Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN
DISCHARGE PLANNING

Dosen Pengampu :

Oleh :
Kelompok 1 B
1. Della Farah A (18010057)
2. Maflahatun Nabila (18010058)
3. Ita Ussyifa (18010059)
4. Safira Fardinal P (18010060)
5. Fiqriatul A (18010061)
6. Titin Wahyu Ningrum (18010063)

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBERINTERNASIONAL SCHOOL


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang “Discharge Planning” ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan dan hasil dari browsing internet yang berkaitan dengan
Discharge Planning dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita,dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Discharge Planning.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
Tujuan ....................................................................................................... 2
Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pengertian Discharge Planning ................................................................ 3
Tujuan Discharge Planning ...................................................................... 4
Struktur Discharge Planning .................................................................... 4
Prinsip Discharge Planning ...................................................................... 5
Proses Discharge Planning ....................................................................... 6
Pengetahuan Discharge Planning ............................................................. 11
Keuntungan Discharge Planning .............................................................. 13
Justifikasi metode Discharge Planning .................................................... 13
Alur Discharge Planning .......................................................................... 17

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ................................................................................................ 19
Saran ........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang
sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk yang akan
membahayakan bagi pasien bisa saja terjadi sehingga diperlukan peran
penting perawat dalam setiap tindakan keperawatan dengan melakukan
intervensi keperawatan yang tepat untuk mempersiapkan klien baik secara
fisik maupun psikis.
Oleh karena itu perlu diberikan informasi kepada pasien agar mampu
mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum
pemulangan pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara
memanajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di
dalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan
untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak siap
menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan pasien meningktkan
komplikasi (Perry & Potter, 2006).
Ketidaksiapan pasien menghadapi pemulangan juga dapat terjadi karena
pasien terlalu cepat dipulangkan sehingga hal ini juga beresiko terhadap
terjadinya komplikasi pasca bedah setelah di rumah, dan juga
dikarenakan pemulangan yang tidak direncanakan yang dapat berakibat
kepada hospitalisasi ulang (Torrance, 1997).
Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi
pemulangan. Orem (1985 dalam Alligood & Tomey, 2006) mengatakan bahwa
intervensi keperawatan dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan untuk
melakukan perawatan diri sebagai akibat dari adanya keterbatasan. Salah satu
bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah discharge
planning (perencanaan pemulangan pasien) untuk mempromosikan tahap
kemandirian tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan keluarga dengan

1
menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri (The Royal Marsden
Hospital 2004).
Discharge planning yang tidak baik dapat menjadi salah satu faktor
yang memperlama proses penyembuhan di rumah (Wilson-Barnett dan
Fordham, 1982 dalam Torrance, 1997. Kesuksesan tindakan discharge
planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan
yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam
Perry &Potter, 2006).

Rumusan Masalah
Bagaimanakah manajemen discharge planning?

Tujuan
Tujuan Umum
Menjelaskan manajemen discharge planning
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Pengertian Discharge Planning
2. Mengidentifikasi Tujuan Discharge Planning
3. Mengidentifikasi Struktur
4. Mengidentifikasi Prinsip
5. Mengidentifikasi Proses
6. Mengidentifikasi Pengetahuan
7. Mengidentifikasi Keuntungan discharge planning
8. Mengidentifikasi Justifikasi metode discharge planning

Manfaat
Mahasiswa mengetahui konsep discharge planning.
Mahasiswa mampu mengaplikasikan discharge planning kepada
pasien.mebedakan gaya kepemimpinan otoriter dengan gaya
kepemimpinan yang lain.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Discharge Planning


Discharge planning merupakan suatu rencana yang disusun untuk klien,
sebelum keluar dari Rumah Sakit yang dimulai dari mengumpulkan data
sampai dengan masuk area perawatan yaitu meliputi pengkajian, rencana
perawatan, implementasi dan evaluasi (Fisbach, 1994).
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan
perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan
derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya. (RCP,2001).
Planning adalah suatu pendekatan interdisipliner meliputi pengkajian
kebutuhan klien tentang perawatan kesehatan diluar Rumah Sakit, disertai
dengan kerjasama dengan klien dan keluarga klien dalam mengembangkan
rencana- rencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner &
Sudarth, 2002).
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual
dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara
individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien
secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa discharge
planning atau perencanaan pemulangan adalah suatu proses pembelajaran
yang melibatkan klien dan keluarga untuk meningkatkan pemahaman dan
mengembangkan kemampuan klien dan keluarga tentang perawatan di rumah,
masalah kesehatan yang dihadapi, untuk mempercepat penyembuhan
menghindari kemungkinan komplikasi dengan pembatasan aktifitas

3
menciptakan memberikan lingkungan yang aman bagi klien di rumah.
Tujuan
Tujuan dari perencanaan pemulangan pasien adalah:
Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang masalah
kesehatan, kemungkinan komplikasi dan pembatasan yang
diberlakukan pada pasien di rumah.
Mengembangkan kemampuan merawat pasien dan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan pasien dan memberikan lingkungan yang aman
untuk pasien di rumah.
Menyakinkan bahwa rujukan yang diperlukan untuk perawatan
selanjutnya dibuat dengan tepat (Ester, 2005).

Struktur
Menurut Mc.Kecnan dan Coulton (1970) yang dikutip oleh Jackson (1994)
menyatakan bahwa struktur dari perencanaan pemulangan terdiri dari struktur
formal dan informal. Model informal adalah model tradisional dimana perawat
harus berkonsultasi dengan dokter atau pekerja sosial dalam menyusun dalam
sebuah perencanaan pemulangan dan belum adanya suatu dokumentasi tertulis
dalam pelaksanaannya. Struktur formal dimana perencanaan pemulangan
dibuat secara tertulis yang berisikan tentang uraian peran, proses seleksi,
penilaian sistem dokumentasi serta metode evaluasi yang berkelanjutan.
Dugan dan Mossel (1992) yang dikutip oleh Jackson (1994)
menyatakanbahwa pada saat ini telah terjadi perubahan dalam pelaksanaan
perencanaan pemulangan dengan struktur tersendiri dimana perawat sebagai
koordinasi dalam pelaksanaannya dan selalu berkonsultasi dengan klien dan
keluarga serta para profesional lainnya dalam perencanaan pemulangan baik
dalam pelaksanaannya

4
Prinsip
Menurut Anne. M, Angela. D (2000) prinsip dari perencanaan
pemulangan terdiri dari penemuan kasus, pengkajian, koordinasi dan
implementasi, sebagai berikut:
Penemuan kasus adalah kegiatan yang dilakukan dengan kerjasama
antara profesi kesehatan yang meliputi profesi keperawatan, medis dan
profesi lain untuk mengidentifikasi faktor resiko yang akan dapat
diatasi oleh pasien selama perawatan di rumah. Faktor resiko tersebut
adalah status kognitif atau pengetahuan dari pasien mengenai penyakit
dan pengobatannya, keadaan tempat tinggal yang dapat mendukung
perawatan pasien, lingkungan masyarakat yang aman, faktor kultur dan
usia.

Pengkajian adalah dimulainya mencari dan mengidentifikasikan


kebutuhan dari pasien dengan mencari informasi melalui wawancara
dengan pasien dan keluarga, serta pemeriksaan fisik dan lingkungan
yang dapat membantu untuk menentukan tingkat ketergantungan dari
pasien. Hasil pengkajian tersebut untuk selanjutnya akan didiskusikan
dengan tim kesehatan lainnya untuk menyusun perencanaan
pemulangan.

Koordinasi adalah komunikasi dan kerjasama antar tim dari


multidisiplin profesi dan ilmu termasuk kerjasama dengan klien dan
keluarga dalam menyusun dan melaksanakan rencana pemulangan.

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana pemulangan yang berisi


rujukan, pelaksanaan dan evaluasi dari perencanaan pemulangan yang
dikerjakan sesuai bidang ilmu keperawatan.

5
Proses
Proses perencanaan pemulangan mengikuti struktur yang sama dengan
proses perawatan yang meliputi: pengkajian, analisa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kebutuhan klien ( Kee & Borchers, 1998).
Pengkajian
Pengkajian perencanaan pemulangan terdiri dari “apa dan kapan”
maksud dari apa adalah apa yang harus dikaji dalam perencanaan
pemulangan dan kapan yang berarti kapan pengkajian tersebut
dilaksanakan (Bull & Robert, 2001). Pengkajian tentang apa meliputi lima
area yaitu pengkajian area kognitif, psikologis, status ekonomi atau
finansial, akses dan dukungan lingkungan baik formal maupun informal.
Sedangkan untuk mengetahui kapan pengkajian perencanaan pemulangan
dilakukan adalah sejak pasien masuk ke Rumah Sakit atau pada saat
screening atau kontrol kesehatan. Pada tahap ini diharapkan discharge
planner mengetahui semua kebutuhan pasien (Bull & Robert, 2001).
Pengkajian memerlukan seseorang yang diharapkan mampu
melakukan pengkajian yang meliputi pengkajian terhadap keluarga dan
pengkajian pada support dan dukungan dari masyarakat yang dapat
mendukung dalam perencanaan pemulangan dan pengkajian tentang
pengetahuan dan ketrampilan dari pasien tentang penyakit yang dihadapi,
selanjutnya pengkajian untuk rencana pemulangan akan didiskusikan oleh
tim dari multidisiplin ilmu, pasien dan keluarga. Dalam hal ini perlu
kerjasama dengan tim dari komunitas yaitu puskesmas (Bull & Robert,
2001).

Perencanaan
Penyusunan sebuah rencana pemulangan perlu dibentuk sebuah tim
dari berbagai disiplin ilmu yang melibatkan keluarga, sebab keluarga akan
membantu proses pelaksanaan dari perencanaan pemulangan setelah
pasien dipulangkan dari Rumah Sakit. Literatur Medis menjelaskan
bahwa rencana pemulangan merupakan tanggung jawab dari dokter,

6
sehingga disini dokterlah yang berhak mengendalikan kerja dari tim dan
setiap anggota tim bekerja dan berinteraksi dalam rangka memenuhi
kebutuhan dari klien dan keluarga atas dasar keahlian masing-masing
(Jackson, 1994).
Menurut Markey dan Igo (1987) dikutip oleh Jackson (1994)
menyatakan bahwa yang memiliki peran penting disini justru perawat
terutama dalam menyusun rencana pendidikan kesehatan klien dan
keluarga, hal ini didasarkan bahwa perawat lebih mengerti pada
kebutuhan klien selama dua puluh empat jam, terutama setelah klien di
rumah atau post hospitalisasi. Menurut Simmons (1986) dikutip oleh
Jackson (1994) bahwa suatu rencana pemulangan akan efektif bila ada
tanggung jawab bersama dalam memberikan pelayanan pada klien dan
keluarga. Perencanaan pemulangan didasarkan pada kebutuhan klien yang
didapatkan dari hasil pengkajian lengkap oleh tim sehingga dapat
direncanakan tanggal pemulangan dengan melibatkan pasien dan keluarga
dan pemberi pelayanan.

Perencanaan pemulangan dengan menyiapkan klien dan keluarga


bagaimana memberikan perawatan lanjutan di rumah diantaranya :
1) Mengajarkan pasien dan anggota keluarga tentang cara menangani
perawatan di rumah. Menyakinkan bahwa pasien dan keluarga
memahami apa masalahnya. Memberitahu mereka kemungkinan yang
akan terjadi dan kapan mereka diharapkan pulih total. Memberitahu
mereka bagaimana mengenali kemungkinan masalah kesehatan, dan
apa yang dilakukan bila mereka melihat tanda dan gejala masalah
tersebut.
2) Memberitahu pembatasan aktifitas pasien, apa yang dapat dan tidak
dapat dilakukan pasien. Sebagai contoh pasien harus tidur pada sisi
yang tidak dioperasi. Pasien mungkin perlu menghindari aktifitas yang
meningkatkan tekanan pada mata seperti meregang sewaktu buang air
besar.

7
3) Mendiskusikan dengan pasien dan keluarga hal-hal yang perlu mereka
lakukan untuk membuat rumah lebih aman dan lebih mudah untuk
pasien. Bila pasien tidur jauh dari kamar mandi dan belum dapat
berjalan dengan baik karena gangguan penglihatan perlu menaruh
wadah disamping tempat tidur dan mendekatkan benda-benda yang
kesehariannya dibutuhkan klien.
4) Memberitahu pasien dan keluarga tentang medikasi yang perlu
digunakan pasien. Menyakinkan mereka memahami kapan
meminumnya dan seberapa banyak. Menyakinkan bahwa pasien dan
keluarga memahami penggunaan obat minum sesuai dengan aturan.
5) Mendiskusikan perlunya pola makan atau diit nutrisi yang adekuat.
Memberitahu keluarga ada dan tidaknya makanan pantang tertentu
sehubungan dengan penyakit yang diderita.
6) Memberi pasien dan keluarga instruksi jelas untuk mengatasi nyeri.
Mencoba untuk membantu pasien menjalankan jadwal medikasi
sehingga tidak perlu bangun malam hari. Nyeri berkurang bila obat
diberikan dengan teratur sesuai jadwal. Menjelaskan bahwa nyeri
terkontrol bila obat digunakan sebelum nyeri menjadi hebat.
7) Memberi pasien bahan atau alat yang diperlukan atau memberikan
instruksi tentang cara mendapatkan hal-hal yang diperlukan.
Memberitahu pasien dengan jelas hal-hal yang harus dilakukan dengan
instruksi tertulis. Memeriksa pemahaman mereka dengan meminta
mereka untuk menunjukan cara melakukan prosedur tersebut.
8) Berbicara dengan hati-hati pada pasien dan keluarga tentang ramuan
buatan rumah dan penyembuh tradisional. Mendorong keluarga untuk
memberitahu dokter atau perawat bila pasien mengalami masalah
kesehatan serius.
9) Jika pasien perlu mengikuti perawatan lanjutan di rumah, membuat
rujukan sebelum pasien meninggalkan rumah sakit (Monica, 2005).

8
Implementasi
Menurut Feater dan Nicholas (1985) dikutip oleh Jackson (1994)
menyatakan hubungan yang aktif dan baik antar tim pelaksana dan
tersedianya dukungan dari semua pihak serta adanya fleksibilitas dari
organisasi pelayanan yaitu Rumah Sakit dan Puskesmas. Hal ini adalah
faktor yang berpengaruh pada keberhasilan dalam rencana pemulangan.
Oleh karena itu untuk pelaksanaan pasien meninggalkan rumah sakit
perlu diperhatikan yaitu:
1) Ketika pasien meninggalkan rumah sakit, sekali lagi menekankan
informasi yang telah anda berikan sebelumnya dan program dokter
untuk medikasi, tindakan, atau peralatan khusus.

2) Menekankan perjanjian rujukan sehingga pasien jelas tentang hal-hal


yang harus dilakukan.

3) Menyakinkan pasien dan keluarga memahami keterbatasan pasien,


seberapa lama hal ini akan berlangsung, bagaimana mengenali tanda
dan gejala yang perlu diwaspadai, dan tindakan yang harus mereka
lakukan untuk membantu pemulihan pasien semaksimal mungkin.

4) Mendorong pasien dan keluarga untuk datang kembali ke rumah sakit


bila kondisinya tidak membaik atau memburuk.

5) Ketika pasien pulih, memberikan motivasi untuk kembali ke


kehidupan dan perannya yang normal seperti sebelum sakit (Ester,
2005).

9
Out Come
Menurut Staff (1983) dikutip oleh Jackson (1994) bahwa suatu hasil
rehabilitasi yang efektif merupakan kombinasi dari penyusunan
perencanaan pemulangan sebelum klien masuk hingga klien keluar dari
Rumah Sakit. Menurut Coble dan Mayers (1983) dikutip oleh Jackson
(1994) menyatakan evaluasi secara kualitatif akan memberikan gambaran
adanya hubungan antara lamanya hari perawatan dengan besarnya biaya
pelayanan yang dikeluarkan dan proses kepuasan klien terhadap hal
tersebut. Apabila adanya pendekatan tim pada klien secara pribadi akan
memberikan hasil positif yaitu terjadinya pengurangan hari dan biaya
perawatan bagi klien. Marchete dan Holloman(1986) dikutip oleh Jackson
(1994) menyatakan bahwa pendekatan tim pada masa rehabilitasi akan
meningkatkan kemampuan klien dalam menentukan dan mengatur
kebutuhannya sehari-hari, melalui tim ini juga akan mempermudah untuk
memperoleh informasi dari pelayanan kesehatan di masyarakat.

Dokumentasi
Perencanaan pemulangan dalam pelaksanaannya perlu adanya
standar dalam dokumentasi (Mc.Kenna, 2000). Perencanaan pemulangan
dimulai dari pencatatan saat pengumpulan data, sampai klien masuk
karena perawatan (Fisbach,1994). Dokumentasi keperawatan merupakan
catatan klien pada proses keperawatan dan pencatatan ini merupakan
tanggung jawab dan tanggung gugat dari pelaksana perawatan.
Dokumentasi yang akurat pada proses perencanaan pemulangan sangat
penting dalam proses perawatan yang aman dan dapat
dipertanggungjawabkan ( Nordstrom dan Garduff, 1996). Hal ini juga
untuk menjamin perawatan klien secara berkelanjutan dan terorganisir.

10
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Selanjutnya Notoatmodjo menambahkan bahwa apabila penerimaan
perilaku baru melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran,
dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall).
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur suatu
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

11
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formula baru dari formulasi-formulasi yang ada
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar (Suryani, 2006) yaitu:


1) Faktor manusia: Faktor ini bisa menyangkut pendidik maupun peserta
didik. Hal yang berperan disini adalah :
a. Kematangan
b. Pengetahuan yang diperoleh sebelumnya
c. Motivasi
2) Faktor beban tugas dan materi pendidikan kesehatan, sebagai berikut:
a. Bentuk beban tugas
b. Banyaknya materi beban tugas
c. Materi yang jelas
d. Lingkungan
3) Cara pelaksanaan, sebagai berikut:
a. Fasilitas belajar dan sumber materinya
b. Rutinitasnya
c. Minat dan motivasi
d. Persiapan mental
e. Feed back atau umpan balik

12
Keuntungan Discharge Planning
Keuntungan bagi pasien adalah:
a. Dapat memenuhi kebutuhan pasien
b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai
bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c. Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
d. Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support
sebelum timbulnya masalah.
e. Dapat memilih prosedur perawatannya
f. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya.

Keuntungan bagi perawat :


a. Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
b. Menerima informasi kunci setiap waktu
c. Memahami perannya dalam system
d. Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara
yang berbeda.
f. Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

Justifikasi Metode Discharge Planning


Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di Rumah Sakit, telah
merancang berbagai bentuk format Discharge Planning, namun discharge
planning kebanyakan dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume
pasien pulang, berupa informasi yang harus di sampaikan pada pasien yang
akan pulang seperti intervensi medis dan non medis yang sudah diberikan,
jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah. Cara ini merupakan
pemberian informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga hanya untuk
sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa menjamin apakah
pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa yang dapat membuat

13
penyakitnya kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi
kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakitnya, untuk itu pelaksanaan
discharge planning di rumah sakit apalagi dengan penyakit kronis seperti
stroke, diabetes mellitus, penyakit jantung dan lain-lain yang memiliki resiko
tinggi untuk kambuh dan berulangnya kondisi kegawatan sangat penting
dimana akan memberikan proses deep-learning pada pasien hingga terjadinya
perubahan perilaku pasien dan keluarganya dalam memaknai kondisi
kesehatannya.

14
Contoh Discharge Planning
Contoh Discharge Planning yang diberikan pada pasien asma :
Yang prinsip pelaksanaannya tetap melalui proses pengkajian, sehingga perawat dapat memulai
discharge planning tergantung hasil pengkajian.

DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN TB PARU

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V


Pengetahuan Tindakan Pencegahan Pertemuan Rencana Tindak
berulang keluarga Lanjut
Objektif Obje Eval uasi Obj Obj Objekt Evalu
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
ktif ektif ektif if asi
Pengertian Bagaimana Napas Apa yang Makanan Siapa Puske
asma anda dalam anda lakuk Nutr isi apa yang Peng yang Menent smas
mengetahu i an bila anda bisa awas an akan ukan atau
bahwa meras akan meningk Obat menjadi sarana rumah
penyakit Relak adany a atkan PMO pelayan sakit ?
Penyebab yang anda sasi endap an daya pasien? an
asma rasakan Posisi dalam bat tahan kesehat
berulang ? salura n Sup port
tubuh an yang
perna fasan syste m Apa mudah
Apa yang akibat alergi Apa yang dijangk
anda ,polus i yang akan au
Tanda & lakukan bila udara Ling anda PMO
Gejala mengalami , dan sesak kung an lakukan lakukan Menent
asma kesulitan nafas bila lupa bila ukan
untuk ? minum pasien jadwal
bernafas obat ? malas minum
Penatalak dan mersa minum obat
sanaan saluran Bagaima obat Apa
pernafasan na upaya yang
menyempit anda keluarga
untuk lakukan
Berapa mencipta agar
Komplik lama anda kan mendapa
asi akan lingkung tkan
minum obat an yang dukunga
jika sehat n untuk
mengalami untuk pengobat
Cara sakit seperti penderita an
Penulara ini asma ? sampai
n ? tuntas ?

15
Apa yang
akan
Pencega terjadi bila
anda tidak
han menuntask
an minum
obat

Diagnosis Bagaimana
asma anda bisa
- Darah terkena
- penyakit
Rontgen ini ?
-
Sputum Apa yang
- anda
Mantoux lakukan
Test agar
penyakit
ini tidak
menular
kepada
yang lain ?

Apa yang
anda
lakukan
untuk
memastika
n bahwa
anda
terkena
penyakit
asma ?

16
Alur Discharge Planning

Keadaan klien
a) Klinis dan pemeriksaan penunjang
lain
b) Tingkat ketergantungan klien

Perencanaan pulang

PROGRAM HEALTH
Penyelesaian
EDUCATION
administrasi
Kontrol dan Lain-lain
obat/perawatan
Nutrisi
Aktivitas dan istirahat
Perawatan diri

Monitor (sebagai program


service safety)
Oleh:
Keluarga dan petugas

17
Keterangan:
1. Tugas perawat primer
a. Membuat perencanaan pulang (discharge planning)
b. Membuat leaflet
c. Memberikan konseling

18
d. Memberikan pendidikan kesehatan
e. Menyediakan format discharge planning
f. Mendokumentasikan discharge planning
2. Tugas perawat associate
a. Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan dan diakhiri perawatan).

19
BAB II
PENUTUP

Kesimpulan
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien
merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan
beberapa proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk
mengatur perpindahan sekelompok orang kekelompok lainnya.
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge
planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data
yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan
tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk
mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan
kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan
Keperawatan.

Saran
Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan
meningkatkan kondisi kesehatan pasien dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat
berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi
dan memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya
dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2002. Pedoman nasional penanggulangan Tuberkulosis, cetakan ke 8. Jakarta:


Depkes RI.
Harper E.A. 1998. Discharge planning: An interdisciplinary method. Silverberg Press:
Chicago, IL.
New Brunswick Department of Health and Wellness. 2002. Job definition of a discharge
planning coordinator. Author: Fredericton, NB.

iv

Anda mungkin juga menyukai