SKRIPSI
SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui
Pembimbing
Proposal Skripsi ini Telah Diuji pada Sidang Ujian Akhir Skripsi Program
Prodi Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan Tahun 2021
Penguji I Penguji II
Ketua Penguji
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal yang berjudul “LITERATURE REVIEW: HUBUNGAN PERILAKU
KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MERAWAT
ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB IPENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
1. Rumusan Masalah..................................................................................5
2. Tujuan Penelitian....................................................................................5
3. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA...............................................................................7
A. KonsepPerilaku..........................................................................................7
1. DefenisiPerilaku......................................................................................7
2. Jenis-jenis perilaku.....................................................................................8
B. Konsep Kecemasan...................................................................................8
1. Defenisi Kecemasan...............................................................................8
2. Proses TerjadinyaKecemasan................................................................9
3. Aspek-aspek yang MempengaruhiKecemasan.......................................9
4. TeoriKecemasan..................................................................................10
5. Reaksi yang Ditimbulkan olehKecemasan............................................11
6. TingkatKecemasan...............................................................................12
7. Cara untuk MengatasiKecemasan........................................................15
8. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating scale (HARS)...................15
C. Konsep GangguanJiwa............................................................................17
1. Defenisi GangguanJiwa........................................................................17
D. KonsepKeluarga.........................................................................................18
1. DefenisiKeluarga..................................................................................18
2. BentukKeluarga....................................................................................18
3. PeranKeluarga......................................................................................19
4. FungsiKeluarga....................................................................................20
iv
5. Tugas KesehatanKeluarga...................................................................21
6. Dampak Gangguan Jiwa bagiKeluarga.................................................22
7. Program Untuk Keluarga GangguanJiwa..............................................23
BAB III................................................................................................................26
METODE PENELITIAN......................................................................................26
A. Jenis dan Desain Penelitian.....................................................................26
B. Jenis dan Mekanisme Pengumpulan Data...............................................26
1. Jenis Data.............................................................................................26
2. Mekanisme Pengumpulan Data............................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil penelitian yang dilakukan Hawari, 2014 tentang Gambaran Terapi
spiritual pada pasien SkizofreniaGangguan jiwa merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat Indonesia. Secara umum ganguan jiwa disebabkan
karena adanya tekanan psikologis baik dari luar individu maupun dari dalam
individu. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah ketidaktahuan dari
keluarga dan masyarakat terhadap gangguan jiwa ini. Dikutip dari(Hawari, 2014.)
For( Alonso soliset al 2017 and cuiet al 2016) by title Brain imaging
features in schizophrenia with co-occurring auditory verbal hallucinations and
2
Hasil penelitian yang dilakukan Biegel et al., 1995 dikutip dari Stuart & Laraia,
2001 tentangprinciples and practice of psychiatric Nursing.
USA:Mosby.Berdasarkan penelitiaan pada beberapa orang dengan anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa diperoleh bahwa ada beberapa hal
yang menyebabkan keluarga tidak aktif dalam memberikan perhatian dan
pengobatan pada penderita gangguan jiwa (Biegel et al., 1995 dikutip dari Stuart
& Laraia, 2001).
55- 64 tahun sebanyak 11%, kemudian kelompok umur 45-54 tahun dan 15-24
tahun memiliki persentase yang sama sebanyak 10% (Rikesdas, 2018).
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini adalah, “Apakah Ada Hubungan Perilaku Keluarga dengan Tingkat
Kecemasan dalam Merawat Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa
di Wilayah Kerja PTPN IV Kebun Sosa Kabupaten Padang Lawas tahun 2021”
2. Tujuan Penelitian
1. Untuk mencari persamaan penelitian tentang hubungan
perilakukeluargadengan tingkat kecemasa dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami ganggua jiwadengan melakukan literature
review sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan
2. Untuk mencari kelebihan penelitian tentang tentang hubungan
perilakukeluarga dengan tingkat kecemasa dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami ganggua jiwa dengan melakukan literature
review sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan.
3. Untuk mencari perbandingan penelitian tentang hubungan
perilakukeluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami ganggua jiwa dengan melakukan literature
review sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan
3. Manfaat Penelitian
a. Bagi Lahan Penelitian
c. Bagi Peneliti
d. Bagi keluarga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KonsepPerilaku
1. DefenisiPerilaku
Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu, organisme,
sistem, atau identitas buatan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri atau
lingkungannya,yang mencakup sistem atau organisme lain di sekitarnya serta
lingkungan fisik (mati). Perilaku adalah respons yang dikomputasi dari sebuah
sistem atau organisme terhadap berbagai rangsangan atau input, baik internal
atau eksternal, sadar atau bawah sadar, terbuka atau rahasia, dan sukarela atau
tidak sukarela.Mengambil perspektif informatika perilaku, perilaku terdiri dari
aktor, operasi, interaksi, dan sifat-sifat perilaku. Perilaku dapat direpresentasikan
sebagai vektor perilaku.
Perilakukeluarga mengenai kesehatan mental merupakan awal usaha dalam
memberikan iklim yang kondusif bagi anggota keluraganya. Keluarga selain
dapatmeningkatkan dan mempertahankan kesehatan mental anggota keluarga,
juga dapat menjadi sumber problem bagi anggota keluarga yang mengalami
persoalan kejiwaan keluarganya (Notosoedirdjo & Latipun, 2005 ).
Penelitian ini diperkuat berdasarkan penelitian dari badan National Mental Health
Association/NMHA (2001), diperoleh bahwa banyak ketidakmengertian ataupun
kesalahpahaman keluarga mengenai gangguan jiwa, keluarga menganggap
bahwa seseorang yang mengalami gangguan jiwa tidak akan pernah sembuh
kembali. Namun faktanya, NMHA mengemukakan bahwa orang yang mengalami
gangguan jiwa dapat sembuh dan dapat mulai kembali melakukan aktivitasnya
(Foster, 2001). Tanpa adanya pemahaman yang jernih mengenai masalah
gangguan jiwa yang dihadapi keluarga akan dapat menimbulkan kecemasan dan
hal ini didukung oleh adanya penelitian yang dilakukan oleh Brown & Bradley
(2002) pada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa dan didapatkan bahwa kecemasan keluarga akan semakin
meningkat tanpa pengetahuan yang baik mengenai masalah gangguan jiwa yang
dihadapi keluarga (Simanjuntak, 2006).
9
2. Jenis-jenis perilaku
1. Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana(2015):
2. Perilaku sadar,perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan
saraf
3. Perilaku tak sadar,perilaku yang spontan atau instingtif
4. Perilaku tampak dan tidak tampak
5. Perilaku sederhana dan kompleks
6. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.
3. Perilaku Keluarga
Perilaku keluarga terdiri dari:
1. Pengetahuan ialah Pengetahuan keluarga merupakan salah satu faktor
penting dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
2. Sikap ialah Respon seseorang yang terhadap stimulus atau objek yang
tertentu yang melibatkan faktor emosi yang bersangkutan.
Positif (<50-98%)
Negatif (≤50%)
B. Konsep Kecemasan
1. Defenisi Kecemasan
Menurut Kaplan, Sadock dan Grebb (1994), kecemasan adalah respon
terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal
terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum
pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.
Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan dan kehati-hatian
atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyengkan (Davison & Neale,
2001) (Fausiah, 2006).
Dalam buku Suliswati, 2005, menyebutkan kecemasan merupakan respon
individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh
semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari.Kecemasan merupakan
pengaruh subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasikan secara lansung
serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.Kecemasan
pada individu dapat memberikanmotivasi untuk mencapai sesuatu dan
meupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup.
Ahli lain, Atkinson, dkk (1996) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan
emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan gejala seperti
kekhawatiran dan perasaan takut. Segala bentuk situasi
yang mengancam kesejahteraan organisme menimbulkan kecemasan, konflik
merupakan salah satu sumber munculnya rasa cemas. Adanya ancaman fisik,
ancaman terhadap harga diri, serta perasaan tertekan untuk melakukan sesuatu
diluar kemampuan juga menimbulkan kecemasan (Safaria, 2012)
2. Proses TerjadinyaKecemasan
Burn (1998) mengemukakan, emosi atau rasa cemas yang kita rasakan
disebabkan karena adanya dialog internal dalam pikiran individu yang mengalami
kecemasan ataupun perasaan cemas.
4. TeoriKecemasan
Dalam bukunya Sunaryo, 2004, membagi teori kecemasan sebagai berikut:
A. Teoripsikoanalitik
Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan
eksternal yang berlebihan.Akibat stimulus (internal dan eksternal) yang
berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk menanganinya.Ada 2
tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan subsekuen.
1) Kecemasanprimer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulus tiba-
tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan
kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau
kehausan.Penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan
atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor ekternal.
2) Kecemasansubsekuen
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis
kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen kepribadian
yaitu id dan superego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka
posisi ego sebagai pengembang id dan superego berada pada kondisi
bahaya.
B. Teoriinterpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidakmampuan untuk
berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan.Kecemasan bisa
dirasakan bila individu mempunyai kepekaan lingkungan.Harga diri seseorang
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan kecemasan.
C. Teoriperilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi
akibat berbagai hal yang memengaruhi individu dalam mencapai tujuan
yang diinginkan misalnya memperoleh pekerjaan, keluarga,
kesuksesan dalam sekolah.Perilaku merupakan hasil belajar dari
13
6. TingkatKecemasan
Menurut Pelapina Heriana, 2014, membagi tingkat kecemasan
sebagai berikut:
A. Antisipasi
Pada tingkat ini seseorang akan dapat merencanakan kegiatan dengan
baik.
B. Kecemasanringan
Pada tingkat ini dikatakan kecemasan normal. Pada tingkat ini individu
mampu belajar dan memecahkan masalah secara efektif motivasi
untuk melakukan sesuatu sangat besar (dalam kehidupan sehari-hari),
dapat memotivasi diri maupun orang lain untuk bertindak.
a. Respon fisik : ketegangan oto ringan, sadar akan lingkungan,
rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian,rajin.
b. Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya
diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan
banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat
pembelajaranoptimal.
c. Respon emosional : perilaku otomatis, sedikit tidak sabar,
aktivitas menyendiri, terstimulus, tenang (Videbeck,2008).
C. Kecemasansedang
Pada kecemasan sedang ini pasien atau individu mempunyai persepsi
terhadap permasalahan yang ada menyempit sehingga perlu
pengarahan orang lain untuk memecahkanpermasalahnya.
a) Respon fisik : ketegangan otot sedang, tanda-tanda vitalmeningkat.
Pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar mandir, memukulkan
tangan, suara berubah (bergetar dan nada suara tinggi), kewaspadaan
dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur
berubah, nyeri punggung.
b) Respon kognitif : lapang persepsi menurun, tidak perhatian
secara selektif,focusterhadap stimulus meningkat,rentang
15
D. Kecemasanberat
Kecemasan berat ini menjadi pusat perhatian pasien atau individupada
detail yang kecil atau perhatiannya terpecah, muncul perasaan tidak
percaya pada orang lain. Tak mampu membuat kaitan yang masuk
akal, tidak sadar bahwa dirinya cemas dan tidak sabar, tidaknyaman.
a) Respon fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak
mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat,
nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan,
rahang menegang, menggertakkan gigi, kebutuhan ruang gerak
meningkat, mondar mandir, berteriak, meremas
tangan,gemetar.
b) Respon kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir
terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk,
tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya
memperhatikan ancaman, preokupasi dengan pikiran
sendiri,egosentris.
c) Respon emosional : sangat cemas, agitasi, takut, bingung,
merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin
bebas(Videbeck, 2008).
E. Panik
Panik adalah tingkat kecemasan yang paling berat, disini individu
kacau sehingga berbahaya untuk dirinya maupun orang lain, tidak
mampu untuk melakukan tindakan untuk pemecahan masalahnya
(sehingga seolah-olah lumpuh), hiperaktif dan gelisah(agitasi).
a. Respon fisik : ketegangan otot-otot sangat berat, agitasi motorik
kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian
menurun, tidak dapat tidur, hormon stres dan neurotransmiter
berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga.
b. Respon kognitif : perepsi sangat sempit, pikiran tidak logis,
16
ResponAdaptif
ResponMaladaptif
Menurut Ramaiah (2003) dalam buku Safaria, 2012 ada beberapa cara
untuk mengatasi kecemasan, yaitu sebagai berikut:
a. Pengendalian diri yakni segala sesuatu usaha untuk
mengendalikan berbagai keinginan pribadi yang sudah tidak
sesuai lagi dengan kondisinya.
b. Dukungan, yakni dukungan dari keluarga dan teman-teman
dapat memberikan kesembuhan terhadapkecemasan.
c. Tindakan fisik, yakni melakukan kegiatan-kegiatan fisik, seperti
olahraga akan sangat baikuntuk menghilangkan kecemasan.
d. Tidur, yakni tidur yang cukup dengan tidur 6-8 jam pada malam
hari dapat mengembalikan kesegaran dankebugaran.
e. Mendengarkan musik, yakni mendengarkan musik lembut akan
17
a. Konsep GangguanJiwa
1. Defenisi GangguanJiwa
Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau
perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan
dikaitkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau
disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang
penting) atau disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan,
nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American
Psychiatric Association, 1994 dalam Susanti, 2014). Gangguan jiwa
adalah perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk akal,
berlebihan, berlangsung lama, dan menyebabkan kendala terhadap
individu tersebut atau orang lain (Suliswati, 2005). Dalam buku Keliat,
2012 menyebutkan gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,
yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial.
Menurut PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis
Gangguan Jiwa) gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku
seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau
lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik,
perilaku, biologik, dan gangguan itu tidak hanya terletak di
dalamhubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat
(Maslim, 2002; Maramis, 2010). Gangguan jiwa merupakan deskripsi
sindrom dengan variasi penyebab.Banyak yang belum diketahui
dengan pasti dan perjalanan penyakit tidak selalu bersifat kronis.Pada
umumnya ditandai adanya penyimpangan yang fundamental,
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta adanya afek yang tidak
wajar atau tumpul (Maslim, 2002) (dalam Ah. Yusuf, 2015)
b. KonsepKeluarga
1. DefenisiKeluarga
Keluarga terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan
pernikahan, darah atau adopsi dan tinggal dalam suatu rumah tangga
20
individu yang ada didalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan
ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk
mencapai tujuan umum. Ballon dan Maglay (1989) menyatakan
keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga,
yang berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali,
2010).Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat
hubungannya dengan seseorang. Keluarga yang lengkap dan
fungsional serta mampu membentuk homoestatis akan dapat
meningkatkan kesehatan mental para anggota keluarganya dan
kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan para anggota kelurganya
dari gangguan-gangguan mental dan ketidakstabilan emosional
anggota keluarganya. Usaha kesehtan mental sebaiknya dan
seharusnya dimulai dari keluarga. Karena itu perhatian utama dalam
kesehatan mental adalah menggarap keluarga agar dapat memberikan
iklim yang kondusif bagi anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan mental ( Notosoedirdjo& Latipun, 2005).
2. BentukKeluarga
Tipe dan bentuk keluarga menurut Friedman, 1986 (dalam Ali,
2010) terdiri atas:
a. Keluarga inti (Nuclear Family). Terdiri dari orang tua dan anak
yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu
21
3. PeranKeluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasitertentu.Peran individu dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga (Effendy, 1998)
adalah sebagai berikut:
a. Peran ayah : sebagai suami dan ayah dari anak-anaknya,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
darilingkunganya.
b. Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
22
4. FungsiKeluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah :
A. FungsiAfektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, sebagai basis
kekuatan keluarga.Fungsi afektif berguna untuk memenuhi kebutuhan
psikososial terutama bagi klien gangguan jiwa.Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.Tiap anggota keluarga
saling mempertahankan iklim yang positif.Hal tersebut dapat dipelajari
dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam
23
B.FungsiSosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui setiap anggota keluarganya, yang mengahasilkan interaksi
sosial. Pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
keluarga berperan untuk membimbing anggota keluarga tersebut untuk
mau bersosialisasi dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan
sekitarnya. Keberhasilan perkembangan yang dicapai oleh anggota
keluarga melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga
yang diwujudkan dalam sosialisasi.
C. FungsiEkonomi
5. Tugas KesehatanKeluarga
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan. Friedman (dalam Setiadi 2008) membagi tugas keluarga
dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiapanggotanya perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,
maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera
dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat dan sesuai dengan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan
sebaiknya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitarkeluarga.
25
a. Memberikanperawatan
Memberikan perawatan diri kepada anggota keluarga yang sakit
terutama anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena gangguan prose pikir,
cacat atau usianya yang terlalu muda/ tua.Perawatan ini dapat
dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama atau pergi kepelayanan kesehatan
untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi.
b. Memodifikasilingkungan
Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadiankeluarga.
c. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
b. Stigma
Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua
dalam anggota keluarga mengetahuinya.Keluarga menganggap
penderita tidak dapat berkomunikasi layaknya orang normal
lainnya.Menyebabkan beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk
mengundang penderita dalam kegiatan tertentu.stigma dalam begitu
banyak di kehidupan sehari-hari, tidak mengherankan, semua ini dapat
mengakibatkan penarikan dari aktif berpartisipasi dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Frustasi, tidak berdaya dankecemasan
Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh dan
tingkah laku aneh dan tak terduga.Hal ini membingungkan,
menakutkan, dan melelahkan.Bahkan ketika orang itu stabil pada obat,
apatis dan kurangnya motivasi bisa membuat frustasi.Anggota
keluarga memahami kesulitan yang penderita miliki.Keluarga dapat
menjadi marah-marah, cemas, dan frustasi karena berjuang untuk
mendapatkan kembali ke rutinitas yang sebelumnya penderita lakukan.
d. Kelelahan dan Burnout
Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang
yang dicintai yang memiliki penyakit mental.Mereka mungkin mulai
merasa tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang
sakit yang harus terus-menerus dirawat.Namun seringkali,
merekamerasaterjebak dan lelah oleh tekanan dari perjuangan sehari-
hari, terutama jika hanya ada satu anggota keluarga mungkin merasa
benar-benar diluar kendali.Hal ini bisa terjadi karena orang yang sakit
ini tidak memiliki batas yang ditetapkan di tingkah lakunya.Keluarga
dalam hal ini perlu dijelaskan kembali bahwa dalam merawat penderita
tidak boleh merasa letih, karena dukungan keluarga tidak boleh
berhenti untuk selalu men-support penderita.
27
e. Duka
Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai memiliki
penyakit mental.Penyakit ini mengganggu kemampuan seseorang
untuk berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari
kehidupan sehari-hari, dan penurunan yang dapat terus-
menerus.Keluarga dapat menerima kenyataan penyakit yang dapat
diobati, tetapi tidak dapat disembuhkan.Keluarga berduka ketika orang
yang dicintai sulit untuk disembuhkan dan melihat penderita memiliki
potensi berkurang secara substansial bukan sebagai yang memiliki
potensiberubah.
f. Kebutuhan pribadi dan mengembangkan sumber
dayapribadi
Jika anggota keluarga memburuk akibat stress dan banyak
pekerjaan, dapat menghasilkan anggota keluarga yang sakit tidak
memiliki sistem pendukung yang sedang berlangsung. Oleh karena itu,
keluarga harus diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara
fisik, mental, dan spiritual yang sehat.Memang ini bisa sangat sulit
ketika menghadapianggota keluarga yang sakit mereka.Namun, dapat
menjadi bantuan yang luar biasa bagi keluarga untuk menyadari bahwa
kebutuhan mereka tidak boleh diabaikan (Kurniawan, 2016).
8. Variabel Penelitin
1. Variabel independent (bebas)
Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen, yaitu: perilaku ,Terdiri dari
pengetahuan,sikap,dan tindakan.
9. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan landasan berfikir yang
dikembangkan berdasarkan teori yang ada. Kerangka konsep
memberikan gambaran sederhana tentang landasan berfikir penelitian
dengan menunjukkan variabel-variabel penelitian dan keterkaitan
antara variabel (Sugyono, 2012).
Kerangka konsep dari penelitian ini terdiri dari dua variebel
yaitu variabel independen dan variabel dependen. Secara sistematis
kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada skema dibawah ini.
Perilaku keluarga:
1. Pengetahuan
gangguan ajukan
jiwa
Kurang = Bila
menjawab
pertanyaan dengan
skor ≤ 50% dari
pertanyaan yang
diajukan.
BAB III
JENIS PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik, Penelitian
Analitik Ialah Penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
32
fenomena kesehatan itu terjadi, dengan Studi Literature Review, yaitu untuk
mengembangkan informasi pengetahuan yang telah diteliti sebelumnya,bahan
yang tertulis berupa buku, jurnal yang membahas tentang topik yang akan diteliti.
(Manzilati.2017)
B. DesainPenelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian (Nazir, 2014, hlm. 84).Penelitian ini adalah penelitian
menggunakan studi literatur. Penelitian studi literatur adalah sebuah proses atau
aktivitas mengumpulkan data dan berbagai literatur seperti buku dan jurnal untuk
membandingkan hasil-hasil penelitian yang satu dengan yang lain (Manzilati,
2017). Tujuan penelitian studi literatur ini adalah untuk mendapatkan landasan
teori yang bisa mendukung pemecahan masalah yang sedang diteliti dan
mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan kasus, lebih khusus
dalam penelitian ini peneliti mengkaji hubungan perilaku keluarga dengan tingkat
kecemasan dalam merawat anggota keluarga, Penelitian ini terdapat peran
keluarga dan pasien (variabel independen) dan perawatan diri pada pasien yang
mengalami gangguan jiwa (variabel dependen).
BAB IV
A. HASIL
No JUDUL/ TAHUN NAMA TUJUAN POPULASI METODE HASIL
1 Hubungan Videbeck Tujuan sampel Metode Faktor-faktor
Dukungan penelitia penelitian pengambi yang
33
.
4 Impact of Kala untuk Sampel Jenis
perception mengetah dalam penelitian terdapat
stimulation ui apakah penelitian ini ini adalah pengaruh
group activity on terdapat berjumlah 16 kuantitatif
clients ability to pengaruh responden , pemberian
control Terapi menggunaka mengguna TAK
hallucination at Aktifitas n kan desain
sungai Stimulasi
Kelompok consecutive quasy
bangkong
(TAK) sampling experimen Persepsi
regional mental
hospital stimulasi t pre and terhadap
Pontianak/2014 persepsi post test
terhadap without kemampuan
kemampu control klien
an klien
mengontrol
mengontr
ol halusinasi.
35
halusinasi
di Rumah Menghardik
Sakit Jiwa halusinasi
Daerah
Sungai adalah
Bangkong upayamenge
Pontianak
ndalikan diri
.
terhadap
halusinasi
dengan cara
menolak
halusinasi
yang muncul.
merawat
anggota
keluarga
yang
mengalami
gangguan
jiwa
9 Dukungan Sari & Fina bertujuan Pasien Metode Keberhasilan
Keluarga Dalam untuk yang yang perawat
Mencegah memberi mengalami digunaka dirumah sakit
Kekambuhan kan gangguan n dalam dapat sia-sia
Pasien gambara jiwa penulisan jika tidak
Skizofrenia./201 n terapi studi diteruskan
1 spiritual literature dirumah yang
pada review kemudian
pasien menggun mengakibatk
skizofren akan an klien
ia yang sumber harus dirawat
sudah pustaka kembali
dilakuka artikel, (kambuh).
n oleh dimana Kekambuhan
peneliti proses dapat
sebelum pencarian disebabkan
nya melalui oleh empat
Goglee faktor
Scolar, yaitu :klien
Science (ketidakpatuh
Direct an minum
obat),
keluarga,
dokter
sebagai
pemberi
resep, dan
case
manager
10 Hubungan Sari untuk Pasien Strategi .Keluarga
Dukungan mengide yamg pencarian merupakan
Keluarga ntifikasi mengalami artikel sistem
dengan dukunga gangguan menggun pendukung
Kepatuahan n jiwa akan utama yang
Pasien keluarga, PICOS memberi
gangguan Jiwa mengide framewor perawatan
Minum ntifikasi k dengan langsung
Obat/2017 kepatuha keyword pada setiap
n minum yang keadaan
obat disesuaik klien baik itu
pada an sehat
orang dengan maupun
dengan topik sakit.
39
ganggua terkait
n jiwa ganggua
(ODGJ), n jiwa,
mengide dukungan
ntifikasi keluarga
hubunga kepatuha
n n minum
dukunga obat.
n
keluarga
dengan
kepatuha
n minum
obat
pada
orang
dengan
ganggua
n jiwa
(ODGJ).
11 gangguan Hasil untuk Seluruh Metode dalam 12
mental menurut Rikesdas meningk masyarakat yang tahun terakhir
data WHO atkan dan dipergun menunjukkan
(2012) di Asia, pengetah limgkungan akan adanya
dalam 12 tahun uan sekitarnya dalam kenaikan.
terakhir masyara kegiatan Menurut
menunjukkan akat ini adalah WHO
adanya umumny ceramah, regional Asia
kenaikan. a dan diskusi Pasifik,
Menurut WHO keluarga dan jumlah kasus
regional Asia yang simulasi gangguan
Pasifik/2018 menjadi depresi
binaan terbanyak
khususn ada di India
ya (56.675.969
tentang kasus atau
bagaima 4.5% dari
na cara jumlah
perawata populasi),
n dan terendah di
menjaga Maldives
kesehata (12.739
n jiwa kasus atau
setiap 3,7% dari
masyara populasi).
kat serta Adapun di
merawat Indonesia
anggota sebanyak
masyara 9.162.886
kat yang kasus atau
40
kelompok
umur 55- 64
tahun
sebanyak
11%,
kemudian
kelompok
umur 45-54
tahun dan
15-24 tahun
memiliki
persentase
yang sama
sebanyak
10%
12 Hubungan Maryam Mengeta 68 Jenis bahwa
Beban Keluarga dan hui responden penelitian mayoritas
dengan Kurniawan hubunga korelasi keluarga
Dukungan A n beban non memiliki
Emosional pada keluarga eksperim penghasilan
Anggota dengan ental lebih banyak
Keluarga yang dukunga dengan >3 juta yaitu
Mengalami n pendekat sebanyak
Gangguan emosion an cross 66%.Dengan
Jiwa/2018 al pada sectional pengetahuan
anggota dilaksana yang baik
keluarga kan di dan
yang Poli Klinik kecemasan
mengala Jiwa RSJ yang ringan.
mi Grhasia
ganggua Propinsi
n jiwa di DIY.
Poli Teknik
Klinik pengambi
Jiwa RSJ lan
Grhasia sampel
Provinsi menggun
DIY akan
accidenta
l
sampling
13 Efektivitas terapi Keliat untuk 10 sampel Metode aktifitasnya
aktivitas mengeta pada setiap pengump yaitu
kelompok hui kelompok ulan data mempersepsi
stimulasi perbeda intervensi yang kan stimulus
persepsi dan an digunaka yang tidak
terapi religius efektivita n adalah nyata dan
terhadap s terapi wawanca respon yang
frekuensi aktivitas ra. dialami
halusinasi/2015 kelompo Analisa dalam
42
jumlah
kunjungan
gangguan
jiwa ada
sebanyak
158 orang di
sarana
pelayanan
kesehatan
tahun 2018 di
Kabupaten
Padang
Lawas dari
33 Kab/Kota
di Sumatra
Utara.
Kabupaten
Padang
Lawas
berada pada
urutan posisi
ke-31 dari 33
Kab/Kota di
Sumatra
Utara
berdasarkan
banyak
jumlah
kunjungan
gangguan
jiwa pada
tahun
2018.Jumlah
kunjungan
gangguan
jiwa tertinggi
di Kebupaten
Deli Serdang
sebanyak
75.877 orang
dan
kunjungan
gangguan
jiwa terendah
di Nias
sebanyak
122 orang.
15 Gambaran Hawari bertujuan pasien yang Metode Secara
Terapi spiritual untuk mengalami yang umum
pada pasien memberi skizofrenia digunaka ganguan jiwa
44
A Kelebihan
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil riview literatur jurnal 15junal (10 jurnal nasional dan 5 jurnal
internasional),HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI
GANGGUAN JIWA disimpulkanhubungan keularga berpengaruh kepada paseien
yang mengalami ganguan jiwa.
5.2 SARAN
1. Pelayanan kesehatan
2. Peneliti selanjutnya
Peneliti studi literature ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk
mengembangkan penelitian yang terkait dengan HUBUNGAN PERILAKU
KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MERAWAT
ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA
3 Bagi keluarga
.
53
DAFTAR PUSTAKA
gangguan mental menurut data WHO (2012) di Asia, dalam 12 tahun terakhir
menunjukkan adanya kenaikan. Menurut WHO regional Asia Pasifik/
Hasil Rikesdas 2018
Efektivitas terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dan terapi religius terhadap
frekuensi halusinasi/ Keliat 2015
Lampiran 1
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI
Revisi BAB I
Rabu, 28
lanjut
4 Oktober 2020 Konsul BAB I
BAB II
Revisi BAB I
Rabu, 20 januari
lanjut
5. 2021 Konsul BAB II
BAB II
55
(Dina Indarsita,SST.M.Kes)
NIP: 196501031989032001