Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN NYERI DI RUANG BEDAH LAKITAN


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG

Disusun Oleh:
Lussy saswina 21219037
Subrayan 21219073
Rani Octhasari 21219056
Dedes Sahpitra 21219013
Lita Gustina T.B 21219035
Waode Raniati 21219084
Dian Agustina Putri 21219016
Nugroho Anis W 21219048
Ovi Maftukhatus M 21219051
Muflih Pratama 21219044

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Topik : Nyeri dan Kenyamanan : Manajemen Nyeri


Subtopik : Tehnik Manajemen Nyeri Non Farmakologi
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Hari / tanggal : Jum’at, 14 Februari 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : Bangsal Bedah RSMH Palembang

I. Tujuan instruksional umum


Setelah dilakukan penyuluhan, pasien diharapkan mampu melakukan
manajemen nyeri non farmakologi agar pasien mampu mengontrol nyeri
dan mengurangi rasa nyeri.

II. Tujuan instruksional khusus


Setelah dilakukan penyuluhan, klien diharapkan mampu menyebutkan dan
menjelaskan :
1. Pengertian manajemen nyeri non farmakologi
2. Manfaat dari manajemen nyeri non farmakologi
3. Jenis-jenis teknik manajemen nyeri non farmakologi

III. Materi (Terlampir)

IV.Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab

V. Media
1. Leafleat
VI.Pengorganisasian
1. Pemateri : Waode Rianti
Rani Octa Sari
Nugroho Ania
2. Moderator : Lussy Saswina
3. Notulen : Dedes Sapitra
4. Fasilitator : Dian Agustina
Lita Gustina TB
Ovi Maftulhatus M
Muflih Pratama
Subrayan

VII. Kegiatan Pembelajaran


No Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan peserta

1. Pembukaan : 5 menit
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Memperhatikan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan 4. Memperhatikan
diberikan
2. Pelaksanaan : 20 menit
1. Menjelaskan pengertian 1. Memperhatikan
manajemen nyeri
2. Menjelaskan manfaat dari 2. Memperhatikan
manajemen nyeri
3. Memberi kesempatan kepada 3. Bertanya dan menjawab
peserta untuk bertanya pertanyaan yang diajukan
4. Menjelaskan jenis manajemen 4. Memperhatikan
nyeri 5. Mem[erhatikan
5. Memberi kesempatan kepada 6. Bertanya dan menjawab
peserta untuk bertanya pertanyaan yang diajukan
4. Penutup : 5 menit
1. Mengucapkan terimakasih atas 1. Mendengarkan
peran serta peserta.
2. Mengucapkan salam penutup 2. Menjawab salam

VIII. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
1) Klien dan keluarga hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruang bedah
3) Pengorganisasian penyuluhan dilakukan satu hari sebelumnya.

2. Evaluasi proses
1) Keluarga dan klien antusias terhadap materi penyuluhan
2) Keluarga dan klien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan
selesai
3) Keluarga dan klien terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.

3. Evaluasi hasil
Memberikan pertanyaan secara langsung kepada peserta, meliputi
a. Apa Pengertian manajemen nyeri non farmakologi ?
b. Apa manfaat manajemen nyeri non farmakologi ?
c. Apa saja jenis-jenis manajemen nyeri non farmakologi ?

Lampiran

1. Pengertian Manajemen Nyeri Non Farmakologi


Manajemen nyeri harus menggunakan pendekatan yang holistik/
menyeluruh, hal ini karena nyeri mempengaruhi keseluruhan aspek
kehidupan manusia, oleh karena itu kita tidak boleh hanya terpaku hanya
pada satu pendekatan saja tetapi juga menggunakan pendekatan-
pendekatan yang lain yang mengacu kepada aspek kehidupan manusia
yaitu biopsikososialkultural dan spiritual, pendekatan non farmakologik
dan pendekatan farmakologik tidak akan berjalan efektif bila digunakan
sendiri-sendiri, keduanya harus dipadukan dan saling mengisi dalam
rangka mengatasi/ penanganan nyeri pasien.
Pasien adalah individu-individu yang berbeda yang berrespon secara
berbeda terhadap nyeri, sehingga penangananyapun tidak bisa disamakan
antar individu yang satu dengan yang lainnya.
Pengkajian yang tepat, akurat tentang nyeri sangat diperlukan sebagai
upaya untuk mencari solusi yang tepat untuk menanganinya, untuk itu
pengkajian harus selalu dilakukan secara berkesinambungan, sebagai
upaya mencari gambaran yang terbaru dari nyeri yang dirasakan oleh
pasien.

2. Manfaat Manajemen Nyeri Non Farmakologi


 Membuat lebih mampu menghindari stress
 Mengurangi bahkan mengatasi masalah yang berhubungan dengan
stressseperti: sakit kepala, pusing, sulit tidur, hipertensi, mual, muntah,
nyeri punggung dan nyeri lainnya.
 Menurunkan dan mengatasi kecemasan
 Membantu menyembuhkan penyakit tertentu seperti darah tinggi dsb
 Meningkatkan penampilan kerja dan social

3. Jenis – Jenis Manajemen nyeri Non Farmakologi


Berdasarkan jenis distraksi dibagi menjadi:
1. Tekhnik distraksi
a. Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan, dan gambar (Prasetyo, 2010).
b. Distraksi pendengaran
Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik air.
Klien dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik yang
tenang, seperti musik klasik. Klien diminta untuk berkosentrasi pada
lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan
tubuh mengikuti irama lagu, seperti bergoyang, mengetukkan jari atau
kaki (Tamsuri, 2007).
c. Distraksi pernafasan
Bernafas ritmik. Anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu
objek atau memejamkan mata, lalu lakukan inhalasi perlahan melalui
hidung dengan hitungan satu sampai empat (dalam hati), kemudian
menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan
menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk
berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang
memberi ketenangan, lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola
pernafasan ritmik. (Tamsuri, 2010).
d. Distraksi intelektual
Distraksi intelektual dapat dilakukan dengan mengisi teka-teki silang,
bermain kartu, melakukan kegemaran (ditempat tidur), seperti
mengumpulkan perangko atau menulis cerita. (Prabowo, 2010).
e. Teknik sentuhan
Distraksi dengan memberikan sentuhan pada lengan, mengusap, atau
menepuk-nepuk tubuh klien. Teknik sentuhan dapat dilakukan sebagai
tindakan pengalihan atau distraksi. Tindakan ini dapat mengaktifkan
saraf lainnya untuk menerima respons atau teknik gateway control.
Teknik ini memungkinkan impuls yang berasal dari saraf yang
menerima input sakit atau nyeri tidak sampai ke medula spinalis
sehingga otak tidak menangkap respons sakit atau nyeri tersebut.
(Widyastuti, 2010).

2. Teknik Relaksasi
Teknik Relaksasi merupakan Relaksasi otot rangka dipercaya dapat
menurunkan nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang
mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa
kali agar mencapai hasil optimal. Dengan relaksasi pasien dapat mengubah
persepsi terhadap nyeri.
Hal penting dalam teknik relaksasi :
 Posisi yang tepat
 Pikiran beristirahat
 Lingkungan yang tenang
 Langkah relaksasi :
 tarik nafas dalam melalui mulut tahan 2 sampai 3 detik kemudian
hembuskan melalui mulut seperti bersiul. Lakukan beberapa kali

3. Teknik Nafas Dalam


1. Teknik relaksasi napas dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas
secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
a. Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi
napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli,
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik
maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan kecemasan.
b. Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003)
Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah
pernapasan diafragma yang mengacu pada pendataran kubah
diagfragma selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran
abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama
inspirasi.

c. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah


sebagai berikut :
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru
dengan udara melalui hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan
melalui mulut secara perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang
11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5
kali.
12) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara
dangkal dan cepat.

4. Teknik Guided Imagery (Teknik Imajinasi)


Guided imagery adalah teknik relaksasi yang menggunakan imajinasi
seseorang mencapai efek positif tertentu (smeltzer, 2002). Teknik ini
dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada
klien untuk perlahan –lahan menutup matanya dan fokus pada nafas
mereka, klien didorong untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan
memahami pikiran dengan bayangan untuk membuat damai dan tenang
(Rahmayati, 2010 ).
a. Guided Walking Imajery
Pada teknik ini klien dianjurkan untuk mengimajinasikan pemandangan
standar seperti padang rumput, peguungan, pantai dll.
b. Autogenik Abstraction
Dalam teknik ini klien diminta untuk memilih sebuah perilaku negatif
yang ada dalam pikrannya kemudian klien mengungkapkan secara
verbal tanpa batasan. Bila berhasil akan tampak perubahan dalam hal
emosional dan raut muka klien.
c. Covert Sensitization
Teknik ini bersandar pada paradigma reinforcement yang
menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi berdasarkan
pada prinsip yang sama dalam modifikasi perilaku.
d. Covert Behaviour Rehearsel
Teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan perilaku
koping yang dia inginkan. Teknik ini lebih banyak diguanakan.
 Prosedur Pelaksanaan Guided Imagery
Berikut ini adalah standar operasional prosedur dari pelaksanaan
guided imagery:
a.       Bina hubungan saling percaya
b.      Jelaskan prosedur, tujuan, posisi, waktu dan peran perawat
pembimbing.
c.       Anjurkan klien mencari posisi yang nyaman menurut
klien.
d.      Duduk dengan klien tetapi tidak mengganggu.
e.       Lakukan bimbingan dengan baik terhadap klien
        Minta klien untuk memikirkan hal-hal yang
menyenangkan atau pengalaman yang membantu
pengguanaan semua indra dengan suara yang lembut.
         Ketika klien rileks, klien perlu berfokus pada bayangan
dan saat itu perawat tidak perlu bicara lagi
         Jika klien menunjukkan tanda-tanda gelisah, atau tidak
nyaman perawat harus menghentikan latihan dan
memulainya lagi ketika klien telah siap.
         Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15
menit klien dan daerah ini akan digantikan dengan
relaksasi. Biasanya klien rileks setelah menutup
matanya  atau mendengarkan musik yang lembut
sebagai background yang membantu.
         Catat hal-hal yang digambarkan oleh klien dalam
pikiran untuk diguanakan pada latihan selanjutnya
dengan mengguanakan informasi spesifik yang
diberikan klien dan tidak membuat perubahan
pernyataan klien.

5. Teknik Massage
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau
perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi,
dan/atau meningkatkan sirkulasi (Kusyati dkk, 2003). Pengertian dari
remedial massage(pijat penyembuhan) adalah suatu pijatan yang dilakukan
untuk membantu mempercepat proses pemulihan beberapa macam
penyakit dengan menggunakan sentuhan tangan dan tanpa masukan obat
ke dalam tubuh yang bertujuan untuk meringankan atau mengurangi
keluhan atau gejala pada beberapa macam penyakit yang merupakan
indikasi untuk dipijat
a. Teknik remedial massage dengan metode sweden massage
meliputi :
Eflaurage / gosokan, petrisage/ pijatan, shacking/ goncangan,
tapotemen/ pukulan,friction/ gerusan, vibration/ getaran, stroking/
mengurut, skin roliing/ melipat dan menggeser kulit.
b. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset
Menurut Hidayat (2004), prosedur tindakan massage punggung
sebagai berikut
a) Cuci tangan
b) Lakukan massage selama 5-10 menit
c) Lakukan massage dengan menggunakan telapak tangan dan
jari dengan tekanan halus.
d). Teknik massage dengan gerakan selang-seling (tekanan
pendek, cepat, dan bergantian tangan) dengan menggunakan
telapak tangan dan jari dengan memberikan tekanan ringan.
e). Teknik massage dengan gerakan menggesek dengan
menggunakan ibu jari dan gerakan memutar.
f). Teknik eflurasi dengan kedua tangan.
g). Teknik petrisasi dengan menekan punggung secara
horizontal.
h). Teknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujung jari.

Anda mungkin juga menyukai