Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

“PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN JIWA”

CINDI NOLADYTA TAKUMANSANG


17061034

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020
1. DEFINISI
Risiko periaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukan bahwa
dia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan. Baik secara fisik,
emosional, seksual, dan verbal (NANDA,2016).
Herdman (2012) mengatakan bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan
perilaku yang diperlihatkan oleh individu. Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau
seksual yang ditujukan kepada orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan merupakan Respons emosi
yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai
ancaman (diejek/dihina).Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan
(kecewa, keinginan tidak tercapai, tidak puas).
2. RENTANG RESPON
Rentang Respon Marah
Marah yang dialami setiap individu memiliki rentang dimulai dari respon adaptif
sampai maladaftif. Sekarang marilah kita bersama-sama mempelajarinya untuk
mempermudah pemahaman Anda dibawah ini akan digambarkan rentang respon perilaku
kekerasan.

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan

Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain

Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat

Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan perasaannya

Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol


Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol

a. Hierarki Perilaku Kekerasan Setelah Anda memahami rentang respon marah,


sekarang marilah kita mempelajari mengenai hirarki agresif seperti dibawah ini.

Rendah

1. Memperlihatkan permusuhan rendah


2. Keras menuntut
3. Mendekati orang lain dengan ancaman
4. Memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai
5. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
6. Memberi kata-kata ancaman dengan rencana melukai
7. Melukai dalam tingkat ringan tanpa membutuhkan perawatan
medis
8. Melukai dalam tingkat serius dan memerlukan perawatan
medis

Tinggi

Telah kita pelajari bersama mengenai rentang respon marah serta hirarki agrsif.
Selanjutnya kita akan mempelajari mengenai bagaimana skema proses marah yang
dialami setiap orang.Bila seseorang tidak mampu menangani perasaan marah secara
asertif dapat mengakibatkan amuk atau perilaku kekerasan .

b. Perbandingan Perilaku Pasif, Agresif dan Asertif Berdasarkan konsep yang telah
sama-sama kita pelajari, maka dapat kita simpulkan perbedaan antara perilaku agresif,
asertif dan pasif.

3. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan Gejala risiko perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan
didukung dengan hasil observasi.

a. Data Subjektif:

1. Ungkapan berupa ancaman


2. Ungkapan kata-kata kasar
3. Ungkapan ingin memukul/ melukai
b. Data Objektif:
1. Wajah memerah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Bicara kasar
6. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7. Mondar mandir
8. Melempar atau memukul benda/orang lain

4. POHON MASALAH

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain,dan lingkungan

Risiko perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan
5. PENATALAKSANAAN

1. Farmakoterapi Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan


yang tepat. Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis
efektif tinggi contohnya : Clorpromazine HCL yang digunakan untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif
rendah, contoh : Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat
digunakan Transquelillzer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi
meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti
agitasi.
2. Terapi okupasi Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini
bukan pemberian pekerjaan/kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan
dan mengembalikan maupun berkomunikasi, karena itu didalam terapi ini tidak
harus diberikan pekerjaan tetapi sebagai bntuk kegiatan seperti membaca koran,
main catur, setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog/berdiskusi
tentang pengalaman dan arti kgiatan itu bagi dirinya. Tetapi ini merupakan
langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah
dilakukannya seleksi dan ditentukan program krgiatanya.
3. Peran serta keluarga Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang
memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien.
Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu
mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakat kesehatan, memberi
perawatan pada anggot keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat,
dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai
kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive
(primer) , mengulangi perilaku maladaptive (sekunder) dan memulihakan perilaku
maladaptif ke perilakuadaptive (tersier) sehingga derajat kesehatan pasien dan
keluarga dapat ditingkatkan secara optimal.
4. Terapi somatik 15 Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi
somatic terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku tindakan yang ditunjukan pada kondisi fisik pasien, tetapi
target terapi adalah perilaku pasien (Prabowo,2014:145-146).

6. ASKEP TEORI

1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan
keluarga. Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat ditemukan dengan
wawancara melalui pertanyaan sebagai berikut:
a. Coba ceritakan ada kejadian apa/apa yang menyebabkan Anda
marah?
b. Coba Anda ceritakan apa yang Anda rasakan ketika marah?
c. Perasaan apa yang Anda rasakan ketika marah?
d. Sikap atau perilaku atau tindakan apa yang dilakukan saat Anda
marah?
e. Apa akibat dari cara marah yang Anda lakukan?
f. Apakah dengan cara yang digunakan penyebab marah Anda
hilang?
g. Menurut Anda apakah ada cara lain untuk mengungkapkan
kemarahan Anda
Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dapat ditemukan melalui
observasi adalah sebagai berikut:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Mondar mandir
g. Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Melempar atau memukul benda/orang lain
Data hasil observasi dan wawancara didokumentasikan pada status.
Contohnya :

Data :

Pasien mengatakan memukul ibunya dengan sapu, menendang pintu.,


berbicara dengan nada tinggi dansuara keras dan mengeluarkan kata-kata
kotor. Tangan mengepal, mata melotot., mata merah, wajah tegang dan
memerah, rahang terkatup kuat. Pasien mengatakan marah karena ibunya
tidak membelikan motor.

No Data Masalah
1. Data Subjektif: Pasien mengatakan ia Risiko perilaku kesehatan
memukul ibunya dengan sapu dan
mengeluarkan kata kasar dan tidak
pantas karena tidak diberikan motor
Data Objektif : • Suara keras
• Tangan mengepal
• Wajah memerah dan tegang
• Pandangan tajam
• Mengatupkan rahang dengan kuat
• Mengepalkan tangan
• Bicara kasar Nada suara tinggi.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian rumuskan diagnosis keperawatan.
3. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan, dilakukan terhadap pasien
dan keluarga. Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan kunjungan rumah,, perawat
menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawat menemui
pasien untuk melakukan pengkajian, mengevaluasi dan melatih satu cara lagi untuk
mengatasi masalah yang dialami pasien.

Jika pasien telah mendapatkan terapi psikofarmaka (obat), maka hal pertama yang harus
dilatih perawat adalah pentingnya kepatuhan minum obat. Setelah perawat selesai melatih
pasien, perawat menemui keluarga untuk melatih cara merawat pasien. Selanjutnya perawat
menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu
keluarga yaitu untuk mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah yang
telah diajarkan oleh perawat.

a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Risiko Perilaku Kekerasan Tujuan:

Pasien mampu:

 Membina hubungan saling percaya


 Menjelaskan penyebab marah
 Menjelaskan perasaan saat penyebab marah/perilaku kekerasan
 Menjelaskan perilaku yang dilakukan saat marah
 Menyebutkan cara mengontrol rasa marah/perilaku kekerasan
 Melakukan kegiatan fisik dalam menyalurkan kemarahan
 Memakan obat secara teratur
 Berbicara yang baik saat marah
 Melakukan kegiatan ibadah untuk mengendalikan rasa marah Tindakan
Keperawatan.
1. Membina hubungan saling percaya Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah:
 Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
 Perkenalkan diri : nama, nama panggilan yang Perawat sukai, serta tanyakan
nama dan nama panggilan pasien yang disukai
 Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
 Buat kontrak asuhan : apa yang Perawat akan lakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana
 Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
 Tunjukkan sikap empati g) Penuhi kebutuhan dasar pasien
2. Diskusikan bersama pasien penyebab rasa marah/perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.
3. Diskusikan tanda-tanda pada pasien jika terjadi perilaku kekerasan
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah secara:
Verbal
 terhadap orang lain
 terhadap diri sendiri
 terhadap lingkungan
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6. Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
 Patuh minum obat
 Fisik:tarik nafas dalam, pukul kasur dan batal.
 Sosial/verbal: bicara yang baik: mengungkapkan, menolak dan meminta rasa
marahnya
 Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien

7. STRATEGI PELAKSANAAN
Stretegi pelaksanaan terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :
1. Orientasi
 Salam teraupeutik
 Memperkenalkan diri
 Evaluasi/validasi tindak lanjut pada pertemuan sebelumnya
 Membuat/memvalidasi kontrak (topic,waktu,tempat)
2. Kerja
3. Terminasi
 Evaluasi perasaan pasien setelah berbincang-bincang
 Evaluasi kemampuan pasien
 Tindak lanjut
 Kontrak untuk pertemuan yang akan datang (topic, waktu, tempat)

Strategi pelaksanaan yang di lakukan pada pasien dengan risiko perilaku


kekerasan adalah :

SP1Pasien : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah,


tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat, dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama

SP2 Pasien : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kkerasan dengan cara
fisik ke dua ( efaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisit kedua (pukul kasur dan bantal ), menyusun jadwal kegiatan
harian cara kedua)

SP3 pasien : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial
atau ferbal ( efaluasi jadwal harian tentang dua cara fisit mngendalikan perilaku
kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara ferbal, susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara ferbal)

SP4 Pasien : Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan sosial atau
ferbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah dan doa)
SP5 Pasien : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan obat
( bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar nama pasien,
nama obat, cara minum obat, waktu minum obat dan dosis obat) disertai penjelasan guna
obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat secara teratur)

Strategi pelaksanaan yang di lakukan keluarga pasien dengan Risiko Perilaku


Kekerasan adalah :

SP1 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien


perilaku kekerasan di rumah 
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
(penyebab,tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari
perilaku tersebut)
SP2 Keluarga :    Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol Kemarahan
1. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
2. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang
telahdiajarkan oleh perawat
3. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien
dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
4. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan

SP 3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

DAFTAR PUSTAKA
Sutejo. 2017. KEPERAWATAN JIWA. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan:
Pusdik Sdm Kesehatan.

Yusuf Ah, dkk. 2015. Buku Ajar. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Salembah
medika.

Anda mungkin juga menyukai