WAHAM
DisusunOleh:
Geofunny Valeryta Dewi 1810711019
Diana Agustina 1810711021
Gilang Dermawan 1810711046
Yashinta Arianti 1810711068
Dinda Nur Aini 1810711084
1
2.1 Pengertian
Waham adalah keyakinan pribadi yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun
yang lain tidak berkeyakinan sama dan kontradiksi dengan realitas sosial (Stuart, 2016).
Waham muncul dari fisiologi otak seseorang, rangsangan lingkungan saat ini, dan
kerangka acuan seseorang mengenai dunia. Waham dapat terhubung dengan halusinasi.
Waham adalah keyakinan atau persepsi palsu yang tetap tidak dapat diubah
meskipun ada bukti yang membantahnya (Myers,dkk. 2017). Gangguan poses pikir waham
mengacu pada suatu kondisi seseorang yang menampilkan satu atau lebih khayalan yang
tidak realistis selama paling sedikit satu bulan.
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta
dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat
mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak mungkin, misal “FBI
mengikuti saya”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang
jelas untuk mengoreksinya.
Waham merupakan gejala spesifik psikosis. Psikosis sendiri merupakan gangguan
jiwa yang berhubungan dengan ketidakmampuan seseorang dalam menilai realita dan
fantasi yang ada dalam dirinya. Terlepas dari khayalan mereka, orang waham mungkin
terus bersosialisasi, bertindak secara normal, dan perilaku mereka tidak selalu tampak
aneh.
2
b. Fase kurangnya kepercayaan diri (lack of self esteem)
Ketiadaan pengakuan dari lingkungan, tingginya kesenjangan antara realita
dan ideal diri, dan kebutuhan yang tak terpenuhi sesuai dengan standar
lingkungan membuat seseorang merasa menderita, malu, dan merasa tidak
berharga.
c. Fase kendali internal dan eksternal (Control internal and external)
Bagi klien dengan waham, menghadapi kenyataan adalah hal yang sulit.
Saat klien mencoba berpikir secara logis bahwa apa yang diyakini dan apa
yang dikatakannya adalah suatu kebohongan yang dilakukan untuk
menutupi kekurangan. Dalam hal ini, kebutuhan akan oengakuan dan
penerimaan di lingakungan menjadi prioritas utama dan mendominasi
dalam hidupnya. Disisi lain, lingkungan sekitar menjadi pendengar pasif
dan kurang memberikan koreksi secara memadai kepada klien dengan
alasan toleransi dan menjaga perasaan.
d. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Kepercayaan beberapa orang dalam lingkungannya terhadap klien
membuat klien merasa didukung. Hal ini menyebabkan klien terus
menerus mengulang hal itu dan membuatnya kehilangan kendali diri dan
mengakibatkan tidak berfungsinya norma(super ego sehingga dia tidak
merasa bedosa saat berbohong.
e. Fase kenyamanan (comforting)
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya. Ia juga
menganggap semua orang akan memercayai dan mendukungnya.
Keyakinan ini sering dsiertai dengan halusinasi dan terjadi ketika klien
menyendiri dari lingkungannya. Pada tahap selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial.
f. Fase peningkatan (improving)
Tidak adanya koreksi dapat meningkatkan keyakinan yang salah pada
klien. Disini penting ekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan
cara konfrontatif dan memperkaya keyakinan religiusnya.
2.3 Etiologi
3
Etiologi pasti waham belum diketahui secara pasti namun ada beberapa faktor
risiko yang dapat meningkatkan risiko waham
a. Isolasi sosial
b. Stress berlebih
Selain faktor-faktor diatas, waham juga dapat berasal akibat penyakit neurologis
yang menyebabkan terganggunya fungsi sistem limbik dan basal ganglia.
Adaptif Maladaptif
4
presiden yang dapat menjalankan kekuasaannya tanpa saya. Jika bukan
karena saya, mungkin kita akan mengalami perang berkepanjangan dengan
Belanda.”
b. Waham agama (Religious)
Keyakinan seseorang bahwa ia disukai oleh mahluk yang maha tinggi atau
menjadi alat bagi makhluk tersebut (Stuart, 2016). Klien memiliki
keyakinan berliebihan terhadap suatu agama yang tidak sesuai dengan
realita dan terus-menerus diulanginnya. Contoh: “selama saya
menggunakan medali religius ini, tidak ada hal yang buruk akan menimpa
saya.”
c. Waham somatik (somatic)
Waham jenis ini merupakan keyakinan bahwa tubuhnya atau bagian dari
tubuhnya sakit atau terdistorsi (Stuart, 2016). Klien meyakini bahwa tubuh
atau bagian dari tubuhnya terganggu atau terserang suatu penyakit adn hal
tersebut tak sesuai dengan realitas. Klien mengatakan hal tersebut
berulang-ulang. Contoh: “Kerongkongan saya rasanya tercabik-cabik. Ada
tikus di perut saya dan kadang-kadang dia sampai ditenggorokanku.
Lihatlah ke tenggorokan saya sekarang dan mungkin anda bisa melihat
tikus itu.”
d. Waham paranoid
Waham jenis ini dimana klien memilki kecurigaan berlebihan dan tidak
rasional serta tidak mempercayai orang lain, dicirikan dengan waham yang
tersistem bahwa orang lain “di luar akan menangkap dia” atau memata-
matai mereka (Stuart, 2016).
e. Waham nihlistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya
meyakini dirinya telah meninggal dan orang di sekitarnya merupakan roh-
roh.
6
Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi,
penyakit Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang,
penyakit jantung atau penyakit hati berat, koma.
- Mekanisme kerja
Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik
mesolimbik otak. Menekan pelepasan hormon hipotalamus dan
hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga
mempengaruhi metabolism basal. Temperature tubuh, tonus vasomotor
dan emesis.
c. Karbamazepin
- Farmakologi
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor,
serta neuralgia trigeminal.
- Indikasi
Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis
kejang parsial, pola kejang campuran, neuralgia trigeminal
- Dosis
Dewasa dan anak-anak : di atas 12tahun
Dosis awal : 200mg 2x sehari untuk tablet/ 1 sendok teh 4x1
hari suspense (400mg sehari)
Anak usia 6-12tahun
Dosis awal : 100mg 2 kali sehari, untuk tablet atau ½ sendok
teh 4x1 hari.
- Efek samping
Efek samping yang paling sering timbul yang terutama terjadi pada
awal terapi adalah pusing, ngantuk, mual, dan muntah.
- Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau
komponen sediaan, depresi sumsum tulang belakang.
- Mekanisme kerja
Menekan senralis nucleus pada thalamus/menurunkan jumlah stimulasi
temporal yang menyebabkan neural discharge
7
2.7 Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Waham dapat terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel otak, atau
perubahan sel kortikal dan limbik. Abnormalitas menyebabkan respon
neurologis yang maladaptif.
2) Faktor Psikologis
3) Keluarga merupakan penyebab yang memicu waham disini dapat disebabkan
oleh perbedaan perlakuan dari keluarga. Misalnya sosok ibu yang pencemas
dan ayah yang kurang peduli.
4) Faktor Sosial Budaya
Menurut Yosep (dalam Sutejo, 2009) Kebudayaan turut memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang. Unsur-unsur dalam
sosial-budaya ini mencakup kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat
ekonomi, perumahan, masalah kelompok minoritas yang merupakan prasangka,
fasilitas keehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh
rasial dan keagamaan, serta nilai-nilai.
b. Faktor stresor/presipitasi
1) Faktor biologis
Berbagai zat dan kondisi edis non-psikiatrik dapat menyebabkan waham.
Timbulnya waham bisa merupakan respon normal terhadap pengalaman
abnormal pada sistem saraf pusat.
2) Faktor psikodinamik
Banyak klien dengan gangguan waham memiliki suatu kondisi sosial terisolasi
dan pencapaian sesuatu dalam kehidupannya tidak sesuai dengan apa yang
mereka harapkan.
8
c. Penilaian stressor
1) Kognitif : mencakup ketidakmampuan dalam membedakan realita dan fantasi,
kepercayaan yang sangat kuat terhadap keyakinan palsunya, memiliki kesulitan
dalam berpikir realita, dan ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.
2) Afektif : mencakup situasi yang tidak sesuai dengan kenyataan dan afek
tumpul. Karakter khas dari afek tumpul adalah tidak mengekspresikan
perasaan, baik secara verbal-dengan membicarakan kejadian emosional dengan
cara emotif – atau secara nonverbal – dengan menggunakan bahasa tubuh
emosional, ekspresi wajah atau gerak tubuh.
3) Perilaku dan hubungan sosial : mencakup hipersensitifitas, depresid, ragu-ragu,
hubungan interpersonal dengan orang lain yang bersifat dangkal, mengancam
secara verbal, aktivitas tidak tepat, impulsif, curiga, dan pola pikir sterotip.
4) Fisik : kebersihan diri yang kurang, muka pucat, sering menguap, turunnya
berat badan dan nafsu makan, serta sulit tidur.
d. Sumber koping
1) Personal ability
a. Keterampilan dalam menyelesaikan masalah meliput kemampuan
mencari informasi, mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan
alternatif dan mengimplementasikan rencana tindakan.
b. Pengetahuan dan intelegensi merupakan sumber koping yang
memungkinkan seseorang mengidentifikasi berbagai cara yang berbeda
dalam mengatasi stress.
c. Keterampilan sosial seperti membantu menyelesaikan masalah dnegan
melibatkan orang lain, meningkatkan kemungkinan untuk bekerjasama
dan memperoleh dukungan dari orang lain, dan memberikan pada
individu kontrol sosial yang lebih besar.
2) Sosial support
a) Hubungan antar individu, keluarga dan kelompok masyarakat
b) Budaya yang stabil
c) Komitmen dengan jaringan sosial
9
3) Material assets
a) Penghasilan individu/finansial
b) Benda-benda atau barang yang dimiliki
c) Pelayanan kesehatan
4) Positive beliefs dapat berguna sebagai sumber harapan dan dapat
mempertahankan upaya koping seseorang dalam dituati yang paling tidak
diharapkan
e. Mekanisme koping
Mekanisme koping secara umum dibagi menjadi tiga yaitu berfokus secara
kognitif, berfokus pada ego dan berfokus pada masalah (Stuart,2016). Klien
dengan gangguan waham biasanya menggunakan mekanisme koping berupa
proyeksi, penyangkalan, dan pembentukan reaksi(Sutejo, 2009).
Pengkajian Kasus
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Psikologis
2. Faktor Presipitasi
Klien memiliki riwayat gangguan jiwa dan telah dirawat 5 kali dalam
2 tahun terakhir
3. Penilaian stressor
a. Kognitif : Klien mengatakan tidak mau makan karena ia yakin bahwa ia
telah berada di surga dan makan bukanlah sesuatu yang penting di surga
10
karena akan merasakan kenyang terus. setiap harinya klien selalu
menggunakan baju berwarna putih karena ia berada di tengah malaikat
b. Afektif : Afek klien labil. Saat bercerita tentang dia berada di surga,
klien sangat bergembira dan saat berbicara tentang keluarganya, klien
merasa sedih
c. Perilaku dan hubungan sosial : Pembicaraan klien terkadang tangensial
(berbelit-belit), sering lupa nama perawat, disorientasi waktu, tempat
dan orang
d. Fisik : kebersihan diri yang kurang, sering memakai baju putih, muka
pucat, turunnya berat badan dan nafsu makan, serta sulit tidur.
4. Mekanisme koping
CP
Perubahan proses pikir : waham
2.9 Diagnosa
11
2.10 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan
A.Individu
a. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan .
b. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
- Mengucapkan salam terapeutik
- Berjabat tangan
- Menjelaskan tujuan interaksi
- Membuat kontrak topic, waktu, dan setiap kali bertemu pasien.
b. Bantu orientasi realitis
B. Keluarga
a. Tujuan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
1. Jurnal Waham 1
Model Penelitian:
13
Sesi pertama: Mengidentifikasi pikiran otomatis negatif dan penggunaan
tanggapan rasional terhadap pikiran negatif yang pertama, Sesi 2: Penggunaan
tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negatif yang kedua, Sesi 3:
Penggunaan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negatif yang ketiga,
Sesi4: Manfaat tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negatif (ungkapan
hasil dalam mengikuti terapi kognitif), dan Sesi 5: Support system. Support
system pada sesi kelima tersebut ditujukan kepada anggota keluarga dari klien
skizofrenia.
Sampel:
Sampel dalam penelitian ini adalah klien Skizofrenia yang berada di Wilayah
Kerja Puskesmas Mangasa Makassar. Responden dalam penelitian ini adalah klien
yang mengalami Skizofrenia dengan jumlah responden sebanyak 14 responden.
Hasil:
Daftar Pustaka:
14
Rahmayani, Andi, Syisnawati. 2018. Mengontrol Pikiran Negatif Klien
Skizofrenia Dengan Terapi Kognitif. Journal Of Islamic Nursing, Volume 3
Nomor 1, Juli 2018
2. Jurnal Waham 2
Model Penelitian:
Responden:
Hasil:
Evaluasi intensitas waham pada hari ke-1 dan ke-8 perawatan. Kemampuan
pasien dalam menurunkan intensitas waham cukup banyak perkembangan
walaupun belum optimal. Intensitas waham mengalami perubahan, dari 6
pernyataan, terdapat 3 pernyataan yang mengalami perubahan signifikan.
15
Kesimpulan evaluasi akhir didapatkan total skor 11 dari yang tadinya 16, yang
berarti intensitas waham dalam kategori sedang.
Daftar Pustaka:
Victoryna, Fallon, dkk. 2020. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Ners
Untuk Menurunkan Intensitas Waham Pasien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan
Jiwa Volume 8 No 1, Hal 45 - 52, Februari 2020
1) Format Pengkajian
I. IDENTITASKLIEN
16
Inisial : Ny A (P) Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2020
Klien dengan Riwayat gangguan jiwa tidak mau makan dan lemas karena
menganggap dirinya telah di surga
3. Pelaku/Usia
Korban/Usia
Saksi/Usia Aniaya
Fisik ( ) ( ) (
) ( ) ( ) (
)
Aniaya Seksual ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Penolakan ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Tindakan kriminal ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
17
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguanjiwa( )Ya (x) Tidak
Hubungankeluarga Gejala Riwayatpengobatan/perawatan
Orang Tua Tidak mau makan 5 kali di rawat dalam 2 tahun
Masalah Keperawatan
waham
IV. FISIK
1. Tanda vital :TD :90/70 mmHg N : 80x/menit
2. S : 36°C P : 20x/menit
3. Ukur :TB : 173 cm BB : 60 kg
4. Keluhan fisik :( ) Ya (x) Tidak
Jelaskan :
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
x x x x
Keterangan:
Pria : Klien : Tinggal serumah : ....................
Wanita : Meninggal : X
Jelaskan : Klien tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua saudaranya
2. Konsep diri
a. Gambaran diri :
b. Identitas :
c. Peran :
d. Ideal diri :
e. Harga diri :
3. Hubungan Sosial
f. Orang yang berarti : Tidak ada
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama Islam dan percaya bahwa surg aitu ada
b. Kegiatan ibadah : Klien tidak pernah beribadah karena merasa dirinya sudah di
surga
VI. STATUSMENTAL
1. Penampilan
( )Tidak rapi (x) Penggunaan pakaian tidak sesuai (
2. Pembicaraan
( ) Cepat ( )Keras ( )Gagap ( ) Inkoheren
Masalah Keperawatan:
3. Aktivitas Motorik
( x )Lesu ( )Tegang ( )Gelisah ( )Agitasi
Jelaskan :Klien selalu tampak lesu karena klien tidak mau makan
kelilingi malaikat
5. Afek
( ) Datar ( ) Tumpul (x)Labil (
menjelaskan
( ) Curiga
ketika berbicara
7. Persepsi
Halusinasi
(x)Pendengaran (x)Penglihatan (
) Perabaan ( )Pengecapan (
)Penghidu
1
dan tv
8. Proses Pikir
( )Sirkumstansial (x)Tangensial ( ) Kehilangan
( ) Pengulangan pembicaraan/persevarasi
sudah berada di surga dan makan merupakan hal yang tidak tidak
9. Isi pikir
( )Obsesi ( )Fobia (
) Hipokondria ( )Depersonalisasi (
tengah malaikat
) Stupor Disorientasi :
2
11. Memori
(x) Gangguan daya ingat jangka panjang (x) Gangguan daya
Konfabulasi
mengingat
Masalah Keperawatan: -
3
2. BAB/BAK
( )Bantuan minimal (x) Bantuan total
tidak penting
Masalah Keperawatan:
3. Mandi
(x)Bantuan minimal ( ) Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
( )Bantuan minimal (x) Bantuan total
6. Penggunaan obat
( x )Bantuan minimal ( ) Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan (x ) ( )
Sistem pendukung (x ) ( )
Mempersiapkan makanan ( ) (x
)
Menjaga kerapihan rumah ( ) (x
)
Mencuci pakaian ( ) (x
)
Pengaturan keuangan ( ) (x
)
9. Kegiatan di luar rumah
4
Ya Tidak
Belanja ( ) (x )
Transportasi ( ) (x )
Lain –lain ( ) (x )
Adaftif Maladaftif
( ) Bicara dengan orang lain ( ) Minum Alkohol
relaksasi ( )
Bekerja berlebihan
( )Lainnya………………………. ( )
Lainnya……………….
5
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:
( )Penyakit Jiwa ( x ) Sistem pendukung
( x )Koping ( ) Obat-obatan
( )Lainnya
Diagnosa medik:
Terapi medik:
,Mahasiswa
2) Analisis Kasus
Kasus :
Seorang perempuan berusia 35 tahun dibawa oleh keluarga ke UGD RSJ karena
tidak mau makan dan lemas, klien memiliki riwayat gangguan jiwa dan telah
dirawat 5 kali dalam 2 tahun terakhir. selama di UGD klien telah mendapatkan
terapi infus RL. TTV 90/70 mmHg. klien kemudian dipindahkan ke ruang rawat
RSJ, hasil pengkajian klien mengatakan tidak mau makan karena ia yakin bahwa
ia telah berada di surga dan makan bukanlah sesuatu yang penting di surga karena
akan merasakan kenyang terus. setiap harinya klien selalu menggunakan baju
berwarna putih karena ia berada di tengah malaikat. pembicaraan terkadang
tangensial, sering lupa nama perawat, disorientasi waktu, tempat dan orang. Klien
sering berkata bahwa apa yang ia pikirkan saat ini telah diketahui oleh
keluarganya yang masih hidup karena disiarkan melalui radio, kawat listrik,
lampu, tivi
6
Analisa data
Data objektif :
Data objektif :
1. Pembicaraan klien
tangensial
2. Klien sering lupa
nama perawat
3. Klien mengalami
Disorientasi waktu
4. Klien mengalami
Disorientasi tempat
5. klien mengalami
Disorientasi orang
6. Klien memiliki
7
riwayat gangguan
jiwa
Data objektif :
8
Intervensi keperawatan
9
dipertahankan 1. Tentukan status gizi
2. Secara konsisten pasien dan
asupan cairan secara kemampuan pasien
untuk memenuhi
oral dapat
kebutuhan gizi
dipertahankan 2. Tentukan jumlah
3. Secara konsisten kalori dan jenis nutrisi
asupan cairan yang dibutuhkan untuk
intravena dapat Memenuhi persyaratan
dipertahankan gizi
4. Secara konsisten 3. Ciptakan lingkungan
yang optimal pada saat
asupan nutrisi
mengonsumsi
parenteral dapat makanan
dipertahankan
1. Secara konsisten
perasaan depresi
membaik
2. Secara konsisten
menunjukan nafsu
makan meningkat
3. Secara konsisten
menunjukkan berat
badan naik
10
bahasa lisan vokal pesan yang
2. Secara konsisten ditunjukkan melalui
klien menunjukkan perilaku, pengalaman
mempertahankan sebelumnya dan
kejelasan berbicara situasi saat ini
3. Secara konsisten 5. Berespon segera
menunjukkan klien sehingga
dapat mengarahkan menunjukkan
pesan pada pemahaman terhadap
penerima dengan pesan yang diterima
tepat 6. Verifikasi pemahaman
mengenai pesan-pesan
yang disampaikan
Orientasi kognitif dengan menggunakan
(NOC, kode 0901 hal pertanyaan maupun
325) memberikan umpan
1. Secara konsisten balik
menunjukkan klien 7. Gunakan interaksi
dapat berkala untuk
mengidentifikasi mengeksplorasi arti
diri sendiri dari perilaku klien
2. Secara konsisten 8. Gunakan teknik
menunjukkan klien diam/mendengarkan
dapat dalam rangka
mengidentifikasi mendorong klien
orang orang yang untuk
signifikan mengekspresikan
3. Secara konsisten perasaan, dan pikiran.
menunjukkan klien
dapat Latihan memori (NIC,
mengidentifikasi kode 4760 hal 141)
tempat saat ini
4. Secara konsisten 1. Stimulasi ingatan
menunjukkan klien dengan cara
dapat mengulang pemikiran
mengidentifikasi pasien yang terakhir
hari dengan benar diekspresikan dengan
5. Secara konsisten cara yang tepat
menunjukkan klien 2. Kenanglah kembali
dapat mengenai pengalaman
mengidentifikasi pasien dengan cara
bulan dengan benar yang tepat
6. Secara konsisten 3. Beri latihan orientasi
menunjukkan klien misalnya pasien
dapat berlatih mengenai
mengidentifikasi informasi pribadi dan
tahun dengan benar tanggal dengan cara
7. Secara konsisten yang tepat
11
menunjukkan klien 4. Implementasikan
dapat teknik mengingat yang
mengidentifikasi tepat misalnya visual
peristiwa saat ini imagery, alat yang
yang signifikan membantu ingatan,
membuat daftar,
menggunakan papan
nama atau berlatih
mengulang informasi
5. Dukung pasien untuk
berpartisipasi dalam
program kelompok
latihan mengingat
6. Monitor perubahan
perubahan dalam
latihan mengingat
12
4. Menunjukkan isi 3. Sediakan lingkungan
pikir positif dan rutinitas secara
konsisten
4. Atur strimulasi
sensorik dan
lingkungan (mis:
kunjungan,
pemandangan, suara,
pencahayaan)
5. Gunakan simbol
dalam
mengorientasikan
lingkungan (mis:
tandaz gambar, warna)
6. Libatkan dalam terapi
kelompok orientasi
7. Berikan waktu
istirahat dan tidur
yang cukup sesuai
kebutuhan
8. Ajarkan keluarga
dalam perawatan
orientasi realita
13
14