Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN HASIL PENELITIAN WAWANCARA PEMBELAJARAN PAI DI

SEKOLAH
( SDN 106 Kota Bengkulu )

Laporan ini dibuat untuk memenuhi ugas Mata kuliah Pembelajaran PAI Disekolah
Dosen Pengampu: Giyarsi,S.Sy,M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Ratih Mustika Ayu Kencono Wungu (2011210004)


2. Elya Mahyuni (2011210002)
3. Midela Eka Putri (2011210023)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini telah diperiksa dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Bengkulu, Desember 2022


Dosen Pengampu Pembelajaran PAI disekolah Guru PAI SDN 106 Kota Bengkulu

Giyarsi, S.Sy., M.Pd Murniaty Mustafa, S.Ag


NIP. 199108222019032006 NIP.

Mengetahui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris Kepala Sekolah

Dr. Mus Mulyadi, M.Pd Desmanidar, S.Pd.


NIP. NIP. 196412201986062002

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Alhamdulillah. Segala Puji Syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan hasil observasi ini dapat terselesaikan dengan
segala kesalahan dan kekurangannya, guna memenuhi tugas mata kuliah “Pembelajaran
PAI Disekolah” Dengan Judul Laporan Hasil Penelitian Wawancara Pembelajaran PAI
Disekolah. Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, dan semoga kita semua termasuk umatnya yang kelak mendapatkan
syafa’atnya kelak di hari kiamat. Āmīn.
Laporan hasil Wawanara ini telah kami susun semaksimal mungkin dan kami juga
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Meskipun kami sebagai penyusun berharap isi dari laporan ini bebas dari kesalahan
dan kekurangan. Namun, tentunya kami menyadari bahwa kami hanyalah manusia biasa
yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan dan kesempurnaan itu hanya milik
Allah semata. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi sempurnanya laporan ini diwaktu mendatang. Semoga Allah SWT
memberkahi laporan ini, sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Āmīn...
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Bengkulu, Desember 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1. Penelitian atau Latar Belakang ..................................................................... 1
2. Fokus Penelitian atau Rumusan Masalah ..................................................... 1
3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
4. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 2
BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................... 4
1. Profesionalisme Guru .................................................................................... 4
2. Peserta Didik.................................................................................................. 5
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ............................................................ 6
4. Metode dan Media Pembelajaran PAI ........................................................... 7
5. Sarana dan Prasarana Pembelajaran PAI ....................................................... 8
6. Evaluasi Pembelajaran PAI ........................................................................... 9
7. Lingkungan Pendidikan Pembelajaran PAI ................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 12
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................... 12
2. Waktu dan tempat Penelitian ......................................................................... 13
3. Sumber Data .................................................................................................. 13
4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 13
5. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 14
6. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................................... 14

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN............................... 17

BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................... 26

BAB VI PENUTUP.................................................................................................. 35

iv
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 36

LAMPIRAN ............................................................................................................. 37

v
DAFTAR TABEL

Tabel Hal.
4.1 Jumlah siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................................... 18
4.2 Jumlah siswa Berdasarkan Agama ...................................................................... 18
4.3 Tenaga Pendidik SDN 106 Bengkulu .................................................................. 19
4.4 Jumlah Sarana Dan Prasarana.............................................................................. 20

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.
Gambar 4.1 Situasi Diluar Kelas ............................................................................... 32
Gambar 4.2 Situasi Belajar ........................................................................................ 34
Gambar 4.3 Surat Izin Penelitian ............................................................................... 37

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal.
1. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................................... 17
2. Pedoman Hasil Wawancara ........................................................................... 20
3. Lembar Observasi .......................................................................................... 38
4. Lembar Dokumentasi .................................................................................... 39
5. Foto Saat Wawancara .................................................................................... 39

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat
(3) mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang. Atas dasar amanat tersebut telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan Pasal 3
menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bahwasannya dalam mencerdaskan serta membentuk karakter dan moral anak
bangsa diperlukan mata pelajaran yang mengajarkan serta mendidik siswa agar
menjadi manusia yang bertanggung jawab, bermoral serta berakhlak mulia. Dalam
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam inilah diharapkan siswa dapat memeroleh
semua kompetensi tersebut, salah satunya dalam mata pelajaran PAI.
Laporan wawancara ini adalah hasil dari pada rangkaian observasi mengenai
Problematika Pembelajaran PAI Di Sekolah Pada tingkat SD, yang kami
laksanakan di SDN 106 Kota Bengkulu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Profesionalisme guru dalam mengajar PAI disekolah ?
2. Bagaimana Karakteristik Peserta didik disekolah ini ?

1
3. Bagaimana Pendapat Guru PAI mengenai Kurikulum PAI disekolahi (Kecakupan,
Pendalaman, Perluasan) ?
4. Metode dan Media Apa yang digunakan dalam pembelajaran PAI disekolah ?
5. Bagaimana Sarana dan Prasarana disekolah ini khususnya dalam pembelajaran
PAI ?
6. Problematika Apa saja yang dihadapi dalam Pelaksanaan Evaluasi pembelajaran
PAI?
7. Apakah Lingkungan Masyarakat Setempat Mendukung Adanya Pembelajaran PAI
disekolah ?

C. Tujuan Wawancara
Sutrisno Hadi berpendapat bahwa “Tujuan suatu penelitian adalah
menentukan, mengembangkan atau mengkaji dan menguji suatu kebenaran dari
pengetahuan”.1 Adapun tujuan wawancara di SDN 106 Kota Bengkulu dilakukan
Yaitu:
1. Untuk mengetahui Profesionalisme guru dalam mengajar PAI disekolah ?
2. Untuk mengetahui Karakteristik Peserta didik disekolah ?
3. Untuk mengetahui Pendapat Guru PAI mengenai Kurikulum PAI disekolah
(Kecakupan, Pendalaman, Perluasan) ?
4. Untuk mengetahui Metode dan Media Apa yang digunakan dalam pembelajaran
PAI disekolah ?
5. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana disekolah terkhusus dalam
pembelajaran PAI ?
6. Untuk mengetahui Problematika yang dihadapi dalam Pelaksanaan Evaluasi ?
7. Untuk mengetahui Apakah Lingkungan Masyarakat Setempat Mendukung
Adanya Pembelajaran PAI disekolah ?

D. Manfaat Wawancara
a. Secara teoritis dapat menjadi karya ilmiah yanng mampu memperkaya
wawasan pengetahuan mengenai Problematika Pembelajaran PAI Disekolah

1 Tim Penyusun Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro, Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah, Edisi Revisi, (Metro : 2013), hlm 27.

2
b. Secara praktis, memberi sumbangan pemikiran bagi guru khususnya guru PAI
dalam menangani masalah pembelajaran Pai di sekolah dasar negeri 106 Kota
Bengkulu
c. Bagi perkembangan dunia pendidikan, dengan penelitian ini akan semakin
membantu bagi guru dalam upaya membantu siswa untuk mandiri serta mampu
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran PAI.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Profesionalisme Guru PAI


Kata profesi, professional, dan profesionalisme merupakan tiga kata yang
memiliki redaksi berbeda dan dengan penekanan yang berlainan, tetapi substansinya
sama. Ketiga kata ini digunakan dalam penjabaran makalah ini secara bergantian.
Ketiganya bermuara pada suatu pemahaman adanya suatu pekerjaan yang
dilaksanakan berdasarkan keahlian, sehingga ketiganya penting sekali khususnya
dalam melaksanakan pekerjaan yang melibatkan orang lain secara langsung seperti
manajer dan guru.
Kemampuan profesional guru dalam menciptakan pembelajaran yang
berkualitas sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan.
Pernyataan ini mengingatkan dan menyadarkan kembali bahwa guru memiliki posisi
sangat strategis dalam proses pembelajaran, sehingga guru menjadi ujungtombak
pendidikan maupun pembelajaran. Ketika proses pendidikan maupun pembelajaran
dilakukan oleh guru yang profesional, akan cepat mampu merealisasikan hasil yang
sesuai dengan harapan bersama. Selama ini gambaran guru senantiasa baik seperti
guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Memang guru memiliki jasa yang besar bagi
pembentukan kepribadian bangsa. Namun guru juga memiliki kelemahan-kelemahan,
termasuk kelemahan dalam pembelajaran. E. Mulyasa mencatat tujuh kesalahan guru
pada umumnya, yaitu;
▪ Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran
▪ Menunggu peserta didik berperilaku negatif
▪ Menggunakan destructive discipline
▪ Mengabaikan perbedaan peserta didik
▪ Merasa paling pandai
▪ Tidak adil/diskriminatif, dan
▪ Memaksa hak peserta didik. 2
Secara idealis, gambaran kompetensi guru PAI itu sebenarnya paling berat dan
paling kompleks. Sedikitnya seorang guru PAI sama dengan mengemban tugas tujuh

2
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 20

4
orang guru umum. Sebab materi PAI meliputi disiplin ilmu akidah (tauhid), ilmu
akhlak, ilmu alQur’an, ilmu hadits, ilmu fiqh, ilmu sejarah kebudayaan Islam, dan
bahasa Arab. Memang bahasa Arab tidak termasuk dalam komponen-komponen PAI,
tetapi bahasa Arab sebagai ilmu alat senantiasa melekat pada PAI.
Oleh karena itu guru yang profesional sejati harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan teknis; nilai-nilai bersama tentang profesi dan konsekuensi
tanggungjawabnya; mengadakan pemeriksaan dan perenungan kembali sebagai
kebiasaan; mengenali, menghormati dan memperhitungkan keanekaragaman pada
semua anak, dan mementingkan profesi yang memudahkan tumbuh dan berkembang.
Dengan pengertian lain, guru yang profesional itu telah memenuhi kriteria
kemampuan, moralitas, pengawasan, kesadaran pluralis, dan memproteksi
pekerjaannya. Demikianlah, maksud dari guru PAI profesional. Profesionalisme tidak
hanya diorientasikan pada materi, tetapi juga diarahkan pada orientasi spiritual. Guru
PAI profesional diharapkan mampu menjadi penggerak kemajuan umat.

2. Peserta Didik ( Karakteristik, Kemampuan Intelektual, Pengaruh


Pembelajaran )
Pengertian siswa atau peserta didik menurut ketentuan umum undang-undang
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 3 Bila peserta didik adalah sebagai
komponen inti dalam kegiatan pendidikan, maka merekalah sebagai pokok persoalan
dalam interaksi edukatif. Oleh karena itu untuk mengembangkan berbagai potensi –
potensi tersebut seorang pendidik terlebih dahulu harus memahami karakteristik peserta
didiknya dengan baik.
Menurut Sutari Imam Barnadib, Suwarno, dan Siti Mechati peserta didik
memiliki karakteristik tertentu yakni;
1. Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung
jawab pendidik (Guru).
2. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya sehingga
menjadi tanggung jawab pendidik.

3
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen &
Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, (Bandung: Permana, 2006), h. 65.

5
3. Memiliki sifat – sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu
yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan
berbicara, anggota tubuh untuk bekerja, latar belakang sosial, latar belakang
biologis, serta perbedaan individual.
Setiap anak memiliki setiap momen yang bertahap untuk sekarang ini yang
nantinya dapat berkembang melalui kegiatan-kegiatan terutama melalui pendidikan.
Kecerdasan intelektual anak didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan intelektual
merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak.
Dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh anak, maka akan dipandang sebagai
individu yang secara aktif membangun pengetahuan mereka tentang dunia dengan
sendirinya.
Peserta didik yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik, menurutnya
tidak ada sesuatu hal yang sulit, semuanya akan diolah didalam pikirannya, serta dapat
disampaikan pada saat dibutuhkan. Kemampuan intelektual bisa berasal dari sejak
lahir, namun juga bisa dibentuk dan dikembangkan. Siswa sebagai peserta didik dalam
proses pendidikan adalah individu. Aktivitas, proses dan hasil perkembangan
pendidikan peserta didik dipengaruhi oleh karakteristik siswa itu sendiri. Siswa
sebagai individu selalu berperilaku, beraktivitas baik aktivitas fisik maupun psikis,
yang nampak maupun tidak nampak, yang dilakukan secara sadar ataupun tanpa
disadari.4

3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam


Djunaidi Ghony kurikulum didefinisikan sebagai kesempatan belajar, sesuatu
yang terencana, yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan kepada para siswa dalam
memperoleh pengalaman, yang dihadapinya ketika kurikulum diimplementasikan.
Zakiah Daradjat dalam Ramayulis memandang kurikulum sebagai suatu program yang
direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah
tujuan-tujuan pendidikan tertentu .
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua

4
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h. 52

6
jenis dan tingkat pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas
pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan
suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup,
dan urutan isi, serta proses pendidikan. Dengan demikian, kurikulum memiliki
kedudukan penting, baik dalam pendidikan formal maupun non formal karena
memberikan arahan terjadinya proses pendidikan.
Kurikulum sebagai rancangan segala kegiatan yang mendukung tercapainya
tujuan pendidikan tetap memiliki peran penting, setidaknya dalam mewarnai
kepribadian seseorang. Begitupula dengan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI)
yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting untuk membentuk kepribadian
seseorang. Baik dan buruknya hasil pendidikan, termasuk dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam ditentukan oleh kurikulum, apakah mampu membangun
kesadaran kritis terhadap peserta didik atau tidak. 5 Oleh karena itu, dibutuhkan adanya
pemahaman untuk mengimplementasikan kurikulum PAI secara kontekstual agar
peserta didik bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah mendapatkan
pembelajaran PAI.
kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah juga menjadi acuan dalam
kegiatan pembelajaran PAI. Kurikulum PAI dicantumkan dalam kesatuan yang
integral bersama–sama dengan bidang studi lainnya dalam satuan kurikulum untuk
sekolah. Setiap guru agama sebagai pelaksana kurikulum PAI diharapkan dapat
mempelajari dengan sebaik–baiknya dan kemudian dapat menggunakannya sesuai
dengan teknik pengajaran berdasarkan prinsip interaktif dan komunikatif dengan
memperhatikan kegiatan murid, akan tetapi harus bertindak sebagai pembimbing dan
dapat mengkoordinir lingkungan serta menyediakan fasilitas agar anak belajar sendiri. 6
PAI di sekolah dimaksudkan agar peserta didik berkembang sebagai manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan agama yang
luas, dan berakhlaqul karimah. Untuk itu, dibutuhkan kurikulum PAI yang kontekstual
dan dapat melayani harapan masyarakat. Kegiatan pembelajaran PAI dan evaluasi
hasil belajar PAI harus dirancang secara kontekstual.

4. Metode dan Media Pembelajaran PAI

5 Moh. Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), hal. 13.
6 Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bulan Bintang, t.t), hal. 12.

7
a. Metode Pembelajaran PAI
Metode mengajar yang merupakan salah satu pembahasan metode pendidikan,
di pandang sebagai alat alat yang di gunakan untuk menyajikan bahan pembelajaran,
begitupun dalam metode pendidikan islam sebagai komponen ilmu yang menunjang
keberhasilan ilmu pendidikan agama isla karena dalam penerapan nya banyak
menyangkut wawasan keilmuan pendidikan yang sumber nya berada dalam al quran
dan hadis.
Metode dalam pembelajaran islam berfungsi untuk mengarahkan keberhasilan
belajar,memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan
minat,serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara
pendidik dengan peserta didik serta memberi inspirasi melalui hubungan yang serasi.
Berikut dikemukakan beberapa beberapa metode yang cocok di gunakan dalam
pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) di antara nya: Metode ceramah,Tanya
jawab,Diskusi, simulasi.
b. Media Pembelajaran PAI
Penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk
memotivasi belajar peserta didik. Karena adanya guru ketika menghadapi peserta didik
yang malas,bosan dan susah di atur,apabila keadaan ini di biarkan maka motivasi
belajar peserta didik menurun,untuk mengatasi masalah tersebut di perlukan dorongan
agar peserta didik memiliki kemauaan untuk belajar,sehingga penggunaan media dan
metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar ini sangat di perlukan,baik untuk
pelajaran agama maupun pelajaran umum.
Media pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu mengajar , yang
mempengaruhi lingkungan belajar yang di tata dan di ciptakan oleh guru baik secara
fisik yang di gunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari
buku,gambar,Grafik,Poster,Tape Recorder,dan computer.

5. Sarana Dan Prasarana pembelajaran PAI


Dalam perkembangan dunia pendidikan saat ini setiap lembaga pendidikan
baik formal maupun non formal berusaha untuk memberikan dan melengkapi fasilitas
yang ada di lembagannya untuk memenuhi kebutuhan semua warga sekolah baik itu
guru, staf-staf, peserta didik dan orang tua murid.

8
Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran yang ada disekolah
juga membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang ketercapaian dalam proses
pembelajaran. Sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam pun merupakan salah
satu sumber daya yang dapat menyerasikan ilmu pengetahuan dan tekhnologi bagi
peserta didik.
Sarana pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah fasilitas yang membantu
dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam baik digunakan secara
langsung maupun tidak langsung. Sarana pembelajaran yang menunjang pembelajaran
Pendidikan Agama Islam secara umum sama dengan sarana pembelajaran yang
dibutuhkan pelajaran lainnya di sekolah.
Sarana untuk mata pelajaran pendidikan Agama Islam selain yang umum
ditambahkan dengan tempat ibadah, Al-Qur’an, buku-buku penunjang Pendidikan
Agama Islam. Sarana prasarana PAI adalah segala sesuatu berupa 6 alat atau
perlengkapan yang menjadi fasilitas sebagai penunjang dalam membantu siswa lebih
memahami tentang ajaran pendidikan IslamMenurut Keputusan Mentri Agama (KMA)
sarana prasarana PAI dibagi menjadi tiga yaitu Sarana prasarana Ibadah, laboratorium
PAI, dan Perpustakaan PAI.

6. Evaluasi Pembelajaran PAI


Suharsimi Arikunto mengajukan tiga istilah dalam pembahasan evaluasi yaitu,
pengukuran, penilaian dan evaluasi. Pengukuran (measurement) adalah
membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. Pengukuran ini bersifat kuantitatif.
Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan
buruk penilaian ini bersifat kualitatif, sedangkan evaluasi mencakup pengukuran dan
penilaian.7
Tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mengetahui atau mengumpulkan
informasi taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh peserta didik, dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Disamping itu agar
guru dapat menilai daya guna pengalaman dan kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan sekaligus mempertimbangkan hasilnya serta metode mengajar dan sistem
pengajaran yang dipergunakan apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan dalam
kurikulum.

7 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, cet. V, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 68

9
Islam memandang evalusi sangat penting, karena dalam islam faktor
pengukuran, penilaian, ketercapaian suatu ibadah bisa dilihat dari syarat dan rukunnya
ibadah tersebut. Contoh dalam shalat, shalat nya sesorang bisa dinilai dari bagaimana
dia mengerjakannya apakah semua syarat dan rukunnya sudah terpenuhi dengan baik
atau belum. Bisa juga dilihat dari indicator shalat tersebut seperti dalam Al-qur’an
dijelaskan (Al-Angkabut : 29 : 45) “Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji
dan munkar”. Jadi orang yang shalatnya bener bisa dilihat dari kesehariannya dalm
berbicara, berinteraksi, berpakaian, dll.
Sasaran evaluasi dengan tekhnik testing tersebut adalah ketahanan mental
beriman dan takwa terhadap Allah. Jika mereka ternyata tahan terhadap uji coba (tes)
Allah, mereka akan mendapatkan kegembiraan dalam segala bentuk, terutama
kegembiraan yang bersifat mental rohaniah. Seprti kelapangan dada, ketegaran hati,
terhindar dri putus asa, kesehata jiwa, dan kegembiraan paling tinggi nilainya ialah
mendapatkan tiket masuk surga.8

7. Lingkungan Pendidikan Pembelajaran PAI


Secara psikologis, lingkungan mencakup segala stimulasi yang diterima oleh
individu mulai sejak dalam konsepsi, kelahiran, sampai matinya. Stimulasi itu
misalnya, berupa sifat genus, interaksi genus, selera, keinginan, perasaan, tujuan-
tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas intelektual.
Secara sosio cultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dann kondisi
eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup
keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat, letihan, pendidikan, belajar,
pengajaran, bimbingan dan penyuluhan adalah termasuk lingkungan ini.
Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh signifikan dalam proses
pendidikan. Lingkungan itu berfungsi menunjang terjadinya proses belajar mengajar
secara berkelanjutan. Maka, agar proses belajar mengajar menjadi baik, dibutuhkan
lingkungan pendidikan yang baik. Jika proses belajar mengajar yang dilakukan baik,
maka pencapaian tujuan pendidikan untuk membentuk peserta didik memiliki
moralitas luhur pasti dapat diwujudkan. Tujuan pendidikan semacam ini, selaras
dengan ajaran Islam. Karena, pembawa ajaran Islam, Muhammad saw. diutus Tuhan
dalam rangka menyempurnakan moralitas manusia. Apabila merujuk pada teori yang

8 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), h. 35.

10
dikemukan oleh Mahmud Yunus,15 lingkungan pendidikan dapat dikategorikan dalam
tiga bagian yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga
memiliki keterkaitan dan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam
proses pendidikan Islam. 9
Lingkungan pendidikan Islam dapat memberikan pengaruh positif dan negatif
terhadap proses pendidikan anak. Positif apabila memberikan dorongan terhadap
keberhasilan proses pendidikan Islam dan negatif jika lingkungan menghambat proses
keberhasilannya. Keberadaan lingkungan pendidikan, begitu pun pendidikan Islam,
patut untuk diperhatikan. Keberadaannya tidak boleh dianggap sebelah mata, tetapi
patut disejajarkan dengan komponen pendidikan lainnya. Lingkungan pendidikan yang
kondusif, baik pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, dapat membantu
peserta didik menumbuhkembangkan kemampuan yang dimilikinya. Lingkungan
pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu aset penting dalam membangun
karakter peserta didik menjadi baik.

9
Mahmud Yunus, al-Tarbiyah wa al-Ta’lim (Ponorogo-Gontor: Dar as-Salam, 1986).

11
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya
deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video
dan lain sebagainya .
Penelitian ini dikatakan kualitatif karena pada dasarnya penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di
dalamnya, dan hasil yang diharapkan pun bukanlah berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas,
melainkan makna atau segi kualitas dari fenomena yang diamati.
Pendekatan pada penelitian ini yaitu studi kasus, dimana peneliti menyelidiki
secara cermat suatu Permasalahan dalam sekolah, karakteristik peserta didik, kurikulum
sekolah,pelaksanaan evaluasi,sarana dan prasarana sekolah dan lain sebagainya .
Dalam penelitian ini, peneliti Tertuju kepada guru pai disekolah untuk
menyelidiki terkait permasalahan yang ada.Kasus-kasus dalam pendekatan ini dibatasi oleh
waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah
ditentukan.
Peneliti memilih metode kualititaf karena menginginkan hasil penelitian yang
mendalam dan menyeluruh atas fenomena yang akan diteliti. Selain itu, peneliti
menggunakan metode ini karena subjek dari penelitian ini adalah guru Pai dalam sekolah
tersebut yang tidak bisa didekati dengan pendekatan kuantitatif, seperti pengerjaan skala
atau pun kuesioner. Jadi, peneliti memilih kualitatif dengan pencarian data melalui
wawancara, dokumentasi dan observasi.
Pada pendekatan kualitatif ini, peneliti mengumpulkan informasi sebanyak
mungkin dari para partisipan, lalu membentuk informasi ini menjadi kategori-kategori atau
tema-tema tertentu Tema ini kemudian dikembangkan menjadi pola-pola, teori-teori atau
generalisasi-generalisasi untuk nantinya diperbandingkan dengan pengalaman-pengalamn
pribadi atau dengan literatur-literatur yang ada.

12
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Acara ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Kamis / 08 Desember 2022
Waktu : 11.00 WIB s/d Selesai
Tempat : SD Negeri 106 Jl. Padat Karya Kel. Sumur Dewa. Kota Bengkulu

C. Sumber Data
Data merupakan faktor penting dalam penelitian. Data-data yang terkumpul akan
dianalisa guna memecahkan masalah.Lofland dan Lofland (1984) dalam Moleong
menegaskan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber. Dalam hal
ini yang dimaksud narasumber ialah Guru PAI Ibu Murniaty Mustafa,S.Ag
2. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber lain selain dari narasumber.
Data tersebut berupa dokumen-dokumen terkait dan dokumen pribadi peneliti. Dalam
penelitian ini data sekunder berasal dari surat kabar, blog, dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan kebijakan Light on dan lain sebagainya.

D. Teknik Pengumpulan data


Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak
pada observasi berperan serta (participantobservation), wawancara mendalam (in depth
interview) dan dokumentasi.
Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara, observasi dan
dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-
makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti .

13
Sehubungan dengan subjek dalam penelitian ini adalah guru PAI dalam sekolah tersebut,
maka wawancara yang dilakukan yaitu dengan menggunakan tanya jawab diamana metode
tersebut bertujuan untuk mrndapatkan informasi-informasa yang dibutuhkan oleh penanya.
2. Observasi
Sedangkan observasi kualitatif disini merupakan melihat, memperhatikan dan
mengamati perilaku dan aktivitas individu di lokasi penelitian yang didalamnya peneliti
langsung turun ke lapangan.Observasi yang dilakukan peneliti yaitu saat wawancara
dengan subjek. Selain merekam pembicaraan dengan subjek, peneliti juga mencatat
jawaban yang relevan dengan tema penelitian.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang lain yaitu dengan dokumentasi. Pengumpulan data
ini menggunakan kamera hand phone untuk merekam pembicaraan dengan subjek, dan
kamrena tersebut untuk memotret dan merekam perilaku subjek.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus -
menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan
singkat sepanjang penelitian .
Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data yaitu mengolah dan
mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini melibatkan transkrip wawancara, video
dari subjek, serta hasil-hasil observasi yang telah dilakukan. Langkah yang kedua yaitu
mengkoding traskrip wawancara serta menjadikan sebuah resume agar mudah dalam
melihat fakta-fakta yang ditemukan.

F. Pengecekan Keabsahan Data


Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk
menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak
ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan
penelitian kualitatif.
Menurut Sugiyono Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah
penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk
menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji,
credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Agar data dalam penelitian

14
kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji
keabsahan data. Adapun uji keabsahan data yang dapat dilaksanakan.
1. Credibility Uji credibility (kredibilitas)
Terhadap data hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian
yang dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan. Dalam
penelitian kualitatif, uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil
penelitian dapat dilakukan dengan berbagai cara, anatara lain dilakukan dengan
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
2. Uji Transferabilitas (Transferability)
Sugiyono menjelaskan bahwa uji transferabilitas (transferability) adalah
teknik untuk menguji validitas eksternal didalam penelitian kualitatif. Uji ini
dapat menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke
populasi dimana sampel itu diambil. Kemudian Moleong (menjelaskan bahwa
tranferabilitas merupakan persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan
konteks pengirim dan penerima.
Untuk menerapkan uji transferabilitas didalam penelitian ini nantinya peneliti
akan memberikan uraian yang rinci, jelas, dan juga secara sistematis terhadap
hasil penelitian. Diuraikannya hasil penelitian secara rinci, jelas dan sistematis
bertujuan supaya penelitian ini dapat mudah dipahami oleh orang lain dan hasil
penelitiannya dapat diterapkan ke dalam populasi dimana sampel pada penelitian
ini diambil.
3. Uji Dependabilitas
Dalam penelitian kuantitatif, Dependabilitiy disebut sebagai reliabilitas. Suatu
penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau
mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependebility
dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dalam
penelitian ini dependebility dilakukan oleh auditor yang independen atau dosen
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian.
4. Uji Konfirmabilitas
Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji
obyektifitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah

15
disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji Konfirmability mirip
dengan uji Dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara
bersamaan. Menguji Confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan
dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
Confirmability. Dengan demikian, dalam penelitia kualitatif ini uji Confirmability
di lakukan bersamaan dengan uji Dependability oleh dosen pembimbing.
Validitas data ini berdasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat
dari sudut pandang peneliti,partisipan,atau pembaca secara umum.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik vaiditas data,yaitu:
1. Triangulansi, yaitu peneliti menggunakan bermacam-macam data,menggunakan
beberapa teknik seperti wawancara,observasi dan dokumentasi,
2. Peer debtiefing (membicarakan dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskudi analitik dengan
rekan-rekan sejawat.dalam hal ini peneliti melakukan diskusi dan penumbuhan
informasi dengan guru kelas yang dianggap mengetahui karakteristik subjek
sedangkan hasilnya dibiarakan dengan dosen pembimbing.
3. Memanfaatkan waktu yang relatif lama dilapangan atau lokasi penelitian,dengan
demikian peneliti dapat memahami lebih mendalam fenomena yang diteliti dan
dapat menyampaikan secara detail mengenai lokasi dari orang-orang yang turut
membangun kredibilitas hasil naratif penelitian.

16
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data
1. Letak Geografis
Letak dan luas sebuah sekolah juga bisa mempengaruhi proses belajar mengajar,
karena sekolah membutuhkan suasana yang tenang dan lahan yang luas untuk mendukung
kegiatan sekolah. Sekolah Dasar negeri 106 Kota Bengkulu adalah salah satu satuan
pendidikan dengan jenjang Sekolah Dasar yang terletak diantara rumah- rumah warga dan
masuk kedalam Gang.
Alamat : Jl. Padat Karya
Kelurahan : Sumur Dewa
Kecamatan : Selebar
Kabupaten / Kota : Bengkulu
Provinsi : Bengkulu
Kode Pos : 38211
Sekolah Dasar Negeri 106 Kota Bengkulu ini berada di bawah naungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Apabila anda ingin bertanya atau menghubungi
langsung Sekolah Dasar Negeri 106 Kota Bengkulu dapat melalui beberapa media. Apabila
ingin mengirimkan surat elektronik (email), dapat dikirimkan ke sdn106bkl@gmail.com.
Adapun secara geografis letak Sekolah Dasar Negeri 106 Kota Bengkulu berada di
koordinat Garis lintang: -3.828 dan Garis bujur: 102.3217. Dengan Luas Tanah 3.795 m2.
2. Profil Sekolah
Berikut adalah paparan data tentang gambaran umum sekolah yang menjelaskan
tentang profil sekolah.
A. Profil Sekolah
Nama : SD Negeri 106 Kota Bengkulu
NPSN : 69947500
Alamat : Jl. Padat Karya
RT/RW :1/4
Kelurahan : Sumur Dewa
Kecamatan : Selebar

17
Kab/Kota : Kota Bengkulu
Provinsi : Bengkulu
Negara : Indonesia
Status Sekolah : Negeri
Waktu Penyelenggaraan : 6/ Double Shift Hari
Akreditasi :C
Nama Kepala Sekolah : Desmanidar, S.Pd
Nama Guru PAI : Murniaty Mustafa, S.Ag
B. Data Lengkap
Tanggal SK Pendirian : 2016-07-27
No. SK. Pendirian : 421.2/3395/IV.DIKBUD/2016
No. SK. Akreditasi : 287/BAN-SM.Prov/SK/X/2018
Naungan : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Tabel 4.1
Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki – Laki 229
Perempuan 188
Total 417

Tabel 4.2
Jumlah Siswa Berdasarkan Agama
Agama Laki -Laki Perempuan
Islam 228 186
Kristen 0 2
Katholik 0 0
Hindu 1 0
Budha 0 0
Kong Hu Chu 0 0

18
Total 229 118

3. Daftar Tenaga Pendidik SDN 106 Kota Bengkulu


Tenaga pendidik di SD Negeri 106 Sumur Dewa Kota Bengkulu ini berjumlah
6 Orang PNS, 17 Orang Honor.

Tabel 4.3
Tenaga Pendidik SDN 106 Bengkulu

Sudah Jumlah

Sertifikasi 14
Belum Sertifikasi 6
Total 20

Umur Jumlah

Kurang Dari 30 Tahun 9


31-35 Tahun 3
36-40 Tahun 4
41-45 Tahun 0
46-50 Tahun 3
51-55 Tahun 3
Lebih Dari 50 Tahun 1
Total 23

4. Fasilitas Sekolah Dasar Negeri 106 Kota Bengkulu


SDN 106 Kota Bengkulu menyediakan listrik untuk membantu kegiatan belajar
mengajar. Sumber listrik yang digunakan oleh SDN 106 Kota Bengkulu berasal dari PLN.
SDN 106 Kota Bengkulu menyediakan akses internet yang dapat digunakan untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar menjadi lebih mudah. Provider yang digunakan
SDN 106 Kota Bengkulu untuk sambungan internetnya adalah Telkomsel Flash.

19
Tabel 4.4
Jumlah Sarana Dan Prasarana

No Jenis Sarpras Jml 2022 Ganjil Jml 2022 Genap

1 Ruang Kelas 4 4

2 Ruang Perpustakaan 1 1

3 Ruang Laboratorium 0 0

4 Ruang Praktik 0 0

5 Ruang Pimpinan 1 1

6 Ruang Guru 1 1

7 Ruang Ibadah 1 1

8 Ruang UKS 1 1

9 Ruang Toilet 4 4

10 Ruang Gudang 0 0

11 Ruang Sirkulasi 0 0

12 Tempat Bermain / Olahraga 0 0

13 Ruang TU 1 1

14 Ruang Konseling 0 0

15 Ruang OSIS 0 0

16 Ruang Bangunan 1 1

Total 15 15

B. Pedoman Wawancara Untuk Guru PAI


1. Petunjuk Wawancara

20
a. Sebelum Guru menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih
dahulu isi identitas yang telah tersedia.
b. Jawablah tes wawancara ini dengan jujur dan penuh ketelitian karena jawaban
Bapak/Ibu Guru akan membantu kelengkapan data yang penulis butuhkan. Dan
sebelumnya tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas segala bantuannya.
2. Identitas Guru
a. Nama : Murniaty Mustafa, S.Ag
b. Jabatan : Guru Kelas V & VI
c. Bidang Studi Yang Diajarkan : PAI
3. Daftar Pertanyaan
1. Apa Saja Problematika Pembelajaran PAI?
Jawab:
Dalam waktu Melaksanakan wawancara bersama ibu Murniaty, Beliau
Banyak Menjelaskan Beberapa Problematika dalam proses pembelajaran DI
SDN 106 Kota Bengkulu terutama dalam pembelajaran PAI. Beliau
Mengatakan Bahwa:
“Problematika Pembelajaran PAI disekolah terutama di SDN 106 Kota
Bengkulu yang pertama dimulai dari peserta didik itu sendiri. Dimana peserta
didik disekolah tersebut tergolong dari siswa kurang mampu. Problematika
yang kedua yakni faktor dukungan orang tua mereka sendiri dimana orang tua
peserta didik merata bekerja sebagai petani dan jarak rumah dengan kebun
sangatlah jauh, dari situlah tadi anak merasa kurang kasih sayang, perhatian
atau bimbingan dari orang tua mereka sendiri, dan bisa dikatakan dari kelas 1-
6 hanya beberapa orang saja yang orang tuanya bekerja sebagai PNS.
Problematika yang ketiga yakni dari transportasi mereka dimana jarak rumah
yang cukup jauh dengan sekolah membuat mereka sering terlambat datang ke
sekolah. Problematika yang keempat yakni mengenai fasilitas buku paket PAI
yang terbatas sehingga mengharuskan mereka bergantian dalam menggunakan
buku paket PAI tersebut.
Dapat Dilihat bahwa permasalahan disini mengenai buku paket PAI
sendiri,yang mana di SDN 106 Kota Bengkulu kurangnya sarana dan
prasarana dan sampai dengan hal yang menyangkut orang tua peserta didik,
karna itu dapat berdampak dalam pembelajaran PAI.

21
2. Bagaimana Profesionalisme guru dalam mengajar PAI disekolah ?
Jawab:
Mengenai Keprofesionalisme guru Pai disekolah ini yakni ibu Murniati
yang disapa bunda Murni ini Merupakan Alumni UINFAS Bengkulu pada
tahun 92 dan beliau ini sudah Sartifikasi dari Depag pada tahun 2016. Sebelum
mengajar di SDN 106 Kota Bengkulu ini, Beliau Mengajarnya dari tingkat TK.
Dari wawancara Ibu Murni Bercerita dari waktu pandemi beliau dialihkan dari
Kemenag itu ke sd, Karna di SDN 106 waktu itu membutuhkan guru PAI. Ibu
Murni ditugaskan di sd tersebut pada tahun 2020 dan memegang mapel PAI ini
sudah beliau alami mulai dari kelas 1-6. Karna berbagi dengan guru pai
lainnya, beliau memegang kelas atas. Jadi sudah 3 tahun Ibu Murni Mengajar
di SDN 106 Kota Bengkulu sampai saat ini.
Sebelum sartifikasi ibu murni memang memegang matkul agama, Jadi
tidak memegang matkul lainnya. Sampai ibu murni sartifikasi. Dan
Profesionalisme guru dalam mengajar PAI disekolah yakni peserta didik
disekolah tersebut tidak semuanya islam ada 2 anak dalam sekolah tersebut
yang non muslim yakni agama ( hindu dan kristen). Sehingga sebagai guru
Dalam mengambil nilai agama harus disesuaikan dengan agama anak tersebut
,dimana anak diminta untuk membawa al kitab dan memerintahkan mereka
membacanya dengan tujuan sebatas mana mereka memahami al-kitab mereka
dalam agama yang dianutnya .
Nah ketika guru mengajarkan PAI maka guru harus memberikan
kesempatan kepada anak yang beraga non muslim untuk memilih tetap
didalam kelas atau keluar kelas karena sebagai guru PAI kita tidak boleh
menyamaratakan materi ajar PAI kepada anak yang nonmuslim . Dalam SDN
106 guru PAI juga menganjurkan anak membawa Iqra` untuk melatih anak
membaca dan mempelajari huruf hijaiyah . dalam pengajaran anak kelas 1 dan
2 dengan anak kelas 5 dan 6 jelas berbeda karena dalam anak yang masih kelas
1 mereka masih dalam tahapan suka bermain.
Tidak diragukan lagi ke profesinalisme Guru PAI di SDN 106 Kota
Bengkulu, Karena ibu murniaty sendiri memang memegang pembelajaran
pendidikan agama sejak lama dan tidak memegang pembelajaran yang lain,

22
yang bukan potensinya. Beliau sendiri juga lulusan dari Universitas yang
berbasis agama.
3. Faktor apa saja yang Penghambat dan Pendukung Dalam Pembelajaran PAI ?
Jawab:
Setiap sekolah pasti memiliki beberapa faktor dalam proses pembelajaran,
baik itu faktor Penghambat maupun Faktor Pendukung. Sehingga ibu murniaty
menjelaskan secara singkat dan jelas dalam wawancara, bahwa:
A. Faktor Penghambat :
a. Kurangnya fasilitas sekolah
b. Anak-anak yang memiliki karakter yang berbeda-beda ( ada yang cepat
memahami materi yang disampaikan guru dan ada yang agak lambat
dalam memahami materi )
B. Faktor Pendukung :
Guru harus santai ( Enjoy) jangan terlalu tegang dalam mengajar anak-
anak dengan tujuan agar anak meresa nyaman dengan guru. Dan juga
untuk menambah semangat belajar anak guru bisa memperlihatkan hasil
nilai kepada mereka seperti nilai keterampilan. Dan juga setiap kalimat-
kalimat harus dijekaskan kepada mereka .
4. Bagaimana Karakteristik Peserta didik disekolah ini?
Jawab:
Karakteristik peserta didik
a. Lingkungan keluarga
Dimana orang tua yang PNS cara mengajari Anak sangat berbeda dengan
orang tua yang petani. terutama kasih sayang orang tua mereka sangat
jauh berbeda .
b. Akhlak peserta didik
Dimana guru harus memahami dari lingkungan mereka seperti apa .guru
juga bisa memberikan muhasabah kepada anak agar mereka mempunyai
akhlak baik.Sebagai guru juga harus melalukan pendekatan kepada
anak,mengetahui lingkungannya seperti apa ,Latar belakang anak dan
karakteristik anak tersebut
5. Bagaimana Kemampuan Intelektual Peserta didik disekolah ini ?
Jawab:

23
Kemampuan intelektual peserta muncul dari lingkungan keluarga ada
sebagian anak sudah memahami agama dan ada yang belum sama sekali
memahami dan jika ada yang belum memahami maka guru bisa menyarankan
untuk mempelajari pembelajaran PAI menggunakan Hp.
6. Bagaimana Pendapat Guru PAI mengenai Kurikulum PAI disekolah ini ?
Jawab:
Mengenai kurikulum PAI semuanya bagus tinggal bagaimana kita
menerapkannya saja dan sesuaikan dengan keadaan yang ada, dimana kita
mengajar apakah bisa mnerapkan kurikulum-kurikumnya tersebut. Kalau di
SDN 106 Ini guru menyesuaikan dengan kurikulum yang ada saat ini.
7. Metode dan Media Apa yang digunakan dalam pembelajaran PAI disekolah
ini ?
Jawab:
Metode pembelajaran PAI:
1. Iqra`
2. Ceramah
3. Hari besar islam Sekolah sekali-kali Memanggil Ustad untuk
menyampaikan ceramah-ceramah agama.
Media Pembelajaran PAI:
1. Picture and Picture
2. Gambar Huruf hijaiyah
3. Gambar orang praktek wudhu
4. Infocus
8. Bagaimana Sarana dan Prasarana disekolah ini khususnya dalam pembelajaran
PAI ?
Jawab:
Sarana Prasarana dalam SDN 106 Kota Bengkulu ini masih kurang karena
kurangnya Dana Sekolah .Jadi kembali lagi keguru PAI harus kreatif ,inoatif
.dan bagaimana cara guru tersebut mengolah pembelajaran PAI.
9. Problematika Apa saja yang dihadapi dalam melaksanakan Evaluasi ?
Jawab:
Problemmatika dalam Pelaksanaan evaluasi:

24
Terkusus ketika ujian praktek peserta didik dari kelas 5 dan 6
menggunakan ujian praktek mengaji dan ujian praktek sholat. Jadi guru
memberikan pilihan solat apa yang ingin peserta didik prakteknya dengan
ketentuan hanya satu rokaat saja karena waktunya tidak cukup. Untuk kelas 1
dan 2 ujian evaluasi mereka ialah praktek wudhu.karna untuk anak kelas 1
dan 2 lebih memahami dengan praktek (contoh dengan hal yang nyata) dari
pada menggunakan soal-soal ujian.
10. Apakah Lingkungan Masyarakat Setempat Mendukung Adanya Pembelajaran
PAI disekolah ini ?
Jawab:
Dari faktor masyarakat sangat mendukung dengan adanya pembelajaran
PAI di SDN 106 Kota bengkulu Ini . karena dalam pembelajaran PAI
disekolah ini juga dapat membentuk karakter dan akhlak peserta didik.
Sekolah juga sangat mengingginkan adanya mushola atau tempat kosong
untuk beribadah disekolah tersebut namun kembali lagi pada masalah yang
awal yakni kurangnya dana disekolah tersebut.10

10Hasil Wawancara dengan Ibu Murniaty Mustafa, S.Ag. Selaku Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di
SDN 106, Jl. Padat Karya, Kel. Sumur Dewa. Kota Bengkulu. Pada Hari Kamis, Tanggal 08 Desember
2022.

25
BAB V
PEMBAHASAN

Dalam dunia pendidikan Profesionalisme guru dalam mengajar PAI disekolah


harus dilihat dengan sedetailnya untuk memperlancar dan menjadikan dunia pendidikan itu
sendiri lebih bermutu. Dalam hal ini guru wajib mengetahui apa saja yang harus dimiliki
oleh seorang guru agar dikatakan sebagai guru profesional baik dalam mengajar maupun
yang lainnya dalam dunia pendidikan terutama untuk sekarang ini. Seperti yang sudah
tertera dalam kajian teori sebelumnya bahwasannya profesionalime guru itu sangat penting
untuk memajukan dunia pendidikan yang dimana peserta didik dapat berhasil itu dari
pendidik yang mempunyai jiwa profesional. Guru tidak hanya dalam menguasai materi
tetapi dituntut juga dalam menguasai kelas atau metode serta media yang harus diciptakan
secara kreatif dan dapat dipahami dan disenangi oleh peserta didik agar suasana kelas
menjadi menyenangkan hal tersebut salah satu contoh dari tindakan profesionalisme
seorang guru.
Mengenai Keprofesionalisme guru Pai disekolah ini yaitu di SDN 106 Kota
Bengkulu yakni ibu Murniati yang disapa bunda Murni ini Merupakan Alumni UINFAS
Bengkulu pada tahun 92 dan beliau ini sudah Sartifikasi dari Depag pada tahun 2016.
Sebelum mengajar di SDN 106 Kota Bengkulu ini, Beliau Mengajarnya dari tingkat TK.
Dari wawancara Ibu Murni Bercerita dari waktu pandemi beliau dialihkan dari Kemenag
itu ke sd, Karna di SDN 106 waktu itu membutuhkan guru PAI. Ibu Murni ditugaskan di sd
tersebut pada tahun 2020 dan memegang mapel PAI ini sudah beliau alami mulai dari kelas
1-6. Karna berbagi dengan guru pai lainnya, beliau memegang kelas atas. Jadi sudah 3
tahun Ibu Murni Mengajar di SDN 106 Kota Bengkulu sampai saat ini. 11
Sebelum sartifikasi ibu murni memang memegang matkul agama, Jadi tidak
memegang matkul lainnya. Sampai ibu murni sartifikasi. Dan Profesionalisme guru dalam
mengajar PAI disekolah yakni peserta didik disekolah tersebut tidak semuanya islam ada 2
anak dalam sekolah tersebut yang non muslim yakni agama ( hindu dan kristen).

11 Hasil wawancara dengan ibu Murniaty Mustafa, S.Ag di SDN 106 Kota Bengkulu

26
Sehingga sebagai guru Dalam mengambil nilai agama harus disesuaikan dengan agama
anak tersebut ,dimana anak diminta untuk membawa al kitab dan memerintahkan mereka
membacanya dengan tujuan sebatas mana mereka memahami al-kitab mereka dalam
agama yang dianutnya .
Nah ketika guru mengajarkan PAI maka guru harus memberikan kesempatan
kepada anak yang beraga non muslim untuk memilih tetap didalam kelas atau keluar kelas
karena sebagai guru PAI kita tidak boleh menyamaratakan materi ajar PAI kepada anak
yang nonmuslim . Dalam SDN 106 guru PAI juga menganjurkan anak membawa Iqra`
untuk melatih anak membaca dan mempelajari huruf hijaiyah . Dalam pengajaran anak
kelas 1 dan 2 dengan anak kelas 5 dan 6 jelas berbeda karena dalam anak yang masih kelas
1 mereka masih dalam tahapan suka bermain.
Tidak hanya profesional guru saja yang ada dalam pendidikan tetapi ada juga
yang namanya karakter. Disini kita membahas karakter peserta didik yang dimana peserta
didik itu mempunyai berbagai macam karakter sehingga pendidik harus bisa mengenali
berbagai karakter tersebut. Sebelum membahas karakter peserta didik yang ada di SDN
106 Kota Bengkulu, kita harus tahu karakter itu sendiri apa. Karakteristik siswa merupakan
ciri khusus yang dimiliki oleh masing-masing siswa baik sebagai individu atau kelompok
sebagai pertimbangan dalam proses pengorganisasian pembelajaran. Winkel mengaitkan
karakteristik siswa dengan penyebutan keadaan awal, dimana keadaan awal itu bukan
hanya meliputi kenyataan pada masing-masing siswa melainkan pula kenyataan pada
masing-masing guru.
Cruickshank mengemukakan beberapa karakteristik umum siswa yang perlu
mendapatkan perhatian dalam mendesain proses atau aktivitas pembelajaran, yaitu:
• Kondisi sosial ekonomi
• Faktor budaya
• Jenis kelamin
• Partumbuhan
• Gaya belajar dan
• Kemampuan belajar.
Semua karakteristik yang bersifat umum perlu dipertimbangkan dalam menciptakan proses
belajar yang dapat membantu individu mencapai kemampuan yang optimal. 12

12Agung Hermawan, MENGETAHUI KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK UNTUK MEMAKSIMALKAN


PEMBELAJARAN, hal 4.

27
Diatas adalah pembahasan mengenai karakter siswa secara umum disini juga
dibahas mengenai Karakteristik Peserta didik di SD Negeri 106 Kota Bengkulu. Setiap
sekolah pasti memiliki peserta didik yang berbagai macam karakteristik. Hal tersebut
jangan dijadikan alasan pendidik untuk tidak profesional dalam pendidikan tetapi hal
tersebut justru dijadikan tuntutan untuk pendidik bagaimana ia membuat siswa menjadi
nyaman dalam proses pembelajaran dengan karakter yang dimilki oleh tiap individu
peserta didik. Karakteristik peserta didik di sekolah ini yaitu banyak sekali dimulai dari
kelas 1 SD hingga 6 SD hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti cara pengajaran
orang tua terhadap anak contohnya pekerjaan orang tua yang PNS cara mengajari Anak
sangat berbeda dengan orang tua yang petani. terutama kasih sayang orang tua mereka
sangat jauh berbeda. Sehingga munculah berbagai karakter misalnya ada anak yang
bandel, penangis, rajin, bahkan ada juga anak yang pendiam, dan anak yang suka bermain
dari pada belajar. Hal tersebut bisa didapat dengan banyak pengaruh seperti halnya yang
telah di bahas sebelumnya dikarenakan pekerjaan orang tua, masalah keluarga, fasilitas
yang ada, serta tidak adanya orang tua disebabkan telah mendahului mereka.
Dengan adanya berbagai karakter ini dimana guru harus memahami dari
lingkungan mereka. Guru juga bisa memberikan muhasabah kepada anak agar mereka
mempunyai akhlak baik. Sebagai guru juga harus melalukan pendekatan kepada anak,
mengetahui lingkungannya seperti apa , latar belakang anak dan karakteristik anak
tersebut.
Tidak hanya itu ibu murni juga membuat sebuah gerakan kepada anak muridnya
untuk membangun karakter tersebut yaitu membuat gerakan berbagi bersama yang dimana
anak anak yang mempunyai rezeki lebih wajib berbagi kepada anak yang rezekinya sedikit
sehingga mereka bisa memiliki karakter saling tolong- menolong dan mempunyai rasa
kebersamaan.
Adanya beberapa karakter yang dimilki siswa tersebut juga dapat menjadi faktor
penghambat ibu murni selaku guru PAI di SD Negeri 106 Kota Bengkulu contohnya ada
siswa yang berbeda dalam kecepatan dalam menerima materi pembelajaran yang diberikan
oleh guru, ada yang lambat dan ada juga yang cepat. 13
Selain karakter kurikulum juga sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan.
Setiap kurikulum mempunyai ciri khas berbeda – beda . dan setiap sekolah juga tidak asal
menggunakan kurikulum yang mana masih yang lama atau melakukan pembaruan yang

13 Hasil wawancara dengan ibu Murniaty Mustafa, S.Ag di SDN 106 Kota Bengkulu

28
baru. Sekolah memilih kurikulum juga harus banyak pertimbangan mulai dari pendidiknya,
suasana lingkungan sekolahnya cukup atau sudah bisa melaksanakan sistem kurikulum
yang dipilih atau belum. Kurikulum itu sendiri adalah perangkat pengalaman belajar yang
akan didapat oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Kurikulum
dirancang untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Keberhasilan dari suatu
kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki
oleh seorang guru.14
Mengenai kurikulum di sekolah terkhususnya PAI ada juga pendapat Guru PAI
atau sering disebut Ibu Murni mengenai bagaimana Kurikulum PAI disekolah (Kecakupan,
Pendalaman, Perluasan) terkhusnya di SDN 106 Kota Bengkulu semuanya bagus tinggal
bagaimana kita menerapkannya saja dan sesuaikan dengan keadaan yang ada, dimana kita
mengajar apakah bisa menerapkan kurikulum-kurikumnya tersebut. Kalau di SDN 106 Ini
guru menyesuaikan dengan kurikulum yang ada saat ini. Di SD tersebut disesuaikan juga
penerapannya dengan keadaan siswa disana untuk kurikulum KTSP maupun K13.
Guru disana juga menerapkan RPP dan MODUL dengan kurikulum yang sesuai
yang mana yang akan dipakai. Untuk menggunakan kurikulum mana yang pas guru PAI
yeitu ibu murni membuat grub WA khus guru PAI dalam mendiskusikan atau pengusahaan
dalam menerapkan kurikulum apa yang cocok diterapkan dalam sekolah tersebut. Dalam
kurikulum merdeka sekarang yang dimana baca tulis qur’an itu diambil alih oleh guru
kelas, sehingga guru PAI dalam hal itu berusaha memikirkan dan mendapatkan solusi yang
terbaik untuk penerapan BTQ dapat terus berjalan walaupun sudah diambil alih oleh guru
kelas. Di sana guru PAI semuanya tetap berdiskusi dan berusaha bersama dalam
menerapkan kurikulum yang pas baik itu guru yang sudah sertifikasi atau yang belum demi
kemajuan sekolah tersebut gurunya juga harus kompak terutama dalam hal proses
pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran banyak sekali yang harus disiapkan agar materi yang
disampaikan guru atau pendidik dapat diterima oleh peserta didik dengan mudah, paham ,
serta menyenangkan, sehingga jika suatu persiapkan telah bagus maka proses pembelajaran
juga akan semakin maju dan efektif serta membuat sekolah semakin maju dan dikenal
banyak oleh masyarakat. Salah satu yang harus disiapkan pendidik dalam proses
pembelajaran yaitu metode dan media.

14
Fuja Siti Fujiawati, Pemahaman Konsep Kurikulum Dan Pembelajaran Dengan Peta Konsep Bagi
Mahasiswa Pendidikan Seni, Vol.1, Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, April 2016,hal 18.

29
Dua hal tersebut tidak pernahtinggal dalam kegiatan pembelajaran terutama di
dalam kelas yang dimana guru dituntut harus kreatif dan inovatif dari peserta didik dalam
menyampaikan materi. Apalagi jika mengajar pada anak SD kelas rendah misalnya masih
kelas 1 dan 2 SD maka guru harus memutar otak untuk membuat metode serta media apa
yang kreatif agar peserta didik ketagihan dalam belajar dan membuat mereka menjadi
penasaran akan materi yang akan disampaikan. Media adalah pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan, dengan demikian media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan. 15
Media dalam pembelajaran ada banyak contohnya media visual, audio, dan audio
visual. Selain media dalam proses pembelajaran juga membutuhkan metode yang pas.
Dalam menggunakan metode pembelajaran di sekolah, seorang guru dapat menggunakan
metode pembelajara yang berbeda-beda antara kelas yang satu dengan kelas yang lain,
dengan demikian dituntut adanya kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan
berbagai macam metode pembelajaran.
Metode dan Media yang digunakan dalam pembelajaran PAI di sekolah
terkhususnya di SD Negeri 106 Kota Bengkulu yaitu Metode pembelajaran PAI: Iqra` ,
Ceramah, Hari besar islam Sekolah sekali-kali Memanggil Ustad untuk menyampaikan
ceramah-ceramah agama. Media Pembelajaran PAI: Picture and Picture, Gambar Huruf
hijaiyah, Gambar orang praktek wudhu dan menggunakan Infocus.
Dalam menunjang proses pembelajaran sekolah juga harus menyiapkan fasilitas
yang mencukupi untuk peserta didik dalam menyiapkan suasana proses pembelajaran
yang efektif . tidak hanya media dan metode untuk menunjang proses pembelajaran tetapi
sarana dan prasarana disekolah juga dapat mendudkung hal tersebut. Namun dalam hal
ini sayangnya di SD Negeri 106 Kota Bengkulu sarana dan prasarana ini khususnya dalam
pembelajaran PAI masih terbilang kurang terpenuhi dalam segi fasilitas. Karena kurangnya
dana sekolah . Jadi kembali lagi keguru PAI yang harus kreatif , inoatif, dan bagaimana
cara guru tersebut mengolah pembelajaran PAI agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik walaupun dari sarana prasarana tersebut masih kurang.
Dengan adanya kendala tersebut tidak menutup kemungkinan peserta didiknya
untuk tidak berprestasi. Walaupun fasilitas yang diberikan kurang peserta didik tetap
semangat dalam pembelajaran sehingga guru disana ikut semangat juga mengajar

15 Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), h. 169

30
walaupun dari fasilitasnya kurang. Guru disana yang mempunyai suatu alat atau apapun
yang bisa dijadikan fasilitas pembelajaran, maka para guru sendirilah yang kreatif
membawa alat sendiri dari rumah mereka dengan memakai barang pribadi mereka
misalnya infocus, buku, dan lain sebagainya. Hal ini tidak lain untuk membuat para pesert
didik nyaman dan senang dalam proses pembelajaran. Jika para murid senang dalam
pembelajaran maka materi yang akan disampaikan dapat diterima dengan mudah.
Dalam dunia pendidikan pasti juga mengalami problematika dalam evaluasi yang
harus dihadapi oleh guru PAI dalam melakukan proses pembelajaran PAI. Tujuan evaluasi
pendidikan itu sendiri adalah untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi taraf
perkembangan dan kemajuan yang diperoleh peserta didik, dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Nah dalam mengevalusi tersebutlah ada saja
problematika yang dihadapi guru PAI.
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya yaitu proses pembelajaran di SD Negeri
106 Kota Bengkulu itu juga mempunyai suatu problematika yang harus dihadapi oleh guru
PAI. Misalnya dalam ujian praktek peserta didik dari kelas 5 dan 6 menggunakan ujian
praktek mengaji dan ujian praktek sholat. Jadi guru memberikan pilihan solat apa yang
ingin peserta didik prakteknya dengan ketentuan hanya satu rokaat saja karena waktunya
tidak cukup.dalam hal ini problematika yang sering di temukan adalah masih ada murid
yang belum hafal urutan dari gerakan sholat tersebut ataupun gerakan yang masih ada
salah.
Hal itu dapat terjadi dikarekan saat proses pembelajaran mungkin para siswa ada
yang memperhatikan ada yang tidak , dan juga dari keluarga yang mungkin sibuk bekerja
sehingga kurang memperhatikan anak – anak dirumah. Untuk kelas 1 dan 2 ujian evaluasi
mereka ialah praktek wudhu.karna untuk anak kelas 1 dan 2 lebih memahami dengan
praktek (contoh dengan hal yang nyata) dari pada menggunakan soal-soal ujian. Dalam
melakukan evalusi ini juga dapat terjadi hal hal yang tidak sesuai contohnya ada yang
masih kurang paham air yang digunakan untuk wudhu itu air apa saja.

31
Gambar 4. 1
Pada Gambar 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa situasi diluar kelas para peserta
didik dapat bermain bersama teman-temannya. Situasi diuar kelas bukan hanya untuk
bermain-main pada waktu jam istirahat, tetapi juga bisa digunakan sebagai belajar diluar
kelas, karena belajar di luar kelas sangat menyenangkan. Belajar diluar kelas juga
digunakan oleh seorang guru terutama guru pelajaran PAI, yang diluar kelas dapat
dijadikan sebagai pembelajaran yang dapat lebih mengasyikkan, kita dapat mengajak
peserta didik belajar sambil bermain- main dengan menggunakan metode dan media yang
kreatif, inovatif, dan menyenangan. Belajar diluar kelas juga Mendorong motivasi belajar
siswa, karena menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana kelas, untuk memberikan
dukungan proses pembelajaran secara menyeluruh yang dapat menambah aspek
kegembiraan dan kesenangan. Guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan karena dapat berekspolarasi menciptakan suasana belajar seperti bermain.
Pada pembelajaran di luar kelas siswa menggunakan media pembelajaran yang
kongkrit dan memahami lingkungan yang ada disekitarnya. Pada saat pembelajaran
digunakan media yang sesuai dengan situasi kenyataannya, yakni berbagai permainan anak
seperti seluncuran, ayunan, jungkat-jungkit dan lain-lain. Mengasah aktivitas fisik dan
kreativitas siswa karena menggunakan strategi belajar sambil melakukan atau
mempraktekan sesuai dengan penugasan. Selain memiliki kelebihan, pendekatan di luar
kelas sebagai pendekatan pembelajaran juga memiliki kelemahan: memerlukan perhatian
yang ekstra dari guru pada saat pembelajaran karena menggunakan media yang sesuai
dengan kenyataannya di arena bermain anak yang dapat memungkinkan anak keterusan
bermain di tempat tersebut.
Di suatu persekolahan atau pendidikan hal yang mempunyai peran penting salah
satunya adalah lingkungan tempat sekolah itu berdiri. Jika lingkungan tidak mendukung
32
maka sekolah juga tidak akan terasa nyaman. Tetapi sebaliknya jika lingkungan
mendukung sekolah tersebut dalam melakukan kegiatan dan lain sebagainya maka, sekolah
tersebut akan cepat maju. Dalam hal ini SD Negeri 106 Kota Bengkulu mendapatkan
masyarakat yang sangat mendukung dengan adanya pembelajaran PAI di SDN 106 Kota
bengkulu Ini. Karena dalam pembelajaran PAI disekolah ini pendidik juga dapat
membentuk karakter dan akhlak peserta didik. Sekolah juga sangat mengingginkan adanya
mushola atau tempat kosong untuk beribadah disekolah tersebut namun kembali lagi pada
masalah yang awal yakni masih kurangnya dana disekolah tersebut.
Jadi, dalam proses pembelajaran itu sendiri banyak faktor yang harus disiapkan
dalam dunia pendidikan agar proses pembelajaran dapat tercapat sesuai dengan tujuan visi
dan misi dari pendidikan itu sendiri. Dan dalam pendidikan pasti mengalami hambatan
ataupun dukungan. Tetapi tinggal bagaimana cara pendidik atau pun elemen yang ada
dalam dunia pendidikan itu kompak dalam menyiapkan pendidikan yang baik dan relevan.
Lingkungan Masyarakat Setempat Mendukung Adanya Pembelajaran PAI disekolah
Dalam gambar 4.2 adalah kegiatan suasana belajar siswa-siswa. Dalam mengajar
guru memberikan kebebasan kepada siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan
guru. Dalam suasana belajar ini guru benar-benar memberikan kebebasan agar siswa-siswa
merasakan kenyamanan dalm belajar. Dikarenakan siswa-siswa SD masih suka bermain,
guru pai sering sekali mengunakan metode pembelajaran dengan sangat menarik. Hal ini
berdampak pada nilai-nilai yang di dapat pada pelajaran pai sangat baik. Nilai siswa
sebagian besar diatas kkm.

33
Gambar 4. 2

34
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan Wawancara
Kegiatan wawancara ini sangat bermanfaat, Karna kita bisa memperoleh data
informasi yang akurat langsung dari obsek sasaran. Wawancara ini bertujuan untuk
menganalisis Problematika pembelajaran PAI disekolah. Hal tersebut akan dikaitkan
dengan Pembelajaran PAI di sekolah terutama di sekolah dasar negeri 106 kota bengkulu.
Pada pembelajaran PAI di SDN 106 ini sangat bermanfaat dan sangat mendukung
di lingkungan sekitar, karena pembelajaran pai ini untuk membentuk karakter anak,
memperjuangan akhlakul karimah. Ibu Murniaty selaku guru mapel pendidikan agama
islam di SDN 106 dalam mengajar, juga lebih sering melakukan praktek agar siswa itu
dapat melihat dengan nyata apa yang akan diajarkan, sehingga anak-anak menjadi tertarik.
Apalagi anak-anak sekolah dasar di kelas bawah, mereka masih bermain-main. Jadi apabila
hanya mendengarkan materi saja , mereka akan merasa bosan dan jenuh.

B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang didapat ini diharapkan seorang
guru pendidikan agama islam dapat membuat pembelajaran mudah dipahami dan disenangi
peserta didik. Hal ini perlu diterapkan untuk membuat berbagai macam metode, media, dan
kegiatan ekstrakulikuler kegamaan lainnya. Supaya dapat mengembangkan pendidikan
agama Islam lebih efektif agar internalisasi nilai-nilai religius kepada peserta didik lebih
komprehensif. Untuk siswa, agar lebih serius dalam belajar dan mendukung setiap bentuk
pembelajaran yang akan disampaikan guru.

35
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Saeful, Ferdinal Lafendry. Lingkungan Pendidikan Dalam Islam. Tarbawi, Vol. 4,
No. 1 - Februari 2021.
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. V, 2013
Kay A.Norlander-Case et al., Guru Profesional Penyiapan dan Pembimbingan Praktisi
Nefri Anra, Perkembangan Peserta Didik, (Sleman: Deepublish: 2020) hal 23
Nana Syaodih Sukmadinata,Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, (Bandung:
Nurdin, Muhamad, Kiat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media grup, 2008
Pemikir Program Pendidikan di Negara Demokrasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), h. 1
Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 4
Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Magnum
Pustaka, 2010), hal. 35.
Sugiyono, Metode Pendekatan Kuantitatif dan, Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta,
2014

36
LAMPIRAN:

Gambar 4.3

37
38
Lokasi Sekolah

Wawancara bersama Ibu Murniaty

Foto Bersama Guru PAI Ibu Murniaty

39
Foto Bersama Kepsek dan Guru PAI

40

Anda mungkin juga menyukai