Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


RUANG CEMPAKA RSUD BANYUMAS

Disusun oleh :

Ginting Irdina Maharani

2111040103

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
A. Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur - angsur
penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya. Katarak adalah terjadinya
opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa. Umumnya akibat dari proses
penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Fitria, 2017).
B. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Maria, 2017):
1. Usia lanjut dan proses penuaan.
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti rokok atau bahan
beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan
obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti (Maria, 2017):
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.
C. Tanda Gejala
1. Merasa ada kabut yang menghalangi disekitar mata
2. Mata sangat peka terhadap sinar
3. Bila menggunakan sebelah mata benda yang dilihat menjadi double
4. Memerlukan cahaya terang agar dapat membaca
5. Lena mata berubah berubah menjadi buram dan tidak bening
6. Sering berganti kaca mata tetapi tetap sulit melihat dengan jelas
D. Pathofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara
protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran
semipermeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap,
mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain
sehingga membentuk massa transparan atau bintik kecil di sekitar lensa, membentuk
suatu kapsul yang dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan dan
disintegrasi pada serabut tersebut mengakibatkan jalannya cahayanya terhambat dan
mengakibatkan gangguan penglihatan (Fitria, 2017).
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit system saraf,
penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi: TIO (12-25 mmHg).
4. Pengukuran Gonioskopi: membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif: menentukan adanya/ tipe glukoma.
6. Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optic, papilledema,
perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10.Keratometri.
11.Pemeriksaan lampu slit.
12.A-scan ultrasound (echography).
13.Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14.USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Metoda yang paling populer dalam mengeluarkan katarak adalah ECC (extracapsular
cataract extraction) atau ekstraksi lensa ekstrakapsular. Pembedahan diindikasikan bagi
mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah
20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandangan mempengaruhi keamanan atau
kualitas hidup atau bika visialisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi
perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus seperti : diabetes dan
glaukoma. Ada dua macam teknik pembedahan, yaitu ekstraksi katarak intra kapsuler dan
esktraksi katarak ekstra kapsuler (Fitria, 2017).
2. Koreksi lensa
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilaton pupil dan retraksi kuat sampai titik
dimana kelayan melakukan aktivitas sehari - hari, maka penanganan konservatif.
Dilakukan karena lensa atau isi lensa dikeluarkan maka perlu menggantikannya, yaitu
dengan lensa intraokular. Ini yang paling sering. Sedangkan metode lain adalah lensa
eksternal, kaca mata katarak atau lensa kontak (contact lens') (Fitria, 2017).
H. Fokus Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1. Keterangan lain mengenai identitas pasien.
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1
tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun,
pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan
tarakan senilis terjadi pada usia >40 tahun.
2. Riwayat penyakit sekarang pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman
penglihatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM< hipertensi,
pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolis lainnya memicu resiko katarak.
4. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau
hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
5. Neuro sensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur/tidak
jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahay/pelangi di sekita sinar, perubahan kacamata,
pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut
ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil
menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan (golukoma berat atau
peningkatan air mata).
6. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat
menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala. Pada pengkajian klien
dengan gangguan mata (katarak) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau
gangguan system vaskuler. Kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti
peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
I. Diagnosa Keperawatan yang mugkin muncul
Pre operasi
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera.
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan -
kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang
terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
4. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan.
5. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasive insisi jaringan
tubuh.
3. Gangguan persepsi-sensori perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera.
4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
J. Rencana Tindakan
1. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman tentang proses
penyakit.
NOC : Kowlwdge : disease process dan Kowledge : health Behavior
a. Paham tentang penyakit 4
b. Paham tentang kondisi penyakit 4
c. Paham tentang prognosis peyakit 4
d. Paham tentang program pengobatan penyakit 4
Keterangan outcomes:
1 = Berat
2 = Cukup berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak ada
NIC : Teaching: disease Process
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
NOC : Kontrol nyeri
a. Intensitas nyeri 4
b. Skala nyeri 4
c. Frekuensi nyeri 4
d. Tanda-tanda vital 4
e. Ekspresi wajah meringis 4
Keterangan outcomes:
1 = Deviasi berat dari kisaran normal
2 = Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3 = Deviasi sedang dari kisaran normal
4 = Deviasi ringan dari kisaran normal
5 — Tidak ada deviasi dari kisaran normal
NIC : Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian ulang nyeri.
2. Observasi reaksi non verbal pasien.
3. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri.
5. Tingkatkan istirahat.
6. Ajarkan teknik non farmakologi.
7. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
8. Evaluasi keefektifan control nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016).


Nursinginterventions Classification (NIC), edisi ke-6. Singapore: Elsevier.
Fitria, N. (2017). Katarak, e-jurnal keperawatan.
Keliat, B. A., Mediani, H. S., & Tahlil, T. (2018). NNNDN-I diagona keperawatan :
definisi dan klasifikasi 2018-2020 (11 ed.). Jakarta: EGC.
Maria, A. (2017). Penatalaksanaan Katarak, e-jurnal keperawatan.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th edition. Singapore: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai