Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SELE BE SOLU


KOTA SORONG PERIODE 27 JUNI 2022 – 16 JULI 2022

Disusun oleh:

KORNIAWAN D. YULIANTO, S.Kep (202114901020)


MENTARI T.O. AYAL, S.Kep (202114901024)
YULIANA PAPUANI SIKOWAI, S.Kep (202114901043)
IRMAWATI MAULANA, S.Kep (202114901018)
URSULA S. JENDANG, S.Kep (202114901040)
MIUS TABUNI, S.Kep (2021149010 )
RONA WENDA, S.Kep (202114901048)
SELVI BURWOS, S.Kep (202114901029)

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
KOTA SORONG
2021/2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT


DARURAT RSUD SELE BE SOLU KOTA SORONG PERIODE

27 JUNI 2022 – 16 JULI 2022

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Manajemen Keperawatan

Diajukan Oleh :

KORNIAWAN D. YULIANTO, S.Kep URSULA S. JENDANG, S.Kep


(202114901020) (202114901040)
MENTARI T.O. AYAL, S.Kep MIUS TABUNI, S.Kep
(202114901024) (2021149010)
YULIANA PAPUANI SIKOWAI, S.Kep RONA WENDA, S.Kep
(202114901043) (202114901048)
IRMAWATI MAULANA, S.Kep SELVI BURWOS, S.Kep
(20211490108) (202114901029)

Disahkan pada tanggal 13 Juli 2022


Kepala Ruangan IGD

Ns. Sam Isir, S.Kep.


NIP: 198604122010041001

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Fatimah S.Kep., M.Kep. Ns. Mardiana Rattagi, S.Kep.


NIDN: 0917098502 NIP: 198612162021032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul

“Laporan Manajemen Keperawatan Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sele Be

Solu Kota Sorong Periode 27 Juni 2022 – 16 Juli 2022”.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktik profesi ners

stase manajemen keperawatan Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sele Be Solu

Kota Sorong

Penyusunan laporan manajemen keperawatan ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Hendrik Sagrim, M.Si., selaku Ketua Yayasan Pemberdayaan

Masyarakat Papua (YPMP) Kota Sorong.

2. Marthen Sagrim, S.KM., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Papua Sorong.

3. Ns. Novita Mansoben, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi

Ners STIKES Papua Sorong.

4. Ns. Fatimah, S.Kep.,M.Kep., selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, saran sehingga laporan ini dapat disusun

dan terselesaikan dengan baik.

5. Ns. Mardiana Rattagi, S.Kep., selaku pembimbing klinik yang telah

memberikan bimbingan pengarahan, motivasi dan saran sehingga laporan ini

dapat disusun dan terselesaikan dengan baik.

iii
6. Ns. Sam Isir, S.Kep selaku Kepala Ruangan Instalasi Gawat Darurat RSUD

Sele Be Solu Kota Sorong selaku kepala ruangan yang telah memberikan

bimbingan, motivasi, saran, dan pengarahan sehingga laporan ini dapat

disusun dan terselesaikan dengan baik.

7. Para petugas kesehatan di ruang IGD RSUD Sele Be Solu yang telah

membantu selama proses penyusunan laporan manajemen keperawatan.

8. Kedua orang tua, yang selalu memberikan penulis motivasi, semangat dan

doa untuk menyelesaikan laporan ini.

9. Teman-teman dan sahabat-sahabat seperjuang Ners Angkatan XIII, terima

kasih banyak atas dukungan dan kebersamaanya.

10. Semua orang di kehidupan penulis serta semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terima kasih telah membantu dalam penyusunan

laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan manajemen keperawatan ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak demi kesempurnaan laporan ini. Atas perhatian dan dukungannya penulis

mengucapkan terima kasih.

Sorong, 13 Juli 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBARAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................. 7

C. Manfaat ................................................................................................ 8

BAB II TEORI MANAJEMEN .................................................................... 9

A. Konsep Manajeman Keperawatan ....................................................... 9

B. Konsep Metode Keperawatan Profesional ........................................... 9

C. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian

Asuhan Keperawatan Profesional ........................................................ 10

D. Penerapan MAKP ................................................................................ 18

BAB III ANALISA SITUASI ....................................................................... 51

A. Gambaran Profil Ruang IGD RSUD Sele Be Solu.............................. 51

B. Analisa Swot ........................................................................................ 64

v
C. Identifikasi Masalah ............................................................................. 66

D. Prioritas Masalah.................................................................................. 68

E. Plan Of Action (POA).......................................................................... 70

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 73

A. Penggunaan Tempat Tidur (BOR) Yang Kurang .................................. 73

B. Jumlah Tenaga Yang Berada Di Ruang IGD ........................................ 73

C. Struktur Organisasi Yang Belum Tersedia ............................................ 74

D. Sarana Dan Prasarana Yang Kurang Atau Tidak Berfungsi Secara

Maksimal ............................................................................................. 74

E. Pelaksanaan Timbang Terima Yang Kurang Optimal .......................... 75

F. Denah Ruangan IGD Yang Belum Tersedia.......................................... 76

G. Visi, Misi Ruangan IGD Yang Belum Tersedia.................................... 76

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 78

A. Kesimpulan ............................................................................................ 78

B. Saran ...................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80

LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Timbang Terima…………………………………………… 33

Gambar 2.2 Alur Kegiatan Ronde Keperawatan……………………………... 37

Gambar 2.3 Alur Supervisi………………………………………………….. 42

Gambar 3.1 Denah Ruangan IGD…………………………………………… 53

Gambar 3.2 Stuktur organisasi………………………………………………. 54

Gambar 3.3 Grafik BOR (Bed Occupancy Rate) di Ruang IGD Sele Be Solu

Pada Bulan April, Mei dan Juni 2022…………………………. 59

Gambat 3.4 Grafil LOS (Length Of Stay) di Ruang IGD Sele Be Solu Pada

Bulan April, Mei dan Juni 2022………………………………. 59

Gambar 3.5 Grafik TOI (Turn OverInterv) di ruang IGD Sele Be Solu pada

bulan April, Mei dan Juni 2022……………………………… 60

Gambar 3.6 Grafik BTO (Bed Turn Over) di ruang IGD Sele Be Solu pada

bulan April, Mei dan Juni 2022……………………………… 61

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Model Asuhan Keperawatan………………………………… 13

Tabel 2.2 Tingkatan dan Spesfikasi MAKP…………………………………. 16

Tabel 2.3 Rasio Jumlah Tempat Tidur Dan Kebutuhan Perawat……………. 19

Tabel 2.4 Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shif Berdasarkan Klasifikasi

Pasien……………………………………………………………. 22

Tabel 2.5 Prosedur Timbang Terima……………………………………….. 29

Tabel 3.1 Daftar Nama Petugas Ruang IGD………………………………….. 51

Tabel 3.2 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan Di

Ruang IGD Bulan Juni 2022……………………………………. 55

Tabel 3.3 Distribusi Keterangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pearwat Di Ruangan IGD Bulan Juni 2022…………………….. 55

Tabel 3.4 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja Di Ruang IGD

Bulan Juni 2022…………………………………………………. 56

Tabel 3.5 Tenaga Keperawatan Berdasarkan Diklat Yang Diperoleh Di Ruang

IGD Bulan Juni 2022…………………………………………… 56

Tabel 3.6 Rekapitulasi Ruang Rawat Inap Rungan IGD………………….. 57

Tabel 3.7 Data 10 Besar Penyakit Bulan April, Mei dan Juni 2022………. 61

Tabel 3.8 Sarana dan Prasarana……………………………………………. 62

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan sarana kesehatan dan salah satu bentuk

organisasi pelayanan kesehatan, khususnya terkait dengan upaya kesehatan

rujukan. Tujuan program kesehatan rujukan antara lain adalah peningkatan

mutu, cakupan dan efisiensi rumah sakit, melalui penerapan dan

penyempurnaan standar pelayanan tenaga, standar peralatan, profesi dan

manajemen rumah sakit (Aditama, 2013).

Dalam rangka era menuju globalisasi, rumah sakit juga dihadapkan

pada berbagai perubahan eksternal, seperti perubahan tata ekonomi dunia,

arus informasi tanpa batas, pola penyakit, pola demografi penduduk,

teknologi, peralatan rumah sakit, yang semua itu akan dampak pada

perubahan tata nilai dan tuntutan masyarakat yang merupakan sebuah sistem,

salah satunya praktik keperawatan.

Saat ini keberhasilan rumah sakit sangat ditentukan oleh pengetahuan,

keterampilan, kreativitas, dan motivasi staf dan karyawannya. Kebutuhan

tenaga terampil didalam berbagai bidang dalam sebuah rumah sakit sudah

merupakan sebuah tuntutan dunia global yang tidak ditunda. Kehadiran

teknologi dan sumber daya lain hanyalah alat atau bahan pendukung, karena

pada akhirnya SDM-lah yang menentukan (Danim, 2010).

World Health Organization (WHO) menyatakan, rumah sakit adalah

institusi perawatan kesehatan yang memiliki staf medis profesional yang

1
terorganisir, memiliki fasilitas rawat inap dan memberikan layanan 24 jam.

Menyediakan pelayanan komprehensif, penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat (WHO, 2017).

Undang - Undang No. 44 Tahun 2009, mendefinisikan rumah sakit

sebagai institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara menyeluruh dengan menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem

pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat

mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik

dan pelayanan perawatan (Septiari , 2012).

Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan

di rumah sakit yang dilaksanakan di instalasi gawat darurat (IGD). Adapun

tugas instansi gawat darurat adalah menyelenggarakanasuhan medis dan

asuhan keperawatan serta pelayanan darurat bagi pasien yang datang dengan

gawat darurat medis. Sebagai unit pelayanan yang menanggulangi penderita

gawat darurat, komponen pelayanan di instansi gawat darurat harus

memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penanggulangan penderita gawat

darurat dan dikelola sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama dengan unit-

unit dan instansi-instansi lain rumah sakit (Depkes RI, 2016).

Dalam konteks pelayanan kegawatdaruratan, Pelayanan pasien gawat

darurat adalah pelayanan yang memerlukan pertolongan segera yaitu cepat,

tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Aspek asuhan

keperawatan pada tahap pelaksanaan / implementasi harus mengacu pada

2
doktrin dasar pelayanan gawat darurat yaitu time saving is life saving (waktu

adalah nyawa), dengan ukuran keberhasilan adalah respon time (waktu

tanggap) selama 5 menit dan waktu definitif ≤ 2 jam dengan lingkup

pelayanan kegawatdaruratan yaitu melakukan primery survey, tanpa

dukungan alat diagnostik kemudian dilanjutkan dengan secondary survey

menggunakan tahapan ABCDE yaitu : A : Airway management, B :

Breathing management, C : Circulation management, D : Disability dan E :

Expourse (Basoeki, dkk, 2015). Untuk mencapai standar rumah sakit yang

maksimal maka diperlukan sistem klasifikasi triase. Sistem klasifikasi triase

ini berguna untuk memila-mila pasien gawat darurat sehingga semua

pelayanan pada pasien dapat mencapai hasil yang maksimal (Kartikawati, N.

D, 2013)

Pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien

merupakan bentuk pelayanan keperawatan professional, yang bertujuan untuk

membantu pasien dalam pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya,

melalui tindakan pemenuhan kebutuhan pasien secara komprehensif dan

berkesinambungan sampai pasien mampu untuk melakukan kegiatan

rutinitasnya tanpa bantuan. Bentuk pelayanan ini sebagaimana diberikan oleh

perawat yang memiliki kemampuan serta sikap dan kepribadian yang sesuai

dengan tuntutan profesi keperawatan dan untuk itu tenaga keperawatan ini

harus dipersiapkan dan ditingkatkan secara teratur, terencana dan kontinyu

(Darmawan, 2013).

3
Dalam melaksanakan tugasnya perawat memberi asuhan keperawatan

yang terbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan ada beberapa metode

salah satunya metode Tim. Metode Tim di terapkan dengan menggunakan

kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat professional, dan

pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada kelompok

pasien. ( Kuntoro, 2010).

Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai

dengan visi dan misi Rumah Sakit tidak terlepas dari proses manajemen.

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan organisasi. Dalam organisasi keperawatan,

pelaksanaan manajemen dikenal sebagai manajemen keperawatan (Ritonga,

2014).

Teori manajemen modern berasal dari Henry Fayol, yang telah

memperkenalkan fungsi-fungsi atau aktivitas-aktivitas administrator seperti:

planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), coordinating

(pengkoordinasian) dan controlling (pengendalian) (Potter dan Perry, 2010).

Manajemen keperawatan adalah salah satu proses kerja yang

dilakukan oleh anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan secara professional. Dalam hal ini seorang manajer keperawatan

dituntut untuk melakukan suatu proses yang meliputi lima fungsi utama yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, pengarahan dan control agar

dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin

bagi pasien dan keluarganya (Nursalam, 2013). Proses manajemen

4
keperawatan dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu pengkajian (kaji

situasional), perencanaan (strategi dan operasional), implementasi dan

evaluasi.

Keunikan hubungan Ners dan klien harus dipelihara interaksi

dinamikanya dan kontinuitasnya. Kira-kira pada awal era tahun 2000-an,

dunia keperawatan Indonesia mulai dilanda demam trend baru, yaitu model

praktik keperawatan professional atau disingkat MAKP.

MAKP adalah suatu system (struktur, proses dan nilai-nilai

professional) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian

asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk menopang pemberian

asuhan tersebut. Dengan pengembangan MAKP, diharapkan nilai

professional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu

asuhan dan pelayanan keperawatan.

Mengingat keterbatasan jumlah dan pendidikan sumber daya perawat,

praktik keperawatan professional tidak bisa seperti yang dilakukan di negara

maju maka yang akan dilakukan modifikasi keperawatan primer. Penetapan

jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah pasien dan derajat

ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah perawat primer (PP) yang lulusan

S1 keperawatan, perawat asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan serta SPK.

Tenaga lain adalah pembantu keperawatan. Mereka berada dalam satu tim

yang dibimbing dan diarahkan oleh Clinical Care Manager (CCM). Seperti

kita ketahui bahwa dalam pendekatan MAKP. Ada manajemen approach

(pendekatan manajerial yang menjadi area kepala ruangan), dan care delivery

5
approach (pendekatan asuhan keperawatan yang menjadi ketua tim) sehingga

hal ini dapat mengacu pada pelayanan keperawatan profesional yang

mewujudkan dampak positif yang memungkinkan pemberian asuhan

keperawatan klien secara berkesinambungan dan dapat

dipertanggunggugatkan oleh perawat primer.

Program pendidikan ners pada stase manajemen keperawatan ini

merupakan suatu kegiatan belajar memberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan konsep atau teori yang telah didapat

dalam pendidikan formal dalam kenyataan di lapangan untuk mengelola suatu

sistem pelayanan keperawatan maupun asuhan keperawatan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka mahasiswa melakukan

praktek manajemen keperawatan untuk mendapatkan pengalaman dalam

mengidentifikasi masalah, menganalisa dan merumuskan masalah sehingga

dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah dan mengelola bersama-

sama pelayanan keperawatan maupun dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada klien melalui tahapan pengkajian sampai evaluasi.

Praktek manajemen sebagai salah satu proses pembelajaran klinik

diharapkan mampu membentuk calon-calon praktisi keperawatan profesional

baik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan maupun manajerial

keperawatan. Praktek pembelajaran ini kami lakukan di instalasi gawat

darurat dalam ruang Rumah Sakit Umum Daerah Sele Be Solu Kota Sorong.

6
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 3

minggu diharapkan mahasiswa mampu melakukan pengelolaan unit

pelayanan di IGD sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajemen

keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek keperawatan selama 3 minggu

mahasiswa diharapkan mampu:

a. Melakukan pengkajian tentang keadaan ruangan dengan metode

MAKP untuk menentukan masalah-masalah yang belum teratasi

b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terkait dengan pelayanan

keperawatan maupun asuhan keperawatan dengan metode MAKP

c. Menentukan prioritas masalah yang terkait dengan pelayanan

keperawatan maupun asuhan keperawatan dengan metode MAKP

d. Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang

ditemukan berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan

e. Melakukan implementasi berdasarkan rencana kegiatan yang disusun

untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan

f. Melakukan evaluasi terhadap implementasi yang telah dilakukan

g. Menyusun rencana tindak lanjut

7
C. MANFAAT

1. Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori

manajemen keperawatan secara langsung pada tatanan unit pelayanan

b. Dapat memberikan konstribusi secara nyata dalam pembentukan

karakter dan kepribadian

2. Rumah Sakit

Memberikan konstribusi terhadap pengembangan mutu pelayanan

dan mutu asuhan keperawatan

3. Ruang Instalasi Gawat Darurat

a. Sebagai wacana baru dalam pengembangan asuhan keperawatan bagi

pegawai atau staf di ruang Instalasi Gawat Darurat

b. Membantu dalam proses pencapaian model MAKP

8
BAB II

TEORI MANAJEMEN

A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN

Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan

pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu

proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan secara profesional (Gillies, 2006). Manajemen merupakan suatu

pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di

organisasi. Manajemen mencakup kegiatan planning, organizing, actuating,

controlling (POAC) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan

organisasi (Grant dan Massey (2009) dalam Nursalam, 2013). Manajemen

keperawatan berhubungan dengan perencanaan (planning pengorganisasian

(organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan

pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi

departemen, keperawatan dan dari sub unit departemen (Swanburg, 2000).

B. KONSEP METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat

unsur yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem

MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan

menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak

memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang

independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi

9
kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud. Standar praktik keperawatan di

lndonesia yang disusun oleh Depkes RI (2005) terdiri atas beberapa standar, yaitu:

1. Menghargai hak-hak pasien

2. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS)

3. Observasi keadaan pasien

4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

5. Asuhan pada tindakan non operatif dan administratif

6. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif

7. Pendidikan kepada pasien dan keluarga

8. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

C. METODE PENGELOLAAN SISTEM PEMBERIAN ASUHAN

KEPERAWATAN PROFESIONAL

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan

oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan

semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan

tuntutan perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan

keperawatan harus efektif dan efisien. Ada beberapa metode sistem pemberian

asuhan keperawatan kepada pasien. Mc Laughin, Thomas, dan Barterm (2005)

mengidentifikasi delapan model pemberian asuhan Keperawatan, tetapi model

yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total,

keperawatan tim, dan keperawatan primer. Dari beberapa metode yang ada.

institusi pelayanan perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk

diterapkan. Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi

10
model untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara

ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Oleh karena setiap

perubahan akan berakibat suatu stres sehingga perlu adanya antisipasi, "jangan

mengubah suatu system justru menambah permasalahan" (Kurt Lewin, 1951

dikutip oleh Marquis dan Huston, 2010).

Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan

(MAKP).

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus

didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan

asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan

sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan

efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu

model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil

yang sempurna.

4. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat

Tuiuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien

terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang

11
baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan

pelanggan.

5. Kepuasan dan kinerja perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan

kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan

perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam

pelaksanaannya.

6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan

lainnya.

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab

merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan

diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara

perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

12
Tabel 2.1 Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey (1997)
dan Marquis dan Huston (2010)

Model Deskripsi Penanggung Jawab


Fungsional a. Berdasarkan orientasi tugas dari Perawat yang bertugas
(bukan filosofi keperawatan pada tindakan tertentu
keperawatan b. Perawat melaksanakan tugas
pada tindakan (tindakan tertentu berdasarkan
tertentu, model jadwal kegiatan yang ada)
MAKP) c. Metode fungsional
dilaksanakan oleh perawat
dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan
utama pada saat perang dunia
kedua. Pada saat itu, karena
masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat, maka
setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua
pasien di ruangan
Kasus a. Berdasarkan pendekatan holistis Manajer Keperawatan
dari filosofi keperawatan
b. Perawat bertanggung jawab
terhadap asuhan dan observasi
pada pasien tertentu.
c. Rasio: 1: I (pasien perawat)
Setiap pasien dilimpahkan
kepada semua perawat yang
melayani seluruh kebutuhannya
pada saat mereka dinas. Pasien

13
akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap Shif dan
tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya.
d. Metode penugasan kasus
biasanya diterapkan satu pasien
satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat
privat atau untuk khusus seperti
isolasi, perawatan insentif
Tim a. Berdasarkan pada kelompok Ketua Tim
filosofi keperawatan.
b. Enam sampai tujuh perawat
profesional dan perawat
pelaksana bekerja sebagai satu
tim, disupervisi oleh ketua tim.
c. Metode ini menggunakan tim
yang terdiri atas anggota yang
berbeda beda dalam
memberikan asuban
keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3
tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok
kecil yang saling membantu.
Primer a. Berdasarkan pada tindakan yang Perawat Primer (PP)
komperehensif dari filosoli
keperawatan.

14
b. Perawat bertanggung jawab
terhadap semua aspek asuhan
keperawatan.
c. Metode penugasan di mana satu
orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit.
d. Mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan
pelaksana.
e. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus - menerus antara
pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama
pasien dirawat.

Tingkatan dan Spesifikasi MAKP

15
Tabel 2.2 Tingkatan dan spesifikasi MAKP

Tingkat Prektek Metode Keterangan Dokumentasi Askep


Keperawatan Pemberian Riset
Askep

MAKP Mampu Modifikasi 1. Jumlah Standar renpra -


Pemula memberikan keperawatan sesuai (masalah
asuhan primer tingkat aktual)
keperawatan ketergantu
profesi tingkat ngan
pemula pasien
2. S.Kep/
Ners/DIV
(1:25-30
pasien)
sebagai
CCM
3. DIII
keperawat
an sebagai
PP
parawat
pemula

MAKP I Mampu Modifikasi 1. Jumlah Standar renpa 1. Riset


memberikan keperawatan sesuai (masalah deskrip
asuhan primer tingkat aktual masalah tif oleh
keperawatan ketergantu resiko) PP
profesional ngan 2. Identifi
tingkat I pasien kasi
2. Spesialis masala
keperawat

16
an (1:9-10 h riset
pasien) 3. Pemanf
sebagai aatan
PP hasil
3. Pemanfaat riset
sebagai
CCM
4. DIII
keperawat
an sebagai
PA

MAKP Mampu Manajemen 1. Jumlah Clinikal 1. Riset


II memberikan kasus dan sesuai pathway eksperim
asuhan keperawatan tingkat standar renpra en
keperawatan ketergantu (masalah 2. Identifik
tingkat II ngan aktual dan asi
pasien resiko) masalah
2. Spesialis riset
keperawat 3. Pemanfa
an (1 :3 atan
PP) hasil
3. Spesialis riset
keperawat
an (1 : 9-
10 pasien)
4. DIll
Keperawa
tan
sebagai
PA

17
MAKP Mampu Manajemen 1. Jumlah Clinikal 1. Riset
III memberikan kasus sesuai pathway intervens
asuhan tingkat i lebih
keperawatan ketergantun banyak
tingkat III gan pasien 2. Identifik
2. Dokter asimasal
keperawata ah riset
n klinik 3. Pemanfa
(konsultasi) atan
3. Spesialis hasil
keperawata riset
n (1 : 3 PP)
S.Kep/
Ners
sebagai
PP

D. PENERAPAN MAKP

Pada penerapan MAKP harus mampu memberikan asuhan keperawatan

profesional, untuk itu diperlukan penataan tiga komponen utama yaitu sebagai

berikut:

a) Ketenagaan keperawatan.

Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berikut ini akan

dipaparkan beberapa pedoman dalam penghitungan kebutuhan tenaga

keperawatan di ruang rawat inap.

a. Metode Rasio (SK Menkes RI No. 262 Tahun 1979).

Metode penghitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah

tempat tidur sebagai pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan.

18
Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.

Kelemahan dari metode ini adalah hanya mengetahui jumlah perawat

secara kuantitas tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas perawat di

rumah sakit dan kapan tenaga perawat tersebut dibutuhkan oleh setiap unit

di rumah sakit. Metode ini bisa digunakan jika kemampuan dan sumber

daya untuk perencanaan tenaga terbalas, sedangkan jenis, tipe dan volume

pelayanan kesehatan relatif stabil.

Tabel 2.3 Rasio jumlah tempat tidur dan kebutuhan perawat

Rumah Sakit Perbandingan

Kelas A dan B TT: Tenaga Medis (4-7): 1

TT: Tenaga Keperawatan 1:1

TT: Non Keperawatan = 3: 1

TT: Tenaga Non Medis

Kelas C TT: Tenaga Medis =9:1

TT: Tenaga Keperawatan (3-4): 2

TT: Non Keperawatan 5:1

TT: Tenaga Non Medis = 3:4

Kelas D TT: Tenaga Medis = 15:1

TT: Tenaga Keperawatan -2:1

TT: Tenaga Non Medis =6:1

Khusus Disesuaikan

19
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak

rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya

beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi

rumah sakit dan profesional.

b. Metode Need

Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja.

Untuk menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis

pelayanan yang diberikan kepada pasien selama di rumah sakit. Sebagai

contoh untuk pasien yang menjalani rawat jalan, ia akan mendapatkan

pelayanan, mulai dari pembelian karcis, pemeriksaan perawat/dokter,

penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotek dan sebagainya. Kemudian

dihitung standar waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan

dengan baik.

1) Douglas.

Untuk pasien rawat inap standar waktu pelayanan pasien rawat inap

sebagai berikut :

a) Perawatan minimal memerlukan waktu: 1-2 jam/24 jam.

b) Perawatan intermediet memerlukan waktu: 3-4 jam/24 jam.

c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5-6 jam/24 jam.

2) Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut

adalah sebagai berikut

Kategori I : perawatan mandiri

20
a) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti

pakaian.

b) Makan, dan minum dilakukan sendiri.

c) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.

d) Observasi tanda vital setiap Shif.

e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.

f) Persiapan prosedur pengobatan.

Kategori II: perawatan intermediate

a) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.

b) Observasi tanda vital tiap 4 jam.

c) Pengobatan lebih dari satu kali.

d) Pakai kateter Foley.

e) Pasang infus intake-output dicatat.

f) Pengobatan perlu prosedur.

Kategori III : perawatan total

a) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.

b) Observasi tanda vital tiap 2 jam.

c) Pemakaian selang NGT.

d) Terapi intravena.

e) Pemakaian suction.

f) Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.

Catatan:

21
1) Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan

sebaiknya dilakukanoleh perawat yang sama selama 22 hari.

2) Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasi

fikasi pasien

3) Bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien dikelompokkan

pada klasifikasi di atasnya.

Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan

dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, di

mana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per

Shif, yaitu seperti di bawah ini

Nilai Standar Jumlah Perawat per Shif Berdasarkan

Klasifikasi Pasien

Tabel 2.4 Nilai Standar Jumlah Perawat per Shif Berdasarkan

Klasifikasi Pasien

Klasifikasi
Jumlah pasien Minimal Parsial Total
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

2) Gilles

Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan

adalah:

22
AxBxC=F=H

(C-D) x E G

Keterangan:

A = rata-rata jumlah jam perawatan/pasien/hari

B = rata-rata jumlah pasien/hari

C = jumlah hari/tahun

D = jumlah hari libur masing-masing perawat

E = jumlah jam kerja masing-masing perawat

F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun

G = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun

H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari:

Rata jam perawatan/hari x ratajumlah jam perawatan perhari


Jumlah jam Kerja efektif perhari
Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang

dibutuhkan maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil =

5% x jumlah hari cuti hamil x jumlah jam kerja/hari Tambahan

tenaga:

5% x jumlah tenagax jam keria cuti hamil


Jumlah jam kerja efektif/tahun

23
Catatan:

a. Jumlah hari tak kerja/tahun

Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12 hari) + hari besar (12 hari) + cuti

sakit izin (10 hari) = 86 hari.

b. Jumlah hari kerja efektif/tahun.

Jumlah hari dalam 1 tahun -jumlah hari tak kerja = 365 - 86 279 hari.

c. Jumlah hari efektif/minggu = 279:7-40 minggu

Jumlah jam kerja perawat perminggu = 40 jam.

d. Cuti hamil = 12 x 6 72 hari.

e. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah

20% (untuk antisipasi kekurangan/cadangan).

f. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan

ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%.

g. Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah 55%%

tenaga profesional dan 45% tenaga nonprofesional.

Prinsip perhitungan rumus Gillies

Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk

pelayanan, yaitu sebagai berikut.

a) Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.

Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat dapat

diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total

24
care dan intensive care. Rata-rata kebutuhan perawatan langsung setiap

pasien adalah empat jam perhari. Adapun waktu perawatan berdasarkan

tingkat ketergantungan pasien adalah:

1) Self care dibutuhkan % x 4 jam:2jam

2) Partial care dibutuhkan % x 4 jam: 3 jam

3) Total care dibutuhkan 1-1% x 4 jam: 4-6 jam

4) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam: 8jam.

b) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana

perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim,

menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari

hasil penelitian RS Graha Detroit = 38 menit/pasien/hari, sedangkan

menurut Wolfe dan Young 60 menit/pasien/hari dan penelitian di Rumah

Sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien (Gillies, 1996).

c) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi: aktivitas,

pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies

(1996), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit

pasien/ hari.

c. Berdasarkan pengelompokan unit kerja dirumah sakit (Depkes, 2011).

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:

Jumlah jam perawatan


Jam kerja efektif per Shif
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi

dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day).

25
Loss day =Jmlh hari minggu I thn+cuti+hari besar x Jmlh perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan

(non-nursing jobs), seperti: membuat perincian pasien pulang, kebersihan

ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-lain, diperkirakan 25%

dari jam pelayanan keperawatan.

(Jumlah tenaga keperawatan + loss day ) x 25%

Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi

Tingkat ketergantungan pasien:

Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang didasarkan pada

kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan.

1) Asuhan keperawatan minimal (minimal care), dengan kriteria:

a) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri;

b) makan dan minum dilakukan sendiri;

c) ambulasi dengan pengawasan;

d) observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap Shif;

e) pengobatan minimal, status psikologis stabil.

2) Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:

a) kebersihan diri dibantu makan minum dibantu;

b) observasi tanda-tanda vital setiap empat jam;

c) ambulasi dibantu. pengobatan lebih dari sekali.

3) Asuhan keperawatan agak berat, dengan kriteria:

26
a) sebagian besar aktivitas dibantu;

b) observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali:

c) terpasang kateter Foley, intake dan output dicatat;

d) terpasang infus;

e) pengobatan lebih dari sekali

f) persiapan pengobatan memerlukan prosedur

4) Asuhan keperawatan maksimal, dengan kriteria:

a) segala aktivitas dibantu oleh perawat,

b) posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda vital setiap dua jam

c) makan memerlukan NGT dan menggunakan suction;

d) gelisah/disorientasi.

b) Metode pemberian asuhan keperawatan

a. Timbang Terima

1. Pengertian

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara

untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan

dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan

seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan

lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang

sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat itu. Informasi

yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan

keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima

dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer

27
(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan

lisan.

2. Tujuan :

1) Tujuan umum

Mengomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan

informasi yang penting

2) Tujuan khusus

a) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).

b) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam

asuhan keperawatan kepada pasien.

c) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak

lanjuti oleh perawat dinas berikutnya.

d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

3. Manfaat

1) Bagi Perawat

a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

b) Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab

antar perawat.

c) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan.

d) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara

paripurna.

2) Bagi Pasien

28
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada

yang belum terungkap.

Tabel 2.5 Prosedur Timbang Terima


Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. Timbang terima Station ........Menit Nurse Station PP, PA
setiap pergantian
Shif/operan.
2. Prinsip timbang terima,
semua pasien baru masuk
dan pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya
pasien yang memiliki
permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta
yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PA/PP menyampaikan
timbang terima kepada PP
(yang menerima
pendelagasian) berikutnya,
hal yang perlu
disampaikan dalam
timbang terima:
a. aspek umum yang
meliputi: MI s/d MS;
b. jumlah pasien;
c. identitas pasien dan
diagnosis medis;
d. data (keluhan/subjektif
dan objektif);

29
e. masalah keperawatan
yang masih muncul;
f. intervensi
keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum);
g. intervensi kolaboratif
dan dependen;
h. rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang, dan
program lainnya).
Pelaksanaan 1. Kedua kelompook dinas ........Menit Nurse Station PP, PA
sudah siap (Shif jaga).
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku
catatan.
3. Kepala ruang membuka
acara timbang terima.
4. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat oleh
perawat jaga (NIC).
5. Perawat jaga Shif
selanjutnya dapat
melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan
validasi terhadaphal-hal
yang telah ditimbang

30
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai hal-
hal yang kurang jelas. Di
Bed Pasien
6. Kepala ruang
menyampaikan salam dan
PP menanyakan kebutuhan
dasar pasien.
7. Perawat jaga selanjutnya
mengkaji secara penuh
terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan,
dan tindakan yang
telah/belum dilaksanakan,
serta hal-hal penting lainnya
selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan memerlukan
perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserah terimakan kepada
petugas berikut
Post 1. Diskusi. ........Menit Nurse Station PP, PA
Timbang 2. Pelaporan untuk timbang
Terima terima dituliskan secara
langsung pada format
timbang terima yang ditanda
tangani oleh PP yang jaga
saat itu dan PP yang jaga
berikutnya diketahui oleh
Kepala Ruang
3. Ditutup oleh KARU.
Hal hal yang harus diperhatikan

31
1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian Shif.

2. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP).

3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.

4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.

5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.

6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang

cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia

bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara

langsung di dekat pasien.

7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya

dibicarakan di nurse station.

32
Alur Timbang Terima

SITUATION

Data demografi Diagnosis


diagnosis Keperawatan (Data)

Background

Riwayat Keperawatan

Assessment :
KU; TTV; GCS; Skala Nyeri; Skala Risiko
Jatuh; dan ROS (Poin yang penting)

Rekomendation
1. Tindakan yang sudah diberikan
Format Timbang Terima
2. Tindakan yang dilanjutkan
3. Stop tindakan dan therapi

Gambar 2.1 Alur Timbang Terima

Format Timbang Terima Penderita

33
Nama Pasien : Kamar :
Umur : Dx. Medis :
Tanggal. :
Timbang Terima
Asuhan Keperawatan
Shif Pagi Shif Sore Shif Malam
Masalah Keperawatan
Data fokus (Subjektif dan S : S: S:
Objektif)
O: O: O:
A: A: A:
P: P: P:
Intervensi yang sudah dilakukan
Intervensi yang belum dilakukan
Hal-hal yang perlu diperhatikan
(Laboratorium, obat, advis medis)
Tanda tangan PP PP Pagi: PP Sore: PP Malam:
PP Sore: PP Malam: PP Pagi:
Karu : Karu

c) Ronde Keperawatan

1. Pengertian

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk

mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh

perawat di samping melibatkan pasien untuk membahas dan

melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus

dilakukan oleh perawat primer dan/atau konselor, kepala ruangan, dan

34
perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim

kesehatan (Nursalam, 2002).

Karakteristik antara lain sebagai berikut :

1) Pasien dilibatkan secara langsung

2) Pasien merupakan fokus kegiatan.

3) PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama.

4) Konselor memfasilitasi kreativitas.

5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam

meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

2. Tujuan

1) Tujuan Umum

Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis

dan diskusi.

2) Tujuan Khusus

a) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.

b) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.

c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis

keperawatan.

d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berorientasi pada masalah pasien.

e) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan

keperawatan.

f) Meningkatkan kemampuan justifikasi.

35
g) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

3. Manfaat

1) Masalah pasien dapat teratasi.

2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

3) Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional.

4) Terjalinnya kerja sama antar tim kesehatan.

5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan

tepat dan benar.

Kriteria Pasien

Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien

yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun

sudah dilakukan tindakan keperawatan.

2) Pasien dengan kasus baru atau langka.

36
Alur Kegiatan Ronde Keperawatan
Tahap Pra
PP

Penerapan Pasien 1. Apa diagnosis keperawatan ?


2. Apa data yang mendukung ?
Persiapan Pasien : 3. Bagaimana intervensi yang
Tahap pelaksanan di 1. Informed Consent sudah dilakukan
Nurse Station 4. Apa hambatan ditemukan ?
2. Hasil Pengkajian /
Validasi data
Validasi data di Bed Pasien
Tahap pelaksanan di
Penyajian Masalah
kamar pasien
PP, Konselor, KARU
Kesimpulan dan
Pasca Ronde rekomendasi Solusi
Lanjutan – Diskusi di
(Nurse Station) Masalah
Nurse Station

Gambar 2.2 Alur Kegiatan Ronde Keperawatan

Keterangan

1. Pra Ronde

a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah

yang langka).

b. Menentukan tim ronde.

c. Mencari sumber atau literatur.

d. Membuat proposal.

e. Mempersiapkan pasien: imformed consent dan pengkajian.

37
f. Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Apa data yg mendukung?

Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang

ditemukan selama perawatan?

2. Pelaksanaan Ronde

a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada

masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan

atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.

b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut

c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala

ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan

dilakukan.

3. Pasca Ronde

a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan.

b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis; intervensi

keperawatan selanjutnya.

Peran Masing masing anggota Tim

1. Peran Perawat Primer dan Perawat Associale

a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.

b. Menjelaskan diagnosis keperawatan.

c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.

d. Menjelasakan hasil yang didapat.

e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil.

f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.

38
2. Peran Perawat Konselor dan Tenaga Kesehatan lain

a. Memberikan justifikasi.

b. Memberikan reinforcement.

c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan

serta rasional tindakan.

d. Mengarahkan dan koreksi.

e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah di pelajari.

Kriteria Evaluasi

Struktur

1. Persyaratan administratif (informed consent, alat, dan lainnya).

2. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde

keperawatan.

3. Persiapan dilakukan sebelumnya.

d) Supervisi Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan

1. Pengertian

Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan

pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor

mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan

peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.

Syarat

Untuk dapat melasaksanakan supervisi dengan baik diperlukan

beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana

supervisi atau supervisor (Azwar, 2006) adalah sebagai berikut:

39
1) Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang

disupervisi, atau apabila tidak mungkin, dapat ditunjuk staf

khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang

jelas.

2) Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang disupervisi.

3) Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan

supervisi, artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik

supervisi.

4) Pelaksana supervisi harus mempunyai sifat edukatif, suportif, dan

bukan otoriter.

5) Pelaksana harus mempunyai waktu yang cukup, tidak tergesa-

gesa, dan secara sabar berupaya meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap bawahan yang disupervisi.

Pelaksana supervisi yang baik memerlukan bekal kemampuan

yang banyak. Selain lima syarat atau karakteristik tersebut, juga

dibutuhkan kemampuan melakukan komunikasi, motivasi,

pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan.

2. Tujuan

Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan

pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,

ketrampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.

40
3. Manfaat Supervisi

Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat

dibedakan atas dua macam yakni :

1) Meningkatkan efektivitas kerja, peningkatan efektivitas kerja ini

erat hubungannya dengan makin meningkatnya pengetahuan dan

keterampilan "bawahan", serta makin terbinanya hubungan dan

suasana kerja yang lebih harmonis antara "atasan" dengan

"bawahan".

2) Meningkatkan efisiensi kerja, peningkatan efisiensi kerja ini erat

hubungannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang

dilakukan oleh "bawahan'". sehingga pemakaian sumber daya

(tenaga, dana, dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

41
Alur Supervisi

PRA KEPALA BIDANG


PERAWAT
MENERAPKAN KEGIATAN
DAN TUJUAN SERTA
INSTRUMEN/ALAT UKUR KEPALA PER IRNA
PELAKSANAAN

Menilai Kinerja Perawat :


KEPALA RUANGAN
Responsibility –Accountability
– Authorithy (R-A-A)
PASKA
SUPERVISI
PEMBINAAN (3-F)

1. Penyampaian Penilaian
(Fair)
PP 1 PP 2
2. Feed Back (Umpan Balik)
3. Ollow Up (Tindak Lanjut),
PA PA
Pemecahan Masalah Dan
Reward

KINERJA PERAWAT DAN


KUALITAS PELAYANAN

Gambar 2.4 Alur Supervisi

42
e) Dokumentasi Keperawatan

1. Pengertian

Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan

manajemen asuhan keperawatan profesional. Ners profesional

diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung

gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran

masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga

dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan. Komponen

penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses

keperawatan, dan standar asuhan keperawatan. Efektivitas dan

efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi yang

relevan serta akan meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan.

Salah satu bentuk kegiatan keperawatan adalah dokumentasi

keperawatan profesional yang akan tercapai dengan baik apabila

sistem pendokumentasian dapat dilakukan dengan benar. Kegiatan

pendokumentasian meliputi keterampilan berkomunikasi dan

keterampilan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan

standar asuhan keperawatan. Konsep solusi terhadap masalah di atas,

perlu disusun standar dokumentasi keperawatan agar dapat digunakan

sebagai pedoman bagi ners dengan harapan asuhan keperawatan yang

dihasilkan mempunyai efektivitas dan efisiensi.

43
2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Menerapkan sistem dokumentasi keperawatan dengan benar di

Ruang IGD RSU Sele Be Solu.

b. Tujuan Khusus

1) Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pendekatan proses

keperawatan).

 Mendokumentasikan pengkajian keperawatan.

 Mendokumentasikan diagnosis keperawatan.

 Mendokumentasikan perencanaan keperawatan.

 Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan.

 Mendokumentasikan evaluasi keperawatan.

2) Mendokumentasikan pengelolaan logistik dan obat.

 Mendokumentasikan HE (health education) melalui

kegiatan perencanaan pulang.

 Mendokumentasikan timbang terima (pergantian Shif

jaga).

 Mendokumentasikan kegiatan supervisi.

 Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui

ronde keperawatan.

3. Manfaat

1) Sebagai alat komunikasi antar ners dan dengan tenaga kesehatan

lain.

44
2) Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum.

3) Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

4) Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu

keperawatan.

5) Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan

keperawatan.

4. Pengkajian Keperawatan

1) Pengumpulan data, kriteria, yaitu LLARB:

a) Legal

b) Lengkap

c) Akurat

d) Relevan

e) Baru

2) Pengelompokan data, kriterianya adalah sebagai berikut :

a) Data biologis:

1. observasi tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik melalui

IPPA (inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi)

2. Pemeriksaan melalui diagnostik/penunjang, yaitu

laboratorium dan rontgen.

b) Data psikologis, sosial, dan spiritual melalui wawancara.

c) Format pengkajian data awal menggunakan model ROS

(review of sistem) yang meliputi data demografí pasien,

45
riwayat keperawatan, observasi dan pemeriksaan fisik, serta

pemeriksaan penunjang/diagnostik.

5. Diagnosis Keperawatan

Kriteria antara lain sebagai berikut :

1) Status kesehatan dibandingkan dengan standar untuk menentukan

kesenjangan.

2) Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan penyebab

kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.

3) Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang ners.

4) Komponen diagnosis terdiri atas P-E-S.

6. Perencanaan

Komponen perencanaan keperawatan terdiri atas:

1) Prioritas masalah

Kriteria antara lain sebagai berikut :

a) Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas

utama.

b) Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan

prioritas kedua.

c) Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas

ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan, memenuhi syarat SMART (Specific

Measurable Achievable Reasonable Time)

46
Kriteria (SIKI) disesuaikan standar pencapaian, antara lain

sebagai berikut :

a) Tujuan dirumuskan secara singkat.

b) Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan.

c) Spesifik pada diagnosis keperawatan.

d) Dapat diukur.

e) Dapat dipertanggung iawabkan secara ilmiah.

f) Ada target waktu pencapaian

3) Rencana tindakan didasarkan pada SIKI yang telah ditetapkan

oleh instansi pelayanan setempat. Jenis rencana tindakan

keperawatan mengandung tiga komponen, meliputi DET tindakan

keperawatan, yaitu sebagai berikut :

a) Diagnosis/Observasi

b) Edukasi (HE).

c) Tindakan independen, dependen, dan interdependen.

Kriteria meliputi hal sebagai berikut :

a) Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan.

b) Merupakan alternatif tindakan secara tepat.

c) Melibatkan pasien/keluarga.

d) Mempertimbangkan latar belakang sosial budaya

pasien/keluarga.

e) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang

berlaku.

47
f) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.

g) Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber

daya, dan fasilitas yang ada.

h) Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan penulisan

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

i) Menggunakan formulir yang baku.

7. Intervensi atau Implementasi Keperawatan (NIC: Nursing

Intervention Classification)

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan

yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi

secara optimal yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, dan

pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan keluarga.

Intervensi keperawatan berorientasi pada 15 komponen dasar

keperawatan yang dikembangkan dengan prosedur teknis nersan.

Kriteria meliputi:

1) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan

2) Mengamati keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien

3) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien/keluarga

4) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

5) Menggunakan sumber daya yang ada

6) Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan

pasien/keluarga

48
7) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan

keperawatan

8) Menerapkan prinsip-prinsip aseptik dan antiseptic

9) Menerapkan etika keperawatan

10) Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasy, dan

mengutamakan dan keselamatanpasien

11) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien

12) Merujuk dengan segera terhadap masalah yang mengancam

keselamatan pasien

13) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan

14) Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan

15) Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang

telah ditentukan

16) Prosedur keperawatan umum maupun khusus dilaksanakan sesuai

dengan prosedur tetap yang telah disusun.

8. Evaluasi

Dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai

perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan. Kriteria meliputi:

1) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi

2) Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan

tingkah laku pasien

3) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil

tindakan selanjutnya

49
4) Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain

5) Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin dicapai dan

standar praktik keperawatan)

Komponen evaluasi, mencakup aspek K-A-P-P (Kognitif-Afektif-

Psikomotor- Perubahan biologis), yaitu sebagai berikut :

1) Kognitif (pengetahuan klein tentang penyakit dan tindakan).

2) Afektif (sikap) klien terhadap tindakan yang dilakukan.

3) Psikomotor (tindakan/perilaku) klien dalam upaya penyembuhan.

4) Perubahan biologis (tanda vital, sistem, dan imunologis).

Keputusan dalam evaluasi adalah sebagai berikut :

1) Masalah teratasi.

2) Masalah tidak teratasi, harus dilakukan pengkajian dan

perencanaan tindakan ulang

3) Masalah teratasi sebagian, perlu modifikasi dari rencana tindakan.

4) Timbul masalah baru

50
BAB III

ANALISA SITUASI

A. GAMBARAN PROFIL RUANGAN IGD RSUD SELE BE SOLU

1. PEMBAGIAN RUANGAN

a. Ruang perawat

b. Ruang tindakan

c. Ruang Observasi (6)

d. Boarding anak (2)

e. Resusitasi room / RR (2)

f. Rungan isolasi

2. DAFTAR NAMA PETUGAS RUANG IGD

Tabel 3.1 Daftar Nama Petugas Ruang IGD

No Nama Pendidikan Honor PNS


1 Ns. Sam Isir, S.Kep Ners √
2 Ummie F Moha, S.Kep S1 Kep √
3 Ali Dahlia, AMK DIII Kep √
4 Syauful Irianto, AMK DIII Kep √
5 Ary A Afandy, AMK DIII Kep √
6 Ns. Mardiana Ratagi, S.Kep Ners √
7 Musa Irianto, AMK DIII Kep √
8 Jamlia, AMK DIII Kep √
9 Ns. Grace Rasubala, S.Kep Ners √
10 Rusli Muin,AMK DIII Kep √
11 Ns. Yunus A Blesia, S.Kep Ners √

51
12 Bertimus Kia Tukan, AMK DIII Kep √
13 Ns. Johana A Pekpekay, S.Kep Ners √
14 Richart Name-name, AMK DIII Kep √
15 Ns. Rahmat Tri Afriandi, S.Kep Ners √
16 Fany Isti Hajijah, AMK DIII Kep √
17 Edi Putra Marbun, AMK DIII Kep √
18 Fransiskus Syenen, AMK DIII Kep √
19 Ns. Ryan Dari Lonsong, S.Kep Ners √
20 Kriswanto, AMK DIII Kep √
21 Ns. French Ohoiner, S.Kep Ners √
22 Alamsyah, AMK DIII Kep √
23 Agnes M Wutoy, AMK DIII Kep √
Jumlah 23 16 7

52
3. DENA RUANGAN IGD

Keterangan :

Tempat tidur / Bed Kaca

Pintu Meja

53
4. PENGUMPULAN DATA
1) Sumber Daya Manusia
a. Stuktur Organisasi

KEPALA INSTALASI
Dr. Elkana Siringoringo

KEPALA RUANGAN
Ns. Sam Isir, S.Kep

ADMISTRASI
Betty Siagian

DOKTER JAGA
- Dr. Elkana Siringoringo
- Dr. Lenny Fernando Silaban
- Dr. Gleopatra Dorothy Molle
- Dr. Lalilatul Nafi’ah
- Dr. Sri Haji Sarigih
- Dr Charles Daniel Fengky
- Dr. Andrew Ivan Humonobe
- Dr. Mutiara Aprillia Senolinggi
- Dr. Romaria Omega Polilton
- Dr. Yoas Lokbre
- Dr. Tri Budi Wiyono
- Dr. Daniel Pramono
- Dr. Elisabeth Andrea Liembers
- Dr. Leberina Hendrayetty Tunjanan

KETUA TIM I KETUA TIM II KETUA TIM III KETUA TIM IV KETUA TIM V
Syaiful I, AMK Jamlia, AMK Bertimus, AMK Fany I H, AMK Kriswanto, AMK

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA


Ummie M, S.Kep Ns.Grace R Ns. Johana A P Edi P M, AMK Ns. French O
Ali , AMK Rusli Muin,AMK Richart N, AMK Fransisks S, AMK Alamsyah, AMK
Ary Afandi, AMK Ns. Yunus Blesia Ns. Rahmat Tri A Ns. Ryan Dari L Agnes W, AMK
Ns. Mardiana R
54
Musa I, AMK
b. Keterangan

1. Karakteristik ketentuan berdasarkan spesipikasi pekerjaan

Tabel 3.2 Distribusi Ketenagaan berdasarkan spesifikasi pekerjaan di ruang IGD

bulan juni 2022

No SpeShifikasi Pekerjaan Jumlah

1 Dokter 14

2 Perawat 23

3 Admin 1

4 Klining servis 2

Jumlah 40

Berdasarkan tabel 3.2 di atas, sebagaian besar (23 orang) keterangan yang

berkerja di Ruang IGD adalah perawat

2. Keterangan berdasarkan tingkat pendidikan perawat

Tabel 3.3 Distribusi keterangan berdasarkan tingkat pendidikan perawat di

ruangan IGD bulan juni 2022

No Pendidikan Jumlah

1 Strata 1 dan Ners 8

2 Diploma III 15

Jumlah 23

55
Berdasarkan tabel 3.3 di atas, sebagian besar (15 orang) ketenaga kerjaan

di ruang IGD berpendidikan Diploma III

3. Katakteristik ketenaga kerjaan keperawatan berdasarkan masa kerja

Tabel 3.4 distribusi tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja di ruang IGD

bulan juni 2022

No Masa Kerja Jumlah

1 < 5 Tahun 5

2 > 5 Tahun 18

Jumlah 23

Berdasarkan tabel 3.4 di atas, sebagaian besar (18 orang) keterangan yang

berkerja di Ruang IGD>5 tahun

4. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan Diklat (BTCLS) yang diperoleh

Tabel 3.5 tenaga keperawatan berdasarkan diklat yang diperoleh di ruang IGD

bulan juni 2022

No Masa Kerja Jumlah

1 Pernah diklat 21

2 Tidak perna diklat 2

Jumlah 23

Berdasarkan tabel 3.5 di atas, sebagaian besar (2 orang) petugas yang

berkerja di Ruang IGD tidak pernah di diklat

56
c. Rekapitulasi Ruang Rawat Di Rungan IGD

Tabel 3.6 Rekapitulasi Ruang Rawat Inap Rungan IGD

Bulan
No Uraian Total
April Mei Juni
1 Total Rawat 46 37 38 120
2 Hari Rawat 74 hari 65 hari 92 hari 231
3 Lama Rawat 46 37 38 120
4 Pasien keluar Hidup 36 26 28 90
5 Pasien Meninggal 10 11 10 31
6 Pasien Out 21 14 11 192
BOR 13% 11% 11% 36%
LOS 2 hari 3 hari 3 hari 6 hari
TOI 15,4 5,2 4 23
BTO 4 3 3 10,9

1) Pergitungan ketenagaan

Menurut Depkes

Jumlah pasien di 3 bulan terakhir = 120 = 4


Jumlah hari dalam sebulan 30

Jumlah perawat di ruangan/hari = 23 pekerja = 17,1


Jam efektif perawatn 7 Jam

57
Untuk menghitung jumlah tenaga tersebut perlu ditambahkan (Faktor

koreksi) dengaan hari libur/cuti/haribesar (loss day) :

Jmlah hari mnggu dlm 3 blan + cuti + hri besar X Jmlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

12 + 21 + 4 X 17,1 = 8,5 orang


66
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkn per Shif , yaitu

dengan ketentuan menurut Swansburg (2005). Proporsi dinas pagi 49 %,

Shift sore 35 %, dan Shift malam 16 %

Menurut Dougles

Jumlah
Shift Pagi Shift Sore Shift Malam
pasien
Minimal care 8 8x0,14=1,2 8x0,14=1,12 8x0,07=0,56
Parsial care 22 22x0,27=5,94 22x0,15=3,3 22x0,10=2,2
Total care 88 8x0,34=2,7 8x0,3=2,4 8x0,2=1,6
Jumlah 38 10,18 = 10 6,82 = 7 4,36 = 4

Shif pagi = 10, Shift sore = 7, Shif malam = 4

Faktor libur dan cuti = 25% x 21 = 5,23 perawat

Shif pagi + Shif Sore + Shif malam + Libur + Karu

10+7+4+5+1 = 27 – 23 = 4 petugas

Perbandingan haasil perhitungan tenaga perawat di ruang IGD

Hasil
Metode
Jumlah tenag yang ada Julmah tenaga yang diperlukan
Dougles 23 4
Depkes 23 8

58
2) Efisiensi pelayanan di ruang IGD

a) BOR (Bed Occupancy Rate)

Gambar 3.3 Grafik BOR (Bed Occupancy Rate) di ruang IGD Sele Be

Solu pada bulan April, Mei dan Juni 2022.

40
36
35
30
25
20
15 13
11 11
10
5
0
APRIL MEI JUNI TOTAL
Berdasarkan grafik 3.1 di atas, dapat disampaikan bahwa rata-rata

pemakaian tempat tidur (BOR) di Ruang IGD RSUD Sele Be Solu Kota

Sorong (36%) berada dibawah standar nasional (75% - 85% ).

b) LOS (Length Of Stay)

Gambat 3.4 Grafil LOS (Length Of Stay) di ruang IGD Sele Be Solu pada

bulan April, Mei dan Juni 2022.

59
7
6
6
5
4
3 3
3
2
2
1
0
APRIL MEI JUNI TOTAL
Berdasarkan grafik 3.2 di atas, dapat disampaikan bahwa rata-rata

lamanya perawatan seorang pasien (LOS) di Ruang IGD RSUD Sele Be

Solu Kota Sorong (6 Hari) berada di standar normal nasional (6 Jam ).

c) TOI (Turn Over Interv)

Gambar 3.5 Grafik TOI (Turn OverInterv) di ruang IGD Sele Be Solu
pada bulan April, Mei dan Juni 2022.
25 23

20
15.4
15

10
5.2
5 4

0
APRIL MEI JUNI TOTAL
Berdasarkan grafik 3.3 di atas, dapat disampaikan bahwa rata-rata

tempat tidur yang tidak ditempati pasien (TOI) di Ruang IGD RSUD Sele

Be Solu Kota Sorong (23) berada diatas standar nasional (1 – 3).

60
d) BTO (Bed Turn Over)

Gambar 3.6 Grafik BTO (Bed Turn Over) di ruang IGD Sele Be Solu
pada bulan April, Mei dan Juni 2022.
12
10.9
10

6
4
4 3 3
2

0
APRIL MEI JUNI TOTAL
Berdasarkan grafik 3.4 di atas, dapat disampaikan bahwa rata-rata

frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) di Ruang IGD RSUD Sele Be

Solu Kota Sorong (10 kali) berada pada standar abnormal nasional (4 kali

– 5 kali).

d. Diagnosa Penyakit Terbanyak

Tabel 3.7 Data 10 Besar Penyakit bulan April, Mei dan Juni 2022 sebagai berikut :
No Jenis Penayakit Jumlah Kasus

1 Dispepsia 31

2 Febris 23

3 TB Paru 21

61
4 GERD 20

5 Hipertensi 19

6 Hipokalemia 16

7 Diabetes Melitus 13

8 Pnemonia 13

9 Fomitus Profus 11

10 Cedera Kepala Ringan (CKR) 10

e. Sarana dan Prasarana

Tabel 3.8 Sarana dan Prasarana

Kondisi
No Nama Barang Jumlah Keterangan
Baik Tidak Baik
1 Tensi Berdiri 2 0 2
2 TB Berdiri 1 0 1
3 TB Bayi 1 0 1
4 Alat Baca Foto 1 0 1
5 Sering PAM 5 0 5
6 Infus PAM 2 0 2
7 Kulkas Obat 1 0 1
8 Alat Steril 1 1 2
9 Piala Ginjal 1 0 1
10 Pingset Serigris 1 0 1
11 Kom 1 0 1
12 Klem 3 0 3
13 BAK Instrumen 3 0 3
14 Tromol 2 0 2

62
15 Tangga Pasien Stenlis 1 1 2
16 Slim Seher 1 0 1
17 Troli 6 0 6
18 Tiang Infus 11 4 15
19 Monitor TTV 3 0 3
20 Kompresor Nebulizer 1 0 1
21 Termometer 3 0 3
22 Oximetri 3 0 3
23 EKG 2 0 2
24 Troli Emergensi 2 0 2
25 Oksigen Transfer 6 0 6
26 Meja Instrumen 4 1 5
27 Kursi Roda 2 1 3
28 Brankar/BAD 11 0 11
29 Amubag/Ambu Bag 6 0 6
30 Oksigen Eraspos 1 0 1
31 Tempat Sampah infeksi 4 0 4
Tempat Sampah Non
32 2 0 2
Infeksi
33 Safety Box 7 0 7
34 Box Pengantar Lab 1 0 1
35 Meja 6 0 6
36 Kursi 20 0 20
37 Kipas angin 1 0 1
38 Lemari 6 0 6
39 Komputer 2 0 2
40 Printer 1 0 1

63
B. ANALISA SWOT

Strengths Weaknesses Opportunitities Threats


(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)

Adanya visi dan misi 1. Tidak ditemukan Visi, Pembuatan visi dn misi Ruangan tidak memiliki
Rumah sakit untuk Misi ruangan IGD akan menjadi acuan bagi pencapaian tersendiri
meningkatkan pelayanan pemberi pelayanan
2. Ada beberapa sarana
prasarana yang tidak
tersedia

Sebagian besar ketenagaan 1. Sebagian besar tenaga Dengan pendidikan yang 1. Terbatasnya tenaga
di ruangan IGD keperawatan di ruang IGD memadai, profesionalitas keperawatan yang ada
berpendidikan Strata 1 memiliki pengalaman dalam melakukan tindakan dapat mempengaruhi
Ners (35 %) dan Diploma kerja < 5 tahun di ruang pun akan meningkat penerapan perawatan yang
III (65 %) IGD profesional

2. Rata-rata lama rawat 2. Adanya tuntutan yang


pasien (LOS) di ruang tinggi dari masyarakat
IGD RSUD Sele Be Solu untuk mendapat pelayanan
Kota Sorong (6 jam ) yang profesional
berdasarkan standar
nosional (6 jam)

3. Rata-rata pemakaian
tempat tidur (BOR) di
ruang IGD RSUD Sele Be
64
Solu Kota Sorong (36%)
berdasarkan di bawah
standar nasional (75% -
85%)

Struktur organisasi yang 1. Tidak ditemukan Dapat menjalankan tugas 1. Setiap pasien memiliki
diterapkan di ruang IGD adanya stuktur organisasi dan tanggung jawab sesuai hak yang sama untuk
adalah stuktur organisasi dengan jabatan / mendapat pelayanan
2. Dalam penerapannya
dengan menggunakan kedudukan maksimal
belum sesuai dengan
metode tim yang sesuai
model tim yang 2. Kesalahan dalam
dengan Model Praktik
diterapkan, karena hampir memeberikan pelayanan
Keperawatan Profesional
setiap perawat yang kesehatan
(MAKP)
berdinas diruangan
mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang
sama untuk melayani
pasien

3. Tidak ditemukan dena


ruangan di IGD

Tersedia buku laporan 1. Pelaksanaan timbang Dapat meningkatkan Resiko tinggi


jaga untuk setiap shif terima belum maksimal, pelayanan dan semangat ketidaksesuaian
65
dimana hanya ketua tim kerja yang baik antar melakukan tindakan
atau 1-2 orang saja yang petugas kepada pasien atau salah
melakukan timbang pasien
terima, karena beberapa
petugas yang datang
terlambat

2. Tidak adanya sanksi


bagi petugas yang tidak
disiplin waktu

C. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Tidak ditemukan Visi, Misi ruangan IGD

2. Ada beberapa sarana prasarana yang tidak tersedia

3. Sebagian besar (orang) tenaga keperawatan di ruang IGD memiliki pengalaman kerja < 5 tahun di ruang IGD

4. Rata-rata pemakaian tempat tidur (BOR) di ruang IGD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong (36%) berdasarkan dibawah standar

nasional (75% - 85%)

5. Tidak ditemukan adanya stuktur organisasi

66
6. Dalam penerapannya belum sesuai dengan model tim yang diterapkan, karena hampir setiap perawat yang berdinas diruangan

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama untuk melayani pasien

7. Tidak ditemukan dena ruangan di IGD

8. Pelaksanaan timbang terima belum maksimal, dimana hanya ketua tim atau 1-2 orang saja yang melakukan timbang terima,

karena beberapa petugas yang datang terlambat

9. Tidak adanya sanksi bagi petugas yang tidak disiplin waktu

67
D. PRIORITAS MASALAH

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas

Man

1. Sruktur organisasi yang belum tersedia 3 2 3 4 4 16 IV

Jumlah tenaga yang berada di ruang IGD 5 4 5 4 4 22 I

Material

Tidak ditemukan dena ruangan di IGD 1 2 1 2 3 9 VII

Ada beberapa sarana dan prasarana yang belum


4 3 4 4 3 18 III
2. tersedia

Rata-rata pemakaian tempat tidur (BOR) di ruang


IGD RSUD Sele Be Solu Kota Sorong (36%) 5 4 3 4 4 20 II
berdasarkan dibawah standar nasional (75% - 85%)

Matode

3. Visi dan Misi ruangan IGD belum tersedian 3 2 2 2 1 10 VI

Pelaksanaan timbang terima belum begitu maksimal 4 2 3 3 2 14 V

68
Keterangan :

Mg (Magnetude) : Kecenderungan besar dan seringnya masalah

Sv (Saverity) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah

Mn (Manageabiliti) : Berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur untuk perubahannya

Nc (Nursing Consent) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat

Af (affordability) : Kesediaan sumber daya

Rentan nilai yang digunakan 1-5, yaitu :

5 = sangat penting

4= penting

3 = cukup penting

2 = kurang penting

1= sangat kurang penting

69
E. PLAN OF ACTION (POA)

Indikator/Target Penanggung
No Masalah Tujuan Program/Kegiatan Waktu
Keberhasilan jawab

Jumlah tenaga yang Kebutuhan tenaga Menganjurkan Kebutuhan perawat Irmawati Maulana,
berada di ruang IGD perawat permohonan kebutuhan di IGD terpenuhi S.Kep
sebanding dengan tenaga perawat
1 Kurniawan D Disesuaikan
jumlah pasien
Yulianto, S.Kep

Sam Isir, S.Kep,.Ns

Penggunaan tempat Jumlah tempat Mengajukan kepada Karu Tersedianya tempat Selfia P Burwos,
tidur (BOR) yang tidur sebanding terkait kekurangan tempat tidur yang S.Kep
2 kurang dengan jumlaah tidur yang terjadi di ruang dibutuhkan di Ruang Yuliana Papuani Disesuaikan
pasien IGD IGD Sikowai,S.Kep
Sam Isir, S.Kep,.Ns

Sruktur organisasi Membuat bagan Melakukan kordinasi Tersedianya bagan


Yuliana Papuani
yang belum tersedia stuktur organisasi dengan Karu mengusulkan stuktur organisasi
3 Sikowai,S.Kep Disesuaikan
IGD untuk bagan stuktur IGD
organisasi IGD Sam Isir, S.Kep,.Ns

4 Tidak ditemukan Membuat dena Melakukan kordinasi Tersedianya dena Yuliana Papuani Disesuaikan

70
dena ruangan di IGD ruangan di IGD dengan Karu mengusulkan ruangan Sikowai, S.Kep
untuk pembuatan dena Ursula Safari
ruangan Jendang, S.Kep
Sam Isir, S.Kep,.Ns

Ada beberapa sarana Suatu pelayanan Mengusulkan untuk Tersedianya sarana


Ursila Safari
dan prasarana yang yang maksimal menyediakan sarana dan dan prasarana yang
Jendang, S.Kep
belum tersedia didukung dengan prasaranan alat-alat agar masih kurang di IGD
5 Selfia P Burwos, Disesuaikan
saran dan lebih rapi
S.Kep
prasarana yang
Sam Isir, S.Kep,.Ns
memadai

Visi dan Misi Menjadi panduan Merumuskan visi dan misi Seluruh perawat
ruangan IGD belum atau acuan bagi ruangan IGD sesuai IGD memenuhi dan
tersedia perawat agar bisa dengan visi dan misi memahami visi dan Rona Wenda,
bekerja secara RSUD bersama Karu dan misi ruangan S.Kep
profesional dan Para perawat
6 Yuliana Papuaani Disesuaikan
memotivasi
Sikowi,S.Kep
perawat di IGD
agar bekerja Sam Isir, S.Kep,.Ns
sesuai visi dan
misi ruangan

7 Pelaksanaan timbang Pelaksanaan Menentukan peanggung Adanya timbang Kurniawan D Disesuaikan

71
terima belum begitu timbang terima jawab dalam timbang terima yang efektif Yulianto, S.Kep
maksimal dapat dilakukan terima setiap pergantian dan sesuai
Yuliana Papuani
secara efektif dan Shif
Sikowai, S.Kep
sesuai
Sam Isir, S.Kep,.Ns
Mardiana Ratagi,
S.Kep., Ns

72
BAB IV

PEMBAHASAN

Sesuai masalah yang timbul direncanakan untuk diselesaikan masalah

dengan pendekatan manajemen keperawatan adapun kegiatan penerapan dalam

manajemen keperawatan di ruang IGD RSUD Sele Be Solu berdasarkan prioritas

masalah yang telah dirumuskan sebagai berikut:

A. Penggunaan tempat tidur (BOR) yang kurang

a. Rencana Kegiatan

Mengajukan kepada kepala ruangan terkait pembagian tempat tidur

yang telah dihitung (BOR).

b. Implementasi

1) Menghitung jumlah tempat tidur dengan perhitungan BOR menurut

Depkes

2) Mengajukan kepada Kepala ruangan terkait penambahan tempat tidur

c. Kendala Kegiatan

Tidak ada kendala dalam melakukan kegiatan

B. Jumlah tenaga yang berada di ruang IGD

a. Rencana Kegiatan

Mengajukan kepada kepala ruangan terkait penambahan tenaga

keperawatan di ruang IGD

b. Implementasi

73
1) Menghitung jumlah tenaga yang diperlukan di ruangan IGD, menurut

depkes IGD membutuhkan 8 tenaga, sedangkan menurut duogles IGD

membutuhkan 4 tenaga

2) Mengajukan kepada kepala ruangan IGD untuk menambah tenaga

keperawatan sesuai dengan kebijakan yang akan dilakukan

c. Kendala Kegiatan

Tidak ada kendala dalam melakukan kegiatan

C. Struktur organisasi yang belum tersedia

a. Rencana kegiatan

Membuat struktur organisasi dalam bentuk fisik agar fungsi dan

tanggung jawab dapat berjalan dengan baik sesuai MAKP.

b. Implementasi: 08/07/2022

1) Mendiskusikan bersama kepala ruangan terkait ketersediaan struktur

organisasi ruangan

2) Mencetak struktur organisasi

3) Menempelkan struktur organisasi yang telah dicetak/buat.

c. Kendala kegiatan

Tidak ada kendala dalam melakukan kegiatan.

D. Sarana dan prasarana yang kurang atau tidak berfungsi secara maksimal

a. Rencana kegiatan

Mengusulkan untuk menyediakan atau melakukan mintinance sarana dan

prasaranan yang kurang atau tidak berfungsi secara maksimal agar

74
terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, masyarakat dan petugas sesuai

MAKP.

b. Implementasi

1) Menyediakan tempat rekam medis atau status pasien yang sudah

diinput pada sistem,

2) Menyediakan nama-nama ruangan atau bad

3) Mengobservasi sarana dan prasarana yang kurang atau tidak dapat

berfungsi secara maksimal

c. Kendala kegiatan

Melewati berbagai macam proses pengadaan sehingga butuh waktu untuk

sarana dan prasarana cepat untuk diadakan.

E. Pelaksanaan timbang terima yang kurang optimal

a. Rencana kegiatan

Timbang terima dilakukan secara efektif dan sesuai MAKP

b. Implementasi 04-09 Juli 2022

1) Menjadi rool model dalam pelaksanaan timbang terima

2) Melaksanakan timbang terima setiap pergantian shif

c. Hasil monitoring dan evaluasi

Pelaksanaan timbang terima tidak berjalan dengan baik karena tidak

adanya komitmen bersama untuk melakukan timbang terima sesuai MAKP

d. Kendala kegiatan

Keterlambatan kedatangan petugas saat pergantian shif sehingga timbang

terima tidak dapat dilakukan dengan optimal

75
F. Denah ruangan IGD yang belum tersedia

a. Rencana kegiatan

Membuat denah ruangan dalam bentuk fisik agar dapat digunakan oleh

pasien, keluarga pasien, atau masyarakat, pengguna jasa kesehatan dan

petugas kesehatan agar terciptanya komunikasi yang adekuat dan

meminimalisir aktifitas non efektif sesuai MAKP

b. Implementasi

1) Mendiskusikan bersama kepala ruangan terkait ketersediaan denah

ruangan

2) Melakukan pencetakan denah ruangan

3) Menempelkan denah ruangan yang telah dicetak/buat.

c. Hasil monitoring dan evaluasi

Perlunya denah ruangan dibuat agar pengunjung dapat mengetahui tempat

tujuannya

d. Kendala kegiatan

Tidak terdapat adanya kendala.

G. Visi, Misi ruangan IGD yang belum tersedia

a. Rencana kegiatan

Membuat visi dan misi ruangan IGD yang merujuk pada visi misi RSUD

Sele Be Solu Kota Sorong

b. Implementasi

1. Membuat rancangan visi dan misi

76
2. Melakukan kolaborasi dengan kepala ruangan IGD dalam proses

pembuatan

c. Hasil monitoring dan evaluasi

Tidak adanya visi misi ruangan IGD yang digunakan sebagai bahan

evaluasi tindakan dan perlu dibuat agar dijadikan sebagai instrument

evaluasi dari tindakan.

d. Kendala kegiatan

Padatnya aktivitas yang menghambat terselesainya visi misi ruangan IGD.

77
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil pengkajian praktek manjemen keperawatan ditemukan 7 masalah di ruang IGD RSUD

Sele Be Solu yaitu:

1. Penggunaan tempat tidur (BOR) yang kurang

2. Jumlah tenaga yang berada di ruang IGD

3. Struktur organisasi yang belum tersedia

4. Sarana dan prasarana yang kurang atau tidak berfungsi secara maksimal

5. Pelaksanaan timbang terima yang kurang optimal

6. Denah ruangan IGD yang belum tersedia

7. Visi, Misi ruangan IGD yang belum tersedia

B. SARAN

1. Bagi rumah sakit

a. Adanya penerbitan surat keputusan tentang MAKP di ruang IGD.

b. Support sarana dan prasarana yang dibutuhkan di ruang IGD.

c. Pemberian reward bagi petugas dengan prestasi kerja yang baik sehingga memotivasi

petugas untuk melakukan asuhan keperawatan secara professional.

d. Adanya pelatihan atau pendidikan kepada petugas mengenai manajemen keperawatan

e. Perlu komitmen yang kuat dari pimpinan rumah sakit, komite keperawatan, kepala

seksi keperawatan dan bagian Diklat pendidikan serta staf keperawatan di ruang IGD

untuk menjalankan MAKP di rumah sakit.

78
2. Bidang keperawatan

a. Adanya pengawasan dari tim komite keperawatan dalam pelaksanaan MAKP di

setiap ruangan.

b. Perlu adanya rekomendasi bersama untuk melaksanakan MAKP di semua ruangan.

3. Bagi ruang IGD

a. Perlunya evaluasi kinerja rutin petugas secara berkala

b. Perlunya komitmen dan kerjasama antar kepala ruangan dan petugas dalam

pelaksanaan MAKP

c. Memberikan reward kepada petugas yang datang tepat waktu dan melaksanakan

MAKP

d. Memberikan motivasi atau sanksi kepada petugas yang kurang disiplin.

e. Memfasilitasi sarana dan prasarana petugas dalam melakukan MAKP

f. Mengusulkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang MAKP dan pelatihan yang

menunjang mutu pelayanan di ruang IGD.

g. Mengusulkan untuk membuat triase berdasarkan kondisi pasien atau diagnosa pasien.

79
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, D. 2018. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Keperawata

Dalam Hal Kemampuan, Ketanggapan, Dan Hubungan Interpersonal Perawat Di Ruang

RawatInap Kelas I Dan II Dr. Sardjito Yogyakarta.

Departemen Kesehatan. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta : Dirjen Yanmed.

Fadhilah, N., Harahap, W. A., & Lestari, Y. 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Waktu Tanggap Pada Pelayanan Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Di Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang.

Gerson, R. F. 2019. Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta. PPM.

Kelmanutu. 2018. Saredimensi Mutu Pelayanan pada Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Daerah Karel Sadsuitubun Langgur Kabupaten Maluku Tenggara

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/2018. Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD

Rumah Sakit. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia .

Khairina, I., Malini, H., Huriani, E. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pengambilan Keputusan Perawat Dalam Ketepatan Triase Di Kota Padang. Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas Indonesia. Indonesia Journal For Health Science

Vol.02, No.01

Khoiroh, U. 2019. Hubungan Respon Time dengan Kepuasan Pasien Di Unit Gawat Darurat

Rumah Sakit Muhammadiyah.

Kotler & Keller. 2018. Manajemen Pemasaran. Edisi 12, Jilid 1. PT. Indeks. Jakarta

80
Latupono, A., M. M. Alimin., & Andi Z. 2018. Hubungan mutu pelayanan terhadap kepuasan

pasien rawat inap di RSUD Masohi. JST Kesehatan 2015 ; Vol : 5 No. 1

Mardalena, I. 2016. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: PUSTAKA BARU

PRESS.

Muninjaya, A. A. G. 2019. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2016. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.

Edisi ketiga. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2017. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 4. Jakarta:

Salemba Medika

Parasunaman. 2019. A Conseptual Model Service Quality And It's Implication For Future

Reseach. Journal of Marketing, 42 Fall, 41-50.

Pohan. 2019. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta. EGC

Sabarguna, BS. 2018. Manajemen Rumah Sakit. Jilid 1. Sagung Seto. Jakarta.

Sabriya., 2019. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Ketepatan Waktu Tanggap

Penanganan Kasus pada Respon Time I di Instalasi Gawat Darurat Bedah dan Non-Bedah

RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo.

Sangadji, E. M., & Sopiah. 2018. Perilaku Konsumen: Pendekatan Praktis Disertai: Himpunan

Jurnal Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.

81
Sari, I. K. 2019. Hubungan mutu pelayanan keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien di

ruang rawat inap RSUD Dr. Rasidin Padang Tahun 2014. Tesis. Program pascasarjana

Universitas Andalas : Padang

Sugiyono. 2020. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto., 2020. Pengaruh Strategi Respon Time di Instalasi Gawat Darurat dalam Upaya

Meningkatkan Keputusan Pelanggan di Rumah Sakit Semen Gresik

Tjiptono, F. 2019. Manajemen Pelayanan Jasa. Yogyakarta : Andi

Umah, K., & Rizikiyah, I. P. 2019. Hubungan Respon Time Dengan Kepuasan Pasien. 182 -

188.

Wijaya, S. 2020. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar : PSIK FK.

82
LAMPIRAN

Konsul Laporan materi

Sarana dan Prasana

Timbang Trima Ronde Keperawatan

Seminar Temuan masalah laporan Manajemen

83
Pelaksanaan Sarana dan Prasarana

Seminar Akhir Manajemen

84

Anda mungkin juga menyukai