Disusun Oleh:
1. Pengertian
1
penyakit yang disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa
berkaitan denga keletihan sehingga penderitanya membutuhkan banyak tidur untuk
mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang membuat penderitanya kesulitan
tidur atau bahkan tidak bisa tidur. Misalnya pada klien dengan gangguan pada
sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak
mungkin dapat istirahat dan tidur.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat mempercepat
proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungna yang tidak aman dan nyaman bagi
seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi
proses tidur.
c. Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan kekhawatiran
karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito, 2000).
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
d. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang memengaruhi
proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang dapat menyebabkan
insomnia, anti depresan yang dapat menekan REM ,kafein yang dapat
meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur,
golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein
yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat proses
terjadinya tidur karena dihasilkan tripofan. Tripofan merupakan asam amino hasil
pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur. Demikian
sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi proses tidur,
bahkan terkadang sulit untuk tidur
2
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur,
sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.
Pasien yang mengalami gangguan pola tidur akan biasanya menunjukkan gejala dan
tanda mayor maupun minor seperti berikut : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
1) Secara subjektif pasien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh
tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, dan mengeluh istirahat tidak
cukup.
2) Secara objektif tidak tersedia gejala mayor dari gangguan pola tidur.
4. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur terdiri dari:
a. Irama sirkadian Irama siklus 24 jam siang-malam disebut irama sirkadian. Irama sir
kadian memengaruhi perilaku dan pola fungsi biologis utama seperti suhu tubuh, de
nyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik dan suasana hati
Irama sirkadian dipengaruhi oleh cahaya, suhu, dan faktor eksternal seperti aktivita
s sosial dan rutinitas pekerjaan.
b. Tahapan tidur Dua fase tidur normal : NREM (pergerakan mata yang tidak cepat), d
an REM (pergerakan mata yang cepat) terdiri dari :
3
1) Tahap 1 : NREM Merupakan tingkatan paling dangkal dari tidur. Tahapan ini be
rakhir beberapa menit sehingga orang mudah terbangun karena suara.Merasa tel
ah melamun setelah bangun.
2) Tahap 2 : NREM Merupakan tidur bersuara. Terjadi relaksasi sehingga untuk ba
ngun sulit. Tahap ini berakhir 10-20 menit. Fungsi tubuh menjadi lambat.
3) Tahap 3 : NREM Menjadi tahap awal tidur yang dalam. Otot – otot menjadi rela
ks penuh sehingga sulit untuk dibangunkan dan jarang bergerak. Tanda-tanda vit
al menurun namun teratur. Berakhir 15-30 menit.
4) Tahap 4 : NREM Menjadi tahap tidur mendalam. Individu menjadi sulit dibangu
nkan. Jika individu kurang tidur, individu akan menyeimbangkan porsi tidurnya
pada tahap ini. Tanda-tanda vital menurun secara bermakna. Pada tahap ini terja
di tidur sambil berjalan dan enuresis. Berakhir dalam waktu 15-30 menit.
5) Tidur REM Pada tahap ini, individu akan mengalami mimpi. Respon pergerakan
mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan teka
nan darah. Terjadi tonus otot skelet penurunan dan sekresi lambung meningkat.
13 Berakhir dalam waktu 90 menit. Terjadi penigkatan tidur REM tiap siklus dal
am waktu 20 menit (Saryono & Tri Widianti, 2011).
4
Dewasa Pertengahan 7-8 jam
Lansia 6 jam
6. Pathway
Gangguan Istirahat
Deprivasi tidur dan Tidur
5
enjadi gangguan terjaga ( berjalan dalam tidur , teror tidur ) , gangguan transisi ban
gun tidur ( mengigau ) , parasomnia yang berhubungan dengan tidur REM ( mimpi
buruk ) , dan lainnya ( bruksisme ) .
b. Gangguan Tidur Primer Gangguan tidur primer adalah gangguan yang masalah uta
mnya berupa masalah tidur seseorang . Berikut ini yang termasuk dalam gangguan
tidur primer adalah :
1) Insomnia Insomnia adalah kesulitan untuk memenuhi kualitas dan kuantitas sa
at tidur . Insomnia ditandai dengan kesulitan seseorang untuk memulai tahap N
REM 1
2) Hipersomnia Hipersomnia adalah keadaan dimana ketika seseorang tidur secar
a berlebihan dari waktu yang normal . Ganguan tidur ini adalah kebalikan dari
insomnia yaitu kelebihan tidur dari 9 jam di malam hari .
3) Apnea Apnea adalah keadaan saat seseorang mengalami keadaan henti nafas sa
at tidur .
4) Narkolepsi Narkolepsi adalah serangan mengantuk mendadak di siang hari . Pe
nyebabnya tidak diketahui tetapi diperkirakan akibat kerusakan genetik sistem
saraf pusat yang mana periode tidur REM tidak dapat dikendalikan
5) Deprivasi Tidur Gangguan berkepanjangan dalam jumlah , kualitas dan
konsistensi tidur dapat memicu sebuah sindrom yang disebut deprivasi
( kurang ) tidur .
c. Gangguan Tidur Sekunder Gangguan tidur sekunder adalah gangguan tidur yang
disebabkan oleh kondisi klinis lain . Gangguan ini mungkin dikaitkan dengan
kondisi mental , neurologi , atau kondisi lain . Contoh dari kondisi yang
menyebabkan gangguan tidur sekunder adalah depresi , alkoholisme , demensia ,
parkinsonisme , disfungsi tiroid , penyakit paru obstruktif menahun , dan penyakit
tukak lambung .
6
elum tidur yang biasa dilakukan oleh orang dewasa mencakup berjalan-jalan di ma
lam hari, mendengarkan musik, menonton televisi dan beribadah. Tidur juga dapat
di dahului dengan rutinitas kebersihan seperti membasuh wajah dan tangan, menyik
at gigi dan berkemih (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).
b. Meningkatkan kenyamanan dan relaksasi
Kenyamanan sangat penting untuk membuat seseorang tertidur maupun tetap tidur,
terutama jika dampak penyakit seseorang mempengaruhi tidur. Untuk meningkatka
n relaksasi dapat dilakukan dengan menggunakan gaun tidur yang 20 longgar dan
mengatur posisi yang nyaman serta memastikan lingkungan hangat dan aman sesua
i dengan kebutuhan dari individu (Kozier et al., 2010).
7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E
POST OP CHOLECYSTOSTOMY
DI RS HASAN SADIKIN BANDUNG
Mei 2022
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny E
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Sunda
Alamat : Kp Citapen Cihampelas Bandung
Tanggal Masuk : 17 Mei 2022
Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2022
No. Register : 0002042374
Diagnosa Medis : Post op Cholecystostomy
8
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Nyeri post op cholecystostomy dengan skala 5 ( 1 – 10 ), nyeri dirasakan di
bagian perut luka operasi dan terpasang drain.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas, yang dirasakan
semakin lama semakin berat, seperti di tusuk-tusuk. Nyeri bertambah bila
bergerak/ berubah posisi dan berkurang bila beristirahat. Nyeri dirasakan
kapan saja siang maupun malam, keluhan disertai mual (+) , muntah (+) ,
demam (+), mata kuning dan BAK kecoklatan.
9
Th./ meropenem 3x1gr (iv), levofloxacin 1x750mg (iv), OMZ 2x40mg (iv),
ketorolac 3x30mg (iv)
Infus NaCL 0,9% 1500ml/24 jam
Diet TKTP 1700kcal
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit :
Sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari , lauk pauk tahu tempe, sayur daging
telor
Minum 6 -8 gelas sehari (1500 cc- 2000cc ) tidak ada penurunan nafsu makan.
Saat sakit :
Nafsu makan pasien menurun sejak sakit , makan 3 kali sehari, Diet TKTP,
Bubur, lauk pauk, sayur, buah
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit :
BAB 1 kali sehari warna kuning, bau khas dan konsistensi lunak tidak ada
kesulitan saat BAB
Saat sakit :
Perubahan pola eliminasi BAB berkurang, saat masuk RS 4 hari baru bisa
BAB.
2) BAK
Sebelum sakit : BAK 4-7 kali sehari warna kuning jumlah kurang
lebih 300 cc sekali BAK, bau khas tidak ada nyeri atau keluhan lain saat
BAK
Saat sakit : Terpasang DC untuk BAK volume kurang lebih 1000
– 2000 cc sehari warna kecoklatan bau khas.
d. Pola aktivitas dan latihan
10
1) Aktifitas saat sakit
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan dan Minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Berpindah V
Mandi V
Gosok gigi V
Mencuci Rambut V
Menggunting kuku V
0: mandiri, 1:alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3:dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit
Pasien sering berolahraga rutin
Saat sakit
Saat sedang sakit pasien lebih banyak tidur dan istirahat dirumah
e. Pola kognitif dan Persepsi
Tidak ada disorientasi waktu, tempat dan orang, mampu berkomunikasi 2 arah
dengan baik dan mampu mengingat apa yang dibicarakan.
11
Pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya
5) Harga diri
Pasien mengatakan sebenarnya merasa malu karena selama sakit pasien sering
menyusahkan orang tua untuk mengurus anak-anaknya.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Sakit sedang
Tingkat kesadaran : komposmetis
GCS : verbal: 5 Psikomotor: 6 Mata : 4
12
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 99 x/mt , Suhu = 36,8 , TD = 98/ 61 mmhg , RR =
21 x/mt, SPO2 = 99%,
c. Keadaan fisik
1. Kepala dan leher :
wajah simetris, tidak terdapat edema pada wajah, rambut hitam dan bersih,
tidak tampak lesi di kepala dan wajah, sklera ikterus, konjungtiva pink. Hidung
simetris, rongga hidung bersih, Telinga simetris, bersih, tidak ada serumen.
Mukosa bibir lembab, gigi bersih, lidah bersih (tidak kotor). Leher tidak
terlihat pembesaran kelenjar thyroid dan pembesaran vena jugularis, nadi
carotis teraba jelas dan kuat. Pergerakan leher simetris, kesulitan menelan tidak
ada, terpasang CVC di leher kiri.
2. Dada :
Paru
Bentuk dada simetris ,pengembangan dada simetris tidak ada benjolan didada,
tidak ada lesi dan suara nafas vesikuler, pengembangan kedua paru sama, saat
perkusi suara paru sonor.
Jantung
Suara jantung normal, reguler, tidak ada suara tambahan dijantung
1. Payudara dan ketiak :
Tidak ada lesi atau benjolan dipayudara dan ketiak
2. Abdomen :
Abdomen datar tidak ada lesi atau benjolan tidak ada distensi, bisng usus 10
x/mt, terdapat luka operasi di tutup verban kurang lebih 15 cm, terpasang
cholecystostomy dan drain silicon.
3. Genetalia :
Keadaan bersih, keluaran/darah tidak ada, terpasang dower kateter
4. Integumen :
Kulit berwarna sawo matang, tidak ada lesi dan benjolan
5. Ekstremitas :
Atas dan Bawah
Bentuk simetris tidak ada fraktur dan lesi, kekuatan otot 5 | 5
5. Pemeriksaan Penunjang
13
Hasil Laboratorium
Tanggal 17-mei-2022
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 10,1 g/dL 11,5-16,5 gr/dl
Hematokrit 30,7 % 37-43 %
Leukosit 25.940 4000-11.000 /mm3
Trombosit 217.000 150-450 ribu/mm3
Glukosa Sewaktu 130mg/dL <140 mg/dl
SGOT 31 U/L 15-37 U/L
SGPT 14 U/L 14-59 U/L
FosfataseAlkali 380 U/L 46-116
BilirubinTotal 1.724 mg/dL 0.100-1,000
BilirubinDirek 1.179 mg/dL 0.100-0.300
Bilirubin Indirek 0,545 mg/dL 0,200-0,800
Protein Total 6,7 g/dL 6,4-8,3
Albumin 3,5 g/dL 3,4-5
Globulin 3,2 g/dL
Ureum 53,4 mg/dL 15-40 mg/dl
Kreatinin 0,63 mg/dL 0,6-1,3 mg/dl
Natrium 126mEq/L 135-145
Kalium 5,2 mEq/L 3,5-5,1
6. Analisa Data
14
a . Tabel Analisa Data
Risiko infeksi
DS : Terjadi tindakan pembedahan
pasien mengeluh nyeri pada
daerah operasi, seperti ditusuk Terputusnya kontunitas jaringan
– tusuk ketika mobilisasi
dengan skala nyeri 5 Adanya luka operasi
15
Resiko infeksi Gangguan Pola tidur
DS:
pasien mengatakan sering Post op Cholecystostomy
terbangun ketika tidur karena
nyeri dan tidak nyaman. Terputusnya kontinuitas jaringan
Tidur kurang lebih 2-3 jam
DO:
- Kantung mata terlihat Merangsang Memerlukan
hitam pengeluaran penanganan
- Muka terlihat kusam mediator lanjut
saat pagi hari kimia
- Pasien terlihat sering (histami,
Hospitalisasi
menguap bradikinin,
serotinin,
Lingkungan
prostaglandin
RS yang
ramai
Nyeri
Hambatan mobilitas
fisik
DS: pasien mengatakan nyeri Adanya luka operasi
saat mau duduk atau merubah
posisi dirasakan pasca operasi Terputusnya kontunitas jaringan
16
tertutup verban.
- TD = 98/61 mmhg Hambatan mobilitas fisik
- Nadi = 99 x/mnt
- Pasien tampak dibantu
keluarga dalam
bergerak
- Aktivitas pasien
tampak terbatas
7. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik akibat tindakan operasi.
b. Gangguan Istirahat dan tidur berhubungan dengan kendala lingkungan,nyeri
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak nyaman nyeri.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
NOC : NIC :
Nyeri akut berhubungan Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan agen cedera fisik pain control, komprehensif termasuk lokasi,
akibat tindakan operasi. comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
Setelah dilakukan tindakan kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan selama Kontrol lingkungan yang dapat
3x24jam Pasien tidak mempengaruhi nyeri
mengalami nyeri, dengan Ajarkan tentang teknik non
kriteria hasil: farmakologi: napas dalam,
Mampu mengontrol nyeri relaksasi, distraksi,
(tahu penyebab nyeri, Berikan analgetik untuk
mampu menggunakan mengurangi nyeri:
tehnik nonfarmakologi Berikan informasi tentang nyeri
untuk mengurangi nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
mencari bantuan) lama nyeri akan berkurang dan
Melaporkan bahwa nyeri antisipasi ketidaknyamanan dari
berkurang dengan prosedur
menggunakan manajemen Monitor vital sign sebelum dan
17
nyeri sesudah pemberian analgesik
Mampu mengenali nyeri pertama kali
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal
Tidak mengalami
gangguan tidur
18
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
19
9. Implmentasi dan Evaluasi Keperawatan
Waktu Tt
Dx Intervensi Implementasi Evaluasi d
- Pasien mengatakan
Berikan informasi tentang nyeri 23-05-2022
mengerti tentang
seperti penyebab nyeri, berapa penyebab nyerinya
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
- TD 98/60 mmHg,
Monitor vital sign sebelum dan RR 20x/mnt, HR
sesudah pemberian analgesik 89x/mnt 23-05-2022
20
kesembuhan pasien
4..
mempertahankan teknik aseptif - Keluarga dan pasien
21
mengatakan
senantiasa mencuci
membatasi pengunjung bila
perlu tangan dan menjaga
mencuci tangan setiap sebelum kebersihan
dan sesudah tindakan
- pasien mengatakan
keperawatan
mengunakan baju, sarung akan makan dan
tangan sebagai alat pelindung minum yang baik
saat melakukan tindakan invasif sesuai anjuran
dan perawatan luka
pengobatan
melakukan perawatan luka
dengan tehnik steril - Terapi antibiotik
melibatkan keluarga untuk meropenem 1 gr dan
pencegahan infeksi
levofloxacin telah
meingkatkan intake nutrisi
diberikan IV
memberikan terapi antibiotik
meropenem 3x1gram, - Tidak ada rembesan
levofloxacin 1x750mg maupun pus pada
memonitor tanda dan gejala
balutan luka
infeksi sistemik dan lokal
22
P = Lanjutkan intervensi
I = Menganjurkan klien untuk tetap melakukan teknik relaksasi
nafas dalam saat ganti perban
E= pasien tampak lebih nyaman
S:
- pasien mengatakan semalam tidur lebih nyenyak karena
nyeri mulai berkurang
- pasien mengatakan tidur sejak pukul 23.00 sampai 04.00
O:
- pasien tampak lebih segar
- kantung mata masih ada
- TD 100/70 mmHg
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjukan intervensi
I:
- Memuji upaya pasien dalam meningkatkan kualitas tidur
- Memuji upaya keluarga yang telah melakukan massage
sebelum tidur
- Menganjurkan keluarga untuk tetap menciptakan kondisi
yang nyaman di jam tidur pasien baik siang maupun
malam hari.
E:
- pasien mengatakan akan selalu berusaha menjaga kualitas
tidur demi kesembuhannya
- Keluarga mengatakan akan tetap mengkondisikan
lingkungan yang nyaman agar pasien bisa tidur nyenyak
dan berkualitas
S:
- pasien mengatakan mulai bisa duduk, miring kanan,
miring kiri sendiri
- keluarga mengatakan aktivitas kini banyak dilakukan
pasien, keluarga hanya memfasilitasi sesuai kebutuhan
saja
O:
- pasien mampu miring kanan kiri sendiri
- pasien mampu berbaring-duduk sendiri
- DC sudah di aff, pasien mampu BAK di pispot dengan
mengangkat bokong
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjukan intervensi
I:
- Memotivasi pasien untuk tetap melakukan latihan
mobilisasi bertahap
- memberi pujian atas upaya pasien melakukan latihan
23
mobilisasi
E:
- pasien mengatakan akan terus melakukan latihan
mobilisasi bertahap
- Keluarga mengatakan akan membantu dan mendukung
pasien dalam melakukan mobilisasi
S:
- Lanjukan intervensi
I:
DAFTAR PUSTAKA
24
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Posner.J, Plum And Posner Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition, 2007,Oxford
University Press, New York P;11-25
Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba.
25