Anda di halaman 1dari 30

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“DISCHARGE PLANNING”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan

Fasilitator : Eka Mishbahatul MMHas, S.Kep.Ns.,M.Kep


Disusun oleh:

AJI/B21 Kelompok 4

Servianus G Ragung (131811123025)

Lilik Juliati (131811123004)

Heny Kurniawaty (131811123012)

Vina Hardiyanti (131811123067)

Mau’na Qurratun A (131811123041)

Siti Devi A (131811123033)

Farih Aminuddin (131811123075)

Umi Fatun Amalia (131811123049)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya kelompok dapat menyelesaikan makalah dengan tema “Discharge Planning”
dengan baik.
Kelompok juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Pihak-pihak tersebut adalah:
1. Dosen koordinator Mata Kuliah Manajemen Keperawatan yaitu Dr.Rizki Fitryasari
PK, S.Kep., Ns., M.Kep
2. Dosen fasilitator kelompok 4 Mata Kuliah Manajemen Keperawatan yaitu Ibu Eka
Mishbahatul MMHas, S.Kep.Ns.,M.Kep
3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Kelompok telah berusaha sebaik-baiknya untuk menyusun makalah ini. Namun,


makalah ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.

Surabaya, Mei 2019

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Discharge Planning....................................................... 3
2.2 Skenario Role Play Discharge Planning..................................... 16
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan....................................................................................... 27
3.2 Saran............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA 28

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien
merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning berkaitan dengan
rentang keperawatan berkelanjutan (continum of care), membimbing dan mengarahkan
pasien sepanjang waktu, di mana pun pasien berada. Proses discharge planning
menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan, keluarga, pasien, dan orang yang
penting bagi pasien (Chesca, 1982 dalam Nursalam, 2018).
Penelitian telah menunjukkan bahwa perencanaan dan tindak lanjut yang baik dapat
meningkatkan kesehatan pasien, mengurangi lama perawatan, mengurangi perawatan
berulang, meningkatkan kepuasan pasien, tenaga kesehatan dan profesional lainnya serta
mengurangi biaya kesehatan (Shepperd, S., McClaran, J., Phillips, C. O., Lannin, N. A.,
Clemson, L. M., McCluskey, A., ... & Barras, 2016). Hal ini didukung juga dengan hasil
penelitian Knier, Pm, Otr, & Stichler, (2015) bahwa pendekatan discharge planning
interprofesional yang baik meningkatkan kepuasan pasien dan kualitas pendidikan
kesehatan kepada pasien.
Di sisi lain, Hariyati dkk (2008) menyatakan bahwa masih banyak laporan tentang
pelayanan keperawatan yang belum optimal. Salah satu kegiatan keperawatan yang belum
optimal adalah discharge planning. Hal ini juga didukung oleh data dari Family Caregiver
Alliance (2009), penelitian menunjukkan bahwa akibat dari discharge planning yang tidak
baik, sebanyak 40% pasien mengalami lebih dari 65 kesalahan pengobatan setelah
meninggalkan rumah sakit, dan 18% pasien yang dipulangkan dari rumah sakit dirawat
kembali di rumah sakit dalam waktu 30 hari.
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge
planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data
yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan
tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk
mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan
kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan
Keperawatan. Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah

1
dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat
berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi
dan memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya
dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep tentang discharge planning dalam asuhan keperawatan pada
pasien?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep tentang discharge planning dalam asuhan keperawatan
pada pasien.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui Pengertian Discharge Planning
2. Mengetahui Tujuan Discharge Planning
3. Mengetahui Manfaat Discharge Planning
4. Mengetahui Jenis Discharge Planning
5. Mengetahui Prinsip Discharge Planning
6. Mengetahui Komponen Discharge Planning
7. Mengetahui Proses Pelaksanaan Discharge Planning Dalam Proses
Keperawatan.

BAB 2

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Discharge Planning

Menurut Kozier (2004), discharge planning didefenisikan sebagai proses


mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain
di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan
aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang
kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan
(Potter & Perry, 2005:1106).
The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009:10) menyatakan
bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan
kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain.
Perencanaan pulang merupakan proses perencanaan sistematis yang
dipersiapkan bagi pasien untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan koordinasi
dengan fasilitas kesehatan yang ada atau yang telah ditentukan serta bekerjasama
dengan pelayanan sosial yang ada di komunitas, sebelum dan sesudah pasien
pindah/pulang (Carpenito, 2002 dalam Hariyati dkk, 2008:54).
Discharge planning dilakukan sejak pasien diterima di suatu pelayanan
kesehatan di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin
diperpendek (Sommerfeld, 2001 dalam Rahmi, 2011:10). Discharge planning yang
efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi
yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa
keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang
dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).

Program discharge planning (perencanaan pulang) pada dasarnya merupakan


program pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang
meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan
gejala penyakit pasien (Potter & Perry, 2005 dalam Herniyatun dkk, 2009:128).
Informasi diberikan kepada pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk

3
dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan, pasien dan keluarganya
harus mengetahui bagaimana cara manajemen pemberian perawatan di rumah dan
apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan
karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak
siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan meningkatknya komplikasi yang
terjadi pada pasien (Potter & Perry, 2006). Program yang dilakukan oleh perawat
ini, tidak selalu sama antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Hal ini
bisa terjadi ketika sistem perawatan yang digunakan adalah berbeda, misalnya
menggunakan sistem keperawatan utama (primer). Sistem ini mewajibkan seorang
perawat bertanggung jawab melakukan koordinasi perawatan untuk kelompok klien
tertentu, mulai dari mereka masuk sampai pulang (Potter & Perry, 2005:96).
National Council of Social Service, (2006) dalam Wulandari (2011:9)
menyatakan bahwa “discharge planning merupakan tujuan akhir dari rencana
perawatan, dengan tujuan untuk memberdayakan klien untuk membuat keputusan,
untuk memaksimalkan potensi klien untuk hidup secara mandiri, atau agar klien dapat
memanfaatkan dukungan dan sumber daya dalam keluarga maupun masyarakatnya”.

2.2.Pemberi Layanan Discharge Planning


Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan
multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam
memberi layanan kesehatan kepada pasien (Potter & Perry, 2006).
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan
berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi
sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas
kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan dan memotivasi staf rumah sakit
untuk merencanakan serta mengimplementasikan discharge planning (Discharge
Planning Association, 2008 dalam Siahaan, 2009:11).

4
Seorang discharge planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan,
memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan. Discharge
planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses perawatan
pasien dan dalam tim discharge planner rumah sakit, karena pengetahuan dan
kemampuan perawat dalam proses keperawatan sangat berpengaruh dalam memberikan
kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning (Caroll & Dowling, 2007
dalam Rahmi, 2011:12).

2.3.Penerima Discharge Planning


Menurut Rice (1992) dalam Potter & Perry (2005:93), setiap pasien yang
dirawat di rumah sakit memerlukan discharge planning atau rencana pemulangan.
Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua
rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008 dalam Siahaan, 2009:12).
Discharge planning atau rencana pemulangan tidak hanya melibatkan pasien tapi juga
keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa
pelayanan kesehatan dan sosial bekerja sama (The Royal Marsden Hospital, 2004
dalam Siahaan, 2009:11).

2.4.Tujuan Discharge Planning


Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk
mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Carpenito,
1999 dalam Rahmi, 2011:10). Tindakan ini juga bertujuan memberikan
pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit
dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge Planning
Association, 2008 dalam Siahaan, 2009:12).
Taylor et al (1989) dalam Yosafianti & Alfiyanti (2010:115) juga menyatakan
bahwa discharge planning adalah proses sistematis yang bertujuan menyiapkan pasien
meninggalkan rumah sakit untuk melanjutkan program perawatan yang berkelanjutan
dirumah atau diunit perawatan komunitas.
Secara lebih terperinci The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan
(2009:12-13) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning adalah:

5
a. Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di
transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui.
b. Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan
untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan.
c. Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua
fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima
pasien.
d. Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan
keluarga dengan menyediakan serta memandirikan aktivitas perawatan diri.

2.5.Manfaat Discharge Planning


Wulandari (2011:11) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa manfaat
dari pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission)
b. Mengantispasi terjadinya kegawatdaruratan seletah kembali ke rumah c.
Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit
d. Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan e.
Menghemat biaya selama proses perawatan
f. Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau di
masyarakat karena perencanaan yang matang.
g. Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.
Sedangkan menurut Nursalam (2011), perencanaan pulang mempunyai manfaat
sebagai berikut :
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat penjaran selama di rumah sakit
sehingga bisa dimanfaatkan waktu sewaktu dirumah.
b. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas
keperwatan pasien.
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien
dan mengidentifikasi kekambuhan atau keperawatan baru.
d. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan rumah.

6
2.6.Jenis Discharge Planning
Menurut Chesca (1982) dalam Nursalam (2015), discharge planning dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge). Keadaaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi. Klien untuk
sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit
atau Puskesmas terdekat.
b. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge). Cara ini merupakan akhir dari
hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat kembali,
maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
c. Pulang paksa (judicial discharge). Kondisi ini klien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus
dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat.

2.7.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Discharge Planning


Menurut Potter & Perry (2005) dalam Herniyatun (2009:128), program
perencanaan pulang (discharge planning) pada dasarnya merupakan program
pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien. Keberhasilan dalam pemberian
pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari perawat dan
juga dari pasien. Menurut Notoadmodjo (2003) dalam Waluyo (2010:17-18), faktor
yang berasal dari perawat yang mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian
pendidikan kesehatan adalah sikap, emosi, pengetahuan dan pengalaman masa
lalu.
a. Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan mempengaruhi penyampaian informasi
kepada pasien, sehingga informasi akan lebih jelas untuk dapat dimengerti
pasien.
b. Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan pendidikan kesehatan. Pengendalian emosi yang baik akan
mengarahkan perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-hati dan telaten. Dengan
demikian informasi yang disampaikan lebih mudah diterima pasien.
c. Pengetahuan adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan. Perawat harus
memiliki pengetahuan yang cukup untuk memberikan pendidikan kesehatan.

7
Pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan perawat pada kegiatan
pembelajaran pasien. Pasien akan semakin banyak menerima informasi dan
informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Pengalaman masa lalu perawat berpengaruh terhadap gaya perawat dalam
memberikan informasi sehingga informasi yang diberikan akan lebih terarah sesuai
dengan kebutuhan pasien. Perawat juga lebih dapat membaca situasi pasien
berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.
Sedangkan faktor yang berasal dari pasien yang mempengaruhi keberhasilan
dalam pemberian pendidikan kesehatan, menurut Potter & Perry (1997), Suliha dkk
(2002) dan Machfoedz dkk (2005) yang dikutip oleh Waluyo (2010:18-19) adalah
motivasi, sikap, rasa cemas/emosi, kesehatan fisik, tahap perkembangan dan
pengetahuan sebelumnya, kemampuan dalam belajar, serta tingkat pendidikan.
a. Motivasi adalah faktor batin yang menimbulkan, mendasari dan mengarahkan pasien
untuk belajar. Bila motivasi pasien tinggi, maka pasien akan giat untuk
mendapatkan informasi tentang kondisinya serta tindakan yang perlu
dilakukan untuk melanjutkan pengobatan dan meningkatkan kesehatannya.
b. Sikap positif pasien terhadap diagnosa penyakit dan perawatan akan memudahkan
pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan pendidikan kesehatan.
c. Emosi yang stabil memudahkan pasien menerima informasi, sedangkan
perasaan cemas akan mengurangi kemampuan untuk menerima informasi.
d. Kesehatan fisik pasien yang kurang baik akan menyebabkan penerimaan informasi
terganggu.
e. Tahap perkembangan berhubungan dengan usia. Semakin dewasa usia kemampuan
menerima informasi semakin baik dan didukung pula pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya.
f. Kemampuan dalam belajar yang baik akan memudahkan pasien untuk
menerima dan memproses informasi yang diberikan ketika dilakukan pendidikan
kesehatan. Kemampuan belajar seringkali berhubungan dengan tingkat pendidikan
yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang umumnya
kemampuan belajarnya juga semakin tinggi.
Indikator hasil yang diperoleh harus ditujukan untuk keberhasilan discharge
planning pasien, yaitu:

8
a. Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat- obatan
dan tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi keperawatan tingkat
lanjut, dan respon ynag diambil pada kondisi kedaruratan.
b. Pendidikan khusus diberikan kepada pasien dan keluarga untk memastikan
perawatan yang tepat setelah klien pulang.
c. Sistem pendukung di masyarakat dikoordinasikan agar memungkinkan pasien untuk
kembali ke rumahnya dan untuk membantu klien dan keluarga membuat koping
terhadap perubahan dalam status kesehatan pasien.
d. Melakukan relokasi pasien dan koordinasi sistem pendukung atau memindahkan
pasien ke tempat pelayanan kesehatan lain.

2.8.Prinsip Discharge Planning


Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke
lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan.
Menurut Nursalam (2018), prinsip-prinsip yang diterapkan dalam perencanaan
pulang adalah sebagai berikut:
a. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan
dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
b. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang
mungkin muncul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah
yang muncul di rumah dapat segera di antisipasi.
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan
pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan
dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di
masyarakat.
e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap
pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaaan pulang harus dilakukan.
Selain prinsip-prinsip tersebut, dalam modul yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik-Departemen Kesehatan R.I (2008) dalam Wulandari

9
(2011:13-14), prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan perawat dalam membuat
discharge planning (perencanaan pulang) adalah:
a. Dibuat Pada Saat Pasien Masuk
Pengkajian pada saat pasien masuk akan mempermudah proses pengidentifikasian
kebutuhan pasien. Merencanakan pulang pasien sejak awal juga akan
menurunkan lama waktu rawat yang pada akhirnya akan menurunkan biaya
perawatan.
b. Berfokus Pada Kebutuhan Pasien
Perencanaan pulang tidak berfokus pada kebutuhan perawat atau tenaga kesehatan
atau hanya pada kebutuhan fisik pasien. Lebih luas, perencanaan pulang berfokus
pada kebutuhan pasien dan keluarga secara komprehensif.
c. Melibatkan Berbagai Pihak Yang Terkait
Pasien, keluarga, dan care giver dilibatkan dalam membuat perencanaan. Hal ini
memungkinkan optimalnya sumber-sumber pelayanan kesehatan yang sesuai untuk
pasien setelah ia pulang.
d. Dokumentasi Pelaksanaan Discharge Planning
Pelaksanaan discharge planning harus didokumentasikan dan dikomunikasikan
kepada pasien dan pendamping minimal 24 jam sebelum pasien dipindahkan.

2.9.Komponen/Unsur Discharge Planning


Komponen yang dapat mendukung terselengaranya discharge planning yang
efektif adalah keterlibatan pasien dan keluarga, kolaborasi antara tim kesehatan, dan
dukungan dari care giver/pendamping pasien. Hal lain yang tidak kalah penting adalah
mengidentifikasi kesiapan komunitas/keluarga dalam menerima pasien kembali ke
rumah (Wulandari, 2011:19).
Discharge Planning Association (2008) dalam Siahaan (2009:21) menyatakan
bahwa unsur-unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara
lain:
a. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat
dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan.
b. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang
umum terjadi.

10
c. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain,
dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan
diadakannya.
d. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,
latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
e. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan insulin,
dan lain-lain).
f. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan
dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi
setiap janji untuk control.
g. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa
dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
h. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat yang
menjenguk, penolong, pembantu jalan/walker, kanul, oksigen, dan lain- lain)
beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung
jawab untuk menyediakan pelayanan.

2.10. Pelakasanaan Discharge Planning dan Proses Keperawatan


Proses discharge planning memiliki kesaman dengan proses keperawatan.
Kesamaan tersebut bisa dilihat dari adanya pengkajian pada saat pasien mulai di rawat
sampai dengan adanya evaluasi serta dokumentasi dari kondisi pasien selama
mendapatkan perawatan di rumah sakit. Pelaksanaan discharge planning menurut Potter
& Perry (2005:102) secara lebih lengkap dapat di urut sebagai berikut:
a. Sejak waktu penerimaan pasien, lakkukan pengkajian tentang kebutuhan pelayanan
kesehatan untuk pasien pulang, dengan menggunakan riwayat keperawatan, rencana
perawatan dan pengkajian kemampuan fisik dan fungsi kognitif yang dilakukan
secara terus menerus.
b. Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang berhubungan
dengan terapi di rumah, hal-hal yang harus dihindarkan akibat dari gangguan
kesehatan yang dialami, dan komplikasi yang mungkiin terjadi.
c. Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor-faktor lingkungan di rumah yang dapat
mengganggu perawatan diri (contoh: ukuran kamar, lebar jalan, langkah, fasilitas

11
kamar mandi). (Perawat yang melakukan perawatan di rumah hadir pada saat
rujukan dilakukan, untuk membantu pengkajian).
d. Berkolaborasi dngan dokter dan disiplin ilmu yang lain dalam mengkaji
perlunya rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau di tempat pelayanan
yang lainnya.
e. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan tersebut.
f. Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan klien
setelah pulang.
g. Tetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, lakukan implementasi rencana
keperawatan. Evaluasi kemajuan secara terus menerus. Tentukan tujuan pulang
yang relevan, yaitu sebagai berikut:
1) Pasien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya.
2) Pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individualnya.
3) Lingkungan rumah akan menjadi aman
4) Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah
Persiapan Sebelum Hari Kepulangan Pasien
a. Anjurkan cara-cara untuk merubah pengaturan fisik di rumah sehingga
kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
b. Berikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di masyarakat
kepada pasien dan keluarga.
c. Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin setelah
pasien di rawat di rumah sakit (contoh: tanda dan gejala, komplikasi,
informasi tentang obat-obatan yang diberikan, penggunaan perawatan medis
dalam perawatan lanjutan, diet, latihan, hal-hal yang harus dihindari sehubungan
dengan penyakit atau oprasi yang dijalani). Pasien mungkin dapat diberikan
pamflet atau buku.
Pada Hari Kepulangan Pasien
a. Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu
berkaitan dengan perawatan di rumah (sesuai pilihan).

12
b. Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan
pengobatan, atau alat-alat khusus yang diperlukan pesan harus ditulis sedini
mungkin).
c. Tentukan apakah pasien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk
pulang ke rumah.
d. Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan seluruh
barang-barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi jika
diperlukan.
e. Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang masih
tertinggal. Carilah salinan daftar barang-barang berharga milik pasien yang
telah ditandatangani dan minta satpam atau administrator yang tepat untuk
mengembalikan barang-barang berharga tersebut kepada pasien. Hitung semua
barang-barang berharga yang ada.
f. Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter. Periksa
kembali instruksi sebelumnya.
g. Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien masih
perlu membayar sisa tagian biaya. Atur pasien atau keluarga untuk pergi ke
kantor tersebut.
h. Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang pasien.
berikan kursi roda untuk pasien yang tidak bisa berjalan sendiri. Pasien yang
meninggalkan rumah sakit dengan mobil ambulans akan dipindahkan dengan
kereta dorong ambulans.
i. Bantu pasien pindah ke kursi roda atau kereta dorong dengan mengunakan
mekanika tubuh dan teknik pemindahan yang benar. Iringi pasien masuk ke
dalam lembaga dimana sumber transaportasi merupakan hal yang
diperhatikan.
j. Kunci kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil atau alat transportasi lain.
k. Bantu keluarga memindahkan barang-barang pribadi pasien ke dalam
kendaraan tersebut.
l. Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan dan departemen lain
yang berwenang mengenai waktu kepulangan pasien.

13
m. Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapa
institusi pasien akan menerima salinan dari format tersebut.
n. Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasien pulang.

14
Alur Disharge Planning

Dokter dan tim


kesehatan lain Ners dan PP dibantu PA

Penentuan keadaan pasien :


1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan Pulang

Penyelesaian Program HE : Lain - lain


Administrasi - Kontrol dan Obat/nersan
- Nutrisi
- Aktivitas dan istirahat
- Perawatan diri

Monitor (sebagai program


service safety) oleh keluarga dan
petugas

Gambar 2.1. Alur Discharge Planning (Nursalam, 2015)

15
SKENARIO ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING

1. Pelaksanaan Kegiatan :
Topik : Discharge planning perawatan klien dengan diagnosa medis Diabetes
Melitus dengan Luka Gangren.
Hari/tanggal : Senin, 19 April 2019
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Bougenville
Pelaksana : Karu, Katim, Perawat pelaksana
Sasaran : Klien dan keluarga klien
2. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Servianus G Ragung
Ketua Tim (PP) : Lilik Juliati
Perawat Pelaksana (PA) : Heny Kurniawaty
Dokter : Farih Aminuddin
Klien : Ma’una Qurratul A
Keluarga Pasien : Vina Hardiyanti, Ummi Fatun Amalia
3. Instrumen
1) Status klien
2) Format discharge planning (terlampir)
3) Leaflet (terlampir)
4) Obat-obatan, hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang

4. Mekanisme kegiatan
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. Karu mengucapkan salam kemudian 10 menit Ruang Karu
menanyakan bagaimana persiapan Ketua Karu
Tim untuk pelaksanaan discharge planning
2. Ketua Tim sudah siap dengan status klien Katim
dan format discharge planning
3. Menyebutkan masalah-masalah klien Katim

16
4. Menyebutkan hal-hal yang perlu diajarkan Katim
pada klien dan keluarga.
5. Karu memeriksa kelengkapan discharge Karu
planning

Pelaksana 1. Karu membuka acara discharge planning 30 menit Bed Karu


an 2. Ketua Tim dibantu perawat pelaksana pasien Katim dan Perawat
menyampaikan pendidikan kesehatan, dan pelaksana
menjelaskan tentang:
1) Memotivasi pasien untuk mematuhui diet
yang sudah ditetapkan yaitu rendah lemak,
rendah glukosa, tinggi serat sebagai cara
efektif untuk mengendalikan lemak darah,
gula darah dan kolesterol.
2) Menjelaskan tanda-tanda hipoglikemi
(kadar gula darah turun) seperti
mengantuk, binggung, lemas, keringat
dingi, mual muntah.
3) Menjelaskan penatalaksanaan hipoglikemi
4) Menjelaskan pentingnya merawat kaki dan
mencegah luka:
a. Jaga luka tetap bersih dan kering
b. Hindari penekanan yang lama pada
kaki yang luka
c. Anjurkan pada klien dan keluarga
untuk membersihkan kaki dengan
sabun terutama disela-sela jari
d. Potong kuku jari kaki mengikuti
lekukkan jari kaki jangan memotong
kuku berbentuk lurus pada tepinya
karena dapat menyebabkan tekanan
pada jari-jari yang berdekatan

17
e. Hati-hati saat mengikir tepi kuku yang
kasar untuk mencegah kerusakan kuku
f. Hindari merendam kaki berlama-lama
dan mengunakan air panas
g. Gunakan pelembab untuk kulit yang
kering
h. Pakai kaos kaki yang terawat dari
bahan kualitas baik
i. Anjurkan klien untuk melakukan
latihan kaki untuk mempertahankan
sirkulasi
j. Informasi kepada klien mengenai alas
kaki
k. Hindari berjalan tanpa alas kaki
l. Anjurkan klien untuk memakai sepatu
yang pas, tidak sempit
m. Periksa sepatu dari benda asing setiap
hari
n. Hindari memakai kaos kaki yang
sempit
o. Gunakan sepatu yang terbuat dari
bahan yang menyerap
p. Ganti sepatu bila sudah rusak
4) Menganjurkan tetap untuk kontrol gula
darah secara rutin.
5) Minum obat secara teratur.
Menjelaskan jangan menghentikan terapi
obat tanpa konsultasi dengan dokter
6) Ketua Tim menanyakan kembali kepada
klien dan keluarga tentang materi yang
telah disampaikan
7) Ketua Tim mengucapkan terima kasih

18
8) Pendokumentasian
9) Timbal balik antara Karu, Ketua Tim,
Perawat pelaksana dengan keluarga klien

Penutup Karu memberikan pujian dan masukan atau 2 menit Ruang Karu
saran kepada Ketua Tim dan perawat pelaksana Karu

DIALOG SKENARIO ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING

19
Kepala Ruangan : Servianus G Ragung
Ketua Tim (PP) : Lilik Juliati
Perawat Pelaksana (PA) : Heny Kurniawaty
Dokter : Farih Aminuddin, SpPD
Klien : Ma’una Qurratul A
Keluarga Pasien : Vina Hardiyanti, Ummi Fatun Amalia

Pasien Ny. M (46 thn), pada tanggal 19 Mei 2019 masuk IRD RS X dengan keluhan badan
lemas dan luka di kaki kanan. Hasil pemeriksaan gula darah sesaat (GDS): 350 mg/dl. Diagnose
medisnya Diabetes melitus dan diabetic foot di dorsalis pedis dextra. Lukanya berbau dan
eksudat banyak. Selama di rumah, lukanmya dirawat menggunakan ramuan herbal. Pasien
kemudian dirawat di ruang Bougenville.

Pada tanggal 20 April 2019 pasien divisite oleh dokter Farih bersama dengan perawat primer.

Di ruang Bougenville
Dokter : Selamat pagi bu ?
Pasien : Pagi dok
Dokter : Saya dokter Farih, saya yang akan menangani ibu selama disini.
Apakah ada yang dikeluhkan bu?
Pasien : Untuk sekarang ini tidak ada keluhan dok. Hanya saya masih kuatir
dengan kaki saya yang luka
Dokter : Oke. Gula darah ibu kemarin 350 mg/dl. Apakah obat yang diberi
kemarin sudah diminum? Hari ini kita akan cek ulang gula darah ibu.
Pasien : Sudah saya minum dok. Cek gula darah lagi ya dok?
Dokter : iya bu.
Dokter : Ns. Heny tolong persiapkan untuk program pemeriksaan gula darah
puasa dan 2 jam pp, kalau sudah ada hasil nanti lapor dan kita evaluasi
kembali pengobatannya.

20
Perawat Primer : Baik dok. Gula darah puasanya sudah diambil, tinggal gula darah 2
jam setelah makan. Apakah ada hal lain yang harus dilakukan?
Dokter : Rawat luka sehari sekali setiap pagi.
Perawat primer : baik dok, sesuai perencanaan kita, lukanya dirawat setiap hari.
Dokter : Jadi ibu masih satu kali ambil darahnya yaa.
Pasien : Baik dok.
Perawat primer : Baik Ny.M. Silahkan istirahat. Apabila membutuhkan sesuatu silah kan
tekan bel yang dibelakang Ny.M
Pasien : baik sus. terimakasih

Setelah dokter melakukan visite, PP mendelegasikan kepada PA untuk melaksanakan program


yang telah diberikan oleh dokter Farih.

Perawat primer :Baik teman-teman untuk program perawatan Ny.M yaitu pemeriksaan
gula darah dan perawatan luka setiap pagi. Kalau hasil pemeriksaan GDP
dan GD2PP sudah ada, kita lapor lagi ke dokter Farih.
Perawat associate :Baik bu, apakah ada hal lain yang harus dilakukan
Perawat Primer :Tolong tanyakan pasien, pagi ini makan jam berapa? Supaya gula darah
setelah makan, bisa diambil 2 jam kemudian.
Perawat associate : Baik bu

Setelah dilakukan pengobatan dan perawatan luka selama 5 hari Ny.M mengalami perbaikan
kondisi dengan hasil akhir gula darah puasa 150 mg/dl dan gula darah 2 jam setelah makan 160
mg/dl dan kondisi luka bersih, tidak berbau dan eksudat atau nanah tidak ada. Dokter
melakukan visite dan menyatakan pasien bisa pulang dan rawat jalan hari ini.

Persiapan pasien pulang atau discharge planning.


Tahap Persiapan di ruang Karu
Karu :”selamat pagi rekan-rekan, agenda kita pagi hari ini untuk pasien Ny. M
adalah melakukan Discharge Planning karena kondisi pasien sudah
membaik dan hari ini diperbolehkan pulang atau rawat jalan. Bagaimana
persiapan Katim dari pasien Ny. M?”

21
Perawat primer :”baik, untuk persiapan discharge planning pada pasien Ny. M sudah siap.
Status pasien dan format discharge planning sudah siap. Masalah pasien saat
ini adalah gula darah masih fluktuasi dan luka di kaki sebelah kiri belum
sembuh sehingga perlu diinformasikan kepada pasien dan keluraga mengenai
diet, cara perawatan luka di rumah, dan tanda-tanda terjadi kekambuhan dan
kegawatan pada pasien, minum obat antidiabetik sesuai jadwal dan dosis
serta tanggal kontrol”
Karu :”baik, terima kasih untuk Ns.Heny. Untuk berkasnya saya periksa dulu”
Perawat Primer :”baik pak ini berkasnya beserta format discharge planningnya”

Setelah Karu memeriksa kelengkapan berkas, Karu PP dan PA ke ruangan pasien untuk
melakukan discharge planning
Tahap pelaksanaan
Karu :”selamat pagi ibu M, bagaimana kabar ibu hari ini?”
Pasien :”selamat pagi pak. Alhamdulillah semakin baik”
Karu :”alhamdulilah, hari ini ada kabar gembira untuk ibu. Jadi hari ini ibu
diperbolehkan untuk pulang. Namun sebelum pulang keluarga harus mengurus
administrasi”
Pasien :”mohon maaf pak untuk administrasinya sudah diurus semua, ini berkasnya”
Karu :”o.. baik, bagus sekali kalau begitu. Namun ada satu hal lagi yang perlu dilakukan
terkait dengan kepulangan Ibu. Nanti Ns. Heny akan menyampaikan hal-hal yang
terkait dengan perawatan bapak di rumah, bagaimana apakah bapak bersedia?”
Pasien :”iya pak, boleh. Silahkan”
Perawat Primer :”baik pak, dari hasil pemeriksaan gula darah ibu Rina sudah normal, luka
dikaki akibat Diabetes juga mulai sembuh. Prinsip dari penyakit Diabetes
yaitu ibu Rina harus menjaga pola hidup sehat. Apabila pola hidup ibu Rina
sehat, maka resiko kecil luka akan timbul lagi. Baik, disini saya akan
menyampaikan beberapa hal untuk perawatan ibu Rina di rumah (sambil
memberikan leaflet)
1. Ibu harus mematuhi pola makan 3J yaitu tepat jumlah, tepat jenis, tepat
jadwal. Konsumsi makanan yang rendah lemak, rendah glukosa, tinggi
protein ini untuk mengendalikan lemak darah, gula darah dan kolesterol

22
seperti beras merah, hindari asin, jeroan, masakan bersantan serta makan
sesuai jadwal.
2. Ibu harus teratur minum obat anti diabet. Ibu harus ingat obat anti diabet
diminum 30 menit sebelum makan. Jangan menghentikan terapi obat
tanpa konsul dengan dokter. Bapak dan keluarga harus mengawasi ibu
untuk meminum obatnya.
3. Ibu harus rajin control, seminggu lagi ibu bisa control di poli penyakit
dalam dengan dokter yang merawat ibu kemarin. Atau ibu bisa control di
pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas. Apabila ada keluhan
sebelum waktuya control, ibu bisa segera datang ke RS atau puskesmas
terdekat.
4. Ibu harus rajin berolahraga, seperti berjalan kaki 10-15menit. Yang perlu
diingat ibu harus bawa permen manis. Saat setelah selesai olahraga ibu
disarankan makan permen manis supaya tidak lemas (hipoglikemi).
5. Ibu dan bapak harus mengenali tanda-tanda hipoglikemi (kadar gula darah
turun) seperti mengantuk, binggung, lemas, keringat dingin, mual muntah,
maka keluarga bisa membuatkan teh manis, kemudian harus segera pergi
ke pelayanan kesehatan.
6. Ibu dan keluarga harus melakukan perawatan kaki dan mencegah luka
baru seperti tidak memakai sepatu yang sempit, harus memakai alas kaki,
dan hindari kulit yang lembab. Apabila terjadi luka, jaga luka tetap bersih
dan kering serta hindari penekanan yang lama pada kaki yang luka.

Perawat Primer : “Bagaimana Bu..sudah mengerti? ada yang ditanyakan ibu bapak?”
Keluarga px :”apabila saya ada keluhan bisa menghubungi kemana ya sus?”
Perawat Primer :”Ibu bisa menghubungi ke nomor telepon yang tertera di surat kontrol
ini, ada lagi yang ingin ditanyakan?”
Keluarga px :”apakah untuk pemeriksaan gula darah hanya dilakukan seminggu saat
kontrol, sus?”
Perawat primer :”tidak ibu bapak, pemeriksaan bisa dilakukan kapan saja saat ibu Rina
ingin mengetahui kadar gula darahnya.”
Anak px :”ohh begitu, jadi kontrol nya tidak harus di sini ya sus?”

23
Perawat primer : “iya pak, bisa di puskesmas atau di rumah sakit ini.”
Anak Pasien : “jadi begitu ya sus. Nanti kalau ada yang ingin saya tanyakan, saya
akan telpon ke No. tadi ya sus. Terimakasih
Perawat Primer : ”baik kalau tidak ada pertanyaan lagi, kita lanjutkan ya, selain itu hal
ini juga perlu bapak dan kelurga ketahui, yaitu:
1. Cara perawatan kaki
a. Ibu sendiri atau bisa dibantu keluarga harus membersihkan kaki dengan
sabun terutama disela-sela jari
b. Potong kuku jari kaki mengikuti lekukkan jari kaki jangan memotong
kuku berbentuk lurus pada tepinya karena dapat menyebabkan tekanan
pada jari-jari yang berdekatan
c. Hati-hati saat mengikir tepi kuku yang kasar untuk mencegah kerusakan
kuku
d. Hindari merendam kaki berlama-lama dan mengunakan air panas
e. Gunakan pelembab untuk kulit yang kering
f. Pakai kaos kaki yang terawat dari bahan kualitas baik
g. latihan kaki untuk mempertahankan aliran darah yang baik.
h. Untuk kaki kanan yang mengalami luka : tidak boleh terkena air, kalau
mandi dibungkus dengan plastik supaya tidak basah, jika balutan luka
kotor sekali bisa diganti dengan balutan baru dan diplester rapat, tidak
boleh menambah ramuan herbal atau ramuan lainnya di luka. Kontrol ke
poli bedah sesuai jadwal untuk perawatan luka selanjutnya.
2. Mengenai alas kaki
a. Hindari berjalan tanpa alas kaki
b. Pakai sepatu yang pas, tidak sempit
c. Periksa sepatu dari benda asing setiap hari
d. Hindari memakai kaos kaki yang sempit
e. Gunakan sepatu yang terbuat dari bahan yang menyerap
f. Ganti sepatu bila sudah rusak
Perawat primer :”bagaimana bu sudah jelas?”
Pasien :”sudah sus. Jadi saya nanti makannya harus sesuai jumlah jenis dan
jadwal. Serta olahraga 10-15 menit/ minggu dan tidak boleh memakai

24
kaos kaki yang ketat. Apabila ada yang kurang jelas saya boleh telpon
sewaktu-waktu ke sini.”
Pasien menyampaikan kembali materi yang telah diajarkan dengan baik

Perawat Primer :”Bagus sekali ibu M, saya kira ibu cukup paham dengan apa yang
disampaikan oleh perawat. Nanti bisa sambil baca leaflet yang tadi saya
kasih. Terima kasih atas kerjasamanya.”
Pasien :”iya sus, sama-sama”
Perawat Primer :”baik ibu M, saya kira semua sudah disampaikan dan ibu sudah paham.
Sekarang ibu dan keluarga diperbolehkan untuk bersiap-siap
meninggalkan ruangan ini. Dan kami mohon maaf apabila selama
perawatan ibu disini ada yang kurang. Semoga ibu sehat selalu.”
Pasien :”iya pak, tidak apa-apa. Terima kasih banyak”
Perawat Primer :”mohon maaf, untuk kendaraan pulang apakah pihak keluarga sudah
mempersiapkan?”
Anak px :”sudah, saya sudah menyiapkan kendaraan dari rumah pak.”
Karu :”baiklah, hati-hati dijalan ya bu. Untuk persiapan pulang, ibu Rina akan
dibantu oleh perawat”
Pasien :”terima kasih pak”

Kemudian Karu dan TIM kembali keruangan


Tahap penutup
Karu :”terima kasih atas kerjasama rekan-rekan semua, saya kira untuk kegiatan
discharge planning pada pagi hari ini cukup bagus, namun saya harap untuk
kedepannya lebih ditingkatkan lagi untuk kenyamanan dan kepuasan pasien dan
kelurga”
PP/PA :”baik pak”.
Karu :”baik selamat bertugas kembali, dan tetap jaga diri dan semangat”
PP/PA :” baik Pak”

BAB 3
PENUTUP

25
3.1. Simpulan
Discharge planning adalah komponen sistem perawatan berkelanjutan sebagai
perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya yang dituliskan untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit
yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum, sehingga pasien dan
keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan
dengan kondisi penyakitnya.
Tujuan utama discharge planning adalah membantu klien dan keluarga untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sedangkan, manfaat discarge planning bagi
pasien diantaranya dapat menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali ke rumah
sakit, dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa
diagnosa serta dapat kembantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan
biaya pengobatan.

3.2. Saran
3.2.1 Bagi institusi
Diharapkan institusi dapat melaksanakan tahap-tahap discharge planning dalam
memberikan suhan keperawatan pada pasien secara tepat.
3.2.2 Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang tata cara pelaksanaan
discarge planning dalam memberikan suhan keperawatan pada pasien secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA

26
Alfianti & Yosafianti. (2010). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Persiapan Pasien Pulang
Terhadap Kepuasan Pasien Tentang Pelayanan Keperawatan Di RS Romani Semarang.
Diakses dari http://jurnal.unimus.ac.id pada tanggal 31 maret 2019.

Haryati, R. Arifah, E. Handayani H. (2008). Evaluasi Model Perencanaan Pulang Yang


Berbasis Teknologi Informasi. Diakses dari http://repository.ui.ac.id pada tanggal 31
Maret 2019.

Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2010). Buku Ajar Fondamental Keperawatan : Konsep, Proses
& Praktik, Volume : 1, Edisi : 7. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2009). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. (2018). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisis 5. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam., Efendi, F. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : Salamba Medika.

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005)Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.

Rahmi, U. (2011) Pengaruh Discharge Planning Terstruktur Terhadap Kualitas Hidup Pasien
Stroke Iskemik di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan dan RS Al-Islam Bandung. Tesis
Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Diunduh pada tanggal 31 Maret
2019.

Siahaan, Marthalena. 2009. “Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat
terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan di
RSUP H. Adam Malik Medan”. Skripsi S-1 Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Knier, S., Pm, M. B. A., Otr, L., & Stichler, J. F. (2015). Patients ’ Perceptions of the Quality
of Discharge Teaching and Readiness for Discharge, 30–39.
https://doi.org/10.1002/rnj.164

Shepperd, S., McClaran, J., Phillips, C. O., Lannin, N. A., Clemson, L. M., McCluskey, A., ...
& Barras, S. L. (2016). Discharge planning from hospital ( Review ) SUMMARY OF
FINDINGS FOR THE MAIN COMPARISON. Cochrane Database Syst Rev, (1), 74.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD000313.pub5.www.cochranelibrary.com

27

Anda mungkin juga menyukai