Anda di halaman 1dari 62

1

SKRIPSI

LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA


DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA
KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

ILHAM RAMADHAN SIREGAR


P07520216027

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
2

SKRIPSI

LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA


DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA
KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi


Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan

ILHAM RAMADHAN SIREGAR


P07520216027

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
3

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL :HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DENGAN


TINGKAT KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA
KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

NAMA : ILHAM RAMADHAN SIREGAR


NIM : P07520206027

Telah Diterima dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji

Medan, Februari 2021

Menyetujui

Pembimbing

(Soep, S.Kp, M.Kes)


NIP.197012221997031002

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

(Johani Dewita Nasution, SKM., M.Kes.)


NIP.19650512199903200
LEMBAR PENGESAHAAN

JUDUL : LITERATUR REVIEW : Hubungan Perilaku Keluarga


Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat Anggota
Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

NAMA : ILHAM RAMADHAN SIREGAR


NIM : P07520216027

Proposal Skripsi ini Telah Diuji pada Sidang Ujian Akhir Skripsi Program
Prodi Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan Tahun 2021

Penguji I Penguji II

Dra. Indrawati,S.Kep,Ns,M.Psi Johani Dewita Nasution,SKM.,M.Kes


NIP. 196310061983122001 NIP. 19650512199903200

Ketua Penguji

(Soep, S.Kp, M.Kes)


NIP.197012221997031002

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Johani Dewita Nasution, SKM., M.Kes


NIP: 19650512199903200
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal yang berjudul “LITERATURE REVIEW: HUBUNGAN PERILAKU
KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MERAWAT
ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada


BapakSoep,S.Kp,M.Kes yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan,
dan arahan kepada penulis sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan
baik. Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada :

1) Ibu Dra. Ida Nurhayati.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Medan.
2) Ibu Johani Dewita Nasution,SKM.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
3) Ibu Dina Indarsita,SST,M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan .
4) Ibu Johani Dewita Nasution,SKM.,M.Kes dan Ibu Indrawati , S.Kep,Ns,M.Psi
selaku tim penguji yang telah membimbing dan membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini
5) Para dosen dan seluruh staff di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan yang telah membimbing dan mengajari penulis selama
menjalani masa pendidikan .
6) Teristimewa untuk orangtuaku tercinta, Ayah Walal Siregar dan Ibu Efrida
Heriwanti Lubisyang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang,
sabar mengajari dan memberikan nasehat, dukungan serta doa agar penulis
dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun dari tata
bahasanya.Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran
dan kritik serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan proposal ini.

Medan, 23 Januari 2021

Penulis

ILHAM RAMADHAN SIREGAR


P07520216027
iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB IPENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
1. Rumusan Masalah..................................................................................5
2. Tujuan Penelitian....................................................................................5
3. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA...............................................................................7
A. KonsepPerilaku..........................................................................................7
1. DefenisiPerilaku......................................................................................7
2. Jenis-jenis perilaku.....................................................................................8
B. Konsep Kecemasan...................................................................................8
1. Defenisi Kecemasan...............................................................................8
2. Proses TerjadinyaKecemasan................................................................9
3. Aspek-aspek yang MempengaruhiKecemasan.......................................9
4. TeoriKecemasan..................................................................................10
5. Reaksi yang Ditimbulkan olehKecemasan............................................11
6. TingkatKecemasan...............................................................................12
7. Cara untuk MengatasiKecemasan........................................................15
8. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating scale (HARS)...................15
C. Konsep GangguanJiwa............................................................................17
1. Defenisi GangguanJiwa........................................................................17
D. KonsepKeluarga.........................................................................................18
1. DefenisiKeluarga..................................................................................18
2. BentukKeluarga....................................................................................18
3. PeranKeluarga......................................................................................19
4. FungsiKeluarga....................................................................................20
iv

5. Tugas KesehatanKeluarga...................................................................21
6. Dampak Gangguan Jiwa bagiKeluarga.................................................22
7. Program Untuk Keluarga GangguanJiwa..............................................23
BAB III................................................................................................................26
METODE PENELITIAN......................................................................................26
A. Jenis dan Desain Penelitian.....................................................................26
B. Jenis dan Mekanisme Pengumpulan Data...............................................26
1. Jenis Data.............................................................................................26
2. Mekanisme Pengumpulan Data............................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasil penelitian yang dilakukan Hawari, 2014 tentang Gambaran Terapi
spiritual pada pasien SkizofreniaGangguan jiwa merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat Indonesia. Secara umum ganguan jiwa disebabkan
karena adanya tekanan psikologis baik dari luar individu maupun dari dalam
individu. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah ketidaktahuan dari
keluarga dan masyarakat terhadap gangguan jiwa ini. Dikutip dari(Hawari, 2014.)

Hasil penelitian yang dilakukan Videbeck tentang Hubungan Dukungan


Keluarga dan Keberfungsian social Pada Pasien Skizofrenia.Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan jiwa dapat dikategorikan sebagai faktor individual,
interpersonal, dan sosial /budaya. Faktor individual meliputi struktur biologis,
memiliki keharmonisan hidup ,vitalitas, menemukan arti hidup, kegembiraan atau
daya tahan emosional, spiritual dan memiliki identitas yang positif. Faktor
interpersonal meliputi komunikasi yang efektif, membantu orang lain, keintiman
dan mempertahankan keseimbangan antara perbedaan dan kesamaan.Faktor
sosial/budaya meliputi keinginan untuk bermasyarakat, memiliki penghasilan
yang cukup, tidak mentoleransi kekerasan dan mendukung keragaman individu
(Videbeck, 2008).

For Lauren by title Cognitive behavioural therapy for visual hallucinations:


an investigation using a single-case experimental design, the shadow creatures
VH, which were present daily during the baseline phase, showed a large
decrease in frequency following intervention. Similarly, for Josh his VH were
experienced on a weekly basis during the baseline phase. Following the
introduction of the intervention the frequency reduced to between fortnightly and
monthly. With two exceptions, from day 65 onwards the VH became non-existent.
Both Lauren and Josh experienced this decrease in the frequency of their VH
during therapy as an important and positive change.

For( Alonso soliset al 2017 and cuiet al 2016) by title Brain imaging
features in schizophrenia with co-occurring auditory verbal hallucinations and
2

depressive symptoms— Implication for novel therapeutic strategies to alleviate


the reciprocal deterioration Regardless of the presence of AVHs, previous
studies have shown that schizophrenia patients have higher ALFFs in the
bilateral thalamus, parahippocampal gyrus, putamen, insular lobe, and infe - rior
frontal pole, as compared with healthy controls (Alonso-Solíset al., 2017). When
comparing schizophrenia patients with and without AVHs, schizophrenia patients
with AVHs show lower ALFFs in the left putamen. However, ReHo increases can
be found in the right dorsolateral prefrontal lobe. When the right putamen was set
as the seed region, spontaneous fluctuations of brain activity at rest, also referred
to as rsFC, were increased between the right putamen, left dorsolateral prefrontal
lobe, and the left Broca area (Cui et al., 2016).

Hasil penelitian kala tahun 2014 dengan judul Impact of perception


stimulation group activity on clients ability to control hallucination at sungai
bangkong regional mental hospital PontianakHasil dari penelitian ini juga serupa
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kala pada tahun 2014 yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh pemberian TAK Stimulasi Persepsi terhadap
kemampuan klien mengontrol halusinasi. Menghardik halusinasi adalah
upayamengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi
yang muncul.

Hasil penelitian yang dilakukan Biegel et al., 1995 dikutip dari Stuart & Laraia,
2001 tentangprinciples and practice of psychiatric Nursing.
USA:Mosby.Berdasarkan penelitiaan pada beberapa orang dengan anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa diperoleh bahwa ada beberapa hal
yang menyebabkan keluarga tidak aktif dalam memberikan perhatian dan
pengobatan pada penderita gangguan jiwa (Biegel et al., 1995 dikutip dari Stuart
& Laraia, 2001).

Hasil Penelitian Simanjuntak 2006 tentang Hubungan Pengetahuan


Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat Anggota Keluarga yang
Mengalami Gangguan Jiwa. Ada beberapa masalah yang teridentifikasi yang
dialami oleh keluarga yaitu meningkatnya stres dan kecemasan keluarga,
sesama keluarga saling menyalahkan, kesulitan pemahaman (kurangnya
pengetahuan keluarga) dalam menerima sakit yang diderita oleh anggota
3

keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dan pengaturan sejumlah waktu


dan sikap keluarga dalam menjaga serta merawat penderita gangguan jiwa dan
keuangan yang akan dihabiskan pada penderita gangguan jiwa.dikutip dari
(Simanjuntak, 2006).

Hasil Penelitian Nanda, 2015Dukungan sosial sangat penting terhadap


pengobatan dan kesembuhan klien gangguan jiwa. Jika tidak ada dukungan
sosial penderita tidak dapat berperan sesuai harapan masyarakat, sehingga
apabila klien dinyatakan sembuh dan kembali ke masyarakat akan kembali
dirawat dengan alasan perilakunya tidak diterima keluarga dan masyarakat.
Keadaan ini juga dipengaruhi adanya pandangan masyarakat yang tidak
menguntungkan terhadap gangguan jiwa, takut, tidak peduli, tidak mau mengerti
bahkan mengasingkan penderita, padahal kurangnya dukungan sosial
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kekambuhan
pada klien gangguan jiwa,dikutip dari (Nanda, 2015).

Hasil Penelitian Simanjuntak 2006 tentang Hubungan Pengetahuan


Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat Anggota Keluarga yang
Mengalami Gangguan Jiwa.Perilaku yang diberikan keluarga sangat
berpengaruh terhadap proses kesembuhan dan dalam memberikan perawatan
kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Sikap berupa
dukungan keluarga yang bisa diberikan kepada pasien meliputi dukungan
emosional yaitu dengan memberikan kasih sayang dan sikap positif yang
diberikan kepada klien, dukungan informasional yaitu dengan memberikan
nasihat dan pengarahan kepada klien untuk minum obat. Sikap yang baik dan
perawatan yang baik oleh keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami
gannguan jiwa akan berdampak baik bagi kehidupan dan kualitas hidup anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu
keluarga sering merasakan kecemasan dalam menghadapi anggota keluarganya
yang menderita gangguan jiwa Kecemasan yang di rasakan dapat berupa;
adanya perasaan cemas, adanya ketegangan, adanya rasa ketakutan, adanya
gangguan tidur, adanya gangguan kecerdasan, adanya perasaan depresi dan
gejala-gejala tingkat kecemasan lainnya yang diarasakan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. (Simanjuntak, 2006).
4

Berdasarkan Hasil Penelitian (Sari & Fina, 2011) Tentang Dukungan


Keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan Pasien Skizofrenia.Keberhasilan
perawat dirumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan dirumah yang kemudian
mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh). Kekambuhan dapat
disebabkan oleh empat faktor yaitu :klien (ketidakpatuhan minum obat), keluarga,
dokter sebagai pemberi resep, dan case manager (penanggung jawab klien)
dikutip dari jurnal (Sari & Fina, 2011).

Dikutip Dari Hasil Penelitian Sari, 2017 Tentang Hubungan Dukungan


Keluarga dengan Kepatuahan Pasien gangguan Jiwa Minum Obat.Keluarga
merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada
setiap keadaan klien baik itu sehat maupun sakit. Dukungan keluarga sangat
diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama
perawatan dan pengobatan, karena hal ini akan membuat klien merasa dihargai.
Keluarga harus selalu membimbing dan mengarahkannya agar klien gangguan
jiwa dapat minum obat dengan benar dan teratur, keluarga perlu menyediakan
dana untuk biaya pengobatan klien. Bukan hanya itu saja, keluarga harus
memberikan klien perasaan nyaman, merasa dicintai meskipun saat mengalami
suatu masalah, membimbing klien melakukan kegiatan sesuai dengan
kemampuan klien dan memotivasi klien untuk sembuh.(Sari, 2017).

Dikutip dari Hasil Rikesdas 2018.Masalah gangguan mental menurut data


WHO (2012) di Asia, dalam 12 tahun terakhir menunjukkan adanya kenaikan.
Menurut WHO regional Asia Pasifik, jumlah kasus gangguan depresi terbanyak
ada di India (56.675.969 kasus atau 4.5% dari jumlah populasi), terendah di
Maldives (12.739 kasus atau 3,7% dari populasi). Adapun di Indonesia sebanyak
9.162.886 kasus atau 3.7% dari populasi (Riskesdas, 2018).Prevalensi jumlah
gangguan jiwa di Indonesia semakin signifikan dilihat dari data Riskesdas) tahun
2018. Riskesdas mendata masalah gangguan kesehatan mental emosional
(depresi dan kecemasan) sebanyak 9,8%. Hal ini terlihat peningkatan jika
dibandingkan data Riskesdas tahun 2013 sebanyak 6%. Tingginya peningkatan
masalah kesehatan mental emosional berdasarkan kelompok umur, persentase
tertinggi pada usia 65-75 tahun keatas sebanyak 28,6%, disusul kelompok umur
5

55- 64 tahun sebanyak 11%, kemudian kelompok umur 45-54 tahun dan 15-24
tahun memiliki persentase yang sama sebanyak 10% (Rikesdas, 2018).

Berdasarkan penelitian penelitian yang dilakukan oleh Maryam dan


Kurniawan A (2018), diperoleh bahwa mayoritas keluarga memiliki penghasilan
lebih banyak >3 juta yaitu sebanyak 66%.Dengan pengetahuan yang baik dan
kecemasan yang ringan. Maryam dan Kurniawan A (2018)

Berdasarkan Hasil penelitian (Keliat, 2015 ) dengan judul Efektivitas


terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dan terapi religius terhadap frekuensi
halusinasi Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktifitas sebagai stimulus yang terkait dengan pengalaman atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok dan hasil diskusi dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.Salah satu
aktifitasnya yaitu mempersepsikan stimulus yang tidak nyata dan respon yang
dialami dalam kehidupankhususnya untuk klien halusinasi pendengaran (Keliat,
2015).

Berdasarkan hasil penelitian Kementrian Kesehatan Kabupaten Padang


Lawas tahun 2018 Tentang Gangguan Jiwa Yang Tercatat Di Kabupaten
PadangLawas.Provinsi Sumatra Utara terdapat 25 kabupaten salah satunya
Kabupaten Padang Lawas. Di kabupaten Padang Lawas tercatat ada 257.434
jiwa, ada sekitar 49.722 kepala keluarga, ada 1 Rumash Sakit Umum Daerah
dan ada 16 pusat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data yang di kumpulkan
dari 1 RSUD dan 16 puskesmas didapatkan bahwa jumlah kunjungan gangguan
jiwa ada sebanyak 158 orang di sarana pelayanan kesehatan tahun 2018 di
Kabupaten Padang Lawas dari 33 Kab/Kota di Sumatra Utara. Kabupaten
Padang Lawas berada pada urutan posisi ke-31 dari 33 Kab/Kota di Sumatra
Utara berdasarkan banyak jumlah kunjungan gangguan jiwa pada tahun
2018.Jumlah kunjungan gangguan jiwa tertinggi di Kebupaten Deli Serdang
sebanyak 75.877 orang dan kunjungan gangguan jiwa terendah di Nias
sebanyak 122 orang.

Dari 16 jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Padang Lawas, salah


satunya Puskesmas Huragi yang merupakan pusat pelayanan kesehatan yang
dekat dengan PTPN IV Kebun Sosa.Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas
6

Kesehatan Kabupaten Padang Lawas, jumlah keseluruhan pasien gangguan jiwa


di Wilayah Kerja Puskesmas Huragi sebanyak 53 orang pada tahun 2018.
Wilayah Kerja Puskesmas Huragi berada pada posisi keduabelas (53 orang)

1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini adalah, “Apakah Ada Hubungan Perilaku Keluarga dengan Tingkat
Kecemasan dalam Merawat Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa
di Wilayah Kerja PTPN IV Kebun Sosa Kabupaten Padang Lawas tahun 2021”

2. Tujuan Penelitian
1. Untuk mencari persamaan penelitian tentang hubungan
perilakukeluargadengan tingkat kecemasa dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami ganggua jiwadengan melakukan literature
review sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan
2. Untuk mencari kelebihan penelitian tentang tentang hubungan
perilakukeluarga dengan tingkat kecemasa dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami ganggua jiwa dengan melakukan literature
review sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan.
3. Untuk mencari perbandingan penelitian tentang hubungan
perilakukeluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami ganggua jiwa dengan melakukan literature
review sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan

3. Manfaat Penelitian
a. Bagi Lahan Penelitian

Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan penerapan perilakukeluarga


dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa di Wilayah Kerja PTPN IV Kebun Sosa tahun 2020 khususnya
terhadap keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.

b. Bagi Institusi Pendidikan


7

Menambah referensi pustaka, khususnyapenelitiaan tentang pengetahuan


keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.Sebagai data dan hasil penelitian yang dapat
dijadikan dasar atau data yang mendukung untuk penelitian selanjutnya.

c. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang hubungan pengetahuan


dan sikap keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa dan mengembangkan kemampuan peneliti
menyusun suatu laporan penelitian.

d. Bagi keluarga

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada keluargauntuk


memberikan atau menjadikan pengetahuankeluarga sangat menentukan dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KonsepPerilaku
1. DefenisiPerilaku
Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu, organisme,
sistem, atau identitas buatan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri atau
lingkungannya,yang mencakup sistem atau organisme lain di sekitarnya serta
lingkungan fisik (mati). Perilaku adalah respons yang dikomputasi dari sebuah
sistem atau organisme terhadap berbagai rangsangan atau input, baik internal
atau eksternal, sadar atau bawah sadar, terbuka atau rahasia, dan sukarela atau
tidak sukarela.Mengambil perspektif informatika perilaku, perilaku terdiri dari
aktor, operasi, interaksi, dan sifat-sifat perilaku. Perilaku dapat direpresentasikan
sebagai vektor perilaku.
Perilakukeluarga mengenai kesehatan mental merupakan awal usaha dalam
memberikan iklim yang kondusif bagi anggota keluraganya. Keluarga selain
dapatmeningkatkan dan mempertahankan kesehatan mental anggota keluarga,
juga dapat menjadi sumber problem bagi anggota keluarga yang mengalami
persoalan kejiwaan keluarganya (Notosoedirdjo & Latipun, 2005 ).

Penelitian ini diperkuat berdasarkan penelitian dari badan National Mental Health
Association/NMHA (2001), diperoleh bahwa banyak ketidakmengertian ataupun
kesalahpahaman keluarga mengenai gangguan jiwa, keluarga menganggap
bahwa seseorang yang mengalami gangguan jiwa tidak akan pernah sembuh
kembali. Namun faktanya, NMHA mengemukakan bahwa orang yang mengalami
gangguan jiwa dapat sembuh dan dapat mulai kembali melakukan aktivitasnya
(Foster, 2001). Tanpa adanya pemahaman yang jernih mengenai masalah
gangguan jiwa yang dihadapi keluarga akan dapat menimbulkan kecemasan dan
hal ini didukung oleh adanya penelitian yang dilakukan oleh Brown & Bradley
(2002) pada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa dan didapatkan bahwa kecemasan keluarga akan semakin
meningkat tanpa pengetahuan yang baik mengenai masalah gangguan jiwa yang
dihadapi keluarga (Simanjuntak, 2006).
9

2. Jenis-jenis perilaku
1. Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana(2015):
2. Perilaku sadar,perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan
saraf
3. Perilaku tak sadar,perilaku yang spontan atau instingtif
4. Perilaku tampak dan tidak tampak
5. Perilaku sederhana dan kompleks
6. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.
3. Perilaku Keluarga
Perilaku keluarga terdiri dari:
1. Pengetahuan ialah Pengetahuan keluarga merupakan salah satu faktor
penting dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.

Baik = Bila menjawab pertanyaan dengan score 70-98% dari pertanyaan


yang diajukan

Cukup = Bila menjawab pertanyaan dengan skor 50-65% dari pertanyaan


yang di ajukan

Kurang = Bila menjawab pertanyaan dengan skor ≤ 50% dari pertanyaan


yang diajukan.

2. Sikap ialah Respon seseorang yang terhadap stimulus atau objek yang
tertentu yang melibatkan faktor emosi yang bersangkutan.

Positif (<50-98%)

Negatif (≤50%)

3. Tindakan ialah Suatu perbuatan yang dilakukan oleh keluarga dalam


merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Dilakukan = Bila Melakukan dengan score 75-100% dari pertanyaan yang


diajukan

Tidak dilakukan = Bila Tidak dilakukan dengan skor 50-74% dari


pertanyaan yang di ajukan
10

B. Konsep Kecemasan

1. Defenisi Kecemasan
Menurut Kaplan, Sadock dan Grebb (1994), kecemasan adalah respon
terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal
terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum
pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.
Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan dan kehati-hatian
atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyengkan (Davison & Neale,
2001) (Fausiah, 2006).
Dalam buku Suliswati, 2005, menyebutkan kecemasan merupakan respon
individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh
semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari.Kecemasan merupakan
pengaruh subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasikan secara lansung
serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.Kecemasan
pada individu dapat memberikanmotivasi untuk mencapai sesuatu dan
meupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup.
Ahli lain, Atkinson, dkk (1996) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan
emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan gejala seperti
kekhawatiran dan perasaan takut. Segala bentuk situasi
yang mengancam kesejahteraan organisme menimbulkan kecemasan, konflik
merupakan salah satu sumber munculnya rasa cemas. Adanya ancaman fisik,
ancaman terhadap harga diri, serta perasaan tertekan untuk melakukan sesuatu
diluar kemampuan juga menimbulkan kecemasan (Safaria, 2012)

2. Proses TerjadinyaKecemasan
Burn (1998) mengemukakan, emosi atau rasa cemas yang kita rasakan
disebabkan karena adanya dialog internal dalam pikiran individu yang mengalami
kecemasan ataupun perasaan cemas.

Menurut Blackburn dan Davidson (1994), secara teoritis terjadinya


kecemasan diawali oleh individu dengan stimulus yang berupa situasi yang
berpengaruh dalam membentuk kecemasan (situasi mengancam), yang secara
langsung/ tidak langsung hasil pengamatan/ pengalaman tersebut diolah melalui
11

proses kognitif dengan menggunakan skemata (pengetahuan yang telah dimiliki


individu terhadap situasi tersebut yang sebenarnya mengancam/ tidak
mengancam dan pengetahuan tentang kemampuan dirinya untuk mengendalikan
dirinya dan situasi tersebut). Setiap pengetahuan tersebut dapat terbentuk dari
keyakinan pendapat orang lain, maupun pendapat individu sendiri maupun
dunialuar.
Pengetahuan (skemata) tersebut, tentunya akan memengaruhi individu
untuk dapat membuat penilaian (hasil kognitif), sehingga respon yang akan
ditimbulkan tergantung seberapa baik penilaian individu untuk mengenal situasi
tersebut dan tergantung seberapa baik individu tersebut dapat mengendalikan
dirinya. Apabila pengetahuan (skemata) subyek terhadap situasi yang
mengancam tersebut tidak memadai, tentunya individu tersebut akan
mengalamikecemasan

3. Aspek-aspek yang MempengaruhiKecemasan


Setelah membahas proses terjadinya kecemasan dikutip oleh Safaria (2012)
menurut Blackburn dan Davidson (1994), dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
yang mempengaruhi kecemasan dapat berupa pengetahuan yang telah dimiliki
subjek tentang situasi yangsedang dirasakan, apakah sebenarnya mengancam/
tidak mengancam, serta pengetahuan tentang kemampuan dirinya untuk
mengendalikan dirinya(termasuk keadaan emosi maupun fokus
kepermasalahannya) dalam menghadapi situaasi tersebut. Kesimpulan ini sesuai
dengan pendapat Lazarus (Mayne dan Bonano, 2003), beliau menyatakan
apabila kita mampu mengenali situasi yang mengancam dan kita mampu
mengendalikan emosi dan permasalahannya adalah hal-hal yang dapat
memengaruhi emosi negatif, seperti rasa bosan, marah, takut, maupun
kecemasan.
Selain pendapat tersebut, Bandura (Blackburn dan Davidson,
1994) menjelaskan hal-hal yang berpengaruh dalam meredakan
kecemasan antara lain sebagaiberikut:
a. Self efficacy adalah salah satu perkiraaan individu terhadap
kemampuannya sendiri dalam mengatasisituasi.
12

b. Outcome expectancy memiliki pengertian sebagai perkiraan


individu terhadap kemungkinan terjadinya akibat-akibat
tertentu yang mungkin berpengaruh dalam
menekankecemasan.

4. TeoriKecemasan
Dalam bukunya Sunaryo, 2004, membagi teori kecemasan sebagai berikut:
A. Teoripsikoanalitik
Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan
eksternal yang berlebihan.Akibat stimulus (internal dan eksternal) yang
berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk menanganinya.Ada 2
tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan subsekuen.
1) Kecemasanprimer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulus tiba-
tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan
kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau
kehausan.Penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan
atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor ekternal.
2) Kecemasansubsekuen
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis
kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen kepribadian
yaitu id dan superego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka
posisi ego sebagai pengembang id dan superego berada pada kondisi
bahaya.

B. Teoriinterpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidakmampuan untuk
berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan.Kecemasan bisa
dirasakan bila individu mempunyai kepekaan lingkungan.Harga diri seseorang
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan kecemasan.

C. Teoriperilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi
akibat berbagai hal yang memengaruhi individu dalam mencapai tujuan
yang diinginkan misalnya memperoleh pekerjaan, keluarga,
kesuksesan dalam sekolah.Perilaku merupakan hasil belajar dari
13

pengalaman yang pernah dialami.Kecemasan dapat juga muncul


melalui konflik antara dua pilihan yang saling beralwanan dan individu
harus memilih salahsatu.
D. Teorikeluarga
Studi pada keluarga dan epidemologi memperlihatkan bahwa
kecemasan selalu ada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan
sifatnya heterogen.
E. Teoribiologis
Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin, reseptor
tersebut berfungsi membantu regulasi kecemasan.Regulasi tersebut
berhubungan dengan aktivitas neurotransmiter gamma amino butyric
acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron dibagian otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

5. Reaksi yang Ditimbulkan olehKecemasan


Menurut Priest (1991) bahwa individu yang mengalami kecemasan
akan menunjukkan reaksi fisik berupa tana-tanda jantung berpacu
lebih cepat, tangan dan lutut gemetar, ketegangan pada syaraf di
belakang leher,gelisah atau sulit tidur, banyak berkeringat, gatal-gatal
pada kulit, serta selalu ingin buang air kecil. Calhoun dan Acocella
(1995) mengemukakan aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan
dalam tiga reaksi, yaitu sebagaiberikut:
a. Reaksi emosional, yaitu komponen kecemasan yang berkaitan
dengan persepsi individu terhadap pengaruh psikologis dari
kecemasan, seperti perasaan keprihatinan, ketegangan, sedih,
mencela diri sendiri atau oranglain.
b. Reaksi kognitif, yaitu ketakutan dan kekhawatiran yang
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir jernih sehingga
menganggu dalam memecahkan masalah dan mengatasi
tuntuntan lingkungansekitar.
c. Reaksi fisiologis, yaitu reaksi yang ditampilkan oleh tubuh
terhadap sumber ketakutan dan kekhawatiran. Reaksi ini
berkaitan dengan sistem syaraf yang mengendalikan berbagai
14

otot dan kelenjer tubuh sehingga timbul reaksi dalam bentuk


jantung berdebar lebih keras, nafas bergerak lebih cepat,
tekanan darah meningkat (Safaria,2012).

6. TingkatKecemasan
Menurut Pelapina Heriana, 2014, membagi tingkat kecemasan
sebagai berikut:
A. Antisipasi
Pada tingkat ini seseorang akan dapat merencanakan kegiatan dengan
baik.

B. Kecemasanringan
Pada tingkat ini dikatakan kecemasan normal. Pada tingkat ini individu
mampu belajar dan memecahkan masalah secara efektif motivasi
untuk melakukan sesuatu sangat besar (dalam kehidupan sehari-hari),
dapat memotivasi diri maupun orang lain untuk bertindak.
a. Respon fisik : ketegangan oto ringan, sadar akan lingkungan,
rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian,rajin.
b. Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya
diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan
banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat
pembelajaranoptimal.
c. Respon emosional : perilaku otomatis, sedikit tidak sabar,
aktivitas menyendiri, terstimulus, tenang (Videbeck,2008).
C. Kecemasansedang
Pada kecemasan sedang ini pasien atau individu mempunyai persepsi
terhadap permasalahan yang ada menyempit sehingga perlu
pengarahan orang lain untuk memecahkanpermasalahnya.
a) Respon fisik : ketegangan otot sedang, tanda-tanda vitalmeningkat.
Pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar mandir, memukulkan
tangan, suara berubah (bergetar dan nada suara tinggi), kewaspadaan
dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur
berubah, nyeri punggung.
b) Respon kognitif : lapang persepsi menurun, tidak perhatian
secara selektif,focusterhadap stimulus meningkat,rentang
15

perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun,


pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.
c) Responemosional :tidaknyaman,mudahtersinggung,
kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira (Videbeck, 2008).

D. Kecemasanberat
Kecemasan berat ini menjadi pusat perhatian pasien atau individupada
detail yang kecil atau perhatiannya terpecah, muncul perasaan tidak
percaya pada orang lain. Tak mampu membuat kaitan yang masuk
akal, tidak sadar bahwa dirinya cemas dan tidak sabar, tidaknyaman.
a) Respon fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak
mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat,
nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan,
rahang menegang, menggertakkan gigi, kebutuhan ruang gerak
meningkat, mondar mandir, berteriak, meremas
tangan,gemetar.
b) Respon kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir
terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk,
tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya
memperhatikan ancaman, preokupasi dengan pikiran
sendiri,egosentris.
c) Respon emosional : sangat cemas, agitasi, takut, bingung,
merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin
bebas(Videbeck, 2008).
E. Panik
Panik adalah tingkat kecemasan yang paling berat, disini individu
kacau sehingga berbahaya untuk dirinya maupun orang lain, tidak
mampu untuk melakukan tindakan untuk pemecahan masalahnya
(sehingga seolah-olah lumpuh), hiperaktif dan gelisah(agitasi).
a. Respon fisik : ketegangan otot-otot sangat berat, agitasi motorik
kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian
menurun, tidak dapat tidur, hormon stres dan neurotransmiter
berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga.
b. Respon kognitif : perepsi sangat sempit, pikiran tidak logis,
16

terganggu kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan


masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit
memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi
mungkinterjadi.
c. Respon emosional : merasa terbebani, merasa tidak mampu,
tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah,
sangat takut, mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut,
lelah (Videbeck, 2008).

ResponAdaptif
ResponMaladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

7. Cara untuk MengatasiKecemasan

Menurut Ramaiah (2003) dalam buku Safaria, 2012 ada beberapa cara
untuk mengatasi kecemasan, yaitu sebagai berikut:
a. Pengendalian diri yakni segala sesuatu usaha untuk
mengendalikan berbagai keinginan pribadi yang sudah tidak
sesuai lagi dengan kondisinya.
b. Dukungan, yakni dukungan dari keluarga dan teman-teman
dapat memberikan kesembuhan terhadapkecemasan.
c. Tindakan fisik, yakni melakukan kegiatan-kegiatan fisik, seperti
olahraga akan sangat baikuntuk menghilangkan kecemasan.
d. Tidur, yakni tidur yang cukup dengan tidur 6-8 jam pada malam
hari dapat mengembalikan kesegaran dankebugaran.
e. Mendengarkan musik, yakni mendengarkan musik lembut akan
17

dapat membantu menenangkan pikiran danperasaan.


Konsumsi makanan, yakni keeimbangan dalam mengonsumsi makanan yang
mengandung gizi dan vitamin sangat baik untuk menjagakesehatan.

8. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating scale (HARS)

Dalam penelitian ini untuk menetukan tingkat kecemasan pasien


menggunakan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating scae) merupakan
salah satu alat ukur untuk menilai tingkat kecemasan, yang didasarkan
pada munculnya syimtops pada individu yang mengalamikecemasan.

Menurut skala HARS yang dikutip dari Nursalam (2013), penilaian


kecemasan terdiri atas 14 item, yaitu:
1. Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
mudah tersinggung.
2. Ketegangan: merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak bisa
istirahat dengan tenang, mudah menangis, gemetar,gelisah.
3. Ketakutan: pada gelap, ditinggal sendiri, pada orang asing,
pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, pada
kerumunan banyak orang.
4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun malam hari,
tidak pulas, mimpi buruk, mimpimenakutkan.
5. Gangguan kecerdasan: daya ingat buruk, sulit konsentrasi,
sering bingung.
6. Perasaan depresi: kehilangnya minat, sedih, bangun dini hari,
berkurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah-ubah
sepanjanghari.
7. Gejala somatic (otot-otot): nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi
gemeretak, suara takstabil.
8. Gejala sensorik: telinga berdengung, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk.
9. Gejala kardiovaskuler: denyut nadi cepat, berdebar-debar, nyeri
dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan,
detak jantung hilangsekejap.
18

10. Gejala pernapasan: rasa tertekan didada, perasaan tercekik,


merasa nafas pendek/sesak, sering menarik napaspanjang.
11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, mual muntah, berat
badan menurun, konstipasi/sulit buang air besar, perut melilit,
gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum/sesudah
makan, rasa panas diperut, perut terasapenuh/kembung.
12. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan
kencing, amenor/menstruasi yang tidakteratur.
13. Gejala vegetatif/autonom: mulut kering, muka kering, mudah
berkeringat, pusing/sakit kepala, bulu romaberdiri.
14. Apakah Ibu/Bapak merasakan: gelisah, tidak tenang,
mengerutkan dahi muka tegang, tonus/ketegangan otot
meningkat, napas pendek dan cepat, mukamerah.
Adapun cara penilaiannya adalah setiap item yang
diobservasidiberi 5 tingkat skor, yaitu antar 0 (nol) sampai dengan 4,
dengan kategori sebagai berikut:
a. 0 = Tidak ada gejala sama sekali
b. 1 = Ringan satu dari gejala yang ada
c. 2 = Sedang separuh dari
gejala yang ada
d. 3= Berat lebih dari separuh
yang ada
e. 4= Sangat berat semua gejala yang ada

Penentu derajat kecemasan ditentukan dengan cara


menjumlahkan nilai skor dari 14 item diatas dengan hasil sebagai
berikut (Nursalam, 2013):
a. <14: tidak ada
kecemasan
b. 14 –20: kecemasan
ringan
c. 21 –27: kecemasansedang
d. 28 –41: kecemasanberat
e. 42 –56: kecemasan sangatberat
19

a. Konsep GangguanJiwa
1. Defenisi GangguanJiwa
Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau
perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan
dikaitkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau
disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang
penting) atau disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan,
nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American
Psychiatric Association, 1994 dalam Susanti, 2014). Gangguan jiwa
adalah perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk akal,
berlebihan, berlangsung lama, dan menyebabkan kendala terhadap
individu tersebut atau orang lain (Suliswati, 2005). Dalam buku Keliat,
2012 menyebutkan gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,
yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial.
Menurut PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis
Gangguan Jiwa) gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku
seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau
lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik,
perilaku, biologik, dan gangguan itu tidak hanya terletak di
dalamhubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat
(Maslim, 2002; Maramis, 2010). Gangguan jiwa merupakan deskripsi
sindrom dengan variasi penyebab.Banyak yang belum diketahui
dengan pasti dan perjalanan penyakit tidak selalu bersifat kronis.Pada
umumnya ditandai adanya penyimpangan yang fundamental,
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta adanya afek yang tidak
wajar atau tumpul (Maslim, 2002) (dalam Ah. Yusuf, 2015)

b. KonsepKeluarga
1. DefenisiKeluarga
Keluarga terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan
pernikahan, darah atau adopsi dan tinggal dalam suatu rumah tangga
20

yang sama (Friedman, 2016). Keluarga sebagai suatu sistem sosial


merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri atas beberapa individu
yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling bergantung,
serta diorganisasi dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai
tujuan tertentu (Ah. Yusuf,2015).
Menurut Duval (1972) keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial.

individu yang ada didalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan
ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk
mencapai tujuan umum. Ballon dan Maglay (1989) menyatakan
keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga,
yang berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali,
2010).Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat
hubungannya dengan seseorang. Keluarga yang lengkap dan
fungsional serta mampu membentuk homoestatis akan dapat
meningkatkan kesehatan mental para anggota keluarganya dan
kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan para anggota kelurganya
dari gangguan-gangguan mental dan ketidakstabilan emosional
anggota keluarganya. Usaha kesehtan mental sebaiknya dan
seharusnya dimulai dari keluarga. Karena itu perhatian utama dalam
kesehatan mental adalah menggarap keluarga agar dapat memberikan
iklim yang kondusif bagi anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan mental ( Notosoedirdjo& Latipun, 2005).

2. BentukKeluarga
Tipe dan bentuk keluarga menurut Friedman, 1986 (dalam Ali,
2010) terdiri atas:

a. Keluarga inti (Nuclear Family). Terdiri dari orang tua dan anak
yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu
21

rumah, terpisah dari sanak keluarga yanglainnya.


b. Keluarga besar (Exstended Family). Satu keluarga yang terdiri
dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
dan saling menunjang satu samalain.
c. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu
kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang
masih bergantung padanya.
d. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yangsama.
e. Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan
pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan
membawa anak hasil perkawinanterdahulu
f. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga
generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu dan anak dalam satu
rumah
g. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri
dari satu orang dewasa yang hidup dalamrumahnya.
h. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari
sepasang suami istri paruhbaya.

3. PeranKeluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasitertentu.Peran individu dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga (Effendy, 1998)
adalah sebagai berikut:
a. Peran ayah : sebagai suami dan ayah dari anak-anaknya,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
darilingkunganya.
b. Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
22

mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga, sebagai


pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga
berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalamkeluarganya.
c. Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psiko-sosial
sesuai dengan tingkatanperkembangannya baik fisik, mental,
sosial danspiritual.

Keliat (2011), mengemukakan pentingnya peran serta keluarga


dalam perawatan klien gangguan jiwa yang dapa dipandang dari
berbagai segi:
a. Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai
hubungan interpersonal denganlingkungannya.
b. Keluarga merupakan suatu sistem yang saling bergantung
dengan anggota keluarga yanglain.
c. Pelayanan kesehatan jiwa bukan tempat klien semur hidup
tetapi fasilitas yang hanya membantu klien dan
keluargasementara.
d. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor
penyebab gangguan jiwa adalah keluarga yang
pengetahuannyakurang.

4. FungsiKeluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah :
A. FungsiAfektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, sebagai basis
kekuatan keluarga.Fungsi afektif berguna untuk memenuhi kebutuhan
psikososial terutama bagi klien gangguan jiwa.Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.Tiap anggota keluarga
saling mempertahankan iklim yang positif.Hal tersebut dapat dipelajari
dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam
23

keluarga.Dengan demikian, keluarga yang ebrhasil melaksanakan


fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan
konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah :
a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antara keluarga dengan anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, sehinggatercipta hubungan
yang hangat dan salingmedukung.
b. Saling menghargai, keluarga harus menghargai, mengakui
keberadaan dan hak anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa serta selalu mempertahankan iklimpositif.
c. Ikatan kekeluargaan yang kuat dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan
anggota keluarga terutama pada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa yang sangat membutuhkan
perhatian dan dukungan dari keluarganya. Keluarga harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga
anggota keluarga dapat meniru tingkah laku yang positif
tersebut.

B.FungsiSosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui setiap anggota keluarganya, yang mengahasilkan interaksi
sosial. Pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
keluarga berperan untuk membimbing anggota keluarga tersebut untuk
mau bersosialisasi dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan
sekitarnya. Keberhasilan perkembangan yang dicapai oleh anggota
keluarga melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga
yang diwujudkan dalam sosialisasi.
C. FungsiEkonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi


kebutuhan seluruh anggota keluarga terutama anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa seperti memberikan dana untuk
24

pengobatan,dan perawatan selama dirawat dirumah sakit jiwa maupun


dirawat dirumah. Keluarga menyediakan semua perlengkapan yang
dibutuhkan anggota keluarga yangmengalami gangguan jiwa.
D. Fungsi PerawatanKesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga.Kesanggupan keluarga
melaksankana pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalahkesehatan.

5. Tugas KesehatanKeluarga
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan. Friedman (dalam Setiadi 2008) membagi tugas keluarga
dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiapanggotanya perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,
maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera
dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat dan sesuai dengan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan
sebaiknya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitarkeluarga.
25

a. Memberikanperawatan
Memberikan perawatan diri kepada anggota keluarga yang sakit
terutama anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena gangguan prose pikir,
cacat atau usianya yang terlalu muda/ tua.Perawatan ini dapat
dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama atau pergi kepelayanan kesehatan
untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi.
b. Memodifikasilingkungan
Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadiankeluarga.
c. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan


lembaga kesehatan.

6. Dampak Gangguan Jiwa bagiKeluarga

Menurut Wahyu, 2012 dari anggota keluarga yang menderita


gangguan jiwa bagi keluarga diantaranya keluarga belum terbiasa
dengan:
a. Penolakan
Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita
gangguan jiwa, pihak anggota keluarga lain menolak penderita
tersebut dan meyakini memiliki penyakit berkelanjutan. Selama
episode akut anggota keluarga akan khawatir dengan apa yang terjadi
padamereka cintai. Pada proses awal, keluarga akan melindungi orang
yang sakit dari orang lain dan menyalahkan dan merendahkan orang
yang sakit untuk perilaku tidak dapat diterima dan kurangnya prestasi.
Sikap ini mengarah pada ketegangan yang bermakna dengan keluarga
yang tidak mendukung orang sakit. Tanpa informasi untuk membantu
keluarga belajar untuk mengatasi penyakit mental, keluarga dapat
menjadi sangat pesimis tentang masa depan. Sangat penting bahwa
26

keluarga menemukan sumber informasi yang membantu mereka untuk


memahami bagaimana penyakit itu mempengaruhi orang tersebut.
Mereka perlu tahu bahwa dengan pengobatan, psikoterapi atau
kombinasi keduanya, mayoritas orang kembali ke gaya kehidupan
normal.

b. Stigma
Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua
dalam anggota keluarga mengetahuinya.Keluarga menganggap
penderita tidak dapat berkomunikasi layaknya orang normal
lainnya.Menyebabkan beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk
mengundang penderita dalam kegiatan tertentu.stigma dalam begitu
banyak di kehidupan sehari-hari, tidak mengherankan, semua ini dapat
mengakibatkan penarikan dari aktif berpartisipasi dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Frustasi, tidak berdaya dankecemasan
Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh dan
tingkah laku aneh dan tak terduga.Hal ini membingungkan,
menakutkan, dan melelahkan.Bahkan ketika orang itu stabil pada obat,
apatis dan kurangnya motivasi bisa membuat frustasi.Anggota
keluarga memahami kesulitan yang penderita miliki.Keluarga dapat
menjadi marah-marah, cemas, dan frustasi karena berjuang untuk
mendapatkan kembali ke rutinitas yang sebelumnya penderita lakukan.
d. Kelelahan dan Burnout
Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang
yang dicintai yang memiliki penyakit mental.Mereka mungkin mulai
merasa tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang
sakit yang harus terus-menerus dirawat.Namun seringkali,
merekamerasaterjebak dan lelah oleh tekanan dari perjuangan sehari-
hari, terutama jika hanya ada satu anggota keluarga mungkin merasa
benar-benar diluar kendali.Hal ini bisa terjadi karena orang yang sakit
ini tidak memiliki batas yang ditetapkan di tingkah lakunya.Keluarga
dalam hal ini perlu dijelaskan kembali bahwa dalam merawat penderita
tidak boleh merasa letih, karena dukungan keluarga tidak boleh
berhenti untuk selalu men-support penderita.
27

e. Duka
Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai memiliki
penyakit mental.Penyakit ini mengganggu kemampuan seseorang
untuk berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari
kehidupan sehari-hari, dan penurunan yang dapat terus-
menerus.Keluarga dapat menerima kenyataan penyakit yang dapat
diobati, tetapi tidak dapat disembuhkan.Keluarga berduka ketika orang
yang dicintai sulit untuk disembuhkan dan melihat penderita memiliki
potensi berkurang secara substansial bukan sebagai yang memiliki
potensiberubah.
f. Kebutuhan pribadi dan mengembangkan sumber
dayapribadi
Jika anggota keluarga memburuk akibat stress dan banyak
pekerjaan, dapat menghasilkan anggota keluarga yang sakit tidak
memiliki sistem pendukung yang sedang berlangsung. Oleh karena itu,
keluarga harus diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara
fisik, mental, dan spiritual yang sehat.Memang ini bisa sangat sulit
ketika menghadapianggota keluarga yang sakit mereka.Namun, dapat
menjadi bantuan yang luar biasa bagi keluarga untuk menyadari bahwa
kebutuhan mereka tidak boleh diabaikan (Kurniawan, 2016).

7. Program Untuk Keluarga GangguanJiwa


Keluarga sering mengalami stress dan shock ketika terdapat
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Keadaan demikian
tentu seperti snow ball bagi penderita sendiri. Padahal dirinya sendiri
(penderita) membutuhkan keadaan yang mendukung untuk proses
kesembuhannya dari orang-orang terdekat. Pfeff dan Mostek (Sriati,
2000 : 67) mengidentifikasi kategori program untuk keluarga yaitu :
a) Pemberiankekuasaan
Keluarga perlu belajar menghadapi situasi sulit dengan memberikan
kepada mereka perasaan mampu mengontrol kehidupanya.
b) Pendidikankeluarga
Pendidikan keluarga menjadi intervensi keperawatan primer dalam
28

setting keperawatan jiwa. Walsh merekomendasikan cara-cara dalam


pendidikan keluarga sebagai berikut:
c) Terima kenyataan apa adanya pada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Tidak ada pilihan lain yang
menguntungkan bagi keluarga kecuali menerima kenyataan.
Keputusan memilih diluar hal tersebut justru semakin
memperparah keadaan penderita, dan akan memperlebar
wilayah gangguan jiwa bagi anggota keluarga yang lainya.
d) Rencanakan program perawatandiri.
Keluarga harus mengatur, bagaimana pemenuhan kebutuhan
sehari- hari, agar tercukupi secara memadai bagi anggota keluarganya
yang mengalami gangguan jiwa.Siapa yang bertanggung jawab urusan
tertentu, dan siapa untuk urusan lainnya, termasuk perlibatan penderita
itu sendiri sesuai dengan kemampuannya harus benar- benar
dibicarakan bersama. Disinilah penderita akan mendapatkan “Rasa
nyaman” sebagai jaminan bagi dirinya.
e) Mengerjakan aktivitas personal danhobby.
Keluarga dalam hal ini, adalah juga sebagai manusia yang juga
membutuhkan pemenuhan-pemenuhan kebutuhan secara wajar bagi
keseimbangan fisik dan mentalnya. Dalam hal ini, bukan berarti
keluarga dengan anggota keluarga gangguan jiwa, berperilaku tidak
wajar dan memiliki pemenuhan kebutuhan yang tidak sama, justu jika
ingin kembali harmonis dan utuh, maka mereka sebagai keluarga
tetap harus mengerjakan aktivitas personal dan hobby tertentu secara
wajarpula.
f) Terlibat dalam organisasi sosial yangmendukung.
Disinilah urgensi keluarga. Apalagi dengan anggota keluarga
mengalami gangguan jiwa, yang sebenarnya senantiasa akan
membutuhkan support dari lingkungannya. Sarana yang paling
memungkinkan untuk hal tersebut adalah keterlibatan keluarga dalam
aktivitas atau organisasi sosial masyarakat yangmendukung.

g) Hindari nasihat dan opini dari orang yang tidak mempunyai


pengalaman gangguanjiwa.
Sangat mungkin bahwa keluarga akan mendapat komentar minimal
29

dari orang atau keluarga lain ketika mengetahui adanya anggota


keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Komentar yang tidak
produktif atau dapat diprediksi demikian, merupakan langkah untuk
menghindari jika akan mendapat stressortersendiri bagi keluarga,
karena komentar yang berupa nasihat atau opini dari orang lain adalah
sebuah keniscayaan yang tidak akan selalu berhasil ketika terus
menerus menghindari coping. Hal ini merupakan sebuah sikap
semacam lari dari kenyataan.
h) Ingat bahwa kebahagiaan dapat terjadi.
Sengsara atau bahagia sesungguhnya adalah sebuah
kemestian.Kemestian adalah sebuah keputusan pilihan.Untuk itulah
keluarga yang ingin dan memahami dengan baik, serta memiliki
kemampuan untuk berubah, kebahagiaan hidup dalam keluarga adalah
sesuatu yang dapat terjadi, disinilah keluarga sekiranya
memilikioptimisme dan kekuatan untuk melakukan perubahan.
i) Berhenti menyalahkan dirisendiri
Pada satu sisi, begitu kuatnya memori yang ada mengatakan pada
keluarga bahwa gangguan jiwa adalah penyakit yang sangat sulit
disembuhkan.Hal demikian semakin memperkuat dan memperpanjang
perasaan menyalahkan diri sendiri keluarga, yangpasti bahwapikiran
dan perasaan tersebut bagi keluarga justru semakin tidak
menguntungkan. Pemaknaan tersebut harus disadari oleh keluarga
sebagai langkah awal untuk perbaikan dan pemulihan, sehingga ketika
perasaan itu muncul tidak ada pilihan lain kecuali harus
menghentikannya(Susana,2007)

8. Variabel Penelitin
1. Variabel independent (bebas)
Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen, yaitu: perilaku ,Terdiri dari
pengetahuan,sikap,dan tindakan.

2. Variabel dependen (tergantung)


Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas, yaitu: Tingkat kecemasan.
30

9. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan landasan berfikir yang
dikembangkan berdasarkan teori yang ada. Kerangka konsep
memberikan gambaran sederhana tentang landasan berfikir penelitian
dengan menunjukkan variabel-variabel penelitian dan keterkaitan
antara variabel (Sugyono, 2012).
Kerangka konsep dari penelitian ini terdiri dari dua variebel
yaitu variabel independen dan variabel dependen. Secara sistematis
kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada skema dibawah ini.

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku keluarga:

1. Pengetahuan

2. Sikap Tingkat Kecemasan Keluarga


3. Tindakan

10. Definisi Operasional


No. Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1. Pengetahuan Pengetahuan Kuisioner Baik = Bila menjawab Ordinal


Keluarga keluarga pertanyaan dengan
merupakan score 70-98% dari
salah satu pertanyaan yang
faktor penting diajukan
dalam
merawat Cukup = Bila
anggota menjawab
keluarga pertanyaan dengan
yang skor 50-65% dari
mengalami pertanyaan yang di
31

gangguan ajukan
jiwa
Kurang = Bila
menjawab
pertanyaan dengan
skor ≤ 50% dari
pertanyaan yang
diajukan.

2. Sikap Respon Kuisioner Positif (<50-98%) Ordinal


seseorang
yang Negatif (≤50%)
terhadap
stimulus atau
objek yang
tertentu yang
melibatkan
faktor emosi
yang
bersangkutan

3. Tindakan Suatu Kuisioner Dilakukan = Bila Ordinal


perbuatan Melakukan dengan
yang score 75-100% dari
dilakukan pertanyaan yang
oleh keluarga diajukan
dalam
merawat Tidak dilakukan = Bila
anggota Tidak dilakukan
keluarga dengan skor 50-74%
yang dari pertanyaan yang
mengalami di ajukan
gangguan
jiwa

BAB III
JENIS PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik, Penelitian
Analitik Ialah Penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
32

fenomena kesehatan itu terjadi, dengan Studi Literature Review, yaitu untuk
mengembangkan informasi pengetahuan yang telah diteliti sebelumnya,bahan
yang tertulis berupa buku, jurnal yang membahas tentang topik yang akan diteliti.
(Manzilati.2017)

B. DesainPenelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian (Nazir, 2014, hlm. 84).Penelitian ini adalah penelitian
menggunakan studi literatur. Penelitian studi literatur adalah sebuah proses atau
aktivitas mengumpulkan data dan berbagai literatur seperti buku dan jurnal untuk
membandingkan hasil-hasil penelitian yang satu dengan yang lain (Manzilati,
2017). Tujuan penelitian studi literatur ini adalah untuk mendapatkan landasan
teori yang bisa mendukung pemecahan masalah yang sedang diteliti dan
mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan kasus, lebih khusus
dalam penelitian ini peneliti mengkaji hubungan perilaku keluarga dengan tingkat
kecemasan dalam merawat anggota keluarga, Penelitian ini terdapat peran
keluarga dan pasien (variabel independen) dan perawatan diri pada pasien yang
mengalami gangguan jiwa (variabel dependen).

A. Jenis dan Mekanisme Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari studi meliterature review dari lima jurnal penelitian yang
berhubungan dengan hubungan perilaku dan sikap keluarga dengan tingkat
kecemasa dalam merawat anggota keluarga yang mengalami ganggua jiwa

2. Mekanisme Pengumpulan Data


Mekanisme pengumpulan data yang dilakukan dengan cara literatur review
dua jurnal internasional dan tiga jurnal nasional dengan mengambil data-data
yang berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHSAN

A. HASIL
No JUDUL/ TAHUN NAMA TUJUAN POPULASI METODE HASIL
1 Hubungan Videbeck Tujuan sampel Metode Faktor-faktor
Dukungan penelitia penelitian pengambi yang
33

Keluarga dan n ini sebanyak lan data mempengaru


Keberfungsian adalah 100 orang. menggun hi kesehatan
social Pada untuk akan jiwa dapat
Pasien mengeta skala dikategorikan
Skizofrenia/200 hui dukungan sebagai
8 hubunga keluarga faktor
n dan skala individual,
dukunga keberfun interpersonal,
n gsian dan sosial
keluarga sosial /budaya.
dengan yang
keberfun dianalisis
gsian menggun
sosial akan
pada korelasi
pasien product
skizofren moment.
ia rawat
jalan.
2 Cognitive Lauren Untuk 5 orang Metodol Langkah-
behavioural menguk responden ogi langkah
therapy for ur desain standar
visual perubah kasus diselesaikan
hallucinations an tunggal pada setiap
apprais eksperim perubahan
al efek ental fase.
dan multi Empat orang
prilaku baseline menyelesaika
sebagai n terapi.
konseku
Analisis
ensi dari
visual formal
CBT VH
dari data
utnuk
yang
meningk
atkan didukung
pemaha dengan
man analisis
proses statistik
perubah menunjukkan
an perubahan
signifikan
untuk
penilaian dan
pengaruh,
dengan
replikasi di
tiga peserta.
34

3 Brain imaging ( Alonso Tujuan 5 Pencaria Penelitian


features in soliset and penelitia responden n literatur yang ada
schizophrenia cuiet al) n in I dilakukan telah
with co- adalah
dengan menunjukkan
occurring Untuk
auditory verbal mengeta database bahwa AVH
hallucinations hui utama dan gejala
and depressive pengaru menggun depresi
symptoms— h AVH akan kata secara timbal
Implication for pada kunci, balik
novel gejala terutama memburuk
therapeutic depresi
termasuk pada pasien
strategies to
alleviate the skizofreni dengan
reciprocal a, AVH, skizofrenia,
deterioration depresi, yang
Regardless of ganggua menantang
the presence of n pengobatan
AVHs neuropsik konvensional
iatri,
pencitraa penyakit ini .
n otak,
dan
pencitraa
n
resonansi
magnetik

.
4 Impact of Kala untuk Sampel Jenis
perception mengetah dalam penelitian terdapat
stimulation ui apakah penelitian ini ini adalah pengaruh
group activity on terdapat berjumlah 16 kuantitatif
clients ability to pengaruh responden , pemberian
control Terapi menggunaka mengguna TAK
hallucination at Aktifitas n kan desain
sungai Stimulasi
Kelompok consecutive quasy
bangkong
(TAK) sampling experimen Persepsi
regional mental
hospital stimulasi t pre and terhadap
Pontianak/2014 persepsi post test
terhadap without kemampuan
kemampu control klien
an klien
mengontrol
mengontr
ol halusinasi.
35

halusinasi
di Rumah Menghardik
Sakit Jiwa halusinasi
Daerah
Sungai adalah
Bangkong upayamenge
Pontianak
ndalikan diri
.
terhadap
halusinasi
dengan cara
menolak
halusinasi
yang muncul.

5 The Correlation Biegel et al Penelitia Sampel Penelitian Berdasarkan


between n ini penelitian ini penelitiaan
Family’s bertujuan adalah 95 merupak pada
Support with untuk pasien an beberapa
Obedience of mengeta penelitian orang
drug hui deskriptif dengan
Antipsychotic hubunga korelatif anggota
consumtion in n dengan keluarga
patients dukunga pendekat yang
Mentally n an cross mengalami
Disordered/2001 keluarga sectional gangguan
dengan jiwa diperoleh
kepatuha bahwa ada
n beberapa hal
mengkon yang
sumsi menyebabka
obat n keluarga
antipsiko tidak aktif
tik pada dalam
pasien memberikan
yang perhatian dan
mengala pengobatan
mi pada
ganggua penderita
n jiwa gangguan
jiwa
6 Hubungan Simanjunta bertujuan melibatkan metode . Ada
Pengetahuan k untuk 48 corelatif beberapa
Keluarga mengeta responden study. masalah
Dengan Tingkat hui Teknik yang
Kecemasan hubunga sampling teridentifikasi
36

Dalam Merawat n yang yang dialami


Anggota pengetah digunaka oleh keluarga
Keluarga yang uan dan n adalah yaitu
Mengalami sikap multistag meningkatny
Gangguan keluarga e a stres dan
Jiwa./2006 dengan sampling kecemasan
tingkat keluarga,
kecemas sesama
an dalam keluarga
merawat saling
anggota menyalahkan
keluarga , kesulitan
yang pemahaman
mengala (kurangnya
mi pengetahuan
ganggua keluarga)
n jiwa. dalam
menerima
sakit yang
diderita oleh
anggota
keluarganya
yang
mengalami
gangguan
jiwa dan
pengaturan
sejumlah
waktu dan
sikap
keluarga
dalam
menjaga
serta
merawat
penderita
gangguan
jiwa dan
keuangan
yang akan
dihabiskan
pada
penderita
gangguan
jiwa
7 Dukungan sosial Nanda untuk 63 Jenis
sangat penting Mengana responden penelitian
terhadap lisis yang
pengobatan dan hubunga digunaka
kesembuhan n antara n adalah
37

pasien dukunga penelitian


skizofrenia/201 n sosial survey
5 keluarga analitik
dengan korelatif
tingkat dengan
kesembu rancanga
han n “Cross
pasien Sectional
skizofren ”
ia.
8 Hubungan Simanjunta bertujuan melibatkan metode Oleh karena
Pengetahuan k untuk 48 corelatif itu keluarga
Keluarga mengeta responden study. sering
Dengan Tingkat hui Teknik merasakan
Kecemasan hubunga sampling kecemasan
Dalam Merawat n yang dalam
Anggota pengetah digunaka menghadapi
Keluarga yang uan dan n adalah anggota
Mengalami sikap multistag keluarganya
Gangguan keluarga e yang
Jiwa/2006 dengan sampling menderita
tingkat gangguan
kecemas jiwa
an dalam Kecemasan
merawat yang di
anggota rasakan
keluarga dapat
yang berupa;
mengala adanya
mi perasaan
ganggua cemas,
n jiwa. adanya
ketegangan,
adanya rasa
ketakutan,
adanya
gangguan
tidur, adanya
gangguan
kecerdasan,
adanya
perasaan
depresi dan
gejala-gejala
tingkat
kecemasan
lainnya yang
diarasakan
keluarga
dalam
38

merawat
anggota
keluarga
yang
mengalami
gangguan
jiwa
9 Dukungan Sari & Fina bertujuan Pasien Metode Keberhasilan
Keluarga Dalam untuk yang yang perawat
Mencegah memberi mengalami digunaka dirumah sakit
Kekambuhan kan gangguan n dalam dapat sia-sia
Pasien gambara jiwa penulisan jika tidak
Skizofrenia./201 n terapi studi diteruskan
1 spiritual literature dirumah yang
pada review kemudian
pasien menggun mengakibatk
skizofren akan an klien
ia yang sumber harus dirawat
sudah pustaka kembali
dilakuka artikel, (kambuh).
n oleh dimana Kekambuhan
peneliti proses dapat
sebelum pencarian disebabkan
nya melalui oleh empat
Goglee faktor
Scolar, yaitu :klien
Science (ketidakpatuh
Direct an minum
obat),
keluarga,
dokter
sebagai
pemberi
resep, dan
case
manager
10 Hubungan Sari untuk Pasien Strategi .Keluarga
Dukungan mengide yamg pencarian merupakan
Keluarga ntifikasi mengalami artikel sistem
dengan dukunga gangguan menggun pendukung
Kepatuahan n jiwa akan utama yang
Pasien keluarga, PICOS memberi
gangguan Jiwa mengide framewor perawatan
Minum ntifikasi k dengan langsung
Obat/2017 kepatuha keyword pada setiap
n minum yang keadaan
obat disesuaik klien baik itu
pada an sehat
orang dengan maupun
dengan topik sakit.
39

ganggua terkait
n jiwa ganggua
(ODGJ), n jiwa,
mengide dukungan
ntifikasi keluarga
hubunga kepatuha
n n minum
dukunga obat.
n
keluarga
dengan
kepatuha
n minum
obat
pada
orang
dengan
ganggua
n jiwa
(ODGJ).
11 gangguan Hasil untuk Seluruh Metode dalam 12
mental menurut Rikesdas meningk masyarakat yang tahun terakhir
data WHO atkan dan dipergun menunjukkan
(2012) di Asia, pengetah limgkungan akan adanya
dalam 12 tahun uan sekitarnya dalam kenaikan.
terakhir masyara kegiatan Menurut
menunjukkan akat ini adalah WHO
adanya umumny ceramah, regional Asia
kenaikan. a dan diskusi Pasifik,
Menurut WHO keluarga dan jumlah kasus
regional Asia yang simulasi gangguan
Pasifik/2018 menjadi depresi
binaan terbanyak
khususn ada di India
ya (56.675.969
tentang kasus atau
bagaima 4.5% dari
na cara jumlah
perawata populasi),
n dan terendah di
menjaga Maldives
kesehata (12.739
n jiwa kasus atau
setiap 3,7% dari
masyara populasi).
kat serta Adapun di
merawat Indonesia
anggota sebanyak
masyara 9.162.886
kat yang kasus atau
40

mengala 3.7% dari


mi populasi
ganggua (Riskesdas,
n jiwa. 2018).Preval
ensi jumlah
gangguan
jiwa di
Indonesia
semakin
signifikan
dilihat dari
data
Riskesdas)
tahun 2018.
Riskesdas
mendata
masalah
gangguan
kesehatan
mental
emosional
(depresi dan
kecemasan)
sebanyak
9,8%. Hal ini
terlihat
peningkatan
jika
dibandingkan
data
Riskesdas
tahun 2018
sebanyak
6%.
Tingginya
peningkatan
masalah
kesehatan
mental
emosional
berdasarkan
kelompok
umur,
persentase
tertinggi pada
usia 65-75
tahun keatas
sebanyak
28,6%,
disusul
41

kelompok
umur 55- 64
tahun
sebanyak
11%,
kemudian
kelompok
umur 45-54
tahun dan
15-24 tahun
memiliki
persentase
yang sama
sebanyak
10%
12 Hubungan Maryam Mengeta 68 Jenis bahwa
Beban Keluarga dan hui responden penelitian mayoritas
dengan Kurniawan hubunga korelasi keluarga
Dukungan A n beban non memiliki
Emosional pada keluarga eksperim penghasilan
Anggota dengan ental lebih banyak
Keluarga yang dukunga dengan >3 juta yaitu
Mengalami n pendekat sebanyak
Gangguan emosion an cross 66%.Dengan
Jiwa/2018 al pada sectional pengetahuan
anggota dilaksana yang baik
keluarga kan di dan
yang Poli Klinik kecemasan
mengala Jiwa RSJ yang ringan.
mi Grhasia
ganggua Propinsi
n jiwa di DIY.
Poli Teknik
Klinik pengambi
Jiwa RSJ lan
Grhasia sampel
Provinsi menggun
DIY akan
accidenta
l
sampling
13 Efektivitas terapi Keliat untuk 10 sampel Metode aktifitasnya
aktivitas mengeta pada setiap pengump yaitu
kelompok hui kelompok ulan data mempersepsi
stimulasi perbeda intervensi yang kan stimulus
persepsi dan an digunaka yang tidak
terapi religius efektivita n adalah nyata dan
terhadap s terapi wawanca respon yang
frekuensi aktivitas ra. dialami
halusinasi/2015 kelompo Analisa dalam
42

k data yang kehidupankh


stimulasi menggun ususnya
persepsi akan uji t- untuk klien
dan test dua halusinasi
terapi variable. pendengaran
religius
dzikir
terhadap
frekuensi
halusina
si
pendeng
aran
pada
pasien
halusina
si
14 Gangguan Jiwa Kementrian Bertujua 10 metode Provinsi
Yang Tercatat Kesehatan n untuk responden uang Sumatra
Di Kabupaten Kabupaten mengura digunaka Utara
PadangLawas./ Padang ngi n dalm terdapat 25
2018 Lawas angka penelitian kabupaten
ganggua ini adalah salah
n jiwa di kuantitatif satunya
padang Kabupaten
lawas Padang
Lawas. Di
kabupaten
Padang
Lawas
tercatat ada
257.434 jiwa,
ada sekitar
49.722
kepala
keluarga, ada
1 Rumah
Sakit Umum
Daerah dan
ada 16 pusat
kesehatan
masyarakat.
Berdasarkan
data yang di
kumpulkan
dari 1 RSUD
dan 16
puskesmas
didapatkan
bahwa
43

jumlah
kunjungan
gangguan
jiwa ada
sebanyak
158 orang di
sarana
pelayanan
kesehatan
tahun 2018 di
Kabupaten
Padang
Lawas dari
33 Kab/Kota
di Sumatra
Utara.
Kabupaten
Padang
Lawas
berada pada
urutan posisi
ke-31 dari 33
Kab/Kota di
Sumatra
Utara
berdasarkan
banyak
jumlah
kunjungan
gangguan
jiwa pada
tahun
2018.Jumlah
kunjungan
gangguan
jiwa tertinggi
di Kebupaten
Deli Serdang
sebanyak
75.877 orang
dan
kunjungan
gangguan
jiwa terendah
di Nias
sebanyak
122 orang.
15 Gambaran Hawari bertujuan pasien yang Metode Secara
Terapi spiritual untuk mengalami yang umum
pada pasien memberi skizofrenia digunaka ganguan jiwa
44

Skizofrenia/201 kan n dalam disebabkan


4 gambara penulisan karena
n terapi studilitera adanya
spiritual ture tekanan
pada reviewme psikologis
pasien nggunaka baik dari luar
skizofren n individu
ia yang sumber maupun dari
sudahdil pustaka dalam
akukan artikel, individu.
oleh dimana Beberapa hal
peneliti proses yang menjadi
sebelum pencarian penyebab
nya melaluiG adalah
oglee ketidaktahua
Scolar, n dari
ScienceD keluarga dan
irect. masyarakat
terhadap
gangguan
jiwa ini
B. PEMBAHASAN

1. Dari15 jurnalpenelitianterdapat3 penelitian yang


memilikipersamaandalamjenis dan desainpenelitianyaitu
1) Penelitian yang berjudul dukungan keluarga dalam mencegah
kekambuhan pasien skizofrnia tahun 2011 yang bditeliti Sari & fina
2) Penelitian yang berjudul hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan pasien ganguan jiwa minum obat tahun 2017 Sari
3) Penelitian yang berjudul gambaran terapi spiritual pada skizofrenia
tahun 2014 Hawari

2. Dari 15 jurnalpenelitian 12 terdapat penelitian yang


memilikiperbedaandenganmenggunakan
1) Penelitian yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga dan
Keberfungsian social Pada Pasien Skizofrenia/2008
2) Penelitian yang berjudul Cognitive behavioural therapy for visual
hallucinations
45

3) Penelitian yang berjudul Impact of perception stimulation group


activity on clients ability to control hallucination at sungai bangkong
regional mental hospital Pontianak/2014
4) The Correlation between Family’s Support with Obedience of drug
Antipsychotic consumtion in patients Mentally Disordered/2001
5) Penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Dalam Merawat Anggota Keluarga yang
Mengalami Gangguan Jiwa./2006
6) Penelitian yang berjudul Dukungan sosial sangat penting terhadap
pengobatan dan kesembuhan pasien skizofrenia/2011
7) penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Dalam Merawat Anggota Keluarga yang
Mengalami Gangguan Jiwa/2006
8) penelitian yang berjudul gangguan mental menurut data WHO (2012)
di Asia, dalam 12 tahun terakhir menunjukkan adanya kenaikan.
Menurut WHO regional Asia Pasifik/2018
9) penelitian yang berjudul Hubungan Beban Keluarga dengan
Dukungan Emosional pada Anggota Keluarga yang Mengalami
Gangguan Jiwa/2018
10) penelitian yang berjudul Efektivitas terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi dan terapi religius terhadap frekuensi
halusinasi/2015
11) Peneltian yang berjudul Hubungan Beban Keluarga dengan
Dukungan Emosional pada Anggota Keluarga yang Mengalami
Gangguan Jiwa/2018
12) Penelitian yang bejudul Efektivitas terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi dan terapi religius terhadap frekuensi halusinasi/2015

3. Dari 15 jurnalpenelitianterdapat6 penelitian yang memilikipersamaantujuan


penelitianyaitu
46

1) Penelitian yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga dan


Keberfungsian social Pada Pasien Skizofrenia/2008
2) Penelitian yang berjudul The Correlation between Family’s Support
with Obedience of drug Antipsychotic consumtion in patients Mentally
Disordered/2001
3) Penenlitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Dalam Merawat Anggota Keluarga yang
Mengalami Gangguan Jiwa./2006
4) Penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Dalam Merawat Anggota Keluarga yang
Mengalami Gangguan Jiwa/2006
5) Peneltian yang berjudul Hubungan Beban Keluarga dengan
Dukungan Emosional pada Anggota Keluarga yang Mengalami
Gangguan Jiwa/2018
6) Penelitian yang berjudul The Correlation between Family’s Support
with Obedience of drug Antipsychotic consumtion in patients Mentally
Disordered/2001
4. Dari 15 jurnalpenelitian,9 terdapatpenelitian yang memiliki tujuan yang
berbeda yaitu :
1) Penelitian yang berjudul Cognitive behavioural therapy for visual
hallucinations
2) Penelitian yang berjudul Brain imaging features in schizophrenia with
co-occurring auditory verbal hallucinations and depressive symptoms
— Implication for novel therapeutic strategies to alleviate the
reciprocal deterioration Regardless of the presence of AVHs
3) Penelitian yang berjujdul Impact of perception stimulation group
activity on clients ability to control hallucination at sungai bangkong
regional mental hospital Pontianak/2014
4) Penelitian yang berjudul Dukungan sosial sangat penting terhadap
pengobatan dan kesembuhan pasien skizofrenia/2015
5) Peneltian yang berjudul Dukungan Keluarga Dalam Mencegah
Kekambuhan Pasien Skizofrenia./2011
47

6) Peneltian yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Kepatuahan Pasien gangguan Jiwa Minum Obat/2017

7) Penelitian yang berjudul gangguan mental menurut data WHO (2012)


di Asia, dalam 12 tahun terakhir menunjukkan adanya kenaikan.
Menurut WHO regional Asia Pasifik/2018

8) Penelitian yang berjudul Efektivitas terapi aktivitas kelompok stimulasi


persepsi dan terapi religius terhadap frekuensi halusinasi/2015

9) Penelitian yang berjudul Gangguan Jiwa Yang Tercatat Di Kabupaten


PadangLawas./2018

A Kelebihan

1. Penelitian yang dilakukan oleh videback tahun 2008 dengan judul


HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL
PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT JALAN dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara
dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial maka yang menjadi
kelebihan dalam penelitian ini adalah hubungan keluarga terhdap pasien
yang mengalami gangguan jiwa sangat penting
2. Penelitian yang dilakukan oleh lauren dengan kelebihan menunjukkan
ada nya perubhan yang signifikan setelah dilakukan CBT termasuk
perubhan pada pengariuh halusinasi yang terjadi pada klien yang
mengalami halusinasi.

3. Penelitian yang dilakukan Alonso soliset and cuiet al kelebihan adalah


menstimulasi otak dapat menormalkan otak dengan gejala halusinasi
pada pasien skizofrenia
48

4. Penelitian yang dilakukan oleh kala dengan judul Impact of perception


stimulation group activity on clients ability to control hallucination at
sungai bangkong regional mental hospital Pontianak dengan kelebihan
pemberian Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi terhadap
kemampuan klien mengontrol halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Sungai Bangkong Pontianak Sangant bepengaruh diharapkan ni dapat
menjadi salah satu alternatif intervensi keperawatan bagi klien yang
mengalami halusinasi dalam mengontrol halusinasinya
5. Penelitian yang dilakukan olehBiegel et aldengan judul The Correlation
between Family’s Support with Obedience of drug Antipsychotic
consumtion in patients Mentally Disordered denganhasil penelitian adalah
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji Spearman Rho diperoleh nilai
rhohitung sebesar 0,335 dengan tingkat signifikansi (p-value)
0,001.sehingga disimpulkan terdapat hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik pada pasien yang
mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan. Maka kelebihan penelitian
ini adalah keluarga sangat penting untuk pengobatan keluarga yang
mengalami gangguan jiwa
6. Penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak dengan judul Hubungan
Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat
Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa. Dengan hasil
penelitian ada hubungan sikap dengan tingkat kecemasan dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa maka yang
menjadi kelebihan dalam jurnal ini adalah sikap keluarga sangat di
perlukan untuk pasien yang mengalami gangguan jiwa terutama pada
keluarga yang terkena gangguan jiwa.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Nanda dengan judul Dukungan sosial
sangat penting terhadap pengobatan dan kesembuhan pasien
skizofreniadengan hasil terdapat hubungan mekanisme pengobatan dan
kesembuhan pasien skizofrenia dengan dukungan sosial.maka kelebihan
penelitian ini adalah dukungan keluarga sangat penting.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Sari & Fina dengan judul Dukungan
Keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan Pasien Skizofrenia dengan hasil
penelitian diketahui terdapat hubungan signifikan antara dukungan
49

keluarga dengan pencegahan kekambuhan pasien skizofrenia (p-value


0,000) yang meliputi hubungan antara dukungan emosional keluarga
dengan pencegahan kekambuhan pasien skizofrenia (p-value 0,005),
hubungan antara dukungan informasional keluarga dengan pencegahan
kekambuhan pasien skizofrenia (p-value 0,002). Maka dari itu keterlibatan
keluarga sangat penting dalam mencegah kekambuhan pada pasien
skizofrenia
9. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dengan judul Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Kepatuahan Pasien gangguan Jiwa Minum Obat
dengan hasil bahwa kepercayaan berpengaruh besar terhadap kepatuhan
minum obat pasien gangguan jiwa. Maka sangat diharapkan keluarga
untuk mendukung keluarga yang terkena ganguan jiwa untuk minum obat
secara teratur
10. Penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak dengan judul Hubungan
Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat
Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan JiwaDengan hasil
penelitian ada hubungan sikap dengan tingkat kecemasan dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa maka yang
menjadi kelebihan dalam jurnal ini adalah sikap keluarga sangat di
perlukan untuk pasien yang mengalami gangguan jiwa terutama pada
keluarga yang terkena gangguan jiwa.
11. Penelitian yang dilakukan oleh Hasil Rikesdas 2018 dengan judul
gangguan mental menurut data WHO (2012) di Asia, dalam 12 tahun
terakhir menunjukkan adanya kenaikan. Menurut WHO regional Asia
Pasifik dengan hasil penelitian meningkatnya pengetahuan masyarakat
tentang masalah kesehatan jiwa di lingkungan sekitarnya. Maka yang
menjadi kelebihan penelitian ini adalah pengetahuan masyarakta ataupun
keluarga bertambah setelah di lakukan sosialisai dalam merawat anggota
keluarga yang terkena ganggan jiwa
12. Penelitian yang dilakukan oleh Maryam&Kurniawan dengan judul
Hubungan Beban Keluarga dengan Dukungan Emosional pada Anggota
Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa/ dengan hasil Beban keluarga
mayoritas sedang sebesar 82,4%, dukungan emosional keluarga
sebagian besar kategori tinggi sebesar 86,8%, analisis hubungan beban
50

keluarga dengan dukungan emosional(p value= 0,00< 0,05). Maka yang


menjadi kelebihan dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga
berpengaruh besar untuk mearawat keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
13. Penelitian yang dilakukan oleh Keliat dengan judul Efektivitas terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi dan terapi religius terhadap
frekuensi halusinas dengan hasil penelitian didapatkan TAK stimulasi
persepsi t hitung 3.250 > 1.73406 dan terapi religius dzikir t hitung 2.449
> 1.73406 pada kemaknaan 0,05 (5%) berarti ada perbedaan efektifitas
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dan terapi religius dzikir.
Maka yang menjadi kelebihan dalam penelitian ini adalah terapi aktivitas
berzikir dengan dukungan keluarga sangat berpngaruh
14. Penelitian yang dilakukan oleh Dinas kesehatan Padang Lawas Dengan
judul Gangguan Jiwa Yang Tercatat Di Kabupaten PadangLawas dengan
hasil Provinsi Sumatra Utara terdapat 25 kabupaten salah satunya
Kabupaten Padang Lawas. Di kabupaten Padang Lawas tercatat ada
257.434 jiwa, ada sekitar 49.722 kepala keluarga, ada 1 Rumah Sakit
Umum Daerah dan ada 16 pusat kesehatan masyarakat. Berdasarkan
data yang di kumpulkan dari 1 RSUD dan 16 puskesmas didapatkan
bahwa jumlah kunjungan gangguan jiwa ada sebanyak 158 orang di
sarana pelayanan kesehatan tahun 2018 di Kabupaten Padang Lawas
dari 33 Kab/Kota di Sumatra Utara. Kabupaten Padang Lawas berada
pada urutan posisi ke-31 dari 33 Kab/Kota di Sumatra Utara berdasarkan
banyak jumlah kunjungan gangguan jiwa pada tahun 2018.Jumlah
kunjungan gangguan jiwa tertinggi di Kebupaten Deli Serdang sebanyak
75.877 orang dan kunjungan gangguan jiwa terendah di Nias sebanyak
122 orang. Maka kelebihan penelitian ini adalh setelah di lakukan
sosialisasi diharapkan msyarakat padang lawas mampu memberikan
dukungan kepada pasien yang mengalami gangguan jiwa terutama di
dalam keluarga
15. Penelitian yang dilakukan oleh Hawari dengan judul Gambaran Terapi
spiritual pada pasien Skizofrenia dengan hasil dari beberapa artikel yang
sudah dilakukan penelusuran terdapat terapi spiritual yang dapat
dilakukan dalam memberikan intervensi kepada pasien dengan
51

skizofrenia seperti pemenuhan kebutuhan spiritual dengan sholat, dzikir,


beristigfar dan terapi mindfulnas dengan pendekatan spiritual. Maka yang
menjadi kelebihan dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga untuk
mengajarkan terapi spiritual kepada anggota keluarga

BAB V

KESIMPUAN DAN SARAN


52

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil riview literatur jurnal 15junal (10 jurnal nasional dan 5 jurnal
internasional),HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI
GANGGUAN JIWA disimpulkanhubungan keularga berpengaruh kepada paseien
yang mengalami ganguan jiwa.

5.2 SARAN

1. Pelayanan kesehatan

Bagi pelayanan kesehatan, diharapkan agar ketrelibatan perawat dalam


bentuk HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG
MENGALAMI GANGGUAN JIWA

2. Peneliti selanjutnya

Peneliti studi literature ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk
mengembangkan penelitian yang terkait dengan HUBUNGAN PERILAKU
KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MERAWAT
ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

3 Bagi keluarga

Keluarga diharapkan dapat berperan dalam merawat anggta keluarga yang


mengalami gangguan jiwa

.
53

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, 2014 tentang Gambaran Terapi spiritual pada pasien Skizofrenia

Hubungan Dukungan Keluarga dan Keberfungsian social Pada Pasien Skizofrenia/


Videbeck 2008

Impact of perception stimulation group activity on clients ability to control


hallucination at sungai bangkong regional mental hospital Pontianak/
Kala 2014

principles and practice of psychiatric Nursing/ Biegel et al 2001

Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat


Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa./ Simanjuntak 2006\

Dukungan sosial sangat penting terhadap pengobatan dan kesembuhan klien


gangguan jiwa/ Nanda 2015

gangguan mental menurut data WHO (2012) di Asia, dalam 12 tahun terakhir
menunjukkan adanya kenaikan. Menurut WHO regional Asia Pasifik/
Hasil Rikesdas 2018

Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat


Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa/ Simanjuntak 2006

Dukungan Keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan Pasien Skizofrenia./ Sari &


Fina 2011

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuahan Pasien gangguan Jiwa Minum


Obat/ Sari 2017

Hubungan Beban Keluarga dengan Dukungan Emosional pada Anggota Keluarga


yang Mengalami Gangguan Jiwa/ Maryam dan Kurniawan A 2018

Efektivitas terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dan terapi religius terhadap
frekuensi halusinasi/ Keliat 2015

Gangguan Jiwa Yang Tercatat Di Kabupaten PadangLawas./ Kementrian


Kesehatan Kabupaten Padang Lawas 2018

Gambaran Terapi spiritual pada pasien Skizofrenia/ Hawari 2014


54

Lampiran 1
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

Judul : Hubungan Perilaku Keluarga


Dengan Tingkat Kecemasan Dalam
Merawat Anggota Keluarga Yang
Mengalami Gangguan Jiwa

Nama Mahasiswa : Ilham Ramadhan


Nim : P07520216027
Nama Pembimbing : Soep, S.Kp, M.Kes

Hari / Materi Paraf Paraf


No Saran
Tanggal Bimbingan Pembimbing Mahasiswa
Selasa, 21 Pengajuan
Revisi Judul
1September 2020 Judul
Pertama
Rabu, 30
Pengajuan Revisi Judul
2 September
Judul Kedua
2020
Jumat, 02
Lanjut BAB I
3 Oktober 2020 ACC Judul

Revisi BAB I
Rabu, 28
lanjut
4 Oktober 2020 Konsul BAB I
BAB II

Revisi BAB I
Rabu, 20 januari
lanjut
5. 2021 Konsul BAB II
BAB II
55

Medan, Maret 2021


Mengetahui
Ketua Prodi Sarjana Terapan
Jurusan Keperawatan

(Dina Indarsita,SST.M.Kes)
NIP: 196501031989032001

Anda mungkin juga menyukai