DIBUAT OLEH :
KELOMPOK 1
ANGGOTA :
1. BIMANTARA ILHAM SETYAWAN ( PO7133121003 )
2. FATIMAH AZZAHRAH ( PO7133121007 )
3. KIRAN ADELIA ( PO7133121015 )
4. ANNISA KHUSNUL KHOTIMAH ( PO7133121027 )
5. INDAH YULIA PURNAMA SARI ( PO7133121038 )
6. DHEA RIZKI ADELIA ( PO7133121063 )
7. MUHAMMAD REZA HANAFI ( PO7133121069 )
i
HALAMAN PENGESAHAN
Dengan ini menerangkan bahwa laporan kegiatan praktik belajar lapangan di BTKL PP
Kelas 1 Palembang pada Mahasiswa semester III Program Studi D-III Sanitasi Jurusan
kesehatan lingkungan poltekkes kemenkes palembang.
Mengetahui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktik Belajar Lapangan (
PBL ) di BTKLPP KELAS 1 Palembang.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Ibu Diah Navianti, S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua Prodi D-III Sanitasi.
2. Bapak Priyadi,SKM.,M.Kes dan Kamsul,S.ST.,M.Kes. selaku Pembimbing
Akademik.
3. Ibu Dr.Rismarini selaku Pembimbing Praktik Belajar Lapangan ( PBL ).
4. Ibu Emmilya Rosa,S.Km.,M.Km. selaku Kepala BTKLPP KELAS 1 Plg.
5. Bapak Febriansyah dan Bapak KM. Yahya selaku pembimbing kelompok 1
6. Kepala Instansi K3 Ibu Desmawati
7. Seluruh Staf BTKLPP KELAS 1 Palembang
8. Semua pihak yang membantu pada saat pelaksanaan Praktik Belajar Lapangan (
PBL ).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna dan
masih ada kesalahan baik ditinjau dari segi materi maupun tehnik penulisannya, untuk
memperbaiki dan kesempurnaan pembuatan laporan ini maka penulis tidak segan
mendapat saran sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Hal
v
3.5.5 Permen LHK Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Pengolahan
LAMPIRAN .......................................................................................... 33
vi
DAFTAR GAMBAR Hal
vii
DAFTAR TABEL
Hal
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
pendidikan dan pelatihan dengan bekerja secara langsung, secara sistematik dan
terarah dengan supervisi yang kompeten. Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) ini
diharapkan mendapatkan ilmu dari instansi tempat Praktik Belajar Lapangan ( PBL)
perkuliahan.
Negeri yang menekankan pada pendidikan yang profesional dengan tujuan untuk
satu kegiatan yang wajib bagi mahasiswa/i Jurusan Kesehatan Lingkungan Program
Studi D-III Sanitasi untuk memperoleh pengenalan dan pengalaman terhadap dunia
kerja.
Adanya program Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) yaitu untuk memenuhi mata
1
Limbah cair merupakan cairan yang dihasilkan dari proses produksi. Limbah cair ini
kandungan limbah yang ada tidak mampu dicerna oleh mikroorganisme yang ada
Dalam upaya mengurangi bahaya limbah cair pada lingkungan saat dibuang maka
Karakteristik fisik mencakup suhu, warna, bau, dan kekeruhan. Karakteristik kimia
biologis adalah ragam organisme yang ada pada limbah tersebut (Hidayat. 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diuraikan rumusan masalah dari
Laporan Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) ini yaitu Bagaimana Pengolahan Limbah
1.3 Tujuan
2
1.3.2 Tujuan Khusus
lapangan.
3
BAB 2
GAMBARAN UMUM BTKLPP KELAS 1 PALEMBANG
Berdirinya BTKLPP Kelas Palembang atas prakarsa dari dr. Nyoman Kandun,MPH.
bersama stafnya Atrisman, SKM, MM. yang pada saat itu menjabat sebagai Direktur
Pada tahun 1998, Amar Muntaha, SKM, M.Kes. sebagai koordinator pembentukan
BTKL Palembang, didampingi oleh dr. Mualim Rasyid, yang pada saat itu masih
BTKLPP Kelas I Palembang untuk dilembagakan secara resmi oleh Menpan RI.
Akhirnya, BTKLPP Kelas Palembang berdiri sebagai suatu lembaga pada tahun
2000.
Awalnya Kantor BTKLPP Kelas Palembang berada di pusat kota, terletak di Jalan
Jenderal Sudirman KM. 2,5 No. 7490 Palembang. Pada tahun 2015 BTKLPP Kelas
Palembang menempati gedung baru yang berada di Jl. Sultan Mahmud Badaruddin
fungsi :
4
1. Pelaksanaan surveilans epidemiologi;
jejaring kerja dan kemitraan Lintas Program, Lintas Sektor, Institusi dan Swasta baik
• Wilayah Kerja
• Unit Kerja
1. Administrasi Umum
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 78 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Pengendalian Penyakit
Manusia, Sarana, dan Prasarana, Serta Penetapan Layanan Unggulan Pada Unit
Penyakit
Sumatera Selatan
Visi
6
Misi
Terpercaya;
Seluruh Warga;
7
2. 4 Tugas dan Jenis Instansi
kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan teknologi tepat guna,
dan jenis instalasi yang ditetapkan oleh Kepala BTKLPP dan telah mendapat
Lingkungan sampai saat ini ada 13 (tiga belas) Instalasi. Instalasi-instalasi tersebut
adalah :
8
12. Instalasi Lab. Uji Resistensi
9
BAB 3
PELAKSANAAN MAGANG
30154.
Limbah cair adalah limbah yang berupa cairan dan biasanya jenis limbah cair ini
sangat riskan mencemari lingkungan sehingga dikenal sebagai entitas pencemar air
dan tanah ( Undang-undang No. 32 Tahun 2009 ). Baku mutu air limbah domestik
adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah domestik yang akan dibuang atau
dilepas ke air permukaan. Baku mutu air limbah domestik yaitu pH, BOD, COD,
TSS, minyak dan lemak, amonia dan Total Coliform (Peraturan Menteri Lingkungan
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair
10
Sedangkan menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste water) adalah kotoran dari
masyarakat, rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air
permukaan, serta buangan lainnya. Begitupun dengan Metcalf & Eddy (2003)
dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan. Pengelolaan limbah cair dalam
limbah cair tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Dengan demikian dalam
pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien perlu
Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk,
Indonesia No. 68 tahun 2016). Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan
buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair
domestik, limbaj cair industri, rembesan dan luapan dan air hujan. Limbah cair
11
bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem
prosesnya. Selain itu, ada juga bahan baku mengandung air sehingga dalam proses
limbah cair ini, dapat diperkirakan jumlah rata-rata aliran air limbah. Dan dari data
Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic waste water) merupakan
salah satu dari sumber limbah. Air buangan tersebut berasal dari
pemukiman penduduk. Secara umum air buangan rumah tangga terdiri dari ekskresi
(tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi.
Limbah cair domestik dibedakan menjadi tiga jenis limbah cair yang dibedakan
berdasar pada jenis air buangannya. Tiga jenis air limbah tersebut adalah grey water,
black water, dan strom water. Grey water (air bekas) adalah air limbah yang berasal
dari floor drain, wastafel dan juga tempat cuci piring (sink). Black water (air kotor
padat) adalah air limbah yang berasal dari kloset dan urinoir. Air limbah ini termasuk
dalam golongan limbah padat organik, dimana limbah padat organik tersebut dapat
membusuk sehingga harus diolah dengan benar. Strom water atau limbah air hujan
Limbah cair memiliki karakteristik yang perlu diperhatikan untuk menentukan cara
lingkungan hidup dapat dihindari. Karakteristik limbah cair ini digolongkan menjadi
sebagai berikut :
12
1. Karakteristik fisik
Limbah cair yang terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat
dan suspensi. Biasanya air limbah rumah tangga berwarna suram seperti larutan
sabun dan sedikit berbau. Tak jarang pula mengandung seperti bagian-bagian
tinja, sisa-sisa kertas, bekas cucian sayur dan beras, dan sebagainya. Parameter
yang berada pada karakteristik ini adalah solid (zat padat), temperatur, warna, dan
bau.
2. Karakteristik biologis
Kandungan bakteri pathogen dan organisme golongan coli terdapat dalam air
berperan dalam proses pengolahan air buangan. Sifat biologis ini perlu diketahui
untuk mengetahui tingkat pencemaran limbah cair sebelum dibuang ke badan air.
3. Karakteristik kimiawi
Yang terkandung dalam air buangan ini merupakan campuan zat-zat kimia
anorganik dan zat organik. Zat kimia anorganik berasal dari air bersih dan zat
organic berasal dari penguraian tinja, urin, dan sampah-sampah lainnya. Sehingga
secara umum air buangan bersifat basa pada waktu masih baru, dan cenderung
bersifat asam apabila sudah mulai terjadi pembusukan. Substansi organik dalam
air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni gabungan yang mengandung
nitrogen dan gabungan yang tak mengandung nitrogen. Istilah BOD (Biological
Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan istilah yang
13
3.2.4 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
1. Biofilter
Biofilter merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah yang dapat
tesebut melekat pada permukaan media dan membentuk lapisan lendir yang
disebut dengan lapisan biofilm. Media filter berupa media padat dan/atau
Anaerob-Aerob
Bahan material yang dapat digunakan sebagai media biofilter dapat berupa bahan
organic ataupun anorganik. Bahan dengan bentuk butiran yang tidak teratur, tali,
jaring, ataupun bentuk yang lebih solid seperti papan sarang tawon atau bentuk
14
Untuk bahan anorganik sebagai contoh materialnya berupa batu pecah, kerikil batu
Karakter media biofilter anorganik ini dengan diameter bahan yang semakin kecil
akan membuat luas permukaan media biofilter yang semakin besar. Sehingga
banyak, namun volume rongga media akan menjadi kecil. Apabila sistem yang
digunakan pada aliran dilakukan dari atas menuju bawah atau yang disebut dengan
down flow, maka akan terjadi efek filtrasi. Efek filtrasi tersebut akan mengakibatkan
Untuk media biofilter dengan bahan organik secara umum dibuat dengan cara
dicetak dari bahan tahan karat dan ringan, contoh bahan tersebut ialah bahan PVC
atau bahan lainnya. Dengan luas permukaan spesifik yang besar dan volume rongga
yang besar, mikroorganisme dapat melekat dalam jumlah besar dengan resiko
pengolahan air limbah dengan beban konsentrasi yang tinggan serta efisiensi
pengolahan yang cukup besar. Salah Satu contoh media biofilter yang banyak
digunakan yakni media dalam bentuk sarang tawon (honeycomb tube) dari bahan
PVC.
15
Perbandingan Luas Permukaan Spesifik Media Biofilter
Batuan dan kerikil banyak digunakan sebagai media dalam biofilter. Bahan media
dengan batuan dan kerikil bersifat inert dan tidak pecah dengan kekuatan mekanikal
yang baik, sifat kebasahannya pun bagus. Akan tetapi salah satu kelemahan dari
bahan ini adalah fraksi volume rongga nya sangat rendah dan juga berat. Hal ini
dapat menyebabkan rawan terjadi penyumbatan. Kelemahan lain dari media kerikil
adalah berat jenis yang besar, hal ini dapat menyebabkan memerlukan kontruksi
Bahan ini dapat berperan baik sebagai filter fisik maupun sebagai filter biologis.
Beratnya cukup ringan dan luas permukaan per unit volume lebih besar dibanding
dengan media biofilter yang lain. Akan tetapi diameter celah bebas sangat kecil yang
menyebabkan bahan ini sering tersumbat. Selain itu pemasangan media dalam
c. Brillo Pads
Media ini mirip dengan mesh pads. Bahan ini lebih ringan dan mempunyai luas
permukaan yang besar dengan harga yang murah. Akan tetapi kekuatan
mekanikalnya kecil.
16
d. Random atau Dumped Packing
Umumnya packing ini memiliki berat yang ringan, fraksi rongga yang baik dan
dipindahkan dari vessel besar apabila telat terpasang. Selain itu pemasanganya pun
sangat rumit, sangat diperlukan kehati-hatian agar kerapatannya sesuai. Bahan dari
media ini ada yang terbuat dari stainless steel, keramik, poselain, dan termoplastik.
Media ini adalah media yang modern sehingga harganya sangat mahal.
e. Media Terstruktur
Salah satu contoh media terstruktur adalah bentuk sarang tawon Berbahan PVC.
Harga dari media ini tergolong murah. Pada awalnya media ini bersifat hidrophobic,
namun setelah satu minggu terkena air akan memiliki sifat kebasahan yang baik.
Media terstruktur sarang tawon memiliki luas permukaan yang beragam tergantung
pada diameter celah bebas atau volume rongganya. Selain itu kekutan mekaniknya
cukup besar.
Dalam pedoman teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan sistem biofilter
anaerob, reaktor bofilter aerob, bak pengendapan akhir, sirkulasi serta desain beban
organik.
pengendapan awal. Setelah itu air limpasan dari bak pengendapan awal dialirkan ke
reaktor anaerob. Selanjutnya air limpasan dari reaktor anaerob diakirkan ke reaktor
aerob. Pada reaktor aerob dan anaerob diisi media sarang tawon. Dengan demikian
17
permukaan media tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik,
Selanjutnya, air dialirkan ke bak pengendapan terakhir. Pada bak ini lumpur aktif
bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Dalam pedoman teknis Instalasi
Pengolahan Air Limbah dengan sistem biofilter anaerob aerob dijelaskan adapun
terhadap air limbah dengan minyak. Pemisahan ini dilakukan agar beban
yang masuk cukup besar akan menimbulkan hambatan pada proses transfer
oksigen di dalam bak aerasi. Pemisahan minyak yang dilakukan pada bak
pemisahan lemak ini, bak dirancang sederhana dengan waktu tinggal hidrolik
2. Bak Ekualisasi
Bak ekualisasi berfungsi untuk mengatur debit air limbah yang akan diolah
18
serta untuk menyeragaman konsentrasi zat pencemarnya agar homogen dan
proses pengolahan air limbah dapat berjalan dengan stabil. Selain itu dapat
juga digunakan sebagai bak aerasi awal pada saat terjadi beban yang besar
secara tiba-tiba.
kotoran berupa padatan tersuspensi yang ada di dalam air limbah. Lumpur
tanah liat yang mengendap pada dasar bak pengendapan. Lumpur anorganik
tersebut tidak dapat terurai secara biologis dan akan menyebabkan penurunan
yang dibutuhkan untuk mengisi bak dengan kecepatan seragam yang sama
dengan aliran rata-rata per hari. Waktu tinggal dihitung dengan membagi
19
Beban permukaan (surface loading) sama dengan laju alir (debit volume)
1. Buffer Tank
berikutnya.
20
2. Chemical Tank
berikutnya.
3. Sedimentation Tank 1
endapan hasil dari proses kimia. Pada tahap proses ini dengan adanya
21
4. Pengolahan Biologis Pada Kolam Aerasi
penambahan udara bebas (blower) ini terjadi pada kolam aerasi, pada
proses ini akan terjadi penurunan dan siklus rantai kimia secara
5. Sedimentation Tank 2
22
penguraian untuk kembali terhadap limbah cair yang baru datang,
6. Airlift Tank
melepaskan gas gas yang terperangkap didalam air limbah hasil dari
7. Final Tank
proses.
23
8. Rumah Mesin
c. HCl dengan ukuran 1lt yang 36% untuk teknis untuk 100lt
outomatic
telah habis/berkurang.
24
9. Sludge Tank
25
Persyaratan : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kesehatan RI
Limbah Domestik.
pH : 6-9
BOD : 30mg/L
COD : 100mg/L
TSS : 30mg/L
Amoniak : 10 mg/L
Debit : 100L/orang/hari
• pH
didalam air, jika tidak ada microorganisme di air maka nilai oksigen terlarut akan
Perairan yang mempunyai BOD tinggi umumnya akan menimbulkan bau tidak
sedap, sebab apabila BOD tinggi berarti DO rendah dan berarti pula pemecahan
• TSS
TSS yang tinggi menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga akan
26
• Minyak dan Lemak
Adanya minyak dan lemak dalam jumlah melebih baku mutu akan menutupi
permukaan air yang menyebabkan cahaya matahari tidak bisa masuk ke dasar air
• Amoniak
• Total coliform
Semakin tinggi kandungan coliform di suatu perairan maka semakin tinggi pula
kehadiran bakteri patogen lain. Hal ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada
manusia akibat dari perairan tersebut apabila sumber air ini digunakan untuk
kegiatan-kegiatan manusia.
• Debit
banyak pengetahuan secara nyata dalam menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku
27
Selain itu Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) adalah sarana bagi mahasiswa/i untuk
mengenal dunia kerja nyata sekaligus mengenal lingkungan dan kondisi kerja yang
3.5.1 Permen LHK Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik
Melalui Pasal 3 Ayat (1) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
3.5.2 Permen LHK Nomor 5 Tahun 2014 Mengatur Baku Mutu Air Limbah.
tidak boleh langsung dibuang, karena pengolahan limbah cair wajib dilakukan
28
3.5.3 UU Nomor 32 Tahun 2009 Yang Mengatur Perlindungan Serta
isu lingkungan global, mengakui bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat
pencemarannya.
pertimbangan :
a. bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi
keseimbangan ekologis;
huruf b, dan huruf c serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (2)
29
Hidup, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan
3.5.5 Permen LHK Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Pengolahan Air Limbah
Unit instalasi pengolahan limbah cair lahan basah buatan digunakan untuk :
c. kolam indokator untuk mengukur ketaatan terhadap baku mutu air limbah.
30
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam Laporan Praktik Belajar Lapangan ( PBL ), maka dapat
pengolahan air limbah yang ideal dan telah sesuai dengan Permen LHK nomor 5
tahun 2022 dengan memiliki biofilter anaerob berupa buffer tank, sedimentation
tank, serta biofilter aerob berupa bak pengolahan biologis. Dilengkapi chemical tank,
IPAL BTKLPP Kelas 1 Palembang juga telah memenuhi Baku Mutu Limbah
Indonesia Nomor 68 Tahun 2016. Dengan parameter pH, TSS, suhu, dan debit di
periksa setiap hari dan BOD, COD, lemak dan minyak, amoniak, total coliform
4.2 Saran
pencegahan dini jika ada parameter yang melebihi baku mutu pada saluran outlet.
31
DAFTAR PUSTAKA
Crites, R.W., Middlebrooks, J. and Reed. S.W., 2006. Natural Wastewater Treatment
Espinoza-Quinones, F. R., Zacarkim, C. E., Palacio, S. M., Obregon, C. L., Zenatti, D. C.,
R. A., 2005. Removal of Heavy Metal from Polluted River Water Using Aquatic
Macrophytes Salvinia sp. Brazilian Journal of Physics, vol. 35, no. 3B, 744-746.
Hasim, 2003. Eceng Gondok Pembersih Polutan Logam Berat. Harian Kompas 2 Juli 2003.
Kengne, I.M., Brissaud, F., Akoa, A., Eteme, R.A., Nya, J., Ndikefor, A. and Fonkou, T.,
Körner, S., Vermaat, J.E., and Veenstra, S., 2003. The Capacity of Duckweed to Treat
Nayono, S.E., 2005. Anaerobic Treatment of Wastewater from Sugar Cane Industry.
Jurnal Inersia Vol. 1 No. 1. Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, UNY
Riadi, M. (2021, maret 16). Limbah Cair (Pengertian, Jenis, Parameter, Sistem dan
https://www.kajianpustaka.com/2021/03/limbah-cair.html
32
Lampiran 1. Denah IPAL
33
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan