Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DENGAN

STIMULASI SENSORIK PADA PASIEN HALUSINASI

SESI 2 DI RUANGAN UTARI RUMAH SAKIT

dr. H. MARZOEKI MAHDI

BOGOR

Disusun oleh :

NAMA : VIA RETNO SARI

NIM : 202214901037

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

BOGOR

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu


diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya
halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap
lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya
sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah
gangguan persepsi sensori. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan
jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Dampak dari halusinasi yang diderita pasien diantaranya dapat
menyebabkan pasien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya
sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi
Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan
mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di Rumah Sakit Jiwa
dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor khususnya di Ruang Utari ada 25 pasien
yang memiliki kasus Halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi
Aktivitas Kelompok tentang halusinasi untuk membantu pasien
mengontrol halusinasinya. Kegiatan terapi aktivitas kelompok halusinasi
sudah berlangsung satu sesi, sehingga perlu diadakan sesi dua dari terapi
akitvitas kelompok halusinasi di ruang Utari, yaitu dengan cara
menghardik.
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan ini pasien dapat mengontrol halusinasinya
dengan menghardik
C. Tujuan Khusus
1. Pasien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengontrol halusinasinya.
2. Pasien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
3. Pasien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
BAB II

STIMULASI SENSORIK HALUSINASI PENDENGARAN

Sesi 2 Kemampuan Mengontrol Halusinasi Dengan Menghardik

A. Topik
TAK stimulasi persepsi halusinasi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang
disediakan atau stimulus yang dialami. Kemampuan persepsi pasien
dievaluasi dan ditingkatkan tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan
respon pasien terhadap berbagai stimulasi dalam kehidupan menjadi
adaptif. Halusinasi adalah Satu persepsi yang salah oleh panca indera
tanpa adanya rangsang (stimulus) eksternal (Keliat, dkk, 2017). Gangguan
persepsi dimana klien mempersepsikan suatu yang sebenarnya tidak
terjadi, suatu peneraapan panca indera tanpa adanya ransangan dari luar
(Maramis, 2018).

Klasifikasi halusinasi pada pasien dengan ganguan jiwa menurut


Yosep & Iyus, (2019) ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik
tertentu, diantaranya : Halusinasi pendengaran karakteristik ditandai
dengan mendengar suara, biasanya pasien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu. Halusinasi penglihatan karakteristik dengan
adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometrik, gambaran kartun dan atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan. Halusinasi penghidu
karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis, atau bau yang
menjijikan seperti; darah, urine feses. Kadang-kadang terhirup bau harum.
Halusinasi peraba karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau
tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain. Halusinasi pengecap
karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikan. Halusinasi sinestik karakteristik ditandai dengan merasakan
fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan
dicerna atau pembentuka urine.

Jadi topik terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi pada pasien


halusinasi pendengaran adalah pasien dapat mengendalikan halusinasi
dengan cara menghardik.

B. Seleksi Pasien

1. Kriteria Pasien

Pasien dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi, dapat diajak


bekerjasama, bicara koheren, kooperatif, dan sehat fisik.

2. Proses Seleksi

a. Mengobservasi pasien yang masuk krtiteria

b. Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria

c. Pasien telah mengikuti sesi 1 TAK halusinasi

d. Mengadakan kontrak dengan pasien

e. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK,


meliputi; menjelaskan tujuan pada pasien, rencana kegiatan
kelompok dan aturan dalam kelompok

C. Setting :

1. Terapis dan pasien duduk berdampingan dalam lingkungan

2. Ruangan nyaman dan tenang

D. Jadwal Kegiatan

a. Tempat

TAK akan dilakukan di ruangan Aktivitas ruang Utari Rumah


Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
b. Hari/Tanggal

TAK akan dilakukan pada hari/tanggal; Jumat, 04 Agustus 2023.

c. Waktu

TAK akan dilaksanakan pada jam 09:00 – 09:30 WIB (Setelah


senam pagi)

d. Lama

TAK dilaksanakan selama 30 menit

E. Media

Media yang disediakan untuk TAK

1. Bola

2. Musik (Telepon)

3. Buku Catatan dan pulpen

4. Jadwal Kegiatan pasien

F. Pengorganisasian :

1. Pelaksanaan

a. Hari/Tanggal : Jumat, 04 Agustus 2023

b. Waktu : 09:00 WIB

c. Alokasi waktu :

1) Perkenalan dan pengarahan (5 menit)

2) Terapi kelompok (20 menit)

3) Penutup (5 menit)

d. Tempat : Ruang Utari Rumah Sakit Jiwa dr. H Marzoeki


Mahdi Bogor.

e. Jumlah pasien : 5 orang


2. Tim Terapi

a. Leader Sesi II : Via Retno Sari

Uraian tugas :

1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan

2) Memimpin jalannya terapi kelompok

3) Memimpin diskusi

b. Co-Leader Sesi II : Yenny Nebore

Uraian tugas :

1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan

2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang


menyimpang

3) Membantu memimpin jalannya kegiatan

4) Menggantikan leader jika terhalang tugas

c. Observer Sesi II : Berlinda Kosho

Uraian tugas :

1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan


dengan waktu, tempat dan jalannya acara

2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua


anggota kelompok dengan evaluasi kelompok

d. Fasilitator Sesi II :

1. Febriyani H. Pattimukay

2. Lupita Osok

3. Aslia Saimen
Uraian tugas :

1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok

2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan


setelah kegiatan

3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk


melaksanakan kegiatan

4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi

5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan

6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi


masalah
G. Setting Tempat
Gambar Setting Tempat

L CL

P P

O F F

P P

P F

Keterangan:

L : Leader O : Observer

CL : Co-Leader : Meja

P : Pasien F : Fasilitator
H. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
I. Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah mengikuti sesi
1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam teraupeutik
1) Salam dari terapis kepada pasien
2) Pasien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan pasien saat ini
2) Menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi,
waktu, situasi, dan perasaan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu latihan mengontrol
halusinasidengan menghardik
2) Menjelaskan aturan bermain, yaitu :
a) Jika ada pasien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 30 menit
c) Setiap mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapis meminta pasien menceritakan apa yang dilakukan
pasien pada saat mengalami halusinasi, dan bagaimana
hasilnya. Ulangi sampai pasien semua mendapatkan giliran
b. Beri pujian setiap pasien selesai bercerita
c. Menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu :
“Pergi-pergi jangan ganggu saya, kamu suara palsu, kamu
tidak nyata”
e. Terapis meminta masing-masing pasien untuk memperagakan
cara menghardik halusinasi dengan cara memutar musik lalu
mengoper bola plastik keteman disampingnya sesuai arah
jarum jam lalu musiknya dimatikan, pasien yang memegang
bolanya akan mendapatkan giliran pertama, setelah itu
kemudian memutar musiknya lagi untuk mengundi giliran
selanjutnya dan seterusnya sampai semuanya mendapatkan
giliran.
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua pasien
bertepuk tangan setiap pasien selesai menghardik halusinasi
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti
TAK
2) Terapis menanyakan ulang TAK mengontrol halusinasi
yang sudah dilatih
3) Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan pasien untuk menerapkan cara yang
telah dipelajari jika halusinasi muncul
2) Menganjurkan pasien melatih secara teratur cara yang
telah dipelajari
3) Memasukan kegiatan yang telah dilatih kedalam jadwal
kegiatan harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu belajar
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK
berikutnya
J. Evaluasi dan Dokumentasi
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang diharapkan
adalah mengatasi halusinasi dengan menghardik.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien saat
TAK pada catatan proses keperawatan tiap pasien. Contoh : pasien
mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi 2. Pasien
mampu memperagakan cara menghardik dalam mengontrol
halusinasi. Anjurkan pasien menggunakan cara tersebut, jika
halusinasi muncul, lalu masukkan kedalam jadwal harian.

Kriteria Evaluasi
1. Sebanyak 80% memahami cara yang selama ini
dilakukan untuk mengontrol halusinasi
2. Sebanyak 90% memahami cara menghardik
halusinasinya
3. Sebanyak 95% pasien dapat memperagakan cara
menghardik halusinasi
STRATEGI PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
HALUSINASI SESI II

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien : Klien
2. Kriteria Anggota :
a. Klien dengan riwayat schizophrenia dengan disertai gangguan
persepsi sensori halusinasi
b. Klien yang mengikuti TAK tidak mengklaim perilaku agresif
atai mengamuk, dalam keadaan tenang
c. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative)
d. Klien sudah mengikuti TAK sesi I
3. Nama Anggota :
Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti TAK
a. Ny. I
b. Ny. A
c. Ny. E
d. Ny. H
e. Ny. T
4. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
5. Tujuan :
a. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi
b. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
c. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
6. Tindakan Keperawatan

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupeutik
“Selamat pagi Ibu-ibu, masih ingat dengan saya bukan..?”
b. Validasi
“Bagaimana tidurnya semalam..? Nyenyak tidak..? Bagus…Oh
ya..masih ingat tidak hari ini kita akan melakukan kegiatan terapi
kelompok tentang apa..? Bagus,ternyata masih pada ingat semua
ya..”
c. Kontrak
“Baiklah…hari ini kita akan melakukan salah satu kegiatan
mengontrol halusinasi yaitu dengan cara menghardik… Sudah
siap semua Ibu-ibu, Oke.. ingin berapa lama ini nanti kegiatan
kita? Setuju...30 menit saja ya.. Mari kita mulai..”
2. Fase Kerja
“Sebelum kita mulai, ada yang ingin bertanya tidak? Baiklah,
karena tidak ada kita langsung mulai saja ya.. Jadi, ketika suara-
suara itu datang..Bapak, bisa mengatakan hal seperti ini..” “Pergi-
pergi jangan ganggu saya, kamu suara palsu, kamu tidak nyata”
Bagaimana..bisa kan? Coba tolong dipraktekkan satuper satu tapi
dengan undian bola ini ya, dimulai dari kiri terus berputar searah
jarum jam dan ketika musik berhenti yang terakhir memegang bola
ini nanti yang akan praktek dulu dan begitu seterusnya ya..jadi biar
adil dan merata semua mendapat giliran.. Oke..kita mulai
sekarang..” Wah..bagus sekali yang telah dilakukan ibu...beri tepuk
tangan untuk keberhasilan ibu.. karena telah sukses
melakukannya.. Nah sekarang kita mulai lagi undiannya…
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu-ibu setelah melakukan kegiatan
ini? Wah saya sangat bangga dengan ibu-ibu karena
mampu memperagakan cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik.. tepuk tangan untuk semua..”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Karena semua telah berhasil melakukan cara menghardik,
misalkan suara-suara itu datang lagi jangan lupa untuk
menerapkannya jika halusinasi suara itu muncul lagi..
sudah mengerti Ibu-ibu? Bagus…Oh ya, saya lupa
bilang..jangan lupa juga untuk memasukkannya ke dalam
jadwal kegiatan harian seperti yang kemarin ya…”
c. Kontrak yang akan datang
“Baiklah.. karena waktu kesepakatan kita telah berakhir,
bagaimana kalu besok di hari senin depan kita melakukan
terapi lagi dengan cara yang lain yaitu dengan melakukan
kegiatan bercakap-cakap. Setuju semua? Baiklah, besok
mau terapi kelompok lagi dimana dan jam berapa?
Oke..seperti hari ini lagi ya di jam siang setelah makan
siang baiklah..sekarang ibu-ibu bisa melanjutkan
kegiatannya lagi.. Selamat siang...”
FORMULIR EVALUASI TAK STIMULASI PERSEPSI:
HALUSINASI SESI 2: MENGHARDIK HALUSINASI

Nama Klien
No. Aspek yang dinilai

Ny. I Ny. A Ny. E Ny. H Ny. T

Menyebutkan cara yang selama √ √ √ √ √


1 ini digunakan
mengatasi halusinasi
2. Menyebutkan efektivitas cara √ √ √ √ √

Menyebutkan cara mengatasi √ √ √ √ √


3. halusinasi dengan
menghardik.
4. Memperagakan menghardik √ √ √ √ √
halusinasi
Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan pasien yang ikut TAK pada kolom nama
pasien.
2. Untuk tiap pasien, beri penilaian kemampuan menyebutkan : cara
yang biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya,
cara menghardik halusinasi, dan memperagakannya. Beri tanda (√ )
jika pasien mampu dan tanda ( - ) jika pasien tidak mampu.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna, Akemat. (2017). Keperawatan jiwa : Terapi Aktivitas


Kelompok. Jakarta : EGC.

Maramis. (2018). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5 . Jakarta: EGC. Yosep,
Iyus. (2019). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai