Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERAN KELUARGA DALAM

PEMBERIAN TERAPI MUSIK PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI


DI RSJD dr. ARIF ZAINUDIN

Disusun Oleh :
Putri Hartanti 2111040123
Maya Siska Wati 2111040142
Vita Hasta Lusiani 2111040138
Alisa Nur Isnaeny 2111040106

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMAMDIYAH PURWOKERTO
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN PERAN KELUARGA D
ALAM PEMBERIAN TERAPI MUSIK PADA PASIEN
HALUSINASI

Pokok Bahasan : Terapi Musik

Sub Pokok Bahasa : Peran Keluarga Untuk Mengontrol halusinasi dengan Terapi
n Musik
: Keluarga Pasien
Sasaran
: Jum’at 4 Febuari 2022
Hari / tanggal
: 08.00-09.00 WIB
Jam
: 60 Menit
Waktu pertemuan
: Ruang Instalasi Rawat Jalan dI RSJD dr. ARIF ZAINUDIN
Tempat
I. LATAR BELAKANG
Terapi musik merupakan salah satu metode alternatif yang mendukung
terapi pada pasien gangguan jiwa. Rorke (2011) mengemukakan kajiannya
tentang upaya Brocklesby yang mengembangkan terapi musik untuk mengatasi
gangguan seperti delirium, melankolia, dan mania. Ashida dan Morgan (2010)
dari Florida University Amerika, mengemukakan bahwa music dapat mengurangi
depresi dan berdampak positif untuk mengatasi gangguan perilaku (Campbell,
2010).
Terapi musik didefinisikan sebagai suatu upaya penggunaan music secara
teraupetik dalam rangka memperbaiki, memelihara, dan meningkatkan status
kesehatan fisik dan mental ( American Music Therapy Association, 1999). Terapi
musik telah menjadi salah satu pelengkap pada terapi gangguan jiwa seperti
skizofrenia, perilaku kekerasan, gangguan alam perasaan seperti mania dan
depresi, gangguan emosional, stress dan kecemasan.
Secara umum terapi musik bertujuan untuk mengekspresikan perasaan pasien,
meningkatkan kreativitas, serta memotivasi pasien agar dapat berinteraksi dan
meningkatkan sosialisasi dengan orang lain, sehingga dapat meningkatkan citra
dirinya dan menghindarkan pasien dari keterasingan ( Campbell, 2010). Terapi
musik bermanfaat memberikan rasa nyaman, menurunkan stres, kecemasan dan
kegelisahan, melepaskan tekanan emosional yang dialami, meningkatkan control
diri dan dan perasaan berharga pasien. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui
berbagai kegiatan yang dapat dilakukan dalam terapi musik, seperti menyanyi,
bermain musik, mendengarkan musik, menyaksikan video musik, menulis lagu
atau aransemen musik, dan berdiskusi tentang music (Campbell, 2010).
Dalam pelaksanaanya pasien yang sudah memperoleh rekomendasi dari
dokter yang berwenang untuk mengikuti terapi musik, relative tenang,
kooperatif, dan menyukai kegiatan music diberi kesempatan untuk memilih
musik yang disukainya dengan memperhatikan latar belakang, suasana dan
kondisi pasien. Hal ini penting agar musik diberikan benar-benar dapat berfungsi
teraupetik bukan hiburan semata (Campbell, 2010). Dengan demikian
pemanfaatan musik untuk terapi perlu mewaspadai kondisi pasien dan pengaruh
musik itu pada pasien

II. TUJUAN
A. Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan terapi musik,selama 45 menit keluarga
pasien mampu memahami dan menerapkan terapi musik untuk mengontrol gejala
halusinasi.
B. Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan terapi musik, keluarga klien dengan
gangguan jiwa mampu:
a. Menjelaskan Pengertian dari halusinasi.
b. Menjelaskan Macam-macam halusinasi.
c. Menjelaskan penyebab dan tanda gejala halusinasi.
d. Menjelaskan Pengertian Terapi Musik
e. Menjelaskan Manfaat Terapi Musik
f. Mengetahui Jenis Musik Terapi
g. Menjelaskan Prosedur Terapi Musik
h. Efek terapi musik untuk pasien halusinasi.
i. Keluarga mampu mendampingi klien dalam kegiatan terapi music.
III. METODE
a. Cramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi

IV. MEDIA
a. Leaflet
b. LCD
c. PPT

V. MATERI
Materi (terlampir)

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


No Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Peserta
1 Pendahuluan 5 Menit
a. Memberi salam a. Menjawab salam

b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan

c. Menyampaikan tujuan umum perkenalan

dan tujuan khusus c. Mendengarkan tujuan

d. Memberi perrtanyaan apresiasi edukasi

e. Kontrak bahasa d. Menyampaikan hal-hal


berkaitan terapi musik
untuk mengontrol gejala
halusinasi.
e. Memilih bahasa yang
akan digunakan
2 Kegiatan Inti 30 Menit
 Menjelaskan tentang a. Memperhatikan

Pengertian dari halusinasi. penjelasan

 Menjelaskan Macam- b. Mengajukan pertanyaan


macam halusinasi. c. Mendengarkan jawaban
 Menjelaskan penyebab dan dari perseptor
tanda gejala halusinasi.
 Menjelaskan Pengertian
Terapi Musik
 Menjelaskan Manfaat
Terapi Musik
 Mengetahui Jenis Musik
Terapi
 Menjelaskan Prosedur
Terapi Musik
 Efek terapi musik untuk
pasien halusinasi
3 Diskusi 20 Menit  Menyimak
 Memberikan kesempatan  Mendengar
bertanya  Memperhatikan
 Menjawab pertanyaan  Bertanya
3 Penutup 5 Menit
a. Menyimpulkan materi a. Memperhatikan dan

penyuluhan bersama peserta menyimpulkan materi

b. Memberikan evaluasi secara penyuluhan bersama

lisan b. Menjawab

c. Memberikan salam penutup c. Menjawab salam


penutup

Total 60 Menit
VII. JOB DESCRIPTION
a. Moderator : mengatur, memandu, menengah dan mengawasi jalannya
diskusi
Penanggung jawab:
b. Pemateri : menguasai materi yang akan disampaikan 
Penanggung jawab:
c. Fasilitator : memotivasi dan bertanggung jawab terhadap masalah pers
erta kelompok
Penanggung jawab 1:
Penanggung jawab 2:
d. Observer: mengamati dan melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok y
ang berfungsi sebagai evaluasi kinerja kelompok
Penanggung jawab:

VIII. SETTING TEMPAT

1 2 3

K K K

K K

4 5

Ket :

1 : Moderator : Keluarga pasien


K

2 : Pemateri 1
3 : Observer

4 : Fasilitator

5 : Fasilitator

IX. EVALUASI
A. Evaluasi struktur :
a. Menyiapkan SAP, media dan tempat
b. Peserta siap di Bangsal Bima RSUD Banyumas
c. Peserta sepakat untuk memulai kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
B. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasikan kegiatan dari awal hingga akhir
b. Leader memimpin acara
c. Co-leader membantu mengkoordinasikan kegiatan
d. Fasilitator memotivasi dan bertanggung jawab terhadap masalah persert
a kelompok
e. Observer mengamati dan melaporkan hasil pengamatan kepada kelomp
ok yang berfungsi sebagai evaluasi kinerja kelompok
f. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
C. Evaluasi Akhir
Hal-hal yang perlu dievalausi antara lain sebagai berikut:
a. Kemampuan keluarga klien memahami manfaat terapi music dan tata
caranya
b. Kemampuan keluarga klien menerapkan terapi music selama dirumah
c. Kemampuan keluarga klien dalam merespon klien setelah diberikan
terapi music.
d. Pertanyaan untuk audien disesuaikan dengan tujuan khusus.
 Apa definisi dari halusinasi?
 Apa saja Macam-macam halusinasi?
 Apa saja penyebab dan tanda gejala halusinasi?
 Apa definisi dari Terapi Musik?
 Apa saja manfaat dari Terapi Musik?
 Apa saja jenis Musik Terapi?
 Bagaimana Prosedur pelaksanaan Terapi Musik?
 Apa saja efek dari terapi musik untuk pasien halusinasi?
 Apakah keluarga mampu mendampingi klien dalam kegiatan terapi
musik
PERAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN TERAPI MUSIK PADA PASIEN HALUSI
NASI

A. PENDAHULUAN
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsi
kan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rang
sangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra ta
npa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori perse
psi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Terapi musik merupakan salah satu metode alternatif yang mendukung terapi
pada pasien gangguan jiwa. Rorke (2011) mengemukakan kajiannya tentang upaya
Brocklesby yang mengembangkan terapi musik untuk mengatasi gangguan seperti
delirium, melankolia, dan mania. Ashida dan Morgan (2010) dari Florida University
Amerika, mengemukakan bahwa music dapat mengurangi depresi dan berdampak
positif untuk mengatasi gangguan perilaku (Campbell, 2010).
Terapi musik didefinisikan sebagai suatu upaya penggunaan music secara
teraupetik dalam rangka memperbaiki, memelihara, dan meningkatkan status
kesehatan fisik dan mental ( American Music Therapy Association, 1999). Terapi
musik telah menjadi salah satu pelengkap pada terapi gangguan jiwa seperti
skizofrenia, perilaku kekerasan, gangguan alam perasaan seperti mania dan depresi,
gangguan emosional, stress dan kecemasan.
Secara umum terapi musik bertujuan untuk mengekspresikan perasaan pasien,
meningkatkan kreativitas, serta memotivasi pasien agar dapat berinteraksi dan
meningkatkan sosialisasi dengan orang lain, sehingga dapat meningkatkan citra
dirinya dan menghindarkan pasien dari keterasingan ( Campbell, 2010). Terapi musik
bermanfaat memberikan rasa nyaman, menurunkan stres, kecemasan dan kegelisahan,
melepaskan tekanan emosional yang dialami, meningkatkan control diri dan dan
perasaan berharga pasien. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui berbagai kegiatan
yang dapat dilakukan dalam terapi musik, seperti menyanyi, bermain musik,
mendengarkan musik, menyaksikan video musik, menulis lagu atau aransemen musik,
dan berdiskusi tentang musik (Campbell, 2010).
Dalam pelaksanaanya pasien yang sudah memperoleh rekomendasi dari dokter
yang berwenang untuk mengikuti terapi musik, relative tenang, kooperatif, dan
menyukai kegiatan musik diberi kesempatan untuk memilih musik yang disukainya
dengan memperhatikan latar belakang, suasana dan kondisi pasien. Hal ini penting
agar musik diberikan benar-benar dapat berfungsi teraupetik bukan hiburan semata
(Campbell, 2001). Dengan demikian pemanfaatan musik untuk terapi perlu
mewaspadai kondisi pasien dan pengaruh musik itu pada pasien.

B. PENGERTIAN HALUSINASI
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsi
kan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rang
sangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra ta
npa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori perse
psi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, s
ehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus atau rangsa
ngan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016).

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN HALUSINASI


Faktor Penyebab Halusinasi
 Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan ke
hangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, muda
h frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
 Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan me
rasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
 Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang ber
lebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
bersifat halusiogenik neurokimia.
 Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada p
enyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien me
ngambil keputusan tegas.
 Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofreni
a cenderung mengalami skizofrenia.

D. JENIS HALUSINASI
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari beberapa jenis dengan
karakteristik tertentu, diantaranya
 Halusinasi pendengaran (audotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara oran
g. Biasanya mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang seda
ng dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
 Halusinasi pengelihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran cahaya,gambar
an geometric, gambar kartun, panorama yang luas dan bayangan yang menakut
kan.
 Halusinasi penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya bau busuk, a
mis, dan bau menjijikan, tapi kadang terhidu bau harum.
 Halusinasi peraba (taktil)
Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanp
a ada stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
 Halusinasi pengecap (gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasaan sesuatuyang busuk, amis, d
an menjijikan
 Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentuan urine.

E. TANDA DAN GEJALA HALUSINASI


Tanda dan Gejala Halusinasi Menurut (Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui
agar dapat menetapkan masalah halusinasi, antara lain:
 Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri
 Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
 Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
 Tidak mampu atau kurang konsentrasi
 Cepat berubah pikiran
 Alur pikiran kacau
 Respon yang tidak sesuai
 Menarik diri
 Sering melamun

F. PENGERTIAN TERAPI MUSIK


Terapi musik adalah kemampuan menggunakan musik atau elemen musik oleh
seorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan
mental, fisik, emosional, dan spiritual.
Terapi musik adalah teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit
dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Terapi musik adalah usaha
meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari
melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa
hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.
G. MANFAAT TERAPI MUSIK
Ada beberapa manfaat dari terapi musik, diantaranya :
1) Menutup bunyi atau perasaan yang tidak menyenagkan.
2) Memperlambat dan menyeimbangkan gelombang dalam otak.
3) Mempengaruhi pernafasan.
4) Mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh.
5) Menurunkan stress, kecemasan dan kegelisahan.
6) Memperkuat memori.
7) Menimbulkan ketenangan dan rasa aman.
8) Melepaskan tekanan emosional yang dialami.
9) Meningkatkan control diri dan perasaan berharga

H. EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK PADA PASIEN HALUSINASI


1) Musik dapat menstimuli respon relaksasi, motivasi atau pikiran, imajinasi dan
memori yang kemudian diuji dan didiskusikan secara individual atau dengan
kelompok pendukung. Sebagai pelengkap, musik juga menyediakan berbagai
stimuli untuk menggali, mengenal, dan memahami budaya sendiri maupun budaya
lain.
2) Musik ternyata bersifat terapeutik dan bersifat menyembuhkan. Musik
menghasilkan rangsangan ritmis yang di tangkap oleh organ pendengaran dan
diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang mereorganisasi
interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengar. Ritme internal ini
mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung
dengan lebih baik. Metabolisme yang lebih baik akan mengakibatkan tubuh
mampu membangun sistem kekbalan yang lebih baik, dan dengan sistem
kekebalaan yang lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan
serangan penyakit dan membantu proses penyembuhan (Djohan, 2016).
I. PROSEDUR TERAPI MUSIK
1) Persiapan sebelum melakukan terapi musik :
Memilih jenis musik yang lembut seperti musik klasik atau music instrumental
dengan durasi selama 30 menit.
2) Mencari tempat yang tenang dan nyaman.
3) Menjaga suara lingkungan agar tidak mengganggu proses terapi. Memposisikan
diri dengan posisi yang nyaman
4) Memulai latihan :
5) Pejamkan mata dan tarik nafas kemudian lepaskan secara perlahan.
6) Berfikir tentang hal-hal yang positif.
7) Dengarkan musik secara seksama.
8) Nikmati setiap alunan musik.
9) Rasakan kenyamanan dan ketenagan disetiap alunan musik.
10) Lakukan secara teratur sampai musik berhenti

J. JENIS MUSIK PADA PADA PENDERITA


Halusinasi : Musik Klasik
Perilaku Kekerasan :Musik Mozart/Religi
HDR : Musik Klasik
Isolasi Sosial : Musik Klasik
Ansietas : Musik Instriment Klasik
Depresi : Musik Instrumentel Klasik
Menarik Diri : Musik KLasik
Mania : Musik Klasik.
DAFTAR PUSTAKA

Ashida, Morgan. (2010). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana


Indonesia.

Astings Diana. (2008). Peran Keluarga Dalam Perawatan Pasien Dengan Gangguan
Jiwa Halusinasi.edisi kedua, Jakarta : EGC

Campbell. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Djohan..(2006) Terapi Musik Teori dan Aplikasi, Cetakan ke-1. Yogyakarta.


Galangpress.

Hamid, Achir Yani. (2010). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori d
an Tindakan Keperawatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek, Edisi
kelima, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Keliat, budi A. (2010). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC

Maramis, W. F. (2008). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya : Airlangga Univers


ity Press.

Rorke.(2011). Stres Tanpa Distres : Seni Mengolah Stres. Yogyakarta. Penerbit


Kanisius. Rathus, S. A. & Nevid, J. S. Psychology and The Challenge of
Life:Adjustment in The New Millenium. Eight Edition. Danver: John Willey &
Sons, Inc. 2002

Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai