Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Tugas Stase Keperawatan Gerontik Program
Pendidikan Profesi Ners
Disusun Oleh :
SYAFRILA CEMPAKA
2111040116
Para lansia membutuhkan istirahat yang cukup. Di samping kegiatan lain, tidur
merupakan istirahat yang paling bermanfaat bagi tubuh dan pikiran. Para lansia
kadangkala merasa sulit tidur atau tidak dapat tidur nyenyak. Gejala ini dikenal sebagai
penyakit insomnia atau penyakit gangguan sulit tidur; sudah mengantuk tapi sulit tidur
lelap. Manfaat istirahat dan tidur dalam menjaga kesehatan fisik pada lansia sering kali
penting. Istirahat dan tidur menjalankan sebuah fungsi pemulihan baik secara fisiolofis
irama bilogis, dan memperbaiki kesadaran mental dan efisiensi neurologis. Secara
pemeliharaan ini sangat penting untuk lansia, yang memerlukan lebih banyak waktu
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan Lansia yang waktu tidurnya terganggu
menjadi lebih lupa, disorientasi, atau konfusi, orang yang mengalami kerusakan kognitif
“sundowning” (konfusi, agiatasi dan perilaku terganggu selama sore menjelang senja dan
jam awal malam). Kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh perubahan terkait usia, konsumsi
banyak obat dan gangguan organik dan mental (Aspiani, R.Y, 2014).
Menurut Padila (2013) tidur yang normal terdiri atas komponen gerakan mata cepat
(rapid eye movement, REM) dan non-REM. Tidur non-REM dibagi menjadi empat
tahap:
1. Tahap 1
Jatuh tertidur, orang tersebut mudah dibangunkan dan tidak menyadari ia telah
tertidur. Kedutan atau sentakan otot menandakan relaksasi selama tahap ini.
3. Tahap IV
Tingkat terdalam sulit untuk dibangunkan. Tidur pada tahap ini sangat penting
untuk menjaga kesehatan fisik. Para ahli tentang tidur mengetahui bahwa tahap ini
sangat jelas terlihat menurun pada lansia, tetapi mereka belum mengetahui akibat dari
penurunan ini. Pola tidur pada lansia ditandai dengan sering terbangun, penurunan
tahap III dan IV waktu non-REM, lebih banyak terbangun selama malam hari
dibandingkan tidur, dan lebih banyak tidur selama siang hari. Kebanyakan lansia yang
sehat tidak melaporkan adanya gejala yang terkait dengan perubahan ini selain tidak
dapat tidur dengan cukup atau tidak bias tidur. Banyak penelitian menunjukkan bahwa
tidur di siang hari dapat mengurangi waktu dan kualitas tidur di malam hari pada
beberapa lansia. Jika diindikasikan, anjurkan pasien untuk memantau efek tidur siang
terhadap waktu tidur malam mereka dan pada perasaan kesejateraan mereka selama
istirahat siang.
Dari tahap IV, orang tersebut berlanjut ke tidur REM. Tidur REM terjadi
beberapa kali dalam siklus tidur di malam hari tetapi lebih sering tidur di pagi hari
sekali. Pada tidur REM, aktivitas dan tanda-tanda vital mengalami akselerasi yang
jantung yang lebih tinggi dapat menimbulkan bahaya pada pasien yang memiliki
ketegangan dan membantu metabolisme sistem saraf pusat. Kekurangan tidur REM
Lansia yang mengalami berbagai masalah medis dan psikososial yang mengalami
gangguan tidur. Menurut Dewi, S.R, (2014) kondisi-kondisi tersebut antara lain :
Penyakit paru
Sindrom nyeri
Penyakit paru
1. Insomnia
melakukan. Lansia rentang terhadap insomnia karena adanya perubahan pola tidur,
dan terbangun pada dini hari. Insomnia terdiri dari tiga jenis:
a. Jangka pendek
Berakhir beberapa minggu dan muncul akibat pengalaman stres yang bersifat
sementara seperti kehilangan orang yang dicintai, tekanan di tempat kerja, atau
b. Sementara
Episode malam gelisah yang tidak sering terjadi yang disebabkan oleh
c. Kronis
tidur yang buruk, masalah psikologis, penggunaan obat tidur yang berlebihan,
kesehatan lainnya. Dan disebabkan oleh masalah fisik seperti apnea tidur, sindrom
2. Hipersomnia
Dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau 9 jam per periode 24 jam, dengan keluhan
hidup yang membosankan atau depresi. Keluhan keletihan, kelemahan dan kesulitan
3. Apneu Tidur
b. Aktifitas malam yang tidak biasa, seperti duduk tegak, berjalan dalam tidur,
d. Perubahan memori
e. Depresi
g. Nokturia
D. Etiologi
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut
dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
a. Penyakit : Seorang yang mengalami sakit, memerlukan waktu tidur lebih banyak
dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur.
b. Lingkungan : Pasien yang biasa tidur pada keadaan terang dan nyaman, kemudian
tidur.
f. Alkohol : Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
g. Obat – obatan : Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara
mensupresi REM
E. Pathofisiologis
panca indra dan sampai masuk ke korteks serebri, sehingga ditafsirkan / disampaikan
Reseptor menerima
impuls
Medulla spinalis
Formasi retikulasi
Korteks serebri
Medulla oblongata
Tidur
Hipotalamu
s
F. Penatalaksanaan Gangguan Tidur pada Lansia
a. Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di hari
yang dihabiskan di tempat tidur tampaknya berkaitan dengan tidur yang terputus-
b. Waktu bangun yang teratur dipagi hari memperkuat siklus sirkadian dan
c. Jumlah latihan yang stabil setiap harinya dapat memperdalam tidur; namun,
latihan yang hanya dilakukan kadang-kadang tidak dapat memperbaiki tidur pada
malam berikutnya.
d. Bunyi bising yang bersifat kadang-kadang (mis. bunyi pesawat terbang melintas)
dapat mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak terbangun oleh bunyinya
dan tidak dapat mengingatnya di pagi hari. Kamar tidur kedap suara dapat
e. Meskipun ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur, namun tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa kamar yang terlalu dingin dapat membantu tidur.
h. Kafein di malam hari dapat mengganggu tidur, meskipun pada orang-orang yang
j. Orang-orang yang merasa marah dan frustasi karena tidak dapat tidur tidak boleh
berusaha terlalu keras untuk tertidur tetapi harus menyalakan lampu dan
• Suhu kamar harus cukup dingin (kurang dari 24˚C) sehingga cukup nyaman
• Latihan sedang di siang hari atau sore hari merupakan hal yang dianjurkan.
Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus bagi
lansia di rumahnya sendiri. Catatan tersebut harus mencakup faktor-faktor berikut ini:
a. Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak dapat
c. Berapa hari orang tersebut terbangun atau tertidur pada saat diobservasi oleh
kesulitan dan merehabilitasi lansia sehingga ia dapat menikmati tidur yang berkualitas
G. Penatalaksanaan Terapeutik
2. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur; jangan membaca, menonton televisi atau
3. Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah ke ruangan lain. Bangun sampai anda
benar-benar mengantuk, kemudian baru kembali ke tempat tidur. Jika tidur masih
tidak bisa dilakukan dengan mudah, bangun lagi dari tempa tidur. Tujuannya adalah
menghubungkan antara tempat tidur dengan tidur cepat. Ulangi langkah ini sesering
4. Siapkan alarm dan bangun di waktu yang sama setiap pagi tanpa di malam hari. Hal
Kesulitan untuk tidur dan tetap tertidur adalah masalah yang sering terjadi pada
lansia, baik lansia yang tinggal di rumah atau di panti jompo. Menurut Maryam Siti.R,
1. Mempertahankan jadwal harian yang sama untuk berjalan-jalan, istirahat dan tidur.
2. Bangun di waktu biasanya ia bangun bahkan jika tidurnya terganggu atau waktu
4. Melakukan olah raga setiap hari tetapi hindari olah raga yang terlalu berat pada
malam hari.
5. Membatasi tidur siang 1 dan 2 jam perhari, pada waktu yang sama setiap harinya.
waktu tidur.
10. Menghindari minuman beralkohol atau batasi asupan alkohol pasien hingga sesedikit
12. Jika ia terbangun tengah malam selama lebih dari 30 menit, bangkit dari tempat tidur
kembali otot-otot tubuh dan memacu daya kerja jantung sehingga kita sulit
mengantuk
sebelum tidur
d. Jangan minum teh atau kopi sebelum tidur, karena kafein dapat merangsang
peredaran darah
g. Jangan terlalu banyak tidur siang yang akan menyulitkan tidur malam.
menyerahkan seluruh persoalan kepada Allah dan mohon Tuhan menjaga kita
b. Berolahraga secara teratur setiap hari. Olahraga akan melenturkan otot-otot tubuh
d. Menjaga suhu di ruang tidur (tidak terlalu panas atau dingin) agar terasa nyaman
h. Mematikan lampu atau menyalakan lampu yang redup pada saat hendak tidur
i. Sebelum tidur, mandi dengan air hangat agar tubuh terasa nyaman dan mudah
mengantuk
J. Komplikasi
Gangguan tidur pada lansia dapat mengakibatkan dampak yang cukup berat, karena pada
negara berkembang banyak lansia yang masih bekerja. Dengan adanya gangguan tidur,
para lansia tidak dapat mengembalikan kondisi tubuhnya dengna baik sehingga
mengakibatkan kondisi mudah marah, kelelahan, pusing, cemas, serta stress yang
Komplikasi daripada insomnia atau gangguan tidur pada lansia antara lain:
K. Prognosis
Gangguan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan berkaitan dengan penyakit
organik. Pasien dengan gangguan tidur dapat memiliki kualitas hidup yang buruk. Bahkan, Rapid
Bila tidak mendapatkan penanganan yang baik, gangguan tidur bisa berkembang menjadi
gangguan kronik dan memicu berkembangnya gangguan psikiatri (seperti kecemasan, depresi,
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info
Media.
Gupta R, Das S, Gujar K, Mishra KK, Gaur N, Majid A. Clinical Practice Guidelines for
Sleep Disorders. Indian J Psychiatry 2017;59:S116–38.
Kryger MH, Roth T, Dement WC, editors. Principles and practice of sleep medicine.
Sixth edition. Philadelphia, PA: Elsevier; 2017.
Maryam Siti.R, dkk.2010. Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta : Trans Info Media.