STASE GERONTIK
Disusun Oleh :
RIYANTO
NIM: 2022207209019
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
suatu kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata
dirinya (Suryawati, 2005). Pada konteks kemiskinan yang dialami oleh lansia maka hal
penting yang harus dipertanyakan adalah mengapa lansia bisa sampai mengalami
kemiskinan.
Berbagai teori telah menyebutkan dan fakta telah membuktikan bahwa ketika
seseorang memasuki usia lanjut maka akan terjadi proses penurunan fungsi tubuh.
bekerja. Sehingga fenomena yang terjadi pada lansia adalah adanya fase pension baik
bagi pekerja formal maupun informal. Pada lansia pekerja formal terdapat sistem
tidak ada pensiun atau pemberhentian bekerja namun penurunan fungsi tubuh seiring
Ditarik kesimpulan bahwa impecunity pada lansia adalah suatu kondisi dimana
ketidakmampuan lansia untuk bekerja secara produktif karena perubahan fungsi tubuh
yang terjadi.
2. Etiologi
mengemukakan bahwa fase berhenti kerja atau pensiun pasti akan dialami oleh seluruh
lansia dan pada saat itu mengakibatkan pendapatan (uang) menurun serta perubahan
peran dan status sosial. Pada fase tersebut tugas lansia adalah harus mampu
beradaptasi dengan masa pensiun dan penurunan pendapatan yang terjadi (Rosdahl
3. Manifestasi Klinis
Berikut beberapa perubahan pada lansia serta dampak yang terjadi yang
karenanya lansia dapat dikatakan sudah tidak memenuhi lagi kriteria untuk bekerja
2014).
(Utomo, 2010).
4. Patofisiologi
Faktor lain penyebab ketidaklayakan bekerja pada lansia, menurut Turner dan Helms
1) Pekerja lanjut usia adalah pekerja yang lambat dalam bekerja, kurang (bahkan
perusahaan.
2) Pekerja lanjut usia banyak yang tidak fleksibel, sulit dilatih dan
3) Gaji pekerja lanjut usia akan menambah beban perusahaan yang rasionya
depresi (Hayati dan Nurviyandari, 2013). Bahkan pada lansia laki-laki dapat
yang mencari nafkah tidak lagi berjalan optimal (Lee & Smith, 2009).
lanjut dan kemiskinan yang terjadi pada lansia dapat berdampak pada
korelasi antara berapa jumlah uang pensiun yang didapat seorang lansia dengan
5. Penatalaksanaan
dan depresi. Ketika hal itu terjadi maka perawat harus menggunakan teknik
Perawat di era globalisasi dituntut untuk dapat terampil dan kreatif dalam
Bagi lansia-lansia yang tidak memiliki asuransi ia dalam kondisi miskin, maka
a. Pengkajian Fokus
Data Demografi
1) Jenis Kelamin
Laki-laki yang mengalami penurunan pendapatan cenderung berisiko depresi lebih tinggi
2) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan lansia dapat mempengaruhi pendapatan uang pensiunan dan mekanisme
3) Anggota Keluarga
4) Kaji berapa jumlah anggota keluarga inti dan berapa orang yang sekiranya masih dalam
Pekerjaan lansia sebelum pensiun/berhenti bekerja perlu dikaji. Tidak semua pekerjaan
apalahi yang bukan pegawai akan dapat uang pensiun. Selain itu jumlah uang pensiunan juga
dapat memengaruhi tingkat stress dan depresi lansia (semakin rendah jumlah uang pensiun
yang diterima maka semakin tinggi tingkat stress dan depresi) (Kurniasih, 2013).
Perlu dikaji terkait penyakit yang pernah diderita untuk memprediksi apakah lansia tersebut dapat
terserang penyakit yang sama lagi dikemudian hari atau justru menderita komplikasi akibat
penyakit primernya terdahulu. Hal tersebut berkaitan dengan pembiayaan yang mungkin akan
dibebankan pada lansia apalagi jika lansia tersebut tidak memiliki keanggotaan Jaminan
Pemeriksaan fisik secara komprehensif (head to toe/per sistem) wajib dilakukan meski tidak ada
1) Fungsional klien
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan aktivitas
fungsional. Penilaian meliputi makan, berpindah tempat, kebersihan diri, aktivitas di toilet,
mandi, berjalan di jalan datar, naik turun tangga, berpakaian, mengontrol defikasi dan
berkemih.
Cara penilaian :
Total Nilai
Analisis hasil :
Skor salah 0-2 : fungsi intelektual utuh
Skor salah 3-4 : kerusakan intelektual ringan
Skor salah 5-7 : kerusakan intelektual sedang
Skor salah 8-10 : kerusakan intelektual berat
d) MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,
registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.
Tabel 2.4 Mini Mental State Exam
Skor 25
Analisis hasil :
koping
Integritas Ego
D.0125, Kategori:
e. Intervensi Keperawatan
Referensi Berdasarkan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi NIC/Evidence Based
Keperawatan Hasil/NOC Keperawatan Practice
Koping Setelah dilakukan tindakan 1) Bina hubungan Intervensi nomor 1, 2, 3,
Tidak keperawatan selama …..x…. saling percaya dengan 4: merupakan standar
Efektif b.d. jam, klien mampu klien intervensi yang ada pada
ketidakade- Menghadapi permasalahan dan/atau keluarga NIC.
kuatan sistem yang dihadapi dengan 2) Berikan kesempatan Intervensi nomor 5:
pendukung/ Menggunakan mekanisme klien untuk studi yang dilakukan
strategi koping adaptif yang mengungkapkan oleh Surbakti (2008)
koping ditunjukkan dengan: perasaannya, bantu mengungkapkan bahwa
1) Ekspresi wajah klien identifikasi lansia pensiun yang
klien tampak tenang, stressor mempunyai tingkat
tidak cemas 3) Berikan dukungan depresi rendah ternyata
2) Klien pada klien apabila menggunakan strategi
mengungkapkan telah koping adaptif yang
dengan verbal mengungkapkan berorientasi ego yaitu
tentang perasaan perasaanya dengan rutin
yang lebih baik 4) Ajarkan alternatif melaksanakan dan
3) Klien menunjukkan koping yang menjadwalkan hobi/
perilaku yang konstruktif kesukaannya dan
konstruktif dalam 5) Ajarkan klien untuk berupaya untuk
kegiatan sehari-hari menggunakan meningkatkan
strategi religiusitas dengan
koping berorientasi membiasakan diri selalu
ego yaitu dengan mengadu dan berdoa
memfasilitasi dan kepada Tuhan YME
menjadwalkan apabila ada masalah.
secara Intervensi nomor 6:
berkala klien Suprapto (2013) dalam
melakukan hobinya studinya memaparkan
serta membantu bahwa konseling
klien logoterapi dapat
untuk meningkatkan meningkatkan
religiusitas, latih kebermakanaan hidup
klien pada lansia.
untuk senantiasa
berdoa dan mengadu
kepada Tuhan YME
setiap kali ada
masalah.
6) Gunakan pendekatan
konseling logoterapi
i. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan kedalam tindakan selama fase implementasi
ini merupakan fase kerja aktual dari proses keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun
harus diwujudkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan dapat dilakukan oleh
perawat yang bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara didelegasikan pada
saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus menyesuaikan rencana yang telah dibuat sesuai
dengan kondisi klien maka validasi kembali tentang keadaan klien perlu dilakukan sebelumnya.
j. Evaluasi Keperawatan
Menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015). Evaluasi merupakan tahap akhir dari
proses keperawatan untuk mngukur keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi
kebutuhan klien, bila masalah tidak dapat dipecahkan atau timbul masalah baru amak perawat
harus bersama untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Kholifah, S. N. 2016. Keperawatan Gerontik. Pusat Pendidikan Sumber Daya
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda Nic Noc. Edisi Revisi Jilid 1.
Jogyakarta: Mediaction
Jakarta: Mediaction.
Universitas Airlangga.