Penyusun:
1. R. Gusti Haryo Budi Pangestu (1902541012)
2. Rismawati Alidasil (1902541013)
3. I Gusti Agung Ayu Ari Candra Laksmi (1902541016)
4. Kenny Andrian (1902541017)
5. Putri Ayu Wulansari (1902541023)
6. Zainul Muhlisi Mahfud (1902541026)
7. I Gede Made Nugi Nugraha (1902541044)
8. Ni Luh Putu Citra Mahadewi (1902541055)
Pembimbing:
Ftr. Anak Ayu Nyoman Trisna Narta Dewi, SSt.Ft., M.Fis.
Penguji:
I Putu Yudi Pramana Putra, S.Ft., M.Fis.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
1.4. Manfaat......................................................................................................2
1.4.1. Manfaat Teoritis.........................................................................2
1.4.2. Manfaat Praktis...........................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1. Ergonomi...................................................................................................4
2.1.1. Definisi Ergonomi......................................................................4
2.1.2. Prinsip Ergonomi........................................................................4
2.1.3. Metode REBA............................................................................6
2.2. Perajin Gerabah........................................................................................11
2.2.1 Definisi Perajin Gerabah..........................................................11
2.2.2 Postur Kerja..............................................................................12
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................14
3.1. Pengukuran REBA pada Perajin Gerabah...............................................14
3.2. Permasalahan Fisioterapi pada Perajin Gerabah......................................16
3.2.1 Neck Pain..................................................................................16
3.2.2 Myofascial Pain Upper Trapezius Muscle...............................17
3.2.3 Carpal Tunnel Syndrome..........................................................17
3.2.4 Tendinitis..................................................................................18
3.2.5 Low Back Pain..........................................................................18
3.2.6 Menurunnya Fleksibilitas Hamstring.......................................18
3.3 Edukasi pada Perajin Gerabah.................................................................19
BAB IV..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
4.1. Simpulan..................................................................................................20
4.2. Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perajin gerabah merupakan seseorang yang pekerjaannya membuat
barang kerajinan gerabah. Gerabah sendiri adalah suatu alat atau benda yang
memiliki nilai guna dan berbahan dasar tanah liat yang dibentuk sedemikian
rupa yang nantinya akan dibakar pada suhu 8000oC – 9000oC dan melewati
beberapa proses lainnya sehingga bisa digunakan sehari-hari. Proses
pengolahan tanah liat menjadi gerabah sebagian besar menggunakan tenaga
fisik dan hampir 80% pembentukannya dilakukan dalam posisi duduk.
Posisi duduk dengan postur kerja yang tidak alamiah apalagi jika dilakukan
terlalu lama terbukti memiliki hubungan akan munculnya keluhan
muskuloskeletal pada perajin gerabah (Julia et al., 2022).
Keluhan MSDs atau musculoskeletal disorders merupakan suatu
keluhan akibat adanya gangguan pada fungsi tulang, otot, tendon, serta
persendian yang didapatkan dari pemaksaan gerakan dan penerimaan beban
berat yang berulang dalam jangka waktu lama. Faktor pekerjaan seperti
lama kerja, posisi kerja, beban kerja, serta frekuensi merupakan salah satu
dari beberapa faktor yang dapat menyebabkan munculnya keluhan
muskuloskeletal. Terdapat sumber yang menunjukan bagian otot yang
sering dikeluhkan oleh pekerja industri diantaranya otot leher, bahu, lengan,
tangan, jari, punggung, pinggang, serta otot lainnya hingga bagian kaki.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh Sharon dkk (2018) ditemukan
lokasi sakit atau ny eri yang paling sering muncul yaitu pada bagian tangan,
kemudian bahu, leher belakang, punggung, serta kaki yang dilaporkan
timbul akibat masa kerja mereka yang sudah panjang serta ketika terjadinya
kenaikan beban kerja. Pada kesempatan ini penulis mengidentifikasi postur
kerja perajin gerabah menggunakan Rapid Entire Body Assesment atau
sering disebut juga REBA.
REBA merupakan sebuah metode yang dapat digunakan untuk
menilai posisi kerja atau postur dari leher, punggung, lengan, pergelangan
tangan, serta kaki seorang operator. Metode ini dapat menghitung seberapa
6
besar risiko terjadinya Work-Related Musculoskeletal Disorders (WMDs)
secara cepat dan mudah dengan nilai validitas sebesar 73.7% serta nilai
reliabilitas sebesar 62 – 85%, sehingga dapat dikatakan bahwa REBA
merupakan suatu metode yang sangat baik untuk menilai postur kerja serta
risiko munculnya keluhan muskuloskeletal pada perajin gerabah (Al Madani
dan Dababneh, 2016)
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dibuatnya makalah ini,
yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi ergonomi.
2. Untuk mengetahui cara menganalisis postur kerja perajin gerabah
menggunakan metode REBA.
3. Untuk mengidentifikasi permasalahan muskuloskeletal yang terjadi
pada perajin gerabah.
4. Untuk mengetahui edukasi yang dapat diberikan kepada para perajin
gerabah.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari pembuatan student project ini sebagai
berikut:
1. Menambah pengetahuan serta referensi pembaca perihal postur
kerja perajin gerabah, cara menggunakan pengukuran REBA,
7
serta saran untuk perajin gerabah agar mendapatkan posisi kerja
yang ergonomis.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ergonomi
2.1.1. Definisi Ergonomi
Secara etimologi, istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani kuno
yang terdiri dari dua suku kata yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang
berarti hukum. Berdasarkan etimologi tersebut, ergonomi juga dapat
diartikan sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari manusia beserta
perilakunya di dalam suatu sistem kerja. Pengertian ergonomi sebagai salah
satu cabang keilmuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam
merancang suatu sistem kerja yang baik untuk mencapai tujuan yang
diinginkan melalui pekerjaan yang efektif, efisien, aman dan nyaman
(Ginting, 2010).
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas
maupun maupun dalam beristirahat atas dasar kemampuan dan keterbatasan
manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara
keseluruhan menjadi lebih baik lagi sehingga orang dapat hidup dan bekerja
secara EASNE yakni Efektif, Aman, Sehat, Nyaman, dan Efisien (Guruh
Candra Firmansyah, 2020).
2.1.2. Prinsip Ergonomi
Salah satu prinsip dasar ergonomi dalam perancangan adalah human-
centered design. Maksudnya adalah suatu rancangan hendaknya
memperhatikan faktor manusia sebagai pengguna yang mempunyai berbagai
keterbatasan secara individu dan juga memiliki variasi antarindividu. Selain
itu ergonomi adalah ilmu yang dalam penerapannya berusaha agar manusia
bisa selaras dengan pekerjaan dan lingkungan sehingga proses perancangan
juga harus sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang menggunakannya.
(Mustika, P.W., 2016).
9
Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di
tempat kerja, menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12
prinsip ergonomi yaitu:
• Bekerja dalam posisi atau postur normal;
• Mengurangi beban berlebihan;
• Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;
• Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
• Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
• Minimalisasi gerakan statis;
• Minimalisasikan titik beban;
• Mencakup jarak ruang;
• Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;
• Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;
• Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;
• Mengurangi stres.
Pada dasarnya prinsip dari ergonomi memiliki tujuan yakni
meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. Selain itu, meningkatkan
kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan
mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik
selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
(Hutabarat, D.I.Y.H., 2017)
10
2.1.3. Metode REBA
11
Skor posisi leher adalah di antara 1-4, dimana tergantung dari besar
atau kecilnya fleksi atau ekstensi dari leher, dan disertai adanya fleksi ke
samping atau gerakan memutar pada leher. Contoh skor pada gambar ini
adalah pemberian skor 1.
12
Gambar 2.5 Skor Postur A
Dari hasil contoh skor sebelumnya, jika skor leher 1, skor tubuh 3,
dan skor kaki 1, maka dihasilkan skor postur A adalah 2.
13
2.1.3.2 Analisis Lengan dan Pergelangan Tangan
14
Gambar 2.9 Analisis Pergelangan Tangan
Skor posisi pergelangan tangan berada di antara 1-3, dimana
tergantung dari besar fleksi atau ekstensi dari sendi pergelangan tangan,
serta jika adanya gerakan abduksi atau adduksi dari pergelangan tangan.
Pada contoh gambar ini, pemberian skor pergelangan tangan diberikan
skor 3.
15
Gambar 2.11 Langkah 10-13 REBA
Setelah didapatkan skor postur B, maka dapat dijumlahkan dengan
skor kopling. Skor kopling berada di antara 0-3, dimana tergantung dari
kenyamanan genggaman pada benda yang digunakan. Pada contoh
gambar, pemberian skor kopling adalah 1, maka skor B didapatkan hasil
10. Setelah itu, cocokkan skor A dan B pada tabel C. Karena skor A
didapatkan 3, skor B didapatkan 10, maka skor tabel C didapatkan hasil 8.
Setelah didapatkan skor C, maka dapat dijumlahkan dengan skor
aktivitas. Skor aktivitas berada di antara 1-3, yang bergantung jika adanya
bagian tubuh yang bekerja statis lebih dari 1 menit, adanya gerakan kecil
lebih dari 4 kali per menit, atau adanya perubahan gerakan yang cukup
besar pada postur atau adanya base yang tidak stabil. Pada contoh gambar
ini, didapatkan skor aktivitas 1. Maka, skor dari REBA adalah 9.
16
Berikut merupakan hasil interpretasi dari skor REBA. Karena dari
hasil contoh didapatkan skor 9, maka interpretasinya adalah memiliki
risiko yang tinggi, harus diperiksa serta dirubah postur kerjanya.
17
selain membentuk gerabah dengan tangan pada meja putar, perajin juga
harus memutar mejanya dengan kaki.
2.2.2 Postur Kerja
Postur kerja adalah sikap tubuh yang dilakukan selama melakukan
pekerjaan (Rahman, 2014). Postur kerja yang baik memiliki peranan
penting untuk mewujudkan pekerja yang sehat, aman, nyaman dan
produktif serta meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Postur kerja
yang sering dijumpai di lingkungan sekitar adalah postur kerja yang
dilakukan dalam posisi duduk. Pekerjaan yang dilakukan dalam posisi
duduk yaitu perajin gerabah, pekerja kantoran yang menggunakan
komputer, penjahit, sopir dan lain-lain. Pekerjaan yang dilakukan dalam
posisi duduk dalam waktu yang lama menyebabkan berbagai masalah
seperti masalah pada sistem kardiovaskuler dan yang paling sering
dijumpai adalah masalah muskuloskeletal.
Permasalahan muskuloskeletal yang diakibatkan dari postur kerja
duduk yang buruk dalam waktu lama dapat timbul karena kebiasaan
(habit). Dimana kebiasaan dan buruknya postural awareness membuat
postur yang buruk menjadi suatu kebiasaan bagi pelakunya dan nyaman
berada pada postur yang buruk tersebut. Postur yang buruk mengakibatkan
aktivitas yang berlebihan pada otot dan penekanan yang berlebih pada
sendi sehingga postur yang buruk akan cepat menimbulkan kelelahan.
Sebagai contoh keluhan yang sering terjadi adalah upper quadrant
syndrome. Upper quadrant syndrome atau sering disebut juga upper
crossed syndrome adalah kondisi dimana otot sekitar bahu mengalami
tightness yaitu otot trapezius dan pectoralis, sementara yang mengalami
kelemahan adalah sternocleidomastoid dan lower trapezius. Selain upper
crossed syndrome, keluhan muskuloskeletal yang diakibatkan oleh posisi
duduk yang lama yaitu forward head posture, rounded shoulder, low back
pain dan bahkan skoliosis. Sebuah studi menunjukkan persentase bagian
tubuh yang sering mengalami masalah akibat dari duduk lama yaitu
sebagai berikut. 52% pada punggung bawah, 45% pada leher, 38% pada
18
punggung atas, 23% pada lutut, 8% pada tangan dan pergelangan tangan,
5% pada bahu dan 4% pada kaki (Arora dkk., 2021).
Dampak negatif akibat dari duduk dalam waktu yang lama dapat
dikurangi dengan cara memodifikasi 3 hal berikut. Hal pertama adalah
aspek kerja (task) yaitu ditentukan oleh mesin, alat bantu, irama dan
kecepatan kerja. Kemudian aspek organisasi, dimana aspek ini mengatur
kebijakan dan aturan pekerjaan seperti berapa lama waktu istirahat yang
diberikan dalam 1 hari kerja. Yang terakhir adalah aspek lingkungan
(environment) meliputi pencahayan, suhu, kelembapan, cahaya, bahan
pencemar dll.
19
BAB III
PEMBAHASAN
1.
2.
3.
3.1. Pengukuran REBA pada Perajin Gerabah
20
Skor Aktivitas: + 2 (posisi statis lebih dari satu menit dan pengulangan
gerakan, diulang lebih dari 4 kali permenit)
Score A = 3 Score B = 3
Tabel Scoring C
21
Tabel 3.3 Scoring C
Tabel C + Skor Aktivitas
=3+2
=5
22
3
3.1
3.2
3.2.1 Neck Pain
Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan
terhadap iritasi. Hampir setiap cedera atau proses penyakit pada struktur
leher atau yang berdekatan akan menghasilkan spasme otot dan hilangnya
gerak. Berbagai jenis pekerjaan dapat mengakibatkan nyeri leher terutama
selama bekerja dengan posisi tubuh yang salah sehingga membuat leher
berada pada posisi tertentu dalam jangka waktu lama misalnya pekerja
yang sepanjang hari hanya duduk bekerja. Neck pain adalah nyeri yang
dirasakan pada bagian atas tulang belakang yang merupakan tanda bahwa
sendi, otot, atau bagian lain dari leher teriritasi, tegang, atau tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Menurut sebuah studi selama 1 tahun,
prevalensi nyeri muskuloskeletal di daerah leher pada pekerja besarnya
berkisar antara 6-76% dan wanita ternyata juga lebih tinggi dibandingkan
pria (Suryani, 2017).
3.2.2 Myofascial Pain Upper Trapezius Muscle
Myofascial pain syndrome merupakan rasa nyeri yang dirasakan
akibat adanya titik sensitif pada taut band. Ini dapat muncul akibat
kontraksi terus menerus karena aktivitas statis yang dilakukan selama
bekerja yang menyebabkan hipoksia pada sel otot. Salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya myofascial pain upper trapezius syndrome
adalah postur kerja. Postur menunduk memunculkan kontraksi eksentrik
pada otot upper trapezius. Pada perajin gerabah, postur menunduk disertai
dengan posisi punggung yang membungkuk akan menambah pembebanan
pada otot upper trapezius dan otot ekstensor leher lainnya untuk
mempertahankan posisi kepala. Dengan dilakukannya postur menunduk
secara statis dan dalam durasi yang lama, akan memunculkan trigger
point. Kelelahan pada otot akan memicu munculnya metabolisme
anaerobik yang menstimulasi otak untuk melepaskan zat kimia bradikinin,
histamin dan serotonin. Zat kimia tersebut akan diterjemahkan oleh
23
reseptor nyeri dan dipersepsikan sebagai nyeri. Ini sejalan dengan sebuah
penelitian yang dilakukan pada perajin gerabah di Tabanan, Bali dimana
ditemukan terdapat hubungan yang signifikan antara postur kerja dengan
risiko terjadinya myofascial pain upper trapezius muscle pada perajin
gerabah (Hari et al., 2022)
3.2.3 Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) disebabkan terjebaknya saraf
medianus dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan dengan
gejala rasa nyeri, pembengkakan, rasa seperti tertusuk, kesemutan pada ibu
jari, telunjuk dan jari tengah. Menurut sebuah studi pada perajin batu
sebanyak 22 responden dari total 57 mengalami CTS akibat gerakan
berulang berisiko seperti melakukan pekerjaan menggenggam atau
menjepit. Postur janggal yang berisiko seperti bekerja dengan postur
tangan yang tidak alamiah disertai gerakan berulang dengan frekuensi ≥ 30
kali dalam satu menit yang dilakukan setiap hari dapat meningkatkan
tendinitis yang menjadi penyebab kompresi saraf dan menimbulkan CTS
(Mallapiang and Wahyudi, 2014).
3.2.4 Tendinitis
Tendinitis yakni peradangan pada tendon yang biasanya terjadi
pada titik dimana otot melekat pada tulang. Keadaan ini akan bertambah
saat tendon digunakan terus menerus untuk mengerjakan hal-hal yang
tidak biasa seperti tekanan pada tangan, membengkokkan pergelangan
selama bekerja, atau menggeser pergelangan tangan secara berulang.
Dengan aktivitas tendon yang berlebihan dan kurangnya waktu pemulihan
menyebabkan tubuh sulit melakukan penyembuhan. Daerah yang sering
mengalami tendinitis adalah wrist, elbow, dan shoulder. Faktor risiko kerja
untuk tendinitis adalah pengulangan, kekuatan, canggung, atau postur
yang statis (Wulandari, 2012).
3.2.5 Low Back Pain
Menurut sebuah penelitian, LBP merupakan jenis penyakit yang
banyak dikeluhkan oleh perajin gerabah. Nyeri punggung bawah adalah
perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliakal akibat duduk terlalu
24
lama, sikap duduk yang salah, dan aktivitas yang berlebihan. Posisi kerja
yang tidak benar dan dipaksakan dapat menimbulkan kelelahan pada otot
dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fisik
dengan keluhan yang dirasakan pada punggung. Masa kerja dan posisi
kerja menyebabkan beban statis yang terus-menerus, apabila pekerja tidak
memperhatikan faktor-faktor ergonomi maka akan lebih mudah
menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah. Semakin lama bekerja,
semakin tinggi tingkat risiko untuk menderita nyeri punggung bawah,
terutama dengan posisi statis, yang akan mengakibatkan regangan otot-
otot, fascia, dan ligamentum (Laksana. Wurdiana Shinta, 2019).
3.2.6 Menurunnya Fleksibilitas Hamstring
Hasil penelitian menunjukkan bahwa durasi duduk dan posisi duduk
memiliki hubungan yang signifikan dengan risiko terjadinya penurunan
fleksibilitas otot hamstring. Semakin lama durasi duduk maka semakin
rendah fleksibilitas otot hamstringnya begitu pula semakin tinggi skor
REBA semakin rendah skor fleksibilitas otot hamstring. Seseorang yang
memiliki kebiasaan duduk yang cenderung statis berulang dengan durasi
duduk 6-8 jam dalam sehari dapat menyebabkan otot-otot hamstring
beradaptasi dengan keadaan memendek atau tight yang dapat menyebabkan
keterbatasan gerak otot. Ketegangan (tightness) yang terjadi jika terlalu
lama akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi jaringan kontraktil.
Efeknya jaringan kontraktil tersebut akan mengalami pemendekan, sehingga
akan berdampak terhadap fleksibilitas otot hamstring (Miucin et al., 2020).
25
bekerja secara otomatis tidak dengan tenaga yang dihasilkan oleh kaki
perajin gerabah.
2. Melakukan peregangan setelah bekerja selama 1-2 jam, peregangan
dapat dilakukan selama 8-10 detik pada setiap persendian. (Kamal B,
2019).
3. Membuat sistem perputaran pada setiap perajin agar pekerjaan yang
dilakukan tidak monoton (Wulandari, 2012).
4. Pencahayaan perlu ditambahkan pada benda-benda yang menjadi objek
kerja seperti mesin atau peralatan, proses produksi, dan lingkungan kerja
agar lebih aman dan nyaman dalam bekerja. Selain itu, pencahayaan
yang sesuai akan mengurangi risiko terjadinya kelelahan pada mata.
(Rahmayanti & Artha, 2016)
5. Gunakan juga sarung tangan, masker, serta kacamata untuk menghindari
PAK berupa dermatitis, gangguan pernapasan dan penglihatan akibat
debu tanah liat. APD ini akan membantu dalam mengurangi paparan
terhadap hazard yang ada di tempat kerja perajin gerabah (Osinubi et al.,
2017).
26
BAB IV
PENUTUP
1.
2.
3.
4.
4.1. Simpulan
Postur kerja merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan
dalam melakukan pekerjaan. Namun postur kerja sering diabaikan
sehingga tidak hanya mengganggu kualitas pekerja, akan tetapi kualitas
kesehatan dari pekerja itu sendiri salah satunya perajin gerabah. Perajin
gerabah dalam melakukan pekerjaannya cenderung dalam postur kerja
duduk di meja putar dengan menggunakan tangan dan kaki untuk
membentuk sebuah gerabah. Postur kerja yang tidak ergonomis akan
menimbulkan keluhan pada muskuloskeletal.
4.2. Saran
1. Bagi Pengusaha
Diharapkan pengusaha lebih memperhatikan risiko
muskuloskeletal disorders yang akan dialami karyawan dengan berusaha
meminimalisirnya misalnya dengan mengurangi jam kerja atau
memperpanjang waktu istirahat.
2. Bagi Karyawan
27
Diharapkan karyawan lebih mengutamakan kesehatan dan
keselamatan di dalam melakukan pekerjaan seperti memanfaatkan waktu
istirahat dengan baik, melakukan peregangan beberapa menit sekali,
menjaga pola makan, dan menggunakan alat pelindung diri saat bekerja.
3. Bagi Pembaca
Diharapkan pembaca dapat menjadikan laporan ini referensi dalam
memberikan edukasi dan perbaikan bagi perajin gerabah.
28
DAFTAR PUSTAKA
Al Madani, D. and Dababneh, A. (2016) ‘Rapid entire body assessment: A
literature review’, American Journal of Engineering and Applied Sciences,
9(1), pp. 107–118. doi:10.3844/ajeassp.2016.107.118.
Arora, S.N. and Khatri, S. (2022) “Prevalence of work-related musculoskeletal
disorder in sitting professionals,” International Journal Of Community
Medicine And Public Health, 9(2), p. 892. Available at:
https://doi.org/10.18203/2394-6040.ijcmph20220259.
Ginting, Rosnani. 2010. PerancanganProduk. EdisiPertama, GrahaIlmu,
Yogyakarta.
Guruh Candra Firmansyah, (2020) Studi Literatur Penggunaan Kursi Ergonomi
Untuk Menurunkan Keluhan Otot Rangka Dan Kelelahan., Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
Hari, K. E. D. et al. (2022) ‘Hubungan Postur Kerja Dengan Risiko Myofascial
Pain Syndrome Otot Upper Trapezius Pada Perajin Gerabah Di Desa
Pejaten, Tabanan, Bali’, Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, 10(1), p.
11. doi: 10.24843/mifi.2022.v10.i01.p03.
Hutabarat, D.I.Y.H. (2017) Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi. Media Nusa
Creative. Available at: http://eprints.itn.ac.id (Accessed: October 23,
2022).
Julia, K.T. et al. (2022) ‘Postur Kerja Dengan Kejadian Musculoskeletal
Disorders Pada Perajin Tanah Liat’, Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia,
10(2), p. 102. doi:10.24843/mifi.2022.v10.i02.p08.
Kamal B. (2019) Puskesmas Tegalrejo - Peregangan di tempat Kerja Puskesmas
Tegalrejo, PEREGANGAN DI TEMPAT KERJA. Available at:
https://tegalrejopusk.jogjakota.go.id/detail/index/8722 .
Kattang, S.G., Kawatu, P. and Tucuan, A. (2018) ‘Hubungan Antara Masa Kerja
Dan Beban Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Perajin Gerabah
Di Desa Pulutan Kecamatan Remboken Kabupaten Minahasa’, Jurnal
KESMA, 7, p. 4.
Laili, R. (2021) Pengaruh Kreativitas Perajin Gerabah Dalam Peningkatan
Pendapatan Keluarga Ditinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam [Preprint].
29
Available at: https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/4213/1/SKRIPSI
%20RODIYATUL%20LAILI%20-%20Copy%20-%20Rodiyatul
%20Laili.pdf.
Laksana. Wurdiana Shinta, L. E. (2019) ‘Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Perajin Gerabah Di Lingkungan
Sandi Kelurahan Pallantikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar
Syarlina1’, Jurnal Edudikara, p. 19.
Mallapiang, F. and Wahyudi, A. A. (2014) ‘Gambaran Faktor Pekerjaan dengan
Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Perajin Batu Tatakan di
Desa Lempang Kec.Tanete Riaja Kabupaten Barru Tahun 2015’, Public
Health Science Journal, 6(2), pp. 19–25.
Middlesworth, M. (2022) A step-by-step guide to rapid entire body assessment,
ErgoPlus. Ergonomic Plus Inc. Available at: https://ergo-plus.com/wp-
content/uploads/REBA-Guide-v-5.0.pdf?x80422 (Accessed: October 24,
2022).
Miucin, P. et al. (2020) ‘Hubungan Antara Durasi Duduk Dan Posisi Duduk
Dengan Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Pegawai Kantor Instansi
Pemerintah Sewaka Dharma Kota Denpasar’, Majalah Ilmiah Fisioterapi
Indonesia, 8(3), p. 29. doi: 10.24843/mifi.2020.v08.i03.p03.
Mudra, W. (2011) Desa Kapal, Sebagai sentra Pemasaran Produk Gerabah di Bali
[Preprint]. Available at: http://repo.isi-dps.ac.id/1162/1/Desa_Kapal
%2C_Sebagai_Sentra_Pemasaran_Produk_Gerabah_Di_Bali.pdf.
Mustika, P.W. (2016) Ergonomi Dalam Pembelajaran Menunjang Profesionalisme
Guru Di Era Global. Jurnal Pendidikan Indonesia. Available at:
https://ejournal.undiksha.ac.id (Accessed: October 23, 2022).
Osinubi, M. . et al. (2017) ‘Hazards awareness and practice of safety measures
among pottery workers in Ilorin, Kwara’, International Journal of
Medicine and Biomedical Research, 6(3), pp. 101–124. doi:
10.14194/ijmbr.6.3.1.
Rahman, C. (2014) Study And Analysis Of Work Postures Of Workers Working
In A Ceramic Industry Through Rapid Upper Limb Assessment (RULA),
http://www.eaas-journal.org/. Available at:
30
https://www.researchgate.net/publication/267915455_Study_and_Analysis
_of_Work_Postures_of_Workers_working_in_a_Ceramic_Industry_throu
gh_Rapid_Upper_Limb_Assessment_RULA (Accessed: October 24,
2022).
Rahmayanti, D. and Artha, A. (2016) “Analisis Bahaya Fisik: Hubungan Tingkat
Pencahayaan Dan Keluhan Mata Pekerja Pada area Perkantoran Health,
safety, and environmental (HSE) pt. Pertamina RU VI Balongan,” Jurnal
Optimasi Sistem Industri, 14(1), p. 71. Available at:
https://doi.org/10.25077/josi.v14.n1.p71-98.2015.
Setiawan, H. (2017) Rekomendasi Intervensi Ergonomi Pada Ukm Unggulan
Provinsi Sumatera Selatan, Jurnal Logic. Vol. 17. NO. 2. JULI 2017 .
Available at:
https://ojs.pnb.ac.id/index.php/LOGIC/article/download/541/479
(Accessed: October 25, 2022).
Suryani, A. (2017) ‘Hubungan sikap kerja terhadap kejadian neck pain pada
penjahit di pasar besar kota Malang’, 2(30), pp. 1–17.
Wulandari, R. I. (2012) Penilaian Risiko Ergonomi Terhadap Musculoskeletal
Disorders (Msds) Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment
(Reba) Pada Perajin Batik Tulis Di Kampung Batik Jetis Sidoarjo Jawa
Timur Tahun 2011.
31