Dosen Pembimbing
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas konsep dasar keperawatan yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN ASD DAN VSD PADA ANAK” dengan tepat
pada waktunya. Penyusunan makalah ini semaksimal mungkin diupayakan dan didukung
oleh berbagai pihak, sehingga tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Laviana Nita, M.Kep. selaku dosen pembimbing
Kami mengharapkan semoga dari makalah ini, dapat bermanfaat dan besar keinginan
kami dapat memberikan referensi kepada pembaca lainnya untuk mengangkat
permasalahan atau topik lain yang relevan sesuai dengan permasalahan yang berkaitan
tentang .
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 2
3
2.4.2. Tujuan .............................................................................................. 13
2.4.3. Manfaat ............................................................................................ 15
2.4.4. Jenis Penyelenggaraan ..................................................................... 15
2.5 Konsep Bermain ...................................................................................... 15
2.5.1. Definisi ............................................................................................ 15
2.5.2. Manfaat ............................................................................................ 16
2.5.3. Klasifikasi ........................................................................................ 17
2.6 Konsep Hospitalisasi ................................................................................ 17
2.6.1. Pengertian ........................................................................................ 17
2.6.2. Tanda dan Gejala ............................................................................. 17
2.6.3. Dampak ............................................................................................ 17
2.6.4. Manfaat ............................................................................................ 18
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................ 19
2.7.1 Pengkajian.......................................................................................... 19
2.7.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 22
2.7.3 Intervensi Keperawatan (SLKI) ......................................................... 22
2.7.4 Implementasi Keperawatan................................................................ 23
2.7.5 Evalusai Keperawatan........................................................................ 23
BAB III Pembahasan ............................................................................................ 24
3.1 Kasus Semu ............................................................................................... 24
3.2 Pengkajian ................................................................................................. 24
3.3 Analisis Data .............................................................................................. 27
3.4 Diagnosa .................................................................................................... 28
3.5 Intervensi ................................................................................................... 28
3.6 Implementasi ............................................................................................. 30
3.7 Evaluasi ..................................................................................................... 32
BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 34
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 34
4.2 Saran ............................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 35
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep penyakit pada anak ASD dan VSD ?
2. Bagaiman Etiologi pada anak yang mengalami ASD dan VSD ?
3. Bagaimana Patofisiologi pada anak yang mengalami ASD dan VSD?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis pada anak yang mengalami ASD dan WSD ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak yang mengalami ASD dan VSD ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep penyakit pada anak yang mengalami ASD dan VSD ?
2. Mengetahui Etiologi pada anak yang mengalami ASD dan VSD ?
3. Mengetahui Patofisiologi pada anak yang mengalami ASD dan VSD ?
4. Mengetahui Manifestasi Klinis pada anak yang mengalami ASD dan VSD ?
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak yang mengalami ASD dan VSD ?
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
dengan defek genetik, misalnya aneuploidi, kesalahan transkripsi, dan mutasi.
Adanya variasi pada gen GATA4 diperkirakan berhubungan dengan terjadinya
ASD. Mutasi pada faktor transkripsi jantung NKX2-5 juga berhubungan dengan
sindroma ASD familial yang sering ditandai dengan adanya blok
atrioventrikuler yang progresif.
2.1.3. Patofisiologi ASD
Karena terkanan atrium kiri agak melebihi tekanan atrium kanan, maka
darah mengalir dari atrium kiri ke kanan sehingga terjadi peningkatan aliran
darah yang kaya oksigen ke dalam sisi kanan jantung kendati perbedaaan
tekanan rendah, kecepatan aliran yang tinggi tetap dapat terjadi karena
rendahnya tekanan vaskular paru dan semkain besarnya daya kembang atrium
kanan yang selanjutnya akan mengurangi resistensi aliran meskipun terjadi
pembesaran atrium dan ventrikel kanan gagal jantung jarang terjadi pada asd
yang tidak mengalami komplikasi biasanya perubahan pada pembuluh darah
paru hanya terjadi sesudah beberapa puluh tahun kemudian jika defeknya tidak
diperbaiki.
8
hipertensi pulmonal, tingkat kenaikan tahanan vaskuler pulmonal, dan
keparahan insufiensi katup AV komunis. Ventrikulografi kiri selektif sangat
membantu dalam mendiagnosis defek sekat AV perubahan bentuk
(deformitas)katup mitral atau katup atrioventrikuler yang umam dan memutar
balikan saluran alirn keluar ventrikel kiri yang menyebabkan deformitas yang
menampakan tanda “leher angsa” saluran aliran keluar ventrikel kiri.
9
karena katerisasi jantung tidak dilakukan pada sebagian besar kasus defek
septum atrium, maka kriteria tersebut jarang dipakai lagi. Hasil operasi pada
defek septum atrium tanpa kompliksi adalah sangat baik (mortalitaskurang dari
0.5 %), dan pasien dapat diharapkan hidup normal.
2.1.8. Komplikasi ASD
Pada beberapa kasus, defek septum atrium mungkin tidak akan
menimbulkan masalah kesehatan, terutama jika lubang hanya berbentuk kecil.
Lubang ini bisa menutup dengan sendirinya seiring dengan pertumbuhan anak.
Namun, pada sebagian kasus lainnya, lubang yang besar dapat bertahan dan
menimbulkan sejumlah masalah kesehatan, seperti:
Pembesaran jantung kanan yang menyebabkan gagal jantung.
Kebocoran katup trikuspid dan mitral akibat oleh pembesaran
jantung.
Gangguan irama jantung (aritmia).
Peningkatan risiko stroke.
Hipertensi pulmonal.
Sindrom Eisenmenger, yang berkembang selama bertahun-tahun
akibat aliran darah di jantung dan paru-paru yang tidak normal.
10
sedini mungkin, untuk mencegah komplikasi. Defek septum ventrikel terjadi
selama kehamilan jika dinding yang terbentuk di antara kedua ventrikel tidak
sepenuhnya berkembang, sehingga meninggalkan lubang.
2.2.2 Etiologi VSD
Sebelum bayi lahir, ventrikel kanan dan kiri belum terpisah, seiring
perkembangan fetus, sebuah dinding atau sekat pemisah antara kedua ventrikel
tersebut normalnya terbentuk. Akan tetapi, jika sekat itu tidak terbentuk
sempurna maka timbullah suatu keadaan penyakit jantung bawaan yang disebut
defek septum ventrikel. Menurut (PremaR, 2013),penyebab terjadinya penyakit
jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa factor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit
jantung bawaan (PJB) yaitu :
11
2.2.3 Patofisiologi VSD
Perubahan fisiologis yang terjadi akibat adanya defek di septum
ventriculare adalah tergantung ukuran defek dan tahanan vaskular paru. Aliran
darah ke paru-paru akan meningkat setelah kelahiran sebagai respon
menurunnya tahanan vskular paru akibat mengembangnya paru-paru dan
terpaparnya alveoli oleh oksigen. Jika defeknya berukuran besar, aliran darah
ke paru-paru akan meningkat dibandingkan aliran darah sistemik diikuti regresi
sel otot polos arteri intrapulmonalis. Perubahan ini berhubungan dengan
munculnya gejala setelah kelahiran bayi aterm berumur 4-6 minggu atau awal
dua minggu pertama pada kelahiran bayi prematur (Spicer et al., 2014).
Darah di ventriculus dextra didorong ke arteria pulmonalis, resistensi relatif
antara dua sirkulasi bersifat dinamis dan berubah dengan waktu (Minette and
Shan, 2006):
1. Periode neonatus:
a. Tahanan vaskular paru tinggi
b. Tahanan ventriculus sinistra sama dengan ventriculus dextra
c. Minimal atau tidak ada shunt
2. Bayi (3-4 minggu):
A. Tahanan vaskular paru menurun
B. Tahanan ventriculus sinistra lebih besar dibandingkan tahan
ventriculus dextra
C. Adanya shunt dari kiri ke kanan
Jika defek berukuran kecil, akan terjadi perubahan hemodinamik yang terbatas,
yang juga membatasi terjadinya shunting dari kiri ke kanan. Defek yang besar
akan menyebabkan terjadinya shunting dari kiri ke kanan. Tekanan pada arteri
pumonalis akan meningkat yang menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal.
Meningkatnya tekanan dan volume darah pada arteri pulmonalis akan
menyebabkan kerusakan pada sel endotel dan perubahan permanen pada
tahanan vaskular paru. Jika tahanan vaskular paru melebihi tahan vaskular
sistemik maka akan terjadi perubahan aliran darah dari ventriculus sinistra
menuju dextra melalui defek tersebut (left to right shunt) (Spicer et al., 2014).
12
2.2.4 WOC / Pathway VSD
13
Katerisasi jantung, untuk memeriksa kondisi jantung langsung dari dalam.
MRI, untuk mendeteksi kemungkinan adanya kondisi cacat jantung
lainnya.
2.2.7 Penatalaksanaan Medis VSD
Pada penderita dengan defek kecil, orang tua harus diyakinkan lagi
mengenai sifat lesi yang relatif jinak, dan anak harus didorong untuk hidup
secara normal tanpa pembatasan aktifitas fisik. Perbaikan secara bedah tidak
dianjurkan sebagai perlindungan terhadap endokarditis. Penderita ini dapat
dipantau dengan kombinasi pemeriksaan klinis dan kadang-kadang uji
laboratorium non infasif sampai defek telah menutup secara spontan. Pada bayi
dengan vsd besar, manajemen medik mempunyai 2 tujuan: mengendalikan
gagal jantung kongesif dan mencegah terjadinya penyakit vaskular pulmonal.
Cara cara pengobatan ditunjukkan pada pengendalian gejala gagal jantung dan
mempertahankan pertumbuhan normal. Penutupan dengan pembedahan dapat
dilakukan resiko kecil pada kebanyakan bayi, manajemen medik harus tidak
diteruskan pada bayi bergejala sesudah percobaan yang tidak berhasil. Penyakit
vaskuler pulmonal dicegah bila pembelahan dilakukan pad aumur tahun
pertama dengan demikian defek besar yang disertai dengan hipertensi pulmonal
harus ditutup secara efektif pada umur antara 6 dan 12 bulan. Sesudah
penutupan (obliterasi shunt) dari kiri ke kanan jantung yang hiperdinamik
menjadi tenang, ukuran jantung berkurang kearah normal.
salah baru akan timbul pada anak yang menunjukkan tanda gagal
jantung, yang merupakan komplikasi dari penyakit jantung bawaan. Pada kasus
tersebut, pengidap harus segera mendapatkan pengobatan. Gejala pada
pengidap gagal jantung, akan ditandai dengan
Sesak napas.
Batuk terus-menerus.
14
Gelisah.
Perut kembung
Pada usia 5 tahun anak sudah bisa menirukan gerakan seperti gerakan
binatang, pohon tertiup angin, pesawat terbang, gerakan menggantung
(menggelayut). Selain itu anak juga sudah bisa melakukan gerakan melompat,
meloncat, berlari, melempar sesuatu terarah, menangkap sesuatu secara tepat,
dan memanfaatkan alat bermain di luar kelas
15
Di usia 5 tahun, anak sudah bisa membuat garis vertikal atau horizontal,
lingkaran dan persegi, menggumakam gunting, mencocokan gambar sesuai
gambar yang ditentukan, menggambar orang lengkap dengan 2 hingga 4 bagian
tubuh. Ia juga sudah bisa melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan
suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media.
Kemampuan bahasa
Kemampuan kognitif
Dua usia 5 tahun, anak sudah bisa mengenal benda berdasarkan fungsi
(pisau untuk memotong, pensil untuk menulis), menggunakan benda-benda
sebagai permainan simbolik (kursi sebagai mobil), mengenal gejala sebab-
akibat yang terkait dengan dirinya. Ia juga bisa mengenal konsep sederhana
dalam kehidupan sehari-hari (gerimis, hujan, gelap, terang) dan dapat
mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri
Di usia 5 tahun, anak sudah bisa menunjukkan sikap mandiri dalam memilih
kegiatan. Ia juga mau berbagi, menolong, dan membantu teman. Menunjukkan
antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif secara positif, dapat
mengendalikan perasaan, menaati aturan yang berlaku dalam permainan,
menunjukkan rasa percaya diri dan menghargai orang lain.
16
teori perkembangan anak versi Freud ini menyatakan bahwa pada setiap usia anak,
titik hawa nafsu atau libido juga akan berbeda. Contohnya mulai usia 3-5 tahun,
anak mengenali identitas seksualnya. Kemudian pada usia 5 tahun hingga pubertas,
akan masuk tahapan laten dengan belajar seputar seksualitas.Jika anak tidak
berhasil menuntaskan tahapan ini, maka bisa berpengaruh terhadap karakternya
saat dewasa kelak.
2. Perkembangan Kognitif Pra-operasional Pada Anak Usia 5 Tahun Menurut Jean
Piaget Pada usia ini anak menjadi ‘egosentris’, sehingga berkesan
‘pelit’, karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut
juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya Meskipun pada
saat berusia 5 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak
mengerti cara berpikir yang sistematis rumit. Dalam menyampaikan cerita harus
ada alat peraga
3. teori perkembangan menurut Erick Erickson initiative versus
Guilt (3-6 tahun)
Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan
melaksanakan indakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini akan
membuat sang anak takut mengambil inisiatif atau membuat keputusan karena
takut berbuat salah. Anak memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau
mengembangkan harapanharapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil melewati
masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki
tujuan dalam hidupnya.
17
maka tubuh akan membentuk antibody untuk melawan bibit penyakit yang
menyebabkan terinfeksi. Tetapi antibody tersebut bersifat spesifik yang hanya
bekerja 74 untuk bibit penyakit tertentu yang masuk ke dalam tubuh dan tidak
terhadap bibit penyakit lainnya.
18
2.4.3. Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :
1) Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit menular yang sering berjangkit.
2) Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit.
3) Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
2.4.4. Jenis Penyelenggaraan Imunisasi Program
Sasaran Program Imunisasi meliputi sebagai berikut :
1. Mencakup bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG,
DPT, Polio, Campak dan Hepatitis-B.
2. Mencakup ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (catin)
untuk mendapatkan imunisasi TT.
3. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas 1, untuk mendapatkan
imunisasi DPT.
4. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas II s/d kelas VI untuk
mendapatkan imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-
anak SD kelas II dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT
Selain beberapa tokoh yang telah disebutkan, ada juga pendapat dari Dockett
mengenai bermain. Menurut Dockett (dalam Sujiono, 2012) bermain sama halnya
dengan kebutuhan yang harus dipenuhi karena dengan bermain ada dapat menambah
19
pengetahuan untuk dapat mengembangkan diri. Bermain memiliki ciri khas dimana ini
dapat membedakan dengan kegiatan belajar maupun bekerja (dalam Sujiono, 2012)
Pada usia 5 tahun anak memiliki kemampuan bahasa lebih baik. anak
banyak bertanya dan berbicara. mereka juga senang bermain dengan anak lain
dan juga tidak senang menerima kekalahan. anak sudah bisa bermain dengan
permainan yang membutuhkan aturan khusus, seperti bermain bergiliran.
berbagai mainan tersedia untuk usia anak 5 tahun ini adalah, seperti board games
: permainan ular tangga, halma atau kartu dapat menjadi sarana anak bermain
dengan aturan khusus dan giliran. pengunaan warna dengan krayon atau pensil
warna juga dapat melatih kemampuan motorik halusnya. Disamping itu
20
permainan outdoor dengan menggunakan alat atau mainan yang bervariasi juga
diminati seperti sepeda, bola dan lainnya
Hospitalisasi merupakan suatu proses dimana karena suatu alasan yang berencana
atau mendesak, seorang anak diharuskan tinggal di rumah sakit untuk terapi dan
pengobatan sampai kembali ke rumah. Dalam prosesnya, anak dan orang tua dapat
melalui berbagai peristiwa yang menurut beberapa penelitian ternyata menjadi
pengalaman yang sangat traumatis (Permana, 2017). Definisi lain menurut (Kartika,
2021) Hospitalisasi adalah kecemasan yang dialami ketika anak terpisah dari keluarga
saat anak dirawat di rumah sakit. Anak harus tinggal di rumah sakit untuk semua
prosedur, perawatan dan pengobatan. Lingkungan rumah sakit memberikan tekanan
pada anak-anak dan orang tua
21
dan kemudian cenderung memiliki perilaku ketergantungan, seperti cenderung
menempel pada orang tua mereka, dan sangat menentang perpisahan. Perilaku
negatif lainnya: ketakutan baru, penolakan untuk tidur, bangun dimalam hari,
menarik diri, dan pemalu, mengamuk, mendekati selimut dan mainan,
penurunan ketrampilan yang baru dipelajari (misalnya pergi ke kamar mandi
sendirian).
B. Perilaku negative meliputi, ketidakpedulian emosional, diikuti oleh
ketergantungan yang kuat dan menuntut pada orang tua, kemarahan terhadap
orang tua, kecemburuan orang lain (seperti saudara kandung). Gangguan
emosional jangka panjang mungkin berhubungan dengan waktu dan frekuensi
kunjungan rumah, rawat inap berulang terkait dengan penyakit di masa depan.
Namun, kunjungan keluarga yang sering dapat mengurangi dampak ini (Jannah,
2016) Faktor-faktor yang membuat anak lebih rentan terhadap pengaruh
emosional dan rawat inap menyebabkan kebutuhan anak yang berbeda secara
signifikan, yaitu pengalaman dan pengakuan peristiwa media sebelumnya, lama
tinggal dan jumlah rawat inap menggantikan rasa takut akan hal yang tidak
diketahui dan diketahui (Jannah, 2016)
22
sehingga mereka dapat memilih pekerjaan yang menjadi keputusan mereka di
masa depan.
C. Meningkatkan pengendalian diri
Pengalaman selama di rumah sakit dapat memberikan kesempatan untuk
meningkatkan pengendalian diri anak. Anak – anak akan menemukan diri
mereka tidak terluka atau ditinggalkan, tetapi mereka akan menyadari bahwa
mereka dicintai, diperhatikan, dan diperlakukan dengan penuh cinta.
D. Menyediakan lingkungan sosialisasi
Hospitalisasi dapat memberikan anak - anak dan orang tua dengan kesempatan
untuk penerimaan sosial. Mereka merasa bahwa krisis tidak hanya dialami oleh
diri mereka sendiri, tetapi juga dialami oleh orang lain.
23
b) alasan kunjungan dan harapan, alasan kunjungan dan harapan,
24
typhoid terdapat keluhan mual dan muntah yang
berpengaruh pada perubahan pola konsumsi.
4. Pola eliminasi Pengkajiannya berupa pola eliminasi pasien
sebelum dan sesudah sakit yang meliputi frekuensi,
pancaran, jumlah, dan warna. Pada pasien anak dengnan
typhoid biasnya didapatkan gangguan konstipasi dan diare
yang mengganggu pola eliminasi.
5. Pola kognitif dan persepsi sensori Pengkajiannya berupa
fungsi indera dan kemampuan persepsi pasien.
6. Pola konsep diri Pengkajiannya berupa bagaimana sikap
pasien mengenai dirinya, persepsi tentang kemampuannya,
pola emosional,citra diri, dan harga diri. Biasanya pasien
anak dengan typhoid mengalami gannguan emosional
seperti cemas dan takut oleh lingkungan tempatnya dirawat
yaitu rumah sakit.
7. Pola mekanisme koping Pengkajiannya berupa bagaimana
pasien dapat menghadapi stress dan adanya sumber daya
pendukung. Pada pasien anak dengan typhoid biasanya
belum mampu untuk mengatasi stress dan cenderung sering
menangis, sehingga sangat dibutuhkan peran dari orang tua
yang selalu mendukung anak.
8. Pola fungsi seksual Pengkajiannya berupa efek penyakit
terhadap seksualitas anak.
9. Pola hubungan peran Pengkajiannya berupa kemampuan
pasien dalam berhubungnan dengan orang lain dan
bagaimana pasien dapat menjalankan perannya.
10. Pola nilai kepercayaan Pengkajiannya berupa bagaimana
kepercayaan pasien. Pada pasien anak, biasanya belum
begitu mengetahui bagaimana kepercayaan yang dianut,
mereka hanya mengikuti dari orang tua.
D. Pemeriksaan Fisik
TD : 120//90 Mmhg
Nadi : 60x/ menit
RR : 18x / menit
25
Suhu : 38C
CRT : > 3detik
E. Pemeriksaan head to toe
26
diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan, desain perencanaan
menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah secara efektif dan efesien (Panjaitan, 2020).
2.7.4. Implementasi Keperawatan
27
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang anak Y. berusia 5 tahun dengan jenis kelamin laki-laki di bawa ibu nya ke
rumah sakit pada tanggal 28 febuari 2022 pukul 08.00 ibunya mengeluhkan anak sesak
nafas, demam, lelah, kejang dan ibunya khawatir dengan kondisi anaknya. Ibu pasien
mengatakan anak Y. mengalami demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. TTV
: suhu :38,5 nadi : 60 x/menit, RR : 18 x/menit TD : 120/90 mmhg.
1. Identitas klien
Nama : Anak Y.
Umur : 5 tahun
Alamat : Jl Sakura 7
Agama : Islam
28
sebelum masuk rumah sakit tiba-tiba mengalami sesak, kejang sehingga ibunya
membawa kerumah sakit pada pukul 08.00 pagi pasien nampak pucat kesulitan
pernapas. TTV : suhu :38,5 nadi : 60 x/menit, RR : 18 x/menit TD : 120/90
mmhg.
Riwayat kesehatan terdahulu : anak memiliki riwayat penyakit ASD dan VSD
Genogram
3. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi
29
4. Pemeriksaan fisik :
KeadaanUmum
a. Kesadaran : Composmetis
b. GCS : E : 4, V :5, M :6
Tampilan umum :
A. Inspeksi
1. Status nutrisi- gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang berhubungan
dengan penyakit jantung.
30
2. Warna- sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung kongenital,
sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang sering menyertai penyakit
jantung.
C. Auskultasi
3.1 Jantung - mendeteksi adanya murmur jantung
3.2 Frekuensi dan irama jantung - menunjukkan defiasi bunyi dan intensitas jantung
yang membantu melokalisasi defek jantung.
31
DS: 2. Sesak nafas Pola nafas tidak
- Ibu mengatakan anak efektif
mengalami Sesak nafas O2 ke jaringan menurun (D.0005)
32
- lelah menurun Monitor tekanan darah
- tekanan darah 2. monitor aritmia (kelainan irama dan
menurun frekuensi)
- CRT sedang Terapeutik :
- gambaran EKG 3. Posisikan pasien semi fowler / fowler
aritmia menurun dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
- pucat pada ada 4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
anak menurun modifikasi gaya hidup sehat
- murmur Edukasi :
jantung menurun 5. Anjurkan beraktifitas fisik secara sesuai
toleransi
6. Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
2. Pola napas Pola napas Manajemen jalan napas (1.010
tidak efektif (L.01004) Observasi :
(D.0005) Setelah 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
dilakukan asuhan usaha napas)
keperawatan, Terapeutik :
diharapkan : 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
- dispnea head-tilf dan chin-lift (jaw-thrust jika
menurun curiga trauma servikal)
- penggunaan 3. Posisikan semi fowler / fowler
otot bantu nafas 4. Berikan minum hangat
menurun Edukasi :
- pernapasan 5. Anjukan asupan cairan 2000ml/hari, jika
cuping hidung tidak kontraindikasi
membaik Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
33
3. Hipertermi Termoregulasi Manajemen hipertermi (1.15506)
(D.0130) (L.14134) observasi
Setelah 1. Monitor suhu tubuh
dilakukan 2. Monitor komplikasi akibat hipertermi
asuhan Terapeutik :
keperawatan, 3. Sediakan lingkungan yang dingin
diharapkan : 4. Longgarkan atau lepaskan pakaian
- kejang 5. Basahi dan kipasi area tubuh
menurun 6. Berikan cairan oral
- suhu tubuh 7. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
menurun jika mengalami hiperhidrosis (keringat
- pucat menurun berlebih)
Edukasi :
8. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
9. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
34
aritmia (kelainan irama
dan frekuensi)
4. Memposisikan pasien semi
fowler / fowler dengan
kaki kebawah atau posisi
nyaman
5. Memfasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
6. Menganjurkan beraktifitas
fisik secara sesuai
toleransi
7. Berolaborasi pemberian
antiaritmia
Pola napas tidak 2. 28 Februari 1. Memonitor pola napas
efektif (D.0005) 2022 / (frekuensi, kedalaman,
08.30 usaha napas)
2. Mempertahankan
kepatenan jalan nafas
dengan head-tilf dan chin-
lift (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
3. Memposisikan semi
fowler / fowler
4. Memberikan minum
hangat
5. Menganjurkan asupan
cairan 2000ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
6. Berkolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
35
3. Hipertermi (D.0130) 28 Februari 1. Memonitor suhu tubuh
2022 / 2. memonitor komplikasi
09.00 akibat hipertermi
3. Menyediakan lingkungan
yang dingin
4. Melonggarkan atau
lepaskan pakaian
5. Membasahi dan kipasi area
tubuh
6. Memberikan cairan oral
7. Mengganti linen setiap
hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
8. Menganjurkan tirah baring
9. Berkolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
36
- CRT mulai membaik
A:
Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
2. Pola napas tidak 28 Februari S : Ibu mengatakan anak
efektif (D.0005) 2022 / sudah dalam kondisi lebih
13.00 baik
O:
- pernafasan cuping hidung
membaik
- penggunaan otot bantu
nafas menurun
A : Masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
3. Hipertermi (D.0130) 28 Februari S : Ibu mengatakan suhu anak
2022 / mulain turun
13.00 O:
- suhu : 37,5 C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian menganai asuhan keperawatan secara langsung
pada bayi dengan kasus ASD dan VSD. Maka penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan
keperawatan pada An.Y dengan diagnose medis ASD dan VSD.
Dari hasil uraian tentang asuhan keperawatan pada bayi dengan diagnose
asfiksia maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada An.Y ditemukaan keadaan umum anak lemah, sesak nafas, demam dan kejang.
2. Pada An.Y diagnose keperawatan utama yaitu penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan frekwensi dan irama jantung dan suara jantung
tambahan (murmur).
3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terdapat dua jenis tindakan yaitu
tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaborasi.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus An.Y ini mengacu pada
intervensi yang telah disusun oleh penulis pada asuhan keperawatan klien dengan
penderita ASD dan VSD mengacu pada pedoman Buku Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI).
4.2 Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
Ramani, G. B., & Eason, S. H. (2015). It all adds up: Learning Early Math Through Play and
Games. Phi Delta Kappan, 96(8), 27-32. Ramani, G. B., Daubert, E. N., & Scalise, N. R.
(2019). Role of Play and Games in Building Children's Foundational Numerical Knowledge.
In Cognitive foundations for improving mathematical learning (pp. 69-90). Academic Pres
Sujiono, Y N. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Index
Sarasehan, Y., Buaraheng, S., & Wahyuni, I. W. Pengembangan Seni Rupa Tiga Dimensi
Spicer, D.E, Hsu, H.H, Co-Vu, J, Anderson, R.H, and Fricker, F.D. 2014. Ventricular Septal
Defect. Journal of Rare Diseases. 9: 144
Minette M.S and Shan D.J. 2006. Ventricular Septal Defects. Circulation. 114: 2190-2197.
https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/atrial-septal-defect/etiologi
https://www.zambuk.co.id/id/memahami-memar-atau-bengkak-dan-cara-untuk
mengatasinya/manfaat-main-dengan-nyaman-untuk-tumbuh-kembang-anak
Kartika, L. (2021). Keperawatan Anak Dasar. Yayasan Kita Menulis Permana, B. (2017).
Pengaruh Terapi Musik (Lagu Anak-Anak) Terhadap Kecemasan Pada Anak Prasekolah
Akibat Hospitalisasi Di RS Amal Sehat Wonogiri
Jannah, N. I. (2016). Gambaran Tingkat Stres Pada Anak Usia Prasekolah dengan Hospitalisasi
di RSUD Labuang Baji. Thesis. Handriana, I. (2016). Keperawatan Anak. LovRinz
39