumah
c. Kemampuan keluarga klien dalam merespon klien setelah diberikan
terapi senam.
d. Pertanyaan untuk audien disesuaikan dengan tujuan khusus.
Apa definisi dari halusinasi?
Apa saja Macam-macam halusinasi?
Apa saja penyebab dan tanda gejala halusinasi?
Apa definisi dari Terapi Olahraga Senam?
Apa saja manfaat dari Terapi Olahraga Senam?
Apa saja jenis Olahraga Senam Terapi?
Bagaimana Prosedur pelaksanaan Terapi Olahraga Senam?
Apa saja efek dari terapi senam untuk pasien halusinasi?
Apakah keluarga mampu mendampingi klien dalam kegiatan terapi
Olahraga Senam
PERAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN TERAPI MUSIK PADA PASIEN
HALUSINASI
A. PENDAHULUAN
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang terjadi pada ODGJ yaitu gangguan
persepsi sensori tanpa adanya rangsangan dari luar, maka dari itu perlu dilakukan
kegiatan untuk mengontrol halusinasi. Terapi berupa olahraga senam merupakan salah
satu kegiatan yang dapat mengurangi munculnya halusinasi (Librianti, 2018).
Terapi olahraga senam dapat mempertahankan aliran darah keotak, meningkatkan
persendian nutrisi otak, memfasilitasi metabolisme neurotransmiter dan seluler yang
mendukung dan menjaga fungsi otak (Kuntaraf, 2005). Williams dan Wilkins (2005)
menyatakan neurotranmiter berfungsi mengatur stres, ansietas, dan beberapa gangguan
terkait ansietas. Neurotansmiter merupakan faktor kunci dalam memahami berbagai
area dari fungsi otak dan intervensinya, seperti pada obat- obatan dan terapi lainnya
yang mempengaruhi aktivitas otak dan perilaku manusia.
Dalam sebuah studi sebanyak tiga puluh pasien depresi yang diberikan beberapa
terapi, didapatkan hasil bahwa dari semua terapi yang dilakukan, terapi olahraga
memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan tingkat depresi dari
pada yang tidak diberikan terapi olahraga senam (Daley, 2002 dalam Harki Isnuur,
2011).
B. PENGERTIAN HALUSINASI
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016).
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN HALUSINASI
Faktor Penyebab Halusinasi
Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang bersifat halusiogenik neurokimia.
Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan tegas.
Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.
D. JENIS HALUSINASI
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari beberapa jenis dengan
karakteristik tertentu, diantaranya
Halusinasi pendengaran (audotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara
orang. Biasanya mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
Halusinasi pengelihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran
cahaya,gambaran geometric, gambar kartun, panorama yang luas dan bayangan
yang menakutkan.
Halusinasi penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya bau busuk,
amis, dan bau menjijikan, tapi kadang terhidu bau harum.
Halusinasi peraba (taktil)
Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa ada stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
Terapi olahraga senam adalah bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis
dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai
tujuan tertentu dan sekaligus untuk meningkatkan, mempertahankan kesehatan mental,
fisik, emosional, dan spiritual. Terapi olahraga senam merupakan gerakan-gerakan
yang terpilih dan terencana yang digunakan untuk perkembangan daya tahan ototnya,
kekuatannya, powernya, kelenturannya, koordinasi, kelincahan, serta keseimbangan.
1) Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang tujuannya untuk
memberikann rasa tenang, membantu mengendalikan emosi serta menyembuhkan
gangguan psikologi. Terapi musik ini juga digunakan oleh psikolog dan psikiater
dalam mengatasi berbagai macam gangguan jiwa dan juga gangguan psikologis.
Tujuan terapi musik adalah memberikan relaksasi pada tubuh dan pikiran penderita,
sehingga berpengaruh terhadap pengembangan diri, dan menyembuhkan gangguan
psikososialnya (Purnama, 2016).
2) Senam adalah terapi aktivitas fisik yang dapat dilakukan dengan cara berolahraga
untuk melatih tubuh seseorang dengan agar sehat secara jasmani dan rohani ( Ariyadi
2015 dalam jurnal Indy Ariana (2010). Tarapi yang dapat digunakan salah satunya
adalah Senam Aerobic low impact yaitu gerakan yang dilakukan dengan intensitas
rendah, antara lain dengan hentakan-hentakan ringan dengan posisi kaki tetap di lantai
( Yuda. 2016 ). Senam Aerobic low impact dapat mempertahankam aliran darah ke
otak, meningkatkan persediaan nutrisi otak, memfasilitasi metabolisme neurotransmiter
dan seluler yang menjaga fungsi otak (Kuntaraf 2016dalam jurnal R Dwi Safra Yuli,
Jumaini, Yesi Hasneli 2015)
Astings Diana. (2008). Peran Keluarga Dalam Perawatan Pasien Dengan Gangguan
Jiwa Halusinasi.edisi kedua, Jakarta : EGC
Hamid, Achir Yani. (2010). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek, Edisi
kelima, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Keliat, budi A. (2010). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC
Maramis, W. F. (2008). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya : Airlangga
University Press.
R Dwi Safira. (2016). Jurnal Efektivitas Senam Aerobic Low Impact Pada Penurunan
Skor Halusinasi
Rorke.(2011). Stres Tanpa Distres : Seni Mengolah Stres. Yogyakarta. Penerbit
Kanisius. Rathus, S. A. & Nevid, J. S. Psychology and The Challenge of
Life:Adjustment in The New Millenium. Eight Edition. Danver: John Willey &
Sons, Inc. 2002
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC