A. DEFINISI
Risiko periaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukan bahwa
dia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan. Baik secara fisik,
emosional, seksual, dan verbal (NANDA,2016).
Herdman (2012) mengatakan bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan
perilaku yang diperlihatkan oleh individu. Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau
seksual yang ditujukan kepada orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan merupakan Respons emosi
yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai
ancaman (diejek/dihina).Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan
(kecewa, keinginan tidak tercapai, tidak puas).
B. RENTANG RESPON
Rentang Respon Marah
Marah yang dialami setiap individu memiliki rentang dimulai dari respon adaptif
sampai maladaftif. Sekarang marilah kita bersama-sama mempelajarinya untuk
mempermudah pemahaman Anda dibawah ini akan digambarkan rentang respon perilaku
kekerasan.
Keterangan
Rendah
Tinggi
Telah kita pelajari bersama mengenai rentang respon marah serta hirarki agrsif.
Selanjutnya kita akan mempelajari mengenai bagaimana skema proses marah yang
dialami setiap orang.Bila seseorang tidak mampu menangani perasaan marah secara
asertif dapat mengakibatkan amuk atau perilaku kekerasan .
b. Perbandingan Perilaku Pasif, Agresif dan Asertif Berdasarkan konsep yang telah
sama-sama kita pelajari, maka dapat kita simpulkan perbedaan antara perilaku agresif,
asertif dan pasif.
a. Data Subjektif:
D. POHON MASALAH
Perilaku kekerasan
E. PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang
tepat. Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi
contohnya : Clorpromazine HCL yang digunakan untuk mengendalikan psikomotornya.
Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contoh : Trifluoperasine estelasine,
bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquelillzer bukan obat anti psikotik
seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang,
anti cemas, dan anti agitasi.
2. Terapi okupasi Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan/kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan maupun berkomunikasi, karena itu didalam terapi ini tidak harus
diberikan pekerjaan tetapi sebagai bntuk kegiatan seperti membaca koran, main catur,
setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog/berdiskusi tentang pengalaman
dan arti kgiatan itu bagi dirinya. Tetapi ini merupakan langkah awal yang harus
dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan
program krgiatanya.
3. Peran serta keluarga Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat membantu
keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah
kesehatan, membuat keputusan tindakat kesehatan, memberi perawatan pada anggot
keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang
ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan
dapat mencegah perilaku maladaptive (primer) , mengulangi perilaku maladaptive
(sekunder) dan memulihakan perilaku maladaptif ke perilakuadaptive (tersier) sehingga
derajat kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal.
4. Terapi somatik 15 Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic
terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah
perilaku tindakan yang ditunjukan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terapi adalah
perilaku pasien (Prabowo,2014:145-146).
F. ASKEP TEORI
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat ditemukan dengan wawancara melalui
pertanyaan sebagai berikut:
a. Coba ceritakan ada kejadian apa/apa yang menyebabkan Anda marah?
b. Coba Anda ceritakan apa yang Anda rasakan ketika marah?
c. Perasaan apa yang Anda rasakan ketika marah?
d. Sikap atau perilaku atau tindakan apa yang dilakukan saat Anda marah?
e. Apa akibat dari cara marah yang Anda lakukan?
f. Apakah dengan cara yang digunakan penyebab marah Anda hilang?
g. Menurut Anda apakah ada cara lain untuk mengungkapkan kemarahan Anda
Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dapat ditemukan melalui observasi
adalah sebagai berikut:
Data :
No Data Masalah
1. Data Subjektif: Pasien mengatakan ia Risiko perilaku kesehatan
memukul ibunya dengan sapu dan
mengeluarkan kata kasar dan tidak
pantas karena tidak diberikan motor
Data Objektif : • Suara keras
• Tangan mengepal
• Wajah memerah dan tegang
• Pandangan tajam
• Mengatupkan rahang dengan kuat
• Mengepalkan tangan
• Bicara kasar Nada suara tinggi.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian rumuskan diagnosis keperawatan.
3. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan, dilakukan terhadap pasien
dan keluarga. Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan kunjungan rumah,, perawat
menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawat menemui
pasien untuk melakukan pengkajian, mengevaluasi dan melatih satu cara lagi untuk
mengatasi masalah yang dialami pasien.
Jika pasien telah mendapatkan terapi psikofarmaka (obat), maka hal pertama yang harus
dilatih perawat adalah pentingnya kepatuhan minum obat. Setelah perawat selesai melatih
pasien, perawat menemui keluarga untuk melatih cara merawat pasien. Selanjutnya perawat
menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu
keluarga yaitu untuk mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah yang
telah diajarkan oleh perawat.
Pasien mampu: