Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

A. Masalah keperawatan
1. Gangguan Pola Tidur

B. Pengertian
1. Gangguan Pola Tidur
a. Pengertian gangguan pola tidur
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami
atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas
pola istirahat yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang diingininya (Lynda Juall, 2006, hal 456).
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara
umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan
munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut : insomnia, gerakan
atau sensasi abnormal di kala tidur atau ketika terjaga di tengah malam
; atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor dan
Aldrich, 1994) (Potter dan Perry 2005, Fundamental Keperawatan
Volume 2, hal 1480).
Perubahan pola tidur adalah suatu keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai resiko mengalami perubahan dalam
jumlah dan kualitas pola tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan
(Carpenito, Lynda Juall Edisi 6 Hal. 909)
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu
tidur akibat faktor eksternal ( diagnosa keperawatan, nanda . Hal 300 ).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi istirahat tidur


Istirahat tidur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
istirahat tidur, antara lain :
1) Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan
dapat sdtidur dengan nyenyak.Tetapi pada orang yang sakit dan
rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat
dipenuhi dengan baik sehingga tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan
tidur, seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi terutama
infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan denga keletihan sehingga
penderitanya membutuhkan banyak tidur untuk mengatasinya.
Banyak juga keadaan sakit yang membuat penderitanya
kesulitan tidur atau bahkan tidak bisa tidur. Misalnya pada
klien dengan gangguan pada sistem pernapasan. Dalam
kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin
dapat istirahat dan tidur.
2) Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi
seseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur.
Sebaliknya, lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi
seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga
mempengaruhi proses tidur.
3) Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas,
keprihatinan dan kekhawatiran karena ancaman pada sistem
nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito, 2000).Cemas
dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur.
Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan
meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis.
Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
4) Obat-obatan

1
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis
obat yang memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan
obat diuretic yang dapat menyebabkan insomnia, antidepresan
yang dapat menekan REM, kafein yang dapat meningkatkan
saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur,
golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia,
dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah
mengantuk.
5) Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses
tidur. Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan
individu tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur
karena dihasilkan tripofan. Tripofan merupakan asam amino
hasil pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan
dalam tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang
dapat juga memengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit
untuk tidur
6) Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan
seseorang untuk tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses
tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat
menimbulkan gangguan proses tidur.
2. Fisiologi tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system batang otak,
yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing
Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel
khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran,
memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri dan sensori raba, serta emosi
dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,
sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serotonin dari BSR. (Tarwoto
Wartonah,2003). Berikut mekanisme tidur menurut teori beberapa ahli :
a. Teori Chemics : peningkatan CO2 menyebabkan rasa ngantuk.

2
b. Teori Vaskuler : penurunan TD di otak yang menyebabkan rasa
ngantuk. Salah satu fungsi kelenjar hipofise sebagai pusat pengaturan
tidur.
c. Para ahli neuriofisiologis : sekresi hormone serotonin yang
menyebabkan rasa ngantuk.
d. Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang
menyebabkan rasa ngantuk instink/naluri.

3. Jenis-jenis Tidur
Dalam proses tahapan ada dua jenis tidur, yaitu NREM dan REM.
a. NREM (Nonrapid Eye Movement)
Masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan
memerlukan kira-kira 80 menit selama siklus tidur.
b. REM (Rapid Eye Movement)
Tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum
tidur berakhir.

4. Tahapan-tahapan tidur
a. Tahapan NREM (Non Rapied Eye Movement)
Merupakan tahap tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang
pendek karena gelombang atak tidak atau lambat dari gelombang-
gelombang dan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Ada 4 tahap
NREM yaitu :
1) NREM Tahap 1
a) Tingkat transisi
b) Merespon cahaya
c) Berlangsung beberapa menit
d) Mudah bangun dengan rangsangan

2) NREM Tahap 2
a) Periode suara tidur
b) Nilai relaksasi otot

3
c) Berlangsung 10-20 menit
d) Fungsi tubuh berlangsung lambat
e) Dapat dibangunkan dengan mudah

3) NREM Tahap 3
a) Menjadi tahap awal tidur yang dalam
b) Otot-otot menjadi relaks penuh sehingga dibangunkan
c) Jarang bergerak
d) Tanda-tanda vital menurun namun teratur.
e) Berakhir 15-30 menit

4) NREM Tahap 4
a) Menjadi tahap tidur terdalam
b) Individu menjadi sulit dibangunkan
c) Jika kurang tidur individu akan menyeimbangkan porsi
tidurnya pada tahap ini.
d) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna.

b. Tahap tidur REM (Rapied Eye Movement)


Merupakan tidur dalam keadan atau kondisi aktif atau tidur
paradoksial, tahapan tidur REM :
1) Lebih sulit dibangunkan daripada tidur NREM
2) Dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya.
3) Jika terbangun pada tahap ini akan terjadi mimpi
4) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi, berperan
dalam belajar, memori dan adaptasi.

C. Gejala dan Tanda


Mayor
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sulit terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur

4
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
Minor
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

5
D. Pohon masalah
HIPNOTIK

VENTILASI DIURETIK

SUARA ANTIDEPRESAN & STIMULAN

TEMPAT TIDUR ALKOHOL

TINGKAT KAFEIN
CAHAYA
PENYEKAT-BETA
OBAT-OBATAN DAN
BENZODIAZEPIN
LINGKUNGAN SUBSTANSI
NARKOTIKA (MORFIN/ DEMORAL)
LATIHAN
STRES GANGGUAN POLA TIDUR FISIK
EMOSIONAL

KELELAHAN
CEMAS
ASUPAN
TEGANG MAKAN DAN
KALORI
FRUSTASI

POLA TIDUR YANG BIASA DAN


MENGANTUK YANG BERLEBIHAN ALERGI
PADA SIANG HARI ( EDS) MAKANAN

KEHILANGAN/
KENAIKAN
BERAT BADAN
AKTIVITAS MALAM
DIET
LEMBUR
PENYAKIT FISIK
SEMIPUASA
GAYA HIDUP

DEPRIVASI TIDUR
RUTINITAS HARIAN

6
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Riwayat Penyakit dan Keluhan
a. Keluhan utama :
Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien
meminta bantuan pelayanan seperti :
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien
b. Riwayat penyakit sekarang :
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan
yangdirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsunglama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi
ini tidak dikeluhkan.
c. Riwayat diit
d. Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan
dapatmencerminkan gangguan pola tidur. Pola dan kebiasaan makan
yang salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena itu kondisi ini
perlu dikaji :
1) Penurunan berat badan yang drastis
2) Selera makan yang menurun
3) Pola makan dan minum sehari-hari
4) Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu
fungsi pencernaan 
e. Riwayat Tidur :
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola
tidur biasa, perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur dan ling
kungan tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet, gejala yang

7
dialami selama terbangun, penyakit fisik yang terjadi secara
bersamaan, status emosional dan mental saat ini.
f. Status Sosial Ekonomi
Kaji status sosial ekonomi klien dengan menghindarkan pertanyaan
yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan melainkan lebih di
fokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu. Mendiskusikan 
dan juga menyimpulkan bersama merupakan upaya untuk mengurangi
kesalahan penafsiran.
g. Riwayat kesehatan keluarga :
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Observasi penampilan wajah, perilaku dan tingkat energi pasien.
b. Adanya lingkaran hitam di sekitar mata, mata sayu dan konjungtiva
merah.
c. Perilaku: kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur
tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung dan kurang koordinasi

F. Penatalaksanaan medis
Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat
karena penggunaan obat dapat memberikan efek ketergantungan. Adapun
cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi Relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi,  peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi Tidur yang Bersih

8
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat
tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi Pengaturan Tidur
Terapi ini di tujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita.
Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu tidurnya.
d. Terapi Psikologi/Psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh
tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e. Mengubah Gaya Hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok
danalkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk
berekreasi ketempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan sepertiketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh
dokter yangkompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan
gangguan tidur antaralain :
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
d. Golongan obat antihistamin.
Ada terapi khusus untuk kasus-kasus gangguan tidur tertentu selain
yang telahdisebutkan di atas. Misalnya pada sleep apnea yang berat dapat
dibantu dengan pemakaian masker oksigen (Continuous Positive Airway
Pressure) atau tindakan pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas
pernapasan. Pada Restless Leg Syndrome kita harus mencari penyakit
dasarnya untuk dapat memperoleh terapi yang adekuat.

9
G. Pengkajian keperawatan
1. Minta klien menjelaskan sifat masalah tidur
2. Minta klien menjelaskan pola tidur (jam berapa berangkat tidur, bangun
tidur, lamanya tidur)
3. Kebiasaan menjelang tidur (buang air kecil, membaca buku, dll)
4. Gangguan tidur yang sering dialami dan cara mengatasinya
5. Kebiasaan Tidur siang
6. Observasi lingkungan Tidur ( bising, gelap, dingin, dll)
7. Status emosi dan mental
8. Penampilan wajah (area gelap disekitar mata, bengkak pada kelopak mata,
konjungtiva kemerahan, mata terlihat cekung, dll).
9. Perilaku yang terkait dengan gangguan istirahat dan tidur (mudah
tersinggung, sering menguap, kurang konsentrasi, dll)
10. Kelelahan (tampak lelah, letih, lesu, dll)

Analisa (pengelompokan data)


a. DS
1) Klien mengaku tidak bisa beristirahat dengan baik dan selalu
mengantuk
2) Klien mengeluh sulit tidur dan jika tertidur terbangun lagi beberapa
jam kemudian
b. DO
1) Wajah klien tampak pucat
2) Klien tampak lemas
3) Klien tampak bingung
4) Klien sesak nafas

Hal yang perlu dikaji :


a. Intensitas waktu tidur, metode ini mudah dinilai dan terpercaya untuk
memberikan informasi tentang proses dan kecepatan tidur pasien.
b. Kualitas pola tidur, perawat perlu mencatat kata-kata pasien untuk
menggunakan pasien untuk menggambarkan pola tidurnya.

10
H. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pola tidur

I. Intervensi keperawatan
Tujuan & kriteria
No Diagnosa Intervensi Rasional
hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan Environtmental
Pola Tidur asuhan keperawatan management: 1.Agar periode tidur
selama... x 24 jam comfort tidak terganggu
diharapkan px tidak 1.Cegah gangguan 2. Meningkatkan rasa
terganggu saat tidur yang tidak nyaman
dengan kriteria hasil : diinginkan 3. Kondisi yang
NOC Label : Sleep 2. Sediakan tempat nyaman akan
1.Waktu tidur normal tidur yang bersih menginduksi tidur
2.Kualitas tidur dan nyaman lebih baik
normal 3.Sediakan/lepaskan 4. Posisi yang
selimut nyaman akan
4. Posisikan pasien memudahkan pasien
pada posisi yang untuk relaksasi.
nyaman

11
J. Referensi

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2.


Jakarta : EGC
Nanda International. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA 2012-2014.
Jakarta : EGC
Lippincott dan Williams&Wilkins. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Lynda Juall Carpenito-Moyet Edisi 13. Jakarta: EGC
Wilkinson, Juidith M dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan NANDA Nic Noc Edisi 9. Jakarta : EGC
Alimul H, A.Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya : Salemba
Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI

12

Anda mungkin juga menyukai