Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR COLLUM FEMUR

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


RUANG CEMPAKA RSUD BANYUMAS

Disusun oleh :

Ginting Irdina Maharani

2111040103

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan (Arif Muttaqin, 2008).
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Santosa, 2013).
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal
paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu,
seperti degenerasi tulang atau osteoporosis (Parahita, 2010).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia
luar.Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi (Santosa, 2013).
Definisi fraktur intertrochanter femur adalah terputusnya kontinuitas tulang pada area
di antara trochanter mayor dan trochanter minor yang bersifat ekstrakapsular (Galuh, A.
N. 2008).
B. Etiologi
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma namun dapat juga disebabkan oleh kondisi
lain menurut( Appley dan Salomon, 1995) fraktur dapat terjadi karena:
1) Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian besar disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan
a) Bila terkena kekuatan langsung
Tulang dapat patah dan dapat mengenai jaringan lunak. Karena pemukulan
(pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada
kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan dapat menyebabkan fraktur kominutif
disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
b) Bila terkena kekuatan tak langsung
Tulang mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena
kekuatan itu. Kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
2) Fraktur Kelelahan atau Tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti pada logam dan benda lain akibat tekanan
berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia dan fibula atau
metatarsal, terutama pada atlet, penari dan calon tentara yang jalan berbaris dengan j
arak jauh.
3) Fraktur Patologik
Fraktur dapat terjadi oleh kekuatan tulang yang berkurang atau rapuh oleh karena
adanya proses patologis. Proses patologis tersebut antara lain adanya tumor, infeksi
atau osteoporosis pada tulang.
C. Tanda Gejala
1. Nyeri
Trauma yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan farktur yang akan
mengakibatkan jaringan lunak yang terdapat di sekitar fraktur seperti pembuluh darah,
saraf dan otot serta organ lainnya yang berdekatan dapat rusak. Dengan terjadinya trauma
dapat merangsang pengeluaran mediator kimia (Substansi P, Bradikinin, Prostaglandin)
yang akan merangsang neuroreseptor kemudian dialirkan ke dorsal horn pada medulla
spinalis ke traktus spinotalamikus lateral ke kortek cerebri dan akhirnya dipersepsikan
nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen diimmobilisasi. Spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Deformitas dan Kehilangan Fungsi
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan akan cenderung bergerak
secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya.
Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba) ekstremitas, yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada intregitas tulang tempat melengketnya otot.
2. Pemendekan Tulang
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi
satu sama lain antara 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
3. Krepitus
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus
dapat mengakibatkan kerusakan j aringan lunak yang lebih berat.
4. Edema
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit teijadi sebagai akibat trauma
dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru teijadi setelah beberapa jam
atau hari setelah cedera
5. Kontusis
Adalah cedera pada jaringan lunak, diakibatkan oleh kekerasan tumpul (mis. pukul
an, tendangan, atau jatuh).
6. Strain
Tarikan otot akibat pengunaan berlebihan,atau ster yang berlebihan, strain adalah
robekan mikroskopis tidak komplet dengan pendarahan ke dalam jaringan.
7. Sprain
Adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi akibat gerakan menyempit atau
memutar.
.
D. Pathofisiologi
Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke
dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi pendarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih
dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut.
Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin
(hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel- sel baru.
Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodelling untuk
membentuk tulang sejati.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembekakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer.
Bila tidak tertangani, pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoksia mengakibatkan rusaknya serabut saraf
maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan syndrom kompartemen
a. Tahap Penyembuhan Tulang
1) Tahap pembentukan hematom
Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk kearea
fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah hematom yang berkembang menjadi
jaringan granulasi sampai hari kelima.
2) Tahap proliferasi
Dalam waktu sekitar 5 hari , hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk
benang-benang fibrin dalam bekuan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan
invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai
matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.
3) Tahap pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulangawan tumbuh mencapai sisi lain
sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan
fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar frakmen tulang
tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus
4) Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang
melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang
benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan.
5) Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan)
Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas dan osteoclas,
kalus mengalami pembentukan tulang sesuai aslinya.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada penderita fraktur diantaranya :
a. Foto rotgen
Untuk mengetahui lokasi dan luasnya ftraktur atau trauma yang terjadi pada tulang.
Hasil yang ditemukan pada pemeriksaan tampak gambar patahan tulang.
b. CT-Scan
Untuk melihat rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan
tumor jaringan tulang atau cidera ligamen atau tendon.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging)
Untuk melihat abnormalitas (misalkan : Tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang) jaringan lunak seperti tendon, otot, tulang rawan.
d. Angiografi
Untuk melihat struktur vascular dimana sangat bermanfaat untuk mengkaji perfusi
arteri.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk melihat kadar hemoglobin. Hasil yang ditemukan biasanya lebih rendah bila
terjadi pendarahan karena trauma.
f. Pemeriksaan sel darah putih
Untuk melihat kehilangan sel padasisi luka dan respon inflamasi terhadsp cedera.
Hasil yang ditemukan pada pemeriksaan yaitu leukositosis.
G. Penatalaksanaan
Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan traksi kulit dengan metode
ekstensi Buck, atau didahului pemakaian Thomas splint, tungkai ditraksi dalam keadaan
ekstensi. Tujuan traksi kulit tersebut untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah
kerusakan jaringan lunak lebih lanjut di sekitar daerah yang patah. Menurut Mansjoer
(2000) penatalaksanaan fraktur di antaranya :
a. Pengobatan non-operatif
Dilakukan traksi skeletal, yang sering metode perkin dan metode balance skeletal
traction, pada anak di bawah 3 tahun digunakan traksi kulit Bryant, sedangkan anak usia
3-13 tahun dengan traksi Russell.
1. Metode perkin.
Pasien tidur terlentang. Satu jari dibawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman
pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan dipertahankan
sampai 12 minggu lebih sampai terbentuk kalus yang cukup kuat. Sementara itu tungkai
bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi.
2. Metode balance skeletal traction.
Pasien tidur terlentang dan satu jari di bawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman
pin. Paha ditopang dengan Thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang oleh pearson
attachment. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu atau lebih sampai tulangnya
membentuk kalus yang cukup. Kadang-kadang untuk mempersingkat waktu rawat,
setelah ditraksi 8 minggu dipasang gips hemispica atau cast bracing.
3.Traksi kulit Bryant.
Anak tidur terlentang di tempat tidur. Kedua tulang dipasang traksi kulit, kemudian
ditegakan ke atas, ditarik dengan tali yang diberikan beban 1-2 kg sampai kedua bokong
anak tersebut terangkat dari tempat tidur.
4.Traksi russel.
Anak tidur terlentang, di pasang plester dari batas lutut. Dipasang sling di daerah
popliteal, sling dihubungkan dengan tali yang dihubungkan dengan beban penarik. Untuk
mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu ditraksi, dipasang gips hemispica karena
kalus yang terbentuk belum kuat benar.
b. Operatif
1. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat
kirschner), misalnya pada fraktur jari.
2. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF: Open Reduction internal fixation).
ORIF merupakan metode penata pelaksanaan patah tulang dengan cara pembedahan
reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana insisi dilakukan pada tempat yang mengalami
cedera dan ditemukan sepanjang bidang anatomik tempat yang mengalami fraktur,
fraktur diperiksa dan diteliti, Hematoma fraktur dan fragmen - fragmen yang telah mati
diiringi dari luka. Fraktur direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal
kembali, sesudah reduksi, fragmen - fragmen tulang dipertahankan dengan alat - alat urto
pedih berupa Pin, Pelat, screw, paku.
H. Fokus Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi usia (kebanyakan terjadi pada usia muda), jenis kelamin (kebanyakan
terjadi pada laki-laki biasanya sering mengebut saat mengendarai motor tanpa
menggunakan helm).
b. Keluhan utama
Nyeri akibat dari post operasi fraktur femur dan fraktur antebrachii.
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan jatuh atau trauma lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit Paget menyebabkan
fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan
luka dikaki sangat beresiko mengalami osteomilitis akut dan kronis dan penyakit
diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang adalah faktor predisposisi
terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan
kanker tulang yang diturunkan secara genetic
f. Riwayat psikososial spiritual
Takut, cemas, terbatasnya aktivitas.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Pre Operasi
a) B1 (breathing), pada pemeriksaan sistem pernapasan tidak mengalami gangguan.
b) B2 (blood), pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler, dapat terjadi peningkatan
tekanan darah, peningkatan nadi dan respirasi oleh karena nyeri , peningkatan
suhu tubuh karena terjadi infeksi terutama pada fraktur terbuka.
c) B3 (brain), tingkat kesadaran biasanya komposmentis.
d) B4 (bladder), biasanya klien fraktur tidak mengalami kelainan pada sistem ini.
e) B5 (bowel), pemenuhan nutrisi dan bising usus biasanya normal, pola defekasi
tidak ada kelainan.
f) B6 (bone), adanya deformitas, adanya nyeri tekan pada daerah trauma.
2) Intra Operasi
a) B1 (breathing), risiko pola nafas yang fluktuatif dan apneu akibat anastesia.
b) B2 (blood), fluktuasi tekanan darah dapat sangat rendah akibat anastesia dan
kehilangan darah, rekaman EKG dapat fluktuatif.
c) B3 (brain), tingkat kesadaran menurun akibat tindakan anastesi.
d) B4 (bladder), produksi urine.
e) B5 (bowel), akibat dari general anastesi terjadi penurunan peristaltic.
f) B6 (bone), integritas kulit tidak utuh akibat insisi.
3) Post Operasi
a) B1 (breathing), biasanya terjadi reflek batuk tidak efektif sehingga terjadi
penurunan akumulasi secret, bisa terjadi apneu, lidah kebelakang akibat general
anastesi, RR meningkat karena nyeri.
b) B2 (blood), pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler, dapat terjadi peningkatan
tekanan darah, peningkatan nadi dan r espirasi oleh karena nyeri ,
peningkatan suhu tubuh karena terjadi infeksi terutama pada proses pembedahan.
c) B3 (brain), dapat terjadi penurunan kesadaran akibat tindakan anastesi, nyeri
akibat pembedahan.
d) B4 (bladder), biasanya karena general anastesi terjadi retensi urin.
e) B5 (bowel), akibat dari general anastesi terjadi penurunan peristaltic.
f) B6 (bone), akibat pembedahan klien mengalami gangguan mobilitas fisik.
I. Diagnosa Keperawatan yang mugkin muncul
1. Nyeri akut berhubungan berhubungan dengan terputusnya terputusnya jaringan
jaringan tulang, tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan,
alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan perubahan
status metabolik, metabolik, kerusakan kerusakan sirkulasi sirkulasi dan
penurunan penurunan sensasi ditandai dengan oleh terdapat luka / ulserasi,
kelemahan, penurunan penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat
terdapat jaringan jaringan nekrotik.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ ketidaknyamanan,
kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan
kekuatan/tahanan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan,
prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
J. Rencana Tindakan

No Tanggal/ Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Jam Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management
berhubungan tindakan keperawatan -Lakukan pengkajian
dengan terputusnya selama ...x... jam nyeri secara
jaringan  jaringan diharapkan nyeri klien komprehensif
tulang, tulang, dapat teratasi dengan termasuk lokasi,
gerakan fragmen kriteria hasil: karakteristik, durasi,
tulang, edema dan Pain control frekuensi, kualitas,
cedera pada - Mampu mengontrol dan faktor
jaringan,  jaringan, nyeri (tahu penyebab presipitasi.
alat nyeri, mampu - Observasi reaksi
traksi/immobilisasi, menggunakan teknik nonverbal dari
stress, ansietas nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
mengurangi nyeri, - Ajarkan teknik non
mencari bantuan) farmakologis
- Melaporkan bahwa (relaksasi, distraksi
nyeri berkurang dll) untuk mengetasi
dengan menggunakan nyeri.
manajemen nyeri. - Evaluasi tindakan
- Mampu mengenali pengurang
nyeri (skala, nyeri/kontrol nyeri.
intensitas, frekuensi - Kolaborasi dengan
dan tanda nyeri) dokter bila ada
- Menyatakan rasa komplain tentang
nyaman setelah nyeri pemberian
berkurang pemberian analgetik
analgetik tidak
berhasil.
2. Kerusakan Setelah dilakukan Pressure
integritas kulit tindakan keperawatan Management
berhubungan selama ...x... jam - Monitor kulit akan
dengan tekanan, diharapkan kerusakan adanya kemerahan
perubahan integritas kulit klien - Hindari kerutan
perubahan status dapat teratasi dengan pada tempat tidur
metabolik, kriteria hasil: - Jaga kebersihan
kerusakan sirkulasi Tissue Integrity : kulit agar tetap
dan penurunan Skin and Mucous bersih dan kering.
sensasi ditandai - Integritas kulit yang - Mobilisasi pasien
dengan oleh baik bisa (ubah  posisi  posisi
terdapat luka / dipertahankan pasien) pasien)
ulserasi, (sensasi, elastisitas, setiap dua jam sekali
kelemahan, temperatur, hidrasi, - Oleskan lition atau
penurunan pigmentasi). - Tidak minyak/baby oil
penurunan berat ada luka/lesi  pada pada daerah yang
badan,  badan, kulit tertekan
turgor kulit  buruk, - Perfusi jaringan baik - Mandikan pasien
buruk, terdapat - Menunjukkan dengan sabun dan air
terdapat  jaringan pemahaman hangat.
nekrotik pemahaman dalam
proses  proses
perbaikan perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cedera
berulang.
- Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami.
3. Hambatan Setelah dilakukan Exercise therapy :
mobilitas fisik tindakan keperawatan ambulantion
berhubungan selama ...x... jam - Monitor vital sign
dengan nyeri/ diharapkan klien dapat sebelum / sesudah
ketidaknyamanan, beraktivitas latihan dan lihat
kerusakan beraktivitas secara respon pasien saat
muskuloskletal, mandiri dengan latihan
terapi pembatasan kriteria hasil: - Konsultasikan
aktivitas, dan Mobility Level dengan terapi fisik
penurunan - Klien meningkat tentang rencana
kekuatan/tahanan. dalam aktivitas fisik - ambulasi sesuai
Mengerti tujuan dari dengan kebutuhan
peningkatan mobilitas - Bantu klien untuk
- Memverbalisasikan menggunakan
perasaan  perasaan tongkat saat berjalan
dalam meningkatan dan cegah terhadap
kekuatan dan cedera
kemampuan - Ajarkan pasien atau
berpindah. tenaga kesehatan lain
- Memperagakan tentang teknik
penggunaan alat bantu ambulasi
untuk mobilisasi - Kaji kemampuan
(walker). klien dalam
mobilisasi
- Latih pasien dalam
pemenuhan
pemenuhan
kebutuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan
- Dampingi dan
bantu  pasien  pasien
saat mobilisasi
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan
ADLs  pasien.
- Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan
- Ajarkan pasien
bagaimana
bagaimana merubah
merubah  posisi
posisi dan berikan
berikan  bantuan
bantuan jika
diperlukan.
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan Infection Control
infeksi tindakan keperawatan - Bersihkan
berhubungan selama ...x... jam lingkungan setelah
dengan stasis diharapkan resiko dipakai pasien lain
cairan tubuh, infeksi tidak terjadi - Pertahankan teknik
respons inflamasi dengan kriteria hasil: isolasi
tertekan, prosedur Risk Control - Batasi pengunjung
invasif dan jalur - Klien bebas dari bila perlu
penusukkan, tanda dan gejala - Instruksikan pada
luka/kerusakan infeksi pengunjung untuk
kulit, insisi - Mendeskripsikan mencuci tangan saat
pembedahan proses  proses berkunjung
penularan penularan berkunjung dan
penyakit,  penyakit, setelah berkunjung
faktor yang meninggalkan
mempengaruhi pasien.
penularan  penularan - Gunakan sabun
serta antimikroba untuk
penatalaksanaannnya. mencuci tangan -
- Menunjukkan Cuci tangan setiap
kemampuan untuk dan sesudah
mencegah timbulnya melakukan tindakan
infeksi keperawatan
- Jumlah leukosit - Pertahankan
dalam  batas normal - lingkungan aseptik
Menunjukkan selama pemasangan
perilaku hidup sehat alat. - Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Berikan terapi
antibiotik bila perlu
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muttaqin. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran AGC
Galuh, A. N. 2009. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas dalam Terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Femur.
Handerson. 2007. Ilmu Bedah Untuk Perawat. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica
Parahita, Putu Sukma. 2010. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan PadaCedera Fraktur
Ektremitas. Udayana Medicine Journal vol. 1(1) : pp 1-18.

Anda mungkin juga menyukai