Oleh:
KELOMPOK 1/PSIK
FIDDIYAH GALUH ANGGRAINI
NIM 170070301111090
1. Definisi
Gangguan proses pikir merupakan adanya suatu gangguan dan ketidakmampuan
maupun hambatan dalam proses penimbangan (judgement) pemahaman ingatan serta
penalaran (reasoning) (Townsend, 2009). Gangguan proses pikir dapat dipengaruhi
oleh faktor somatik (gangguan otak, kelelahan). Faktor psikotik (gangguan emosi,
psikologis), dan faktor sosial (kedaan sosial lainnya). Suatu proses berpikir individu
normal mengandung arus, isi, bentuk, ide, symbol dan asosiasi yang terarah pada
tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas yang menghantarkan
kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan, tetapi pada individu
yang mengalami gangguan dalam isi pikir atau proses pikir melakukan penyimpangan
dalam hal bentuk pikiran, arus, dan bentuk penimbangan (Yosep, 2007).
2. Etiologi
Terdapat beberapa penyebab yang menimbulkan gangguan proses pikir, diantaranya
adalah menurut Kusumawati dan Hartono (2012):
A. Faktor predisposisi
1) Biologis
Abnormalitas yang menyebabkan respon neurologi maladaptif, yaitu lesi pada
area frontalis dan temporalis
- Area frontalis berfungsi sebagai pertahanan emosi dan bertanggung
jawab untuk fungsi-fungsi mental seperti perencanaan ke depan,
pengambilan keputusan, rentang perhatian dan hambatan.
- Area temporalis mengendalikan proses emosi, pendengaran, dan fungsi
bahasa.
2) Faktor biokimia
- Penggunaan dopamine norephinephrin dan zat halusinogen dapat
berepengaruh terhadap orientasi realita.
- Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmiter yang lain
3) Masalah psikologis
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurologis yang maladaptif,
misalnya tanda-tanda konflik (perceraian, perubahan status) yang disertai
dengan ketidakefektifan dan ketidakmampuan mekanisme koping atau
menangani masalah
C. Bentuk Pikir
1) Realistik : Cara berfikir sesuai kenyataan atau realita yang ada
2) Non realistik : Cara berfikir yang tidak sesuai dengan kenyataan
3) Autistik : Cara berfikir berdasarkan lamunan / fantasi / halusinasi / gangguan
proses pikirnya sendiri
4) Derealystik : Cara berfikir dimana proses mentalnya tidak ada sangkut pautnya
dengan kenyataan, logika atau pengalaman.
4. Fase Gangguan Proses Pikir
Fase terjadinya gangguan proses pikir terdiri sebagai berikut:
1) Lack of esteem
Tidak adanya pengakuan lingkungan dan tidak adanya kesenjangan self ideal
dengan self reality serta kebutuhan yang tidak terpenuhi
2) Control interna/eskterna
Menolak berpikir rasional, menurutpi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan
tetapi mengetahui ini tidak benar
3) Environment support
Adanya beberapa orang yang percaya sehingga sering diulang
4) Comforting
Merasa nyaman dengan keyakinan dan menganggap orang lain mempercayai dan
mendukungnya. Sering disertai halusinasi.
5) Improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setipa waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat (dilebih-lebihkan) (Kusumawati & Hartono,
2012).
5. Manifestasi Klinis
Terdapat beberapa tanda dan gejala individu yang mengalami gangguan proses
pikir, yaitu menurut moramis (2010) dan Townsend (2009)
1) Status mental:
h. Disorientasi realita
i. Mengungkapkan sesuatu yang diyakini
j. Tidak mempercayai orang lain
k. Tidak mampu mengambil keputusan
2) Status fisik:
l. Seringkali menampilkan apa yang diyakini
m. Kebersihan diri kurang
n. Pandangan mata tidak fokus/ kontak mata kurang
o. BB turun
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Masalah Keperawatan
1. Gangguan Proses Pikir
2. Ketidakefektifan Koping
3. Harga Diri rendah
4. Isolasi Sosial
b. Subyektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang di yakin berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai kenyataan
- Arus pikir : Pengulangan Pembicaraan/Persevarasi
- Isi Pikir : Ide-ide aneh
- Bentuk pikir: non realistik
c. Objektif
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,merusak, takut,
kadang panik, sangat waspada, tidak dapat menilai lingkungan : wajah gelisah,
mudah tersinggung.
- Kesadaran kwantitatif: Compos Mentis, GCS 456
- Kesadaran kwalitatif: Berubah dan gangguan tidur
- Relasi : Ketika berbicara dengan perawat pasien cenderung banyak diam, suara
pelan dan kadang-kadang tidak mau menatap wajah perawat.
- Limitasi : Pasien menjawab pertanyaan dengan sopan dan hati-hati. Terkadang,
pasien tiba-tiba mengalihkan pembicaraan dengan mengucapkan kata-kata lain
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga mempraktekkan
pasien. cara merawat pasien dengan
2. Mendiskusikan tentang kemampuan gangguan proses pikir.
yang dimiliki. 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Melatih kemampuan yang dimiliki. merawat langsung pasien gangguan
proses pikir.
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat jadwal
pasien. aktivitas di rumah termasuk minum
2. Memberikan pendidikan kesehatan obat (dischange planning).
tentang penggunaan obat secara 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
teratur. pulang.
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
SP 4 SP 4
1. Mengevaluasi kegiatan pemenuhan 1. Mengevaluasi kegiatan dan beri
kebutuhan, cara minum obat, dan beri pujian
pujian 2. Menjelaskan follow up ke RS bila
2. Mendiskusikan kemampuan klien terjadi gejala kekambuhan
yang lain, kemudian melatihnya 3. Menganjurkan membantu pasien
3. Memasukkan pada jadwal harian sesuai dengan jadwal hariannya
klien
SP 5 SP 5
1. Mengevaluasi SP 1,2,3,4 1. Mengevaluasi dari kegatan
2. Menilai kemampuan yang telah 2. Menilai kemampuan keluarga
mandiri merawat pasien
3. Menilai apakah gangguan proses 3. Menilai kemampuan keluargga
piker terkontrol melakukan kontrol ke RS/ poli jiwa
terdekat
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati dan Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Maramis, W. F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi Ke-2. Surabaya: Airlangga
University Press.