Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN JIWA DI


RUMAH

Bidang studi : Keperawatan Jiwa


Topik : Kepatuhan Minum Obat Pasien Jiwa Di Rumah
A. Tujuan Instruksional
1. Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, keluarga mampu
memahami tentang kepatuhan minum obat pada pasien jiwa di rumah.
2. Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu:
a. Memahami tentang kepatuhan minum obat
b. Menyebutkan pengertian obat gangguan jiwa
c. Menyebutkan tujuan minum obat
d. Menyebutkan macam-macam obat
e. Menyebutkan efek samping dari obat
f. Menyebutkan apa yang dimaksud dengan putus obat
g. Menyebutkan penyebab putus obat
h. Menyebutkan tanda dan gejala putus obat
i. Menyebutkan apa yang harus dilakukan keluarga untuk
mendukung pengobatan
j. Menyebutkan cara minum obat 6 benar

B. Perencanaan Penyuluhan
1. Waktu
a. Hari : Sabtu
b. Tanggal : 02 Oktober 2021
c. Jam : 09.00 WIB
2. Tempat : Poliklinik RS Jiwa Daerah Lampung
3. Sasaran : Keluarga dan Klien Poliklinik
4. Metode : Ceramah, diskusi/ tanya jawab
5. Media : Leaflet
6. Materi Penyuluhan: Terlampir

C. Pengorganisasian
1. Penyuluh : Mulyono
Tugas : Memberikan materi penyuluhan
2. Moderator : Ramadhani
Tugas : Mengatur jalannya penyuluhan, time keeper, membuka
sesi tanya jawab, mengarahkan peserta, menyimpulkan
materi penyuluhan.
3. Fasilitator : Tesi Noviana, Yocie Ajeng Triditia AH, Ira Mariam, Yesi
Agraini, Roni Prasetyo, Meiqi Suhendra
4. Observer : Eis winangsih
5. anggota : Eka iriyanto
ferriyal sepriza
Habib Budiyansyah
Dewi yuliana
Ulfa novliza
Yulisa trihasanah
Senorita Bonita

D. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
3 menit Pembukaan:  Menjawab salam
 Membuka kegiatan dengan  Mendengarkan
mengucapkan salam.  Memperhatikan
 Memperkenalkan diri  Menjawab
 Menjelaskan topik dan tujuan dari pertanyaan yang
penyuluhan diajukan penyaji
 Menggali pengetahuan tentang
kepatuhan minum obat

15 Pelaksanaan:  Memperhatikan
menit Menjelaskan materi tentang,
 Definisi kepatuhan minum obat
 Pengertian obat gangguan jiwa
 Tujuan minum obat
 Macam-macam obat
 Definisi putus obat
 Penyebab putus obat
 Tanda dan gejala putus obat
 Apa yang harus dilakukan keluarga
untuk mendukung pengobatan
 Cara minum obat 6 benar
 Memberi kesempatan kepada
 Mengajukan pertanyaan
keluarga untuk bertanya kembali
jika kurang jelas.
10 Evaluasi: Menjawab pertanyaan
menit  Melakukan evaluasi dengan
memberikan pertanyaan
2 m3nit Terminasi :
 Mengucapkan terimakasih atas  Mendengarkan
peran serta peserta.
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

E. Evaluasi

Evaluasi Struktur Evaluasi Proses Evaluasi Hasil


Lampiran

MATERI PENYULUHAN
KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN JIWA DI RUMAH

A. Pengertian

Kepatuhan berobat adalah perilaku untuk menyelesaikan menelan obat sesuai


dengan jadwal dan dosis obat yang dianjurkan sesuai kategori yang telah
ditentukan, tuntas jika pengobatan tepat waktu, dan tidak tuntas jika tidak
tepat waktu (Herawati dkk, 2016).
Kepatuhan dalam pengobatan menurut merupakan tingkat ketaatan pasien
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau
orang lain yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik
diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter.

B. Pengertian Obat-obatan Penyakit Jiwa

Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf
pusat. Efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya
digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan (Yusuf dkk, 2015).

C. Tujuan Minum Obat


Tujuan meminum obat gangguan jiwa adalah:
1. Mencegah kekambuhan penyakit
2. Menyembuhkan penyakit
3. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
4. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
5. Peningkatan kesehatan
6. Mengurangi rasa sakit

D. Macam-macam Obat Jiwa

Berdasarkan efek klinik, obat psikotropika dibagi menjadi golongan


antipsikotik, antidepresan, antiansietas, dan antimanik (mood stabilizer)
(Yusuf dkk, 2015).
1. Antipsikotik
Obat ini dahulu disebut neuroleptika atau major tranqullizer. Indikasi
utama obat golongan ini adalah untuk penderita gangguan psikotik
(skizofrenia atau psikotik lainnya). Berefek mengurangi delusi dan
halusinasi tanpa efek sedative yang berlebihan.
Jenis obat-obatan antipsikotik:

Golongan obat Nama obat


Golongan fenotiazin Chlorpromazine, Levomepromazine,
Trifluoperazin, Perfenazin, Flufenazin,
Thioridazin
Golongan butirofenon Haloperidol, Droperidol
Golongan thioxanten Klorprotixen
Golonan dibenzoxasepin Loksapin
Golongan difenilbutilpiperidin Pimozide
Golongan benzamide Sulpirid
Golongan benzisoxazole Risperidon
Golongan dibenzoxasepin Clozapin (Leponex)
(antipsikotik atipikal)

Efek utama obat antipsikotik adalah menyupresi gejala psikotik seperti


gangguan proses pikir (waham), gangguan persepsi (halusinasi), aktivitas
psikomotor yang berlebihan (agresivitas), dan juga memiliki efek sedatif
serta efek samping ekstrapiramidal. Timbulnya efek samping sangat
bervariasi dan bersifat individual.
Efek samping yang dapat terjadi antara lain sebagai berikut.
a. Gangguan neurologik
1) Gejala ekstrapiramidal
 Akatisia
Kegelisahan motorik, tidak dapat duduk diam, jalan salah duduk
pun tak enak.
 Distonia akut
Kekakuan otot terutama otot lidah (protusio lidah), tortikolis
(otot leher tertarik ke satu sisi), opistotonus (otot punggung
tertarik ke belakang), dan okulogirikrisis (mata seperti tertarik
ke atas).
 Sindroma Parkinson/Parkinsonisme
Terdapat rigiditas otot/fenomena roda bergerigi, tremor kasar,
muka topeng, hipersalivasi, disartria.
 Diskinesia tardif
Gerakan-gerakan involunter yang berulang, serta mengenai
bagian tubuh/ kelompok otot tertentu yang biasanya timbul
setelah pemakaian antipsikotik jangka lama.

2) Sindroma neuroleptika maligna


Kondisi gawat darurat yang ditandai dengan timbulnya febris tinggi,
kejang-kejang, denyut nadi meningkat, keringat berlebihan, dan
penurunan kesadaran. Sering terjadi pada pemakaian kombinasi
antipsikotik golongan Butirofenon dengan garam lithium.
3) Penurunan ambang kejang Perlu diperhatikan pada penderita
epilepsi yang mendapat antipsikotik.
b. Gangguan otonom
1) Hipotensi ortostatik/postural Penurunan tekanan darah pada
perubahan posisi, misalnya dari keadaan berbaring kemudian tiba-
tiba berdiri, sehingga dapat terjatuh atau syok/kesadaran menurun.
2) Gangguan sistem gastrointestinal
Mulut kering, obstipasi, hipersalivasi, dan diare.
3) Gangguan sistem urogenital Inkontinensia urine.
4) Gangguan pada mata Kesulitan akomodasi, penglihatan kabur,
fotofobia karena terjadi mydriasis.
5) Gangguan pada hidung Selaput lendir hidung edema sehingga
pasien mengeluh hidungnya mampet.
c. Gangguan hormonal
1) Hiperprolaktinemia
2) Galactorrhoea
3) Amenorrhoea
4) Gynecomastia pada laki-laki
d. Gangguan hematologi
1) Agranulositosis
2) Thrombosis
3) Neutropenia
e. Lain-lain
Dapat terjadi ikterus obstruktif, impotensia/disfungsi seksual, alergi,
pigmentasi retina, dermatosis.
2. Antidepresan

Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat mengurangi


atau menghilangkan gejala depresif. Pada umumnya bekerja meningkatkan
neurotransmitter norepinefrin dan serotonin. Klasifikasinya antara lain
sebagai berikut.
a. Golongan trisiklik
Imipramin (tofranil), Amitriptilin (laroxyl), Clomipramin (anafranil)
b. Golongan tetrasiklik
Maprotilin (ludiomil)
c. Golongan monoaminoksidase inhibitor (MAOI)
Rima/moclobemide (auroric)
d. Golongan serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI)
Setralin (zoloft), Paroxetine (seroxal), Fluoxetine (prozax)

Untuk gangguan depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri, perlu


dipertimbangkan penggunaan ECT sebagai pendamping pemberian
antidepresan. Efek samping yang sering terjadi pada pemberian
antidepresan antara lain sebagai berikut.
a. Gangguan pada sistem kardiovaskular.
1) Hipotensi, terutama pada pasien usia lanjut.
2) Hipertensi (sering terjadi pada antidepresan golongan maoi yang
klasik).
3) Perubahan pada gambaran EKG (kardiotoksik terutama pada
antidepresan golongan trisiklik).
b. Gangguan sistem atonom akibat efek antikolinergik.
1) Obstipasi, mulut dan tenggorokan kering, mual, sakit kepala, serta
lain-lain.

3. Antiansietas (Anxiolytic Sedative)

Obat golongan ini dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan yang


patologis tanpa banyak berpengaruh pada fungsi kognitif. Secara umum,
obat-obat ini berefek sedatif dan berpotensi menimbulkan
toleransi/ketergantungan terutama pada golongan benzodiazepin.
Klasifikasinya adalah sebagai berikut.
a. Golongan benzodiazepin
Klordiazopoksid (librium), Diazepam (valium), Bromazepam (lexotan),
Lorazepam (aktivan), Clobazam (frisium), Alprazolam (xanax) ,
Buspiron (buspar)
b. Golongan gliserol
Meprobamat (deparon)
c. Gelombang barbitrat
Fenobarbital (luminal)

Obat-obat golongan benzodiazepam paling banyak disalahgunakan karena


efek hipnotiknya dan terjaminnya keamanan dalam pemakaian dosis
yang berlebih. Obat-obat golongan ini tidak berefek fatal pada overdosis
kecuali bila dipakai dalam kombinasi dengan antisiolitik jenis lain atau
dicampur alkohol.
Efek samping yang sering dikeluhkan adalah sebagai berikut.
a. Rasa mengantuk yang berat.
b. Sakit kepala.
c. Disartria.
d. Nafsu makan bertambah.
e. Ketergantungan.
f. Gejala putus zat (gelisah, tremor, bila berat bisa sampai terjadi kejang-
kejang).

4. Antimanik (Mood Stabilizer)

Merupakan kelompok obat yang berkhasiat untuk kasus gangguan afektif


bipolar terutama episodik mania dan sekaligus dipakai untuk mencegah
kekambuhannya. Obat yang termasuk kelompok ini adalah sebagai berikut.
a. Golongan garam lithium (teralith, priadel)
b. Karbamazepin (tegretol, temporol)
c. Asam valproate

Hal yang penting untuk diperhatikan pada pemberian obat golongan ini
adalah kadarnya dalam plasma. Misalnya pada pemberian lithium
karbonat, dosis efektif antara 0,8–1,2 meq/l. Hal ini perlu selalu dimonitor
karena obat ini bersifat toksik terutama terhadap ginjal. Efek samping yang
perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut.
a. Tremor halus
b. Vertigo dan rasa lelah
c. Diare dan muntah-muntah
d. Oliguria dan anuria
e. Konvulsi
f. Kesadaran menurun
g. Edema
h. Ataksia dan tremor kasar

Berbagai obat yang sering digunakan di rumah sakit jiwa dan tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Golongan butirofenon (haloperidol, serenace)
1) Efek
Antipsikotik, sedasi psikomotor, mengontrol keseimbangan psikis
dan otomatik, menghambat gerakan-gerakan yang tidak terkendali
dan antiemetik.
2) Efek samping
Efek ekstrapiramidal, spasme otot, dan parkinson.
3) Tindakan keperawatan
Observasi ketat tingkah laku pasien, beri dukungan dan rasa aman
kepada pasien, berada dekat pasien. Selain itu, lakukan tindakan
kolaboratif dengan pemberian obat-obat antikolinergik untuk
mengatasi spasme otot dan dopamin agonis untuk mengatasi
parkinson.
4) Cara pemberian: per oral
b. Golongan fenotiazin (klorpromazin, stelazine)
1) Efek
Penenang dengan daya kerja antipsikotik, antisiolitik, dan
antiemetik yang kuat.
2) Efek samping
 Efek antikolinergik: hipotensi orthostatik, konstipasi, mulut
kering, penglihatan kabur.
 Efek ekstrapiramidal pada pemakaian dosis tinggi atau pada
pasien berusia di atas 40 tahun seperti gelisah dan sukar tidur.
3) Tindakan keperawatan
 Untuk efek antikolinergik
 Observasi bising usus, beri diet tinggi serat, tingkatkan input
cairan, dan beri aktivitas untuk mencegah konstipasi.
 Monitor tekanan darah, tingkatkan volume cairan untuk
mengembangkan pembuluh darah dan beritahu pasien untuk
berpindah posisi perlahanlahan untuk mengontrol hipotensi
orthostatik.
 Beri pelembap mulut secara berkala untuk mengurangi rasa
kering, misalnya gliserin.
 Anjurkan pasien untuk tidak bekerja dengan alat berbahaya,
benda tajam, dan tidak bepergian untuk mengurangi
kecelakaan akibat adanya kekaburan pandangan.
 Kolaborasi: pemberian kolinergik agonis dan laksatif.
 Untuk efek ekstrapiramidal
 Prinsip tindakan sama dengan pada pemberian haloperidol.
 Untuk mengatasi sulit tidur dapat diberi susu hangat sebelum
tidur atau dengan cara lain.
4) Cara pemberian: per oral
c. Trihexifenidil yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi efek
ekstrapiramidal. Cara pemberian: per oral.

E. Pengertian Putus Obat


Putus obat adalah penghentian penggunaan obat-obatan jiwa tanpa
persetujuan dokter yang memberi terapi dan dapat mengakibatkan pasien
kambuh kembali.

F. Penyebab Putus Obat


Penyebab seseorang (pasien) putus obat adalah:
1. Pasien merasa bosan
2. Keluarga kurang perhatian
3. Pasien merasa sudah sembuh
4. Takut ketergantungan
5. Takut efek samping obat
6. Kurang motivasi
7. Kurang pengawasan
8. Jarak rumah jauh dari rumah sakit
9. Kesulitan biaya
G. Tanda dan Gejala Putus Obat
Adapun tanda dan gejala jika pasien tidak meminum obatnya lagi adalah:
1. Mengamuk
2. Mudah marah
3. Sulit tidur
4. Cemas
5. Gelisah
6. Susah diatur
7. Tidak mau makan
8. Sering melamun
9. Kembali bicara sendiri
10. Kembali mendengar bisik-bisikan
11. Curiga Tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelumnya

H. Apa Yang Harus Dilakukan Keluarga Untuk Mendukung Pengobatan


Yang harus dilakukan keluarga untuk mendukung pengobatan:
1. Harus ada anggota keluarga yang menjadi pengawas minum obat, jangan
biarkan pasien memegang sendiri obat tanpa pengawasan.

2. Pastikan pasien minum obat sesuai dosis dan jadwal.


3. Motivasi pasien untuk rutin kontrol ke fasilitas kesehatan.
4. Beri pasien kegiatan sesuai hobi.
5. Libatkan dalam aktivitas rumah tangga sesuai kemampuan klien
6. Jangan biarkan pasien sendiri dalam waktu lama
7. Ciptakan suasana rumah yang tenang, aman, nyaman, dan harmonis.

I. Cara Minum Obat


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian/meminum obat,
diantaranya:
1. Tepat pasien
Orang yang akan diberikan hendaknya benar-benar pada pasien yang
diprogramkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi identitas
kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor registrasi, alamat, dan
program pengobatan pada pasien.
2. Tepat obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya keluarga/pasien harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali, yakni: ketika
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan dan saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan.
3. Tepat dosis
Untuk menghidari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan
dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti,
obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit, atau sendok
khusus, alat untuk membelah tablet, dll. Dengan demikian, menghitung
dosis benar untuk diberikan kepada pasien/ diminum.
4. Tepat jalur pemberian
Kesalahan rute pada pemberian dapat menimbulkan efek sistemik
yang fatal pada pasien. Untuk itu cara pemberiannya dengan melihat cara
pemberian atau jalur obat pada label yang ada dikemasan sebelum
pemberian kepada pasien.
5. Tepat waktu
Pemberian obat atau meminum obat harus benar-benar sesuai dengan
waktu yang diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang
dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, E. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Periode


Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa Yang Berkunjung Ke Poli Jiwa
Rumah Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto. Jakarta:
Program Keperawatan FIK UMJ.

Herawati, Karmila, Dhian, R.L. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan


Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas
Banjarbaru. Banjarbaru: PSIK FK Unlam.

Keliat, B.A. (2006). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC.

Yusuf, A., Rizky, F., Hanik, E.N. (2015). Buku Ajar: Keperawatan
Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai