Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA KEGIATAN

DESIMINASI ILMU TENTANG MAKP TIM, OVERAN SBAR DAN 3S


(SDKI, SLKI, SIKI) DI RUANG ANAK RSUD MAYJEN H.A THALIB
SUNGAI PENUH

Oleh :
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2 :
1 ASIMUDIN 6 NELLY SAFITRI

2 DINALIZA UTAMI 7 NILA AZRITORA

3 FAHRURROZI 8 SISKA ULI HANDAYANI

4 FEGGI NURZARTI 9 TRI WILYA NUGRITA

5 FITRI YENI

Pembimbing Akademik :
Ns. FITRIANOLA REZKIKI, M. Kep
Ns. WIWIT FEBRINA, M. Kep
Pembimbing Klinik
Ns. YANTI NOPITA, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2022
SATUAN ACARA KEGIATAN (SAK)
Pokok Bahasan : Desiminasi Ilmu

Sub Pokok Bahasan : MAKP Tim, Overan SBAR dan 3S (SDKI, SLKI, SIKI)
di ruang Anak RSUD Mayjen H.A Thalib Kota Sungai
Penuh

Waktu : 90 Menit
Jam : 09.00 WIB –10.30 WIB
Hari/ Tanggal : Jum’at, 16 September 2022
Sabtu, 17 September 2022
Minggu, 18 September 2022
Tempat : Ruang Anak RSUD M.H. A.Thalib Kota Sungai Penuh
Penyuluh : Mahasiwa Profesi Universitas Fort De Kock Bukittinggi

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas
utama,hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia (Nursalam, 2006)
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut
perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Oleh
karena itu diperlukan kemampuan managerial dari tenaga keperawatan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

RSUD Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh yang merupakan salah satu
rumah sakit yang ada di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci dimana setiap
tahunnya selalu berkembang, baik pada sarana fisik rumah sakit maupun pada
prasarananya serta peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya.
Terhitung tanggal 01 Januari 2013 RSUD Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh
telah menerapkan Pola Pengelolaan.
Ruang Rawat Inap Anak adalah salah satu diantara rungan di RSU Mayjen
H.A Thalib Kota Sungai Penuh yang memberikan pelayanan khusus pada anak
yang sakit. Ruang anak terdapat 7 kamar rawatan dengan jumlah 15 tempat tidur
pasien. Dimana rungan rawat inap anak terletak di lantai 2 di bagian atas rungan
persalinan dan bersebelahan dengan ruang rawat inap perinatalologi. Dan rungan
rawat inap ini memiliki berbagai fasilitas yang memadai dan memiliki tenaga
kesehatan yang terampil di bidang khusus rawat inap anak.
Salah satu kemampuan managerial keperawatan adalah dalam hal
perencanaan. Untuk menyusun suatu perencanaan, mengacu pada Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP), salah satunya diwujudkan melalui konfren
keperawatan (Nursalam, 2006)

Keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya


pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas
dengan pengembangan MPKP, diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan
secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan.

RSUD Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh memerlukan aspek


manajemen dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien khususnya diruang
anak, di mana dibutuhkan tenaga profesional dalam menangani masalah pasien
yang membutuhkan pertolongan segera. Untuk meningkatkan aspek manajemen
tersebut, maka perlu dilaksanakan diseminasi ilmu yang membahas tentang overan,
konferent,pendokumentasian,ronde keperawatan, discharge planning dan metode
tim. untuk peningkatan mutu pelayanan, khususnya pelayanan keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberi materi tentang MAKP Tim, Overan SBAR dan 3S (SDKI, SLKI,
SIKI).
2. Tujuan Khusus
a) Perawat mengetahui pengertian tentang MAKP Tim, Overan SBAR dan 3S
(SDKI, SLKI, SIKI).
b) Perawat mengetahui tujuan dilakukannya tentang MAKP Tim, Overan SBAR
dan 3S (SDKI, SLKI, SIKI).
c) Perawat mengetahui pedoman tentang MAKP Tim, Overan SBAR dan 3S
(SDKI, SLKI, SIKI).
d) Pemberian contoh melalui video MAKP Tim, Overan SBAR dan 3S (SDKI,
SLKI, SIKI).

C. Pelaksanaan Kegiatan
1) Topik
Desiminasi ilmu tentang MAKP Tim, Overan SBAR dan 3S (SDKI,
SLKI, SIKI) di ruangan anak RSUD Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh
2) Sasaran
Semua perawat yang dinas di ruangan anak RSUD Mayjen H.A Thalib Kota
Sungai Penuh.
a) Metode
 Ceramah
 Diskusi
b) Media
 Laptop
 Form SBAR
 Buku SDKI, SLKI, SIKI
c) Waktu Pelaksanaan

Hari/ Tanggal : Jum’at, 16 September 2022


Sabtu, 17 September 2022
Minggu, 18 September 2022
Waktu : 09.00 WIB - 09.30 WIB Desiminasi ilmu MAKP Tim
09.30 WIB - 10.00 WIB Desiminasi ilmu Overan SBAR
10.00 WIB - 10.30 WIB Desiminasi ilmu 3S
Tempat : Ruang Anak

d) Setting Tempat
Keterangan:

: Edukator

: Moderator

: Fasilitator

: Audiens

e) Job Description
1. Penanggung Jawab : Nelli Sapitri
Tugas:
a. Bertanggung jawab terhadap berlngsungnya acara, sejak berlangsungnya
pertemuan, persiapan, pelaksanaan dan evaluasi
b. Mengkoordinasi pertemuan

2. Moderator : Tri Wilya Nugraita


Tugas:
a. Pembawa acara dan mengamankan jalannya diskusi
b. Membuka dan menutup acara
c. Menjelaskan kontrak waktu dan tujuan diskusi
d. Mengarahkan jalnnya diskusi
e. Memberikan kesempatan audien untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat
MAKP Tim
3. Edukator : Dinaliza Utami
Tugas: Menjelaskan tentang materi

4. Fasilitator : Feggi Nurzarti


Tugas:
a. Mencatat dan menuliskan pertanyaan dari audiens
b. Mengisi daftar hadir audiens

5. Dokumentasi : Asimmuddin
Tugas: Mendokumentasikan jalannya kegiatan

Overan SBAR
1. Edukator : Nila Azritora
Tugas: Menjelaskan tentang materi

2. Fasilitator dan dokumentasi: Fahrurrozi


Tugas:
c. Mencatat dan menuliskan pertanyaan dari audiens
d. Mengisi daftar hadir audiens
e. Mendokumentasikan jalannya kegiatan

3S (SDKI, SLKI, SIKI)


1. Edukator : Fitri Yeni
Tugas: Menjelaskan tentang materi

2. Fasilitator dan dokumentasi: Siska Uli Handayani


Tugas:
a. Mencatat dan menuliskan pertanyaan dari audiens
b. Mengisi daftar hadir audiens
c. Mendokumentasikan jalannya kegiatan
3. Susunan Acara

No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta Waktu


1 Pembukaan
a. Memberi salam a. Menjawab salam 5 Menit
b. Menjelaskan tujuan pertemuan b. Mendengarkan dan
memperhatikan
c. Menetapkan kontrak waktu c. Mengemukakan
pendapat
d. Memberi reinforcement positif

2.
Penjelasan MKP Tim
a. Mengkaji pengetahuan audiens a. Mengemukakan 25 Menit
tentang MAKP Tim. pendapat
b. Menjelaskan pengertian tentang b. Mendengarkan dan
MAKP Tim. memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan tentang c. Mendengarkan dan
MAKP Tim. memperhatikan
d. Menjelaskan pedoman d. Mendengarkan dan
pelaksanaan tentang MAKP Tim. memperhatikan
e. Menyajikan video tentang MAKP e. Mendengarkan dan
Tim. memperhatikan
f. Memberi kesempatan perawat
untuk bertanya
g. Menjawab pertanyaan
h. Memberi reinforcement positif

Penjelasan Overan SBAR


a. Mengkaji pengetahuan audiens a. Mengemukakan 25 Menit
tentang Overan SBAR . pendapat
b. Menjelaskan pengertian tentang b. Mendengarkan dan
Overan SBAR. memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan tentang c. Mendengarkan dan
Overan SBAR. memperhatikan
d. Menjelaskan pedoman d. Mendengarkan dan
pelaksanaan tentang Overan memperhatikan
SBAR e. Mendengarkan dan
e. Menyajikan video tentang Overan memperhatikan
SBAR.
f. Memberi kesempatan perawat
untuk bertanya
g. Menjawab pertanyaan
h. Memberi reinforcement positif
Penjelasan 3S (SDKI, SLKI, SIKI)
a. Mengkaji pengetahuan audiens a. Mengemukakan 25 Menit
tentang 3S (SDKI, SLKI, SIKI). pendapat
b. Menjelaskan pengertian tentang b. Mendengarkan dan
3S (SDKI, SLKI, SIKI). memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan tentang 3S c. Mendengarkan dan
(SDKI, SLKI, SIKI). memperhatikan
d. Menjelaskan pedoman d. Mendengarkan dan
pelaksanaan tentang 3S (SDKI, memperhatikan
SLKI, SIKI). e. Mendengarkan dan
e. Menyajikan video tentang 3S memperhatikan
(SDKI, SLKI, SIKI).
f. Memberi kesempatan perawat
untuk bertanya
g. Menjawab pertanyaan
h. Memberi reinforcement positif

3. Penutup
a. Mengevaluasi materi yang a. Mendengarkan dan 5 Menit
disampaikan memperhatikan
b. Menyimpulkan materi b. Mendengarkan dan
c. Menutup dengan salam memperhatikan
c. Menjawab salam

1) Evaluasi

a. Evaluasi Struktur
1) 80% Laporan telah dikoordinasikan sesuai perencanaan.
2) 70% Peserta menghadiri diseminasi ilmu.
3) 80% Tempat dan media serta alat diseminasi ilmu sesuai rencana.
b. Evaluasi Proses
1) 85% Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
2) 85% Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan.
3) 75% peserta aktif dalam kegiatan diseminasi ilmu
4) 75% peserta tidak meninggalkan ruangan selama diseminasi ilmu
c. Evaluasi Hasil
1) 75% Peserta mengetahui pengertian tentang MAKP Tim, Overan SBAR
dan 3S (SDKI, SLKI, SIKI).
2) 75% Peserta mengetahui tujuan dilakukannya tentang MAKP Tim,
Overan SBAR dan 3S (SDKI, SLKI, SIKI).
3) 75% Peserta mengetahui pedoman pelaksanaan tentang MAKP Tim,
Overan SBAR dan 3S (SDKI, SLKI, SIKI).
4) 75% peserta ingin menerapkan metode tim di ruangan
TINJAUAN PUSTAKA

METODE TIM DALAM PROSES KEPERAWATAN

A. Pengertian

Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan


menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota group / tim.

Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim
melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan
terhadap klien.

Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai


pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan
perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan
masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim,
perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien
di bawah arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan


dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif ( Douglas, 1984).

Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok


mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap
anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam
mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang
bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan
yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa
kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan keperawatan.

Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah
berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim
bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang
ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi:
mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan
pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien (Huber 2000).

Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus


diperhatikan:

1. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi


anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
2. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.
3. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada
kelompok pasien.
4. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi
meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan
dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan
balik informal di antara anggota tim.
5. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal
dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya
ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002):
B. Kelebihan

1. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.


2. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
3. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
4. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
5. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara efektif.
6. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi
terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan
7. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan
8. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas

C. Kelemahan :

1. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota
tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat
pemimpin maupun perawat klinik
2. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total
3. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan,
sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
4. Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,
berlindung kepada anggota tim yang mampu.
5. Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
6. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan
tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
TINJAUAN PUSTAKA

OVERAN (TIMBANG TERIMA)

A. Pengertian Timbang Terima


Timbang terima sering disebut dengan overan atau over hand. Overan
adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan
secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan saat itu  Informasi
yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan
dapat berjalan dengan sempurna 

B. Tujuan Umum

Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang


penting.

C. Tujuan Khusus
 Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
 Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian
asuhan keperawatan  kepada pasien
 Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat
dinas berikutnya
 Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

D. Manfaat bagi Perawat


 Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
 Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar
perawat
 Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
 Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien
 Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan keperawatan
 Menimbulkan rasa aman
 Meningkatkan percaya diri/bangga

E. Manfaat bagi Pasien


Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap 

F. Manfaat bagi Rumah Sakit


Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.

G. Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Overan


Menurut Lardner et.all (1996, dalam http://ckjnersmanajer.blogspot.com,
2009), overan memiliki 3 tahapan yaitu:
 Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.
 Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan
datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya overan itu
sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkin adanya
komunikasi dua arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada
perawat shift yang dating.
 Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung
jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat
yang menerima overan untuk melakukan pengecekan data informasi pada
medical record atau pada pasien langsung.

H. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam Melakukan Pergantian


Shift atau Overan Jaga Diantaranya ( Nursalam, 2002 ).
 Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
 Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan
hal-hal apa yang disampaikan
 Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung
jawab shift yang selanjutnya meliputi :
 Kondisi atau keadaan klien secara umum
 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima overan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima overan
   Penyampaian overan di atas (point c) harus dilakukan secara
jelas dan tidak terburu-buru
 Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift
bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien.

I. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Prosedur Overan Jaga (Nursalam,


2002), Meliputi:
1) Persiapan
 Kedua kelompok dalam keadaan siap
 Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2) Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
 Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/overan
 Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
 Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya
 Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
Identitas klien dan diagnosa medic
Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
Intervensi kolaborasi dan dependen
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan
untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak
dilaksanakan secara rutin.
Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-
hal yang kurang jelas Penyampaan pada saat timbang terima
secara singkat dan jelas
Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5
menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap dan rinci.
Pelaporan untuk timang terima dituliskan secara langsung
pada buku laporan ruangan oleh perawat.

Overan jaga (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi


komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan
untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.
Dalam http://ckjnersmanajer.blogspot.com (2009), overan jaga memiliki
beberapa bentuk pelaksanaan diantaranya:
 Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman data tentang pasien
kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah
datang. Metode itu berupa one way communication
 Menggunakan komunikasi Oral atau spoken. Melakukan pertukaran
informasi dengan berdiskusi.
 Menggunakan komunikasi tertulis-written. Melakukan pertukaran
informasi dengan melihat pada medical record saja atau media tertulis
lain. Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk
dilakukan bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode
untuk dikombinasi.
J. Efek Shift Kerja atau Overan

Shif kerja atau overan memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri
seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift
kerja atau overan (http://httpyasirblogsotcom.blogspot.com , 2009) adalah
sebagai berikut:
1) Efek Fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang
tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat
timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan
gangguan pencernaan.
2) Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, Efek
fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi
dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari.
Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat
atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut,
akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.
3) Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4) Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini
cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi
masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita
diabetes.
5) Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
yang dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi
tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan
industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa
kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak
terjadi pada shift malam.

K. Dokumentasi Dalam Overan


1). Identitas klien
2). Diagnosa medis klien
3). Dokter yang menangani
4). Kondisi saat klien ini
5). Masalah Keperawatan
6). Intervensi yang sudah dilakukan
7). Intervensi yang belum dilakukan
8). Tindakan kolaborasi
9). Rencana umum dan persiapan lain
10).Tanda tangan dan nama terang
11).Contoh Dokumentasi Overan

 Contoh Overan Pasien.


Ny. Tholhah (42 thn)

No/ Nama/ Umur/ No.Reg/ Dx/ Dr/ Laporan Kegiatan :


(5870049) Ca.Mammae post mastektomi / Dr.Nindi KU: baik, komposmentis.
TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C. Keluhan: nyeri pada luka
lengan atas sebelah kanan dengan skala 7. Masalah keperawatan: Nyeri, Resti
infeksi dan gangguan integritas kulit. Rencana yg sudah dilakukan: monitor
TTV, Relaksasi & distraksi, ganti balut, Injeksi Tramadol 1 ampul, Injeksi
Cefotaxim 500 mg. Rencana yg belum dilakukan: Kaji tanda-tanda infeksi,
Kaji luka dan kaji nyeri. Terapi: Tramadol 3x1 amp, Cefotaxim 2 x 500 mg,
Infus NaCl 20 tts/mnt. Persiapan lain tidak ada
TINJAUAN PUSTAKA
SDKI, SLKI, SIKI

A. PENGERTIAN
SDKI, SLKI, SIKI merupakan serangkaian panduan dalam penulisan asuhan
keperawatan berdasarkan standar PPNI. SDKI adalah singkatan darai Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia yang merupakan pedoman dalam menegakkan diagnosa
keperawatan. SLKI merupakan kepanjangan dari Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
yang merupakan acuan dalam menentukan tujuan kriteria hasil yang diharapkan dari
suatu diagnosa. Sedangkan SIKI adalah Standar Intervensi Keperawatan Indonesia yang
digunakan sebagai pedoman untuk memberikan intervensi rencana keperawatan dari
masalah keperawatan yang ada.
Diganosa keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan
keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang optimal.
Namun ada kalanya antara penyedia layanan kesehatan dan penerima layanan kesehatan
tidak sesuai dengan harapan sehingga adanya gugatan hukum dalam permasalahan
tersebut. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan salah satu alat bukti
tanggung jawab dan tanggung gugat dari perawat dalam menjalankan tugasnya. Sehingga
perlu memberikan pengetahuan bagi perawat dalam pendokumentasian.

B. SEJARAH SDKI, SLKI, SIKI


Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menerbitkan secara resmi
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. SDKI, SLKI dan SIKI dapat
digunakan oleh perawat di rumah sakit atau praktik mandiri keperawatan dalam
menjalankan tugasnya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan perawat
tentang SDKI, SLKI, dan SIKI melaui sosialisasi. 
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan catatan tentang tanggapan/ respon
klien terhadap kegiatan- kegiatan pelaksanaan keperawatan secara menyeluruh,
sistematis dan terstruktur sebagai pertanggung gugatan terhadap tindakan yang
dilakukan perawat terhadap klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan (Tri Prabwoo, 2016). Mutu
pelayanan keperawatan tegantung pada pendokumentasian keperawatan apabila
pendokumentasian lengkap maka mutu pelayanan juga meningkat hal ini dikaenakan
mutu pelayanan dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan
keperawatan yangtelah diberikan dan merupakan aspek legal perawat sebagai bukti
tertulis jikasuatu hari nanti klien menuntut ketidakpuasan akan pelayanan
keperawatan (Yanti, RI dan Warsito, 2013).
Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis pada pasal 1
ayat 1, menyatakan bahwa rekam medik adalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien. Berdasarkan permenkes tersebut maka tenaga
keperawatan mempunyai kewajiban untuk mendokumentasikan setiap asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Profesi keperawatan merupakan profesi yang
memiliki resiko hukum, kesalahan perawatan yang mengakibatkan kecacatan atau
kematian bagi pasien dapat menyeret perawat ke pengadilan, karenanya segala
aktivitas yang dilakukan terhadap pasien harus didokumentasikan dengan baik dan jelas
(PERMENKES RI No 269/MENKES/PER/III/2008, 2008).
Berdasarkan permenkes tersebut maka tenaga keperawatan mempunyai kewajiban
untuk mendokumentasikan setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Profesi keperawatan merupakan profesi yang memiliki resiko hukum, kesalahan
perawatan yang mengakibatkan kecacatan atau kematian bagi pasien dapat menyeret
perawat ke pengadilan, karenanya segala aktivitas yang dilakukan terhadap pasien
harus di dokumentasikan dengan baik dan jelas.
Dokumentasi menjadi elemen penting dari perawatan pasien, memungkinkan
komunikasi antara tim perawatan dan seluruh pergeseran keperawatan ,memberikan
catatan hukum perawatan yang diberikan kepada pasien dan bertindak sebagai alat untuk
membantu mengelola perawatan pasien (Boucher, 2012). Dokumentasi sebagai alat bukti
tanggung jawab dan tanggung gugat dari perawat dalam menjalankan tugasnya.
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan
keperawatan professional.
Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan,
maka dokumentasi tersebut dapat dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan
(Setiadi, 2012).Berdasakan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) RI Nomor
HK.01.07/ MENKES/ 425/ 2020 tentang standar profesi perawat menyebutkan
bahwa daftar diagnosis keperawatan berisikan diagnosis keperawatan mengacu
pada Standar Diangnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) dan daftar keterampilan
berisikan intervensi keperawatan yang mengacu pada Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Kriteria hasil mengacu pada Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) (Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) RI, 2020;
PPNI, 2016, 2018a, 2018b). Dengan adanya aturan pemerintah terkait penggunaan buku
SDKI, SLKI, dan SIKI ini, dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan perawat di seluruh Indonesia (Gustinerz, 2020).
Pendokumentasian dalam keperawatan merupakan sesuatu yang sangat penting
sebagai bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam sebuah pelaporan pelayanan.
Pendokumentasian dapat mencerminkan kualitas pelayanan yang diberikan dengan
harapan dapat menjadi perhatian yang terus berkelanjutan (Jaya et al., 2019; Manuhutu et
al., 2020). Perawat sebagai suatu profesi yang paling banyak dari kuantitas pelayanan
yang diberikan di rumah sakit dituntut dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan
juga professional. Konteks professional mengacu pada pelaksanaan praktik keperawatan
dengan sebuah standar sebagai suatu pedoman (Supratti & Ashriady, 2018)
Secara resmi organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai
organisasi profesi bagi perawat telah mengeluarkan suatu standar yang menjadi pedoman
bagi perawat dalam sebuah proses keperawatan yang berujuk pada sebuah standar
dokumentasi. Kebijakan yang dilakukan oleh PPNI merupakan sebuah upaya dalam
mewujudkan kualitas pelayanan yang lebih baik pada pasien selaku penerima layanan
kesehatan. Standar tersebut yakni standar diagnosa keperawatan Indonesia, standar
intervensi keperawatan Indonesia serta standar luaran keperawatan Indonesia, atau yang
disingkat dengan SDKI, SLKI dan SIKI (Kusumaningrum, 2022).
Penggunaan standar sebagai suatu pedoman profesi secara global merupakan
kebijakan yang baik, dan tentunya sudah berdasarkan kaidah dan hasil penelitian yang
terstandar. Sebagai kajian berbasis evidence based, pedoman tentunya diharapkan dapat
menjawab secara menyeluruh permasalahan pendokumentasian yang ada, akan tetapi
masih banyak permasalahan keperawatan masih belum dapat menjawab permasalahan
yang ada. Hal tersebut dikarenakan berbagai factor dapat memberikan kajian yang
berbeda seperti di Negara Indonesia sendiri yang di latar belakangi berbagai suku dan
budaya yang beragam (Suryono & Nugroho, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Fiscbach, Documentating Care : Communication, The Nursing Process and Documentation


Standards, F A Davis Company, Philadelphia, 1991
Gilles, Dee Ann, Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem, Edisi Kedua, (Alih
Bahasa : Drs. Dika Sukmana dkk), W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1989.
Potter, Patricia A., RN. MSN et al, Fundamental of Nursing, Concept, Process & Practice,
Third Edition, Mosby Year Book, St. Louis, 1993
Terry, George R., Prinsip-prinsip Manajemen, (Penerjemah J. Smith D.F.M.), Bumi Aksara,
Jakarta, 1995.

Anda mungkin juga menyukai