Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN MASALAH GANGGUAN

POLA TIDUR

TUGAS
Salah Satu Tugas Estase KDP Pada Program Ners
Fakultas Ilmu Kesahatan Universitas Galuh

Oleh

Putri Daratama
1490120071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (NERS)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2020
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Tidur

1. Pengertian Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme


untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan,
memelihara manfaat untuk memperbaharui & memulihkan tubuh baik secara fisik
maupun emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup (Foreman & Wykle,
1995).

Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masingmasing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah,
2006).

Tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang


terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka
merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang
pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan
sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005).

2. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan


mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat
otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons
(Potter & Perry, 2005).

Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan


visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron
dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.
Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin
dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar
synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan
impuls yang diterima di pusat otak dan system limbik. Dengan demikian, system
pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan
BSR (Potter & Perry, 2005).

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi tidur

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas


tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya.

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) faktor-faktor yang mempengaruhintidur yaitu :

1. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tiduratau tidak
dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan hipertensi, gangguan pernapasan seperti
asma, bronkitis, dan penyakit persyarafan.

2. Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

3. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk


tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

4. Kelelahan

Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

5. Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis


sehingga mengganggu tidurnya

6. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

7. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :

a. Diuretik : menyebabkan insomnia

b. Antidepresan : menyupresi REM

c. Kafein : meningkatkan saraf simpatik

d. Narkotika : menyupresi REM

8. Usia

Lanjut usia tidak memerlukan waktu lebih untuk tertidur, mereka lebih sering
terbangun ditengah-tengah tidurnya pada malam hari dan tetap terjaga untuk waktu
yang lama. Mereka mungkin banyak tertidur dengan waktu yang singkat, dalam
sehari dan lebih sensitive terhadap zone waktu dan perubahan lingkungan.

Dengan melanjutnya usia, tidur menjadi terfragmentasi dan efisiensi tidur


menjadi berkurang. Hal yang sering kali menjadi keluhan subjektif yang dialami
oleh para lanjut usia adalah keadaan lama di tempat tidur namun lebih singkat dalam
keadaan tertidur. Hal ini yang paling mencolok dalam hubungan antara usia dengan
perubahan fisologi tidur adalah pengurangan jumlah dan amplitudo dari tidur delta.
Tidur REM tidak dipengaruhi usia. Meskipun lamanya periode REM dapat menjadi
lebih konstan selama malam hari. Meskipun lanjut usia tidak memerlukan waktu
lebih untuk tertidur, mereka lebih sering terbangun ditengah-tengah tidurnya pada
malam hari dan tetap terjaga untuk waktu yang lama. Mereka mungkin banyak
tertidur dengan waktu yang singkat, dalam sehari dan lebih sensitive terhadap zone
waktu dan perubahan lingkungan.

Dari penelitian diketahui bahwa pada lanjut usia yang berperan mengatur
siklus tidur adalah menurunnya reaktifitas terhadap informasi fotik dan non fotik,
demikian pula berubah peranan dari retina, nucleus suprakiasmatikum dari
hipotalamus, dan glandula pinealis yang berperan pada sirkardian tidur.

Perubahan pada sruktur sel neuron dan sel glia yaitu kematian sel neuron,
retraksi dendrite yang berlanjut, hilangnya sinap atau hubungan informasi antar sel
saraf, reaktivitas sel glia yang didasari adanya perubahan protein-protein sitoskeletal
dan penumpukkan protein seperti amiloid ekstraseluler, juga perubahan pada sistem
vaskuler yang mengalirkan darah di otak yang rentan dengan proses aterosklerotik
dan arteriosklerosis di usia lanjut. Pada lanjut usia terjadi pengurangan jumlah tidur
gelombang lambat ( stadium 3 dan 4 tidur NREM )

9. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :

a. Diuretik : menyebabkan insomnia

b. Antidepresan : menyupresi REM

c. Kafein : meningkatkan saraf simpatik

d. Narkotika : menyupresi REM

Gangguan Tidur

1 . Pengertian Gangguan Tidur

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga maslah berikut : insomnia ; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau
ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari.

2 . Klasifikasi Gangguan Tidur

Kelainan Deskripsi
Insomnia Primer Susah tidur atau tetap tertidur. Penyebabnya antara lain :
 Stres situasional
 Penyakit
 Penggunaan hipnotik berlebihan
 Kebiasaan tidur yang buruk
Insomnia dapat berkembang menjadi siklus yang ganas saat seseorang
mengalami lebih banyak kesulitan untuk tertidur dan tetap tertidur karena
antisipasinya terhadap masalah tidur.
Deprivasi tidur Periode tidur tidak memadai secara berkepanjangan (jumlah dan / atau
kualtasnya). Faktor pendukungnya antara lain :
 Penyakit atau rawat inap.
 Penggunaan obat (terapeutik atau rekreasional)
 Pola kerja
 Stres
 Lingkungan tidur
Narkolepsi Mengantuk berlebihan sepanjangan hari. Episode ini berlangsung 10 – 15
menit.
 Serangan REM yang cepat (15 – 20 menit)
 Terjadi paralisis tidur
 Mengalami mimpi yang hidup
 Katafleksi (kelemahan otot tiba-tiba) yang dapat menyebabkan
seseorang jatuh.
Parasomnia Aktivitas-aktivitas yang terjadi selama tidur yang normalnya terjadi
ketika seseorang terjaga :
 Berjalan dalam tidur
 Mengigau
 Enuresi
Aktivitas lain yang termasuk kategori ini antara lain :
 Mimpi buruk
 Gigi menggeratak
Apnea Tidur Periode apnea berlangsung 10 detik atau lebih sementara seseorang
tersebut tidur. Faktor pendukung apnea tidur di antaranya :
 Pemakaian alkohol
 Obesitas
 Merokok
 Posisi tidur (tidur telentang)
 Gangguan jaringan ringan
 Deformitas tulang rahang
Mengorok dan mengantuk sepanjang hari adalah dua manifestasi umum
yang menyertai apnea tidur. Perangkat Tekanan udara positif
berkelanjutan (CPAP) dan pembedahan serta modifikasi gaya hidup
dapat membantu pasien yang memiliki apnea tidur.
Gangguan Pola Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan individu
Tidur secara mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas
umum pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu
gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, 1995).
Gangguan ini dapat dilihat dari kondisi pasien yaitu :
 Memperlihatkan perasaan lelah
 Mudah terangsang dan gelisah
 Lesu dan apatis
 Kehitaman di daerah sekitar mata
 Kelopak mata bengkak
 Konjungtiva merah, mata perih
 Perhatian terpecah-pecah
 Sakit kepala
 Sering menguap atau mengantuk
Penyebab gangguan pola tidur antara lain kerusakan transpor oksigen,
gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilitas,
nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang mengganggu, dll.

B. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Perawat harus selalu mengkaji pola tidur pasien untuk melengkapi dokumentasi
keperawatan. Pengkajian pola tidur pasien tidak cukup jika hanya bertanya “apakah
kamu tidur nyenyak tadi malam?” seorang perawat haruslah bertanya jika pasien merasa
kesulitan untuk tertidur, mengalami bangun lebih awal dan susah untuk kembali tidur,
dan merasa istirahat/tidurnya cukup di pagi hari. Selanjutnya, perawat haruslah bertanya
jika pasien merasa lelah dan mengantuk sepanjang hari. Pertanyaan untuk perawat
tanyakan yaitu (Noreen & Lawrence, 2001) :

1. Berapa lama waktu untuk tertidur pada malam hari?

2. Apakah kamu sering terbangun? Jika iya, berapa kali dalam semalam?

3. Jika kamu terbangun pada malam hari, bisakah kamu kembali tidur?

4. Apakah kamu merasa tidur/istirahat mu cukup di pagi hari?

5. Apakah kamu mempunyai cukup energi untuk melaksanakan tugas mu


sepanjang hari?

6. Apakah kamu temukan dirimu mengantuk atau tidur selama dikelas atau
pertemuan,, atau ketika kamu menonton tv atau film?

Evaluasi klien apakah disana ada banyak perubahan lingkungan berhubungan


dengan kamar tidur dan rumah tangga yang bisa menjadi pengaruh perubahan
di dalam siklus tidur. Pertanyaan untuk perawat tanyakan yaitu (Noreen &
Lawrence, 2001) :

1. Sudahkah kamu mengubah dimana kamu tidur?

2. Adakah perubahan didalam rumah tangga yang bisa mempengaruhi tidur?


3. Adakah perubahan di lingkungan mu (tetangga, lalu lintas) yang
bisa mempengaruhi tidur?

Menentukan apakah ada banyak stressor emosional yang bisa menjadi


pendukung kemampuan untuk tidur. Sebuah pertanyaan untuk perawat
tanyakan yaitu (Noreen & Lawrence, 2001) :

4. Apakah kamu menemukan dirimu terjaga pada malam hari karena cemas akan
suatu masalah atau suatu aktivitas yang akan datang?

Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan tidur menurut Tarwoto &
Wartonah (2010) yaitu :

1. Riwayat keperawatan

a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur,
jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering
terbangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.

b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa segar


saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.

c. Adakah alat bantu tidur : apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur

d. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi : jenis gangguan tidur,


kapan masalah itu terjadi.

2. Pemeriksaan fisik

a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien


b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah.
c. Perilaku : iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur
tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik
diri, bingung, dan kurang koordinasi.
3. Pemeriksaan diagnostik

a. Elektroencefalogram (EEG)

b. Elektromiogram (EMG)

c. Elektrookulogram (EOG)

2 . Analisa Data

Data dasar adalah dasar untuk mengindividualiskan rencana asuhan


keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan perawat
untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu,
dengan kata lain pengkajian harus relevan. Perawat mengumpulkan data yang bersifat
deskriptif, singkat dan lengkap.

Data Subjektif :

1. Klien menyatakan ketidakpuasan tidur.


2. Klien menyatakan sering terjaga .
3. Klien menyatakan tidak cukup puas
istirahat. Data Objektif :

1. Klien tampak lelah.


2. Klien tampak gelisah.
3. Lesu.
4. Kehitaman di daerah sekitar mata.
5. Kelopak mata bengkak.
6. Konjungtiva merah, mata perih.
7. Sering menguap atau mengantuk.
3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pertimbangan klinis tentang individu,


keluarga, atau masyarakat menjawab permasalahan kesehatan nyata atau
potensial/proses hidup. Hasil diagnosa keperawatan menyediakan basis untuk menyusun
intervensi untuk mencapai hasil di mana perawat mempunyai tanggung-jawab.”
( Carpenito-Moyet, 2010).

Pertama perawat harus memastikan bahwa pasien mempunyai gangguan pola


tidur yang bisa menjadi petunjuk untuk memberikan asuhan keperawatan atau mungkin
pasien memerlukan ahli terapi tidur. Jika pasien mengalami gangguan pola tidur
(kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk memperoleh tidur yang nyenyak) atau
sedang mengalami mimpi buruk atau ancaman saat tidur, perawat boleh membuat
diagnosa dan memulai intervensi. Bagaimanapun, jika perawat mencurigai bahwa
pasien mempunyai sesuatu yang terkait dengan gangguan bernafas saat tidur,
narkolepsi, atau berjalan saat tidur, perawat perlu membuat suatu rujukan kepada ahli
terapi tidur.

Diagnosa Keperawatan yang terkait :

 Gangguan pola tidur


 Defisiensi pengetahuan
4. Rumusan Masalah

Jika perawat sedang memulai perawatan untuk suatu gangguan pola tidur, hasil
yang diharapkan dalam dua minggu yaitu pasien akan mengalami penyembuhan tidur
dan akan mengatakan dapat tertidur dengan mudah dan merasa segar saat bangun. Jika
perawat sedang memulai perawatan untuk suatu kondisi seperti mimpi buruk, hasil yang
diharapkan yaitu pasien akan memahami gangguan dan menetapkan cara mengatasi
gangguan tersebut di dalam keluarganya.

Kriteria Hasil yang diharapkan dari Gangguan Pola Tidur setelah dilakukan tindakan
keperawatan :

 Jumlah jam tidur dalam batas normal.


 Pola tidur, kualitas dalam batas normal.
 Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat.
 Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur.
Kriteria Hasil yang diharapkan dari Kurang Pengetahuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan :

 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,


prognosis dan program pengobatan.
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat /
tim kesehatan lainnya.
5 . Perencanaan / Intervensi

Rencana asuhan keperawatan individual hanya dapat dibuat setelah perawat


memahami pola tidur pasien yang terakhir (berdasarkan objektif), persepsi klien tantang
pola tidur tersebut, dan faktor-faktor yang mengganggu tidur. Perawat dan pasien
bersama-sama membuat intervensi yang realistik untuk meningkatkan istirahat dan tidur
baik di rumah maupun di lingkungan pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2002).
Keberhasilan terapi tidur tergantung dari pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan
gaya hidup pasien dan sifat dari gangguan tidur.

Rencana Tindakan Gangguan Tidur :

1. Lakukan identifikasi faktor yang memengaruhi masalah tidur.


2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat mengganggu
tidur.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Coba untuk memicu tidur (induce sleep).
5. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika
diperlukan. Rencana tindakan kurang pengetahuan :

1. Jelaskan kepada pasien tentang penyakit yang di derita


2. Lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai
rencana pada satuan acara pembelajaran (SAP).
3. Diskusikan bersama pasien tentang penyakitnya.
4. Tinjauan ualang program pengobatan.
5. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit, prognosa, dan pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,
Jakarta : Salemba Medika.
Bulechek, Gloria M. (2013). Nursing Interventions Classification, Edisi Ke-6 Ahli
Bahasa Intansari Nurjannah. Yogyakarta : MocoMedia
Doenges, Marilynn E. (2011). Manual Diagnosis Keperawatan : Rencana, Intervensi, &
Dokumentasi Asuhan Keperawatan, Edisi Ke-3 Ahli Bahasa Ns. Bhesty
Angelina, S.kep, dkk. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue. (2013). Nursing Outcomes Classification, Edisi Ke-5 Ahli Bahasa
Intansari Nurjannah. Yogyakarta : MocoMedia
Potter & Perry. (2005). Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik,
Edisi Ke-4 Ahli Bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Jakarta : EGC.
Prayitno. (2002). Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan
Penatalaksanaannya. Jurnal Tidak diterbitkan. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK
Universitas Trisakti.
Tawoto & Wartona. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,
Jakarta : Salemba Madika.
Universitas
Gangguan Tidur

3 . Pengertian Gangguan Tidur

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga maslah berikut : insomnia ; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau
ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari.

4 . Klasifikasi Gangguan Tidur

Kelainan Deskripsi
Insomnia Primer Susah tidur atau tetap tertidur. Penyebabnya antara lain :
 Stres situasional
 Penyakit
 Penggunaan hipnotik berlebihan
 Kebiasaan tidur yang buruk
Insomnia dapat berkembang menjadi siklus yang ganas saat seseorang
mengalami lebih banyak kesulitan untuk tertidur dan tetap tertidur karena
antisipasinya terhadap masalah tidur.
Deprivasi tidur Periode tidur tidak memadai secara berkepanjangan (jumlah dan / atau
kualtasnya). Faktor pendukungnya antara lain :
 Penyakit atau rawat inap.
 Penggunaan obat (terapeutik atau rekreasional)
 Pola kerja
 Stres
 Lingkungan tidur
Narkolepsi Mengantuk berlebihan sepanjangan hari. Episode ini berlangsung 10 – 15
menit.
 Serangan REM yang cepat (15 – 20 menit)
 Terjadi paralisis tidur
 Mengalami mimpi yang hidup
 Katafleksi (kelemahan otot tiba-tiba) yang dapat menyebabkan
seseorang jatuh.
Parasomnia Aktivitas-aktivitas yang terjadi selama tidur yang normalnya terjadi
ketika seseorang terjaga :
 Berjalan dalam tidur
 Mengigau
 Enuresi
Aktivitas lain yang termasuk kategori ini antara lain :
 Mimpi buruk
 Gigi menggeratak
Apnea Tidur Periode apnea berlangsung 10 detik atau lebih sementara seseorang
tersebut tidur. Faktor pendukung apnea tidur di antaranya :
 Pemakaian alkohol
 Obesitas
 Merokok
 Posisi tidur (tidur telentang)
 Gangguan jaringan ringan
 Deformitas tulang rahang
Mengorok dan mengantuk sepanjang hari adalah dua manifestasi umum
yang menyertai apnea tidur. Perangkat Tekanan udara positif
berkelanjutan (CPAP) dan pembedahan serta modifikasi gaya hidup
dapat membantu pasien yang memiliki apnea tidur.
Gangguan Pola Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan individu
Tidur secara mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas
umum pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu
gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, 1995).
Gangguan ini dapat dilihat dari kondisi pasien yaitu :
 Memperlihatkan perasaan lelah
 Mudah terangsang dan gelisah
 Lesu dan apatis
 Kehitaman di daerah sekitar mata
 Kelopak mata bengkak
 Konjungtiva merah, mata perih
 Perhatian terpecah-pecah
 Sakit kepala
 Sering menguap atau mengantuk
Penyebab gangguan pola tidur antara lain kerusakan transpor oksigen,
gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilitas,
nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang mengganggu, dll.

C. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Perawat harus selalu mengkaji pola tidur pasien untuk melengkapi dokumentasi
keperawatan. Pengkajian pola tidur pasien tidak cukup jika hanya bertanya “apakah
kamu tidur nyenyak tadi malam?” seorang perawat haruslah bertanya jika pasien merasa
kesulitan untuk tertidur, mengalami bangun lebih awal dan susah untuk kembali tidur,
dan merasa istirahat/tidurnya cukup di pagi hari. Selanjutnya, perawat haruslah bertanya
jika pasien merasa lelah dan mengantuk sepanjang hari. Pertanyaan untuk perawat
tanyakan yaitu (Noreen & Lawrence, 2001) :

1. Berapa lama waktu untuk tertidur pada malam hari?

2. Apakah kamu sering terbangun? Jika iya, berapa kali dalam semalam?

3. Jika kamu terbangun pada malam hari, bisakah kamu kembali tidur?

4. Apakah kamu merasa tidur/istirahat mu cukup di pagi hari?

5. Apakah kamu mempunyai cukup energi untuk melaksanakan tugas mu


sepanjang hari?

6. Apakah kamu temukan dirimu mengantuk atau tidur selama dikelas atau
pertemuan,, atau ketika kamu menonton tv atau film?

Evaluasi klien apakah disana ada banyak perubahan lingkungan berhubungan dengan
kamar tidur dan rumah tangga yang bisa menjadi pengaruh perubahan di dalam siklus
tidur. Pertanyaan untuk perawat tanyakan yaitu (Noreen & Lawrence, 2001) :

4. Sudahkah kamu mengubah dimana kamu tidur?

5. Adakah perubahan didalam rumah tangga yang bisa mempengaruhi tidur?


6. Adakah perubahan di lingkungan mu (tetangga, lalu lintas) yang
bisa mempengaruhi tidur?

Menentukan apakah ada banyak stressor emosional yang bisa menjadi pendukung
kemampuan untuk tidur. Sebuah pertanyaan untuk perawat tanyakan yaitu (Noreen &
Lawrence, 2001) :

1. Apakah kamu menemukan dirimu terjaga pada malam hari karena cemas akan
suatu masalah atau suatu aktivitas yang akan datang?

Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan tidur menurut Tarwoto &
Wartonah (2010) yaitu :

4. Riwayat keperawatan

a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur,
jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering
terbangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.

b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa segar


saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.

c. Adakah alat bantu tidur : apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur

d. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi : jenis gangguan tidur,


kapan masalah itu terjadi.

5. Pemeriksaan fisik

a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien

b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva


merah.

c. Perilaku : iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat,


postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
6. Pemeriksaan diagnostik

a. Elektroencefalogram (EEG)

b. Elektromiogram (EMG)

c. Elektrookulogram (EOG)

2 . Analisa Data

Data dasar adalah dasar untuk mengindividualiskan rencana asuhan


keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan perawat
untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu,
dengan kata lain pengkajian harus relevan. Perawat mengumpulkan data yang bersifat
deskriptif, singkat dan lengkap.

Data Subjektif :

4. Klien menyatakan ketidakpuasan tidur.


5. Klien menyatakan sering terjaga .
6. Klien menyatakan tidak cukup puas
istirahat. Data Objektif :

8. Klien tampak lelah.


9. Klien tampak gelisah.
10. Lesu.
11. Kehitaman di daerah sekitar mata.
12. Kelopak mata bengkak.
13. Konjungtiva merah, mata perih.
14. Sering menguap atau mengantuk.
4. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pertimbangan klinis tentang individu,


keluarga, atau masyarakat menjawab permasalahan kesehatan nyata atau
potensial/proses hidup. Hasil diagnosa keperawatan menyediakan basis untuk menyusun
intervensi untuk mencapai hasil di mana perawat mempunyai tanggung-jawab.”
( Carpenito-Moyet, 2010).

Pertama perawat harus memastikan bahwa pasien mempunyai gangguan pola


tidur yang bisa menjadi petunjuk untuk memberikan asuhan keperawatan atau mungkin
pasien memerlukan ahli terapi tidur. Jika pasien mengalami gangguan pola tidur
(kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk memperoleh tidur yang nyenyak) atau
sedang mengalami mimpi buruk atau ancaman saat tidur, perawat boleh membuat
diagnosa dan memulai intervensi. Bagaimanapun, jika perawat mencurigai bahwa
pasien mempunyai sesuatu yang terkait dengan gangguan bernafas saat tidur,
narkolepsi, atau berjalan saat tidur, perawat perlu membuat suatu rujukan kepada ahli
terapi tidur.

Diagnosa Keperawatan yang terkait :

 Gangguan pola tidur


 Defisiensi pengetahuan
6. Rumusan Masalah

Jika perawat sedang memulai perawatan untuk suatu gangguan pola tidur, hasil
yang diharapkan dalam dua minggu yaitu pasien akan mengalami penyembuhan tidur
dan akan mengatakan dapat tertidur dengan mudah dan merasa segar saat bangun. Jika
perawat sedang memulai perawatan untuk suatu kondisi seperti mimpi buruk, hasil yang
diharapkan yaitu pasien akan memahami gangguan dan menetapkan cara mengatasi
gangguan tersebut di dalam keluarganya.

Kriteria Hasil yang diharapkan dari Gangguan Pola Tidur setelah dilakukan tindakan
keperawatan :

 Jumlah jam tidur dalam batas normal.


 Pola tidur, kualitas dalam batas normal.
 Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat.
 Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur.
Kriteria Hasil yang diharapkan dari Kurang Pengetahuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan :

 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,


prognosis dan program pengobatan.
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat /
tim kesehatan lainnya.
7 . Perencanaan / Intervensi

Rencana asuhan keperawatan individual hanya dapat dibuat setelah perawat


memahami pola tidur pasien yang terakhir (berdasarkan objektif), persepsi klien tantang
pola tidur tersebut, dan faktor-faktor yang mengganggu tidur. Perawat dan pasien
bersama-sama membuat intervensi yang realistik untuk meningkatkan istirahat dan tidur
baik di rumah maupun di lingkungan pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2002).
Keberhasilan terapi tidur tergantung dari pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan
gaya hidup pasien dan sifat dari gangguan tidur.

Rencana Tindakan Gangguan Tidur :

6. Lakukan identifikasi faktor yang memengaruhi masalah tidur.


7. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat mengganggu
tidur.
8. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
9. Coba untuk memicu tidur (induce sleep).
10. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika
diperlukan. Rencana tindakan kurang pengetahuan :

6. Jelaskan kepada pasien tentang penyakit yang di derita


7. Lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai
rencana pada satuan acara pembelajaran (SAP).
8. Diskusikan bersama pasien tentang penyakitnya.
9. Tinjauan ualang program pengobatan.
10. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit, prognosa, dan pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,
Jakarta : Salemba Medika.
Bulechek, Gloria M. (2013). Nursing Interventions Classification, Edisi Ke-6 Ahli
Bahasa Intansari Nurjannah. Yogyakarta : MocoMedia
Doenges, Marilynn E. (2011). Manual Diagnosis Keperawatan : Rencana, Intervensi, &
Dokumentasi Asuhan Keperawatan, Edisi Ke-3 Ahli Bahasa Ns. Bhesty
Angelina, S.kep, dkk. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue. (2013). Nursing Outcomes Classification, Edisi Ke-5 Ahli Bahasa
Intansari Nurjannah. Yogyakarta : MocoMedia
Potter & Perry. (2005). Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik,
Edisi Ke-4 Ahli Bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Jakarta : EGC.
Prayitno. (2002). Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan
Penatalaksanaannya. Jurnal Tidak diterbitkan. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK
Universitas Trisakti.
Tawoto & Wartona. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,
Jakarta : Salemba Madika.
Universitas

Anda mungkin juga menyukai