Anda di halaman 1dari 12

PENANGANAN KLIEN DENGAN NYERI SENDI

MENGGUNAKAN TERAPI RELAKSASI REFLEKSI MASSAGE


PADA KLIEN NY. S DI WISMA SEMBADRA PPSLU
SUDAGARAN BANYUMAS

DISUSUN OLEH :

SYAFRILA CEMPAKA

2111040116

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan proses menua dan bertambahnya usia maka akan timbul berbagai
masalah terutama masalah ketidakpuasan fisik yang mengakibatkan gangguan pada
fungsi muskuluskeletal. Gangguan yang sering muncul yaitu nyeri pada sendi yang
membuat para lansia mengalami ganguan aktivitas sehari-hari (Ridhyalla Afnuhazi,
2018). Berdasarkan data WHO (2016) melaporkan bahwa 20% penduduk dunia
merasakan nyeri sendi dan 20% mereka yang berusia 55 tahun. Peningkatan populasi
lanjut usia di dunia saat ini sejalan dengan peningkatan jumlah kasus nyeri sendi (ORSI,
2016). Menurut data riskesdas 2018 prevalensi penyakit sendi di Indonesia tercatat 7,3 %.
Provinsi jawa tengah 6,78 % dan kota semarang 3,76% (Dinkesjateng, 2018).
Nyeri sendi merupakan salah satu faktor pencetus dan keluhan utama yang
muncul pada penderita osteoarthritis. Masalah muskuloskeletal seperti arthritis dan
gangguan pada tulang menjadi masalah yang sering terjadi pada lansia karena
mempengaruhi mobilitas dan aktivitas yang merupakan hal vital bagi kesehatan lansia.
Arthritis dan gangguan pada tulang menyebabkan munculnya nyeri sendi. Nyeri sendi
merupakan pengalaman subjektif yang dapat memengaruhi kualitas hidup lansia
termasuk gangguan aktivitas fungsional lansia (Dida, 2018).
Kurang aktifitas fisik merupakan faktor risiko timbulnya berbagai penyakit pada
populasi lansia, sementara itu jika terdapat peningkatan aktifitas fisik pada lansia dapat
meningkatkan kesehatan, meningkatkan quality of life, serta menurunkan morbiditas dan
mortalitas (Cornelia Paerunan, Joudy Gessal, 2019). Penyakit sendi yang dialami
merupakan proses degeneratif dan menimbulkan nyeri sendi pada lansia. Nyeri sendiri
dapat diakibatkan oleh beberapa hal antara lain reumatoid athritis, gout (asam urat), dan
osteoarthritis. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri adalah
dengan teknik relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi otot progresif merupakan salah
satu teknik untuk mengurangi ketegangan otot dengan proses yang simpel dan sistematis
dalam menegangkan sekelompok otot kemudian merilekskannya kembali (Marlina T. T.,
2015)
. Tehnik relaksasi refleksi massage merupakan jenis terapi yang memakai
penekanan halus pada beberapa titik tertentu di telapak kaki, punggung kaki dan betis.
(Murniati, ririn isma, 2020). Tehnik relaksasi refleksi massage dapat mengurangi nyeri,
kecemasan dan depresi, meningkatkan kualitas tidur, mengurangi kelelahan dan
mengurangi nyeri (Kobayashi, S., & Koitabashi, 2016). Sehingga tehnik ini merupakan
salah satu terapi non farmakologis yang dapat diberikan untuk membantu mengendalikan
dan mengurangi nyeri. Dengan demikian tujuan EBP ini adalah untuk mengetahui Tehnik
relaksasi otot progresif dalam menurunkan tingkat nyeri sendi pada lansia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan
yaitu “Bagaimana penanganan klien dengan masalah nyeri sendi menggunakan Terapi
refleksi kaki untuk menurunkan tingkat nyeri pada Ny.S di Panti Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Sudagaran, Banyumas ?”
BAB II
PENILAIAN KRITIS
A. Validity
Pada penelitian pengaruh refleksi massage therapy terhadap penurunan kualitas
nyeri pada lansia penderita rheumatoid arthritis hasilnya valid dibuktikan dengan hasil
penelitian jurnal menunjukkan hasil nyeri rheumatoid arthritis pada lansia sebelum
diberikan refleksi massage therapy; yaitu skala nyeri sedang 18 orang (60.0%); dan nyeri
berat terkontrol 12 orang (40.0%), tingkat nyeri rheumatoid arthritis pada lansia sesudah
diberikan refleksi massage therapy; yaitu tidak nyeri 8 orang (26.7%); dan nyeri ringan
22 orang (73.3%). Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa sesudah dilakukan pijat/massage pada lansia yaitu hasil uji statistic
uji dependen didapatkan nilai ρ value 0,000 (α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh secara signifikan pijat (massage) terhadap intensitas nyeri rheumatoid pada
lansia di Desa Kertapati Puskesmas Dusun Curup Bengkulu Utara.
Dari hasil penelitian ini, sebelum pemberian refleksi massage therapy pada lansia
rata-rata mengalami nyeri sedang dan nyeri berat terkontrol setelah pemberian refleksi
massage therapy pada lansia rata-rata mengalami nyeri ringan dan tidak nyeri serta hasil
penelitian membuktikan bahwa ada pengaruh refleksi massage therapy terhadap
penurunan kualitas nyeri pada lansia penderita rheumatoid arthritis.
B. Important
Proses menua itu sendiri adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Semua
sistem dalam tubuh lansia mengalami kemunduran, termasuk pada sistem
muskuloskeletal lansia sering mengalami nyeri sendi. Masalah-masalah kesehatan yang
lain akibat penuaan terjadi pada berbagai sistem tubuh, salah satunya adalah penyakit
rheumatoid arthritis. Rheumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris. Rheumatoid Artritis ( RA) merupakan penyakit peradangan sistemis
kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan manivestasi pada sendi perifer.
Rheumatoid Artritis sangat mudah menyerang orang dewasa mudah sampai pada usia
lanjut dan terjadi 2-3 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria, dengan
frekuensi puncaknya terjadi pada usia 35-50 tahun. seluruh dunia telah mencapai angka
jutaan jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita rheumatoid arthritis.
Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari
25% akan mengalami kelumpuhan. Sedangkan penyakit rheumatoid arthritis di Indonesia
tahun 2011 diperkirakan prevalensinya mencapai 29,35%, pada tahun 2012 prevalensi
rheumatoid arthritis sebanyak 39,35% dan pada tahun 2013 jumlah prevalensinya
sebanyak 45,59% . Dapat dilihat bahwa angka prevalensi rheumatoid arthritis di
Indonesia mengalami peningkatan pada tiap tahunnya.
Dampak dari rheumatoid arthritis ini lebih besar kemungkinannya untuk terjadi
pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan penderita. Rheumatoid Arthritis dapat
mengancam jiwa pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan dan menim
bulkan kegagalan organ atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah
lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Penyakit rheumatoid arthritis ini perlu
penanganan serius maka dari itu Menurut American collage Rheumatology, penanganan
untuk rheumatoid arthritis dapat meliputi terapi farmakologi dan nonfarmakologi dan
tindakan operasi. Teknik nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri
pada penderita rematik diantaranya yaitu dengan pijat, kompres panas atau dingin,
stimulasi elektrik saraf kulit transkutan, teknik relaksasi dan istirahat. Tindakan
nonfarmakologi juga dapat dikerjakan dirumah dan caranya sederhana. Selain itu
tindakan nonfarmakologi juga dapat digunakan sebagai pertolongan pertama ketika nyeri
menyerang.
Penelitian dari Kristanto dan Maliya (2015) menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pemberian terapi pijat terhadap intensitas nyeri pada lansia. terapi Pijat
memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan pijat otot ini di
perkaya akan merangsang serabut saraf delta-A dan serabut C serta melepaskan substansi
P pada saraf aferen.
Penelitian menurut Dewi (2017) terdapat pengaruh yang signifikan back massage
terhadap tingkat nyeri. Dalam penelitian ini menggunakan penatalaksanaan non
farmakologi yaitu terapi back massage untuk menurunkan intensitas nyeri sendi.
Dikarenakan terapi ini dapat dilakukan tanpa harus banyak mengeluarkan banyak biaya
dan mudah diterapkan pada lansia dan perawat secara praktis dan efisien.
Penelitian menurut Kristanto, Malia (2017) Massage adalah salah satu teknik
memberikan tindakan massage pada bagia tubuh dengan usapan secara perlahan. Usapan
dengan lotion atau balsem memberikan sensai hangat dengan mengakibatkan dilatasi
pada pembuluh darah lokal. Vasodilatasi peredaran darah pada area yang diusap sehingga
aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi rasa sakit serta menunjang proses
penyembuhan luka. Penelitian menurut lewis juga menyatakan bahwa nyeri dapat di
kontrol dengan massage. dengan pijatan tersebut dapat memicu pelepasan hormon
endoprin yang dapat menghalangi pengiriman sinyal nyeri ke saraf.
Jadi dapat disimpulkan terapi rendam air hangat dengan garam untuk mengurangi
nyeri sendi sangat penting dan efektif untuk terapi non farmakologis.
C. Aplicable

Berdasarkan dari observasi penulis, masih kurang atau jarang penerapan pada
refleksi massage therapy (terapi pijat bagian kaki) di panti sudagaran, maka dari itu
intervensi refleksi massage therapy terhadap penurunan kualitas nyeri pada lansia
penderita rheumatoid arthritis sangat efektif dilakukan. Data yang didapatkan dari hasil
wawancara dengan petugas panti, ketika lansia mengalami nyeri dan kekakuan sendi,
lansia tersebut hanya di rujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat dan kemudian
dokter memberi obat penghilang rasa nyeri. Terapi farmakologi dapat membuat efek
ketergantungan pada lansia dan dalam jangka waktu panjang dapat memperberat kerja
ginjal. Sedangkan terapi pijat refleksi tidak pernah dilakukan di rumah atau tidak
dikenal oleh masyarakat terutama lansia . Memaksimalkan peran mandiri perawat
adalah bentuk keterlibatan perawat dalam meningkatkan kesehatan lansia dengan
Arthritis.. Peran perawat tersebut diantaranya sebagai care provider terlihat dalam
aktivitas perawat memberikan intervensi keperawatan, mendampingi lansia dalam
pelaksanaan terapi, peran edukasi dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang
penatalaksanaan nyeri Arthritis, peran fasilitator dalam memfasilitasi lansia untuk
melakukan terapi, serta peran kolaborator berkolaborasi dengan tim kesehatan lain yang
ada di panti dalam penatalaksanaan nyeri Arthritis pada lansia melalui intervensi
keperawatan refleksi massage therapy (terapi pijat bagian kaki).
BAB III

PENERAPAN

A. Hasil
Dari intervensi yang telah dilakukan selama 4 hari didapatkan hasil bahwa terapi
refleksi massage evisien untuk menurunkan nyeri sendi pada lansia. Hal ini dibuktikan
dengan pengkajian skala nyeri dari sebelum dilakukan terapi refleksi massage klien
mengatakan skala nyeri 8 dari 1 sampai 10. Kemudian setelah dilakukan terapi refleksi
massage skala nyeri klien turun menjadi 6 dari 1 sampai 10. Klien juga mengatakan
nyaman setelah di lakukan pijat refleksi pada kaki terutama saat pagi hari setelah bangun
tidur, dan kaki nya tidak terlalu kaku. Sebelum dilakukan intervensi terapi refleksi
massage klien mengatakan lebih sering berdiam diri ditempat tidur, untuk mobilisasi
hanya mandi dan kebutuhan toileting. Untuk kegiatan senam setiap pagi pun klien selalu
mengikuti kegiatan dengan duduk. Begitu juga saat menjalankan ibadah salat fardhu,
klien selalu melakukannya di kamar sambil duduk. Untuk makan, biasanya klien selalu
diambilkan oleh teman sekamarnya, karena pergerakan klien yang terbatas. Namun
setelah dilakukan intervensi terapi refleksi massage klien mengatakan untuk kegiatan
toileting dan salat sudah tidak terlalu sakit untuk berjalan. Dan klien mulai semangat
untuk terbiasa menggerakkan kakinya untuk berjalan karena berkurangnya rasa nyeri
yang dirasakan. Setelah diberikan edukasi pijat refleksi klien mampu melakukannya
secara mandiri dan klien selalu melakukan terapi refleksi massage setiap hari sebelum
tidur secara mandiri, karena klien merasakan bahwa terapi pijat kaki tersebut mampu
menurunkan rasa nyeri yang dirasakan.
B. Pembahasan
Hendro, & Ariyani, Y. (2015) refleksi Massage adalah salah satu teknik
memberikan tindakan massage pada bagian kaki denagan usapan secara perlahan. Usapan
dengan lotion atau balsem memberikan sensai hangat dengan mengakibatkan dilatasi
pada pembuluh darah lokal. Vasodilatasi peredaran darah pada area yang diusap sehingga
aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi rasa sakit serta menunjang proses
penyembuhan luka. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Desi Natalia
Trijayanti Idris, K. A. (2017) menunjukkan bahwa sesudah dilakukan pijat/massage pada
lansia yaitu hasil uji statistic uji tdependen didapatkan nilai ρ value 0,000 (α 0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara signifikan pijat (massage) terhadap
intensitas nyeri rheumatoid pada lansia di Desa Kertapati Puskesmas Dusun Curup
Bengkulu Utara. Begitu juga dengan hasil penelitian Febriansa, A. F., Asfar, A., &
Ramli, R. (2021). menunjukan bahwa dari 30 lansia mengalami penurunan tingkat nyeri
setelah diberikan refleksi massage therapy. Hasil dari uji wilcoxon menunjukkan nilai ρ =
0.000 (ρ<α), yang bermakna ada pengaruh refleksi massage therapy terhadap penurunan
kualitas nyeri pada lansia penderita rheumatoid arthritis.
Penelitian menurut Alviani,( 2015) juga menyatakan bahwa nyeri dapat di kontrol
dengan pijatan refleksi. dengan pijatan tersebut dapat memicu pelepasan hormon
endoprin yang dapat menghalangi pengiriman sinyal nyeri ke saraf. Teori Endorphin
Pommeranz menyatakan bahwa tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan endorphin
karena pemijatan.
Endorphin adalah zat yang diproduksi secara alamiah oleh tubuh, bekerja, serta
memiliki efek seperti morphin. Endorphin bersifat menenangkan, memberikan efek
nyaman, dan sangat berperan dalam regenerasi sel-sel guna memperbaiki bagian tubuh
yang sudah using atau rusak. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, peneliti
berasumsi bahwa nyeri rheumatoid dapat ditangani dengan cara nonfarmakologi seperti
terapi pijat contohnya pemberian pengaruh refleksi massage therapy tanpa harus
melakukan penanganan secara farmakologi atau mengonsumsi obat pereda nyeri. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana sebelum
diberikan refleksi massage therapy tingkat nyeri responden telah diukur kemudian
didapatkan semua responden memiliki tingkat nyeri sedang dan nyeri berat terkontrol,
selanjutnya setelah responden diberikan refleksi massage therapy tingkat nyeri responden
mengalami penurunan menjadi tidak nyeri, dan nyeri ringan. Hal ini dikarenakan refleksi
massage therapy berfungsi untuk mengendorkan dan melemaskan sistem kerja saraf dan
otot yang mengalami ketegangan ,relaksasi dan sedatif sehingga dapat menurunkan nyeri
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum pemberian refleksi massage therapy pada klien Ny. S, klien mengalami
nyeri berat terutama saat pagi hari setelah bangun tidur. Namun setelah pemberian
refleksi massage therapy klien mengalami nyeri sedang. Maka dari itu hasil intervensi
membuktikan bahwa refleksi massage therapy berpengaruh atau efisien dilakukan untuk
menurunkan kualitas nyeri pada lansia penderita rheumatoid arthritis
B. Saran
Saran yang penulis sampaikan diharapkan lansia dapat menerapkan refleksi
massage therapy sebagai ikhtiar dalam pengobatan yang dilakukan untuk menurunkan
nyeri sendi, karena refleksi massage therapy ini sangatlah murah dan mudah untuk
dilakukan kapanpun dan dimanapun.
DAFTAR PUSTAKA

Alvian.p. 2015. pijat refleksi: pijat tepat, tubuh sehat. Yogyakarta: pustakabarupress.

Febriansa, A. F., Asfar, A., & Ramli, R. 2021. Pengaruh Refleksi Massage Therapy
terhadap Penurunan Kualitas Nyeri pada Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis. Window of
Nursing Journal, 2(1), 220-227.

Cornelia Paerunan, Joudy Gessal, L. S.2019. Hubungan antara usia dan derajat
kerusakan sendi pada pasien osteoartritis lutut di instalasi rehabilitasi medik RSUP. Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado periode Januari – Juni 2018. Jurnal Medik Dan Rehabilitasi (JMR), 1, 3.

Dida, D. N. 2018. Hubungan Antaran Nyeri Reumatoid Arthritis Dengan Tingkat


Kemandirian Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Pada Pra Lanjut Usia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Oesao Kabupaten Kupang. CHMK HEALTH, 2(3), 41.

Feny M, Rita J. 2019. Pengaruh Pijat (Massage) Terhadap Perubahan Intensitas


Nyeri Rematik Pada Lansia Di Desa Kertapati Puskesmas Dusun Curup Bengkulu Utara. J
Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu.;07:71–4.

Hendro, .Y A. 2015. Bahan ajar kursus dan pelatihan pengobatan pijat refleksi level
II- ilmu pijat pengobatan refleksi relaksasi. Jakarta: Direktorat pembina kursus dan pelatihan ,
direktorat jendral pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat kementrian pendidikan
dan kebudayaan.

Kobayashi, S., & Koitabashi, K. 2016. Ners Muda, Vol 1 No 2, page 88-92

L YWS, Pramono WH. 2019. Penerapan Terapi Back Massage Terhadap Intensitas
Nyeri Rematik Pada Lansia. J keperawatan. 4(2):137–45.

Marlina T. T. 2015. Efektivitas Latihan Lutut Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri


Pasien Osteoarthritis Lutut di Yogyakarta. Keperawatan Sriwijaya, 2(1).

Osteoarthritis Research Society International.2016. Osteoarthritis : A serious disease,


submitted to the U.S food and drug administration.
Ridhyalla Afnuhazi.2018. pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri rematik
pada lansia. Menara Ilmu, XII, Jjilid 1 no. 79.

Skillgate E, Bill A, Côté P, Viklund P, Peterson A, Holm LW. The effect of massage
therapy and / or exercise therapy on subacute or long-lasting neck pain - the Stockholm neck trial
( STONE ): study protocol for a randomized controlled trial. Trials. 2015;1–11.

Trijayantiidris desi natalia, Kiliastarani. theraphy relaxation your mobile finger t to


decrease join pain in elderly. J Penelit Keperawatan. 2017;3:23–32.

Anda mungkin juga menyukai