Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN WAHAM

Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah Keperawatan Jiwa II
Dosen Pembimbing : Irfan Safarudin, S.Kep., Ners

Disusun Oleh :

Anggrek Aulia S : AK.1.17.049 Shifa Nadziha : AK.1.17.082


Ellsya Dwi H : AK.1.17.059 Siti Nurhalimah : AK.1.17.085
Erlita Komalawati : AK.1.17.062 Siti Rodianti : AK.1.17.091
Irma Gustiarni : AK.1.17.068 Verra Juliani L : AK.1.17.094
M Iqbal Fauzi : AK.1.17.072 Wita belalestari : AK.1.17.091
Shanti Ariani : AK.1.17.080 Yuli yuliawati : AK.1.17.094

Kelas E Tingkat III

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN WAHAM” dengan baik dan tepat
pada waktunya.

Pada saat membuat dan menyusun makalah ini banyak sekali kendala yang
kami hadapi dikarenakan keterbatasan waktu yang kami miliki dan kami pun
menyadari tanpa bantuan semua pihak mungkin makalah ini tidak dapat
diselesaikan sesuai harapan. Oleh karna itu kami selaku penulis makalah ini
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Bandung, 16 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah ................................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Waham .................................................................................... 3
2.2. Klasifikasi Waham ............................................................................... 3
2.3. Rentang Respon .................................................................................... 5
2.4. Etiologi Waham .................................................................................... 5
2.5. Proses Terjadinya Waham .................................................................... 5
2.6. Manifestasi Klinis Waham ................................................................... 7
2.7. Pohon Masalah ..................................................................................... 8
2.8. Penatalaksanaan Waham ...................................................................... 8
2.9. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................... 11

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 22
3.2. Saran .................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan


utama di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak
dianggap sebagai gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung,
namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu
dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku yang dapat
mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat
pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)
Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi,
berdasarkan beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada
pasien yang dirawat inap dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang
dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%. Sementara, pada populasi dunia,
angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-30 kasus dari 100.000 orang
(Ariawan dkk, 2014). Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa
skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan,
sikap eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap
bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari skizofrenia dengan perilaku
waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya. (medical record, 2010)
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa,
penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta
dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan
sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan
yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono, 1981).

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan waham?
2. Jelaskan apa saja klasifikasi dari waham?

1
3. Bagaimana rentang respon neurobiology pada pasien waham?
4. Apa saja penyebab terjadinya waham?
5. Bagaimana proses terjadinya waham?
6. Bagaimana manifestasi klinis waham?
7. Bagaimana pohon masalah pada pasien waham?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien waham?
9. bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien waham?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui definisi dari waham
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari waham
3. Untuk mengetahui rentang respon neurobiology pada pasien waham
4. Untuk mengetahui penyebab terjadinya waham
5. Untuk mengetahui proses terjadinya waham
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari waham
7. Untuk mengetahui pohon masalah pada pasien waham
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien
waham
9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien waham

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
relitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan
eksternal melalui proses interaksi/informasi secara akurat.
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk,
2007). Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart
dan Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan
tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain,
keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol
(Dep Kes RI, 1994).
Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak
kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa
sangat kuat dan sangat terkenal. hal ini sesudah dengan penjelasan Varcarolis
dalam fundamental of pshyatric mental health nursing (2006 : 39) : grandeur:
think he or she powers and talents that are not possed or is someone fowerful
or famous.

2.2. KLASIFIKASI WAHAM


Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja
(2011) yaitu :
Jenis Waham Pengertian Perilaku klien
Waham kebesaran Keyakinan secara “Saya ini pejabat di
berlebihan bahawa dirinya kementrian semarang!”
memiliki kekuatan khusus “Saya punya perusahaan

3
atau kelebihan yang paling besar lho “.
berbeda dengan orang lain,
diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap suatu “ Saya adalah tuhan yang
agama secara berlebihan, bisa menguasai dan
diucapkan berulang-ulang mengendalikan semua
tetapi tidak sesuai dengan makhluk”.
kenyataan.
Waham curiga Keyakinan seseorang atau “ Saya tahu mereka mau
sekelompok orang yang menghancurkan saya,
mau merugikan atau karena iri dengan
mencederai dirinya, kesukses an saya”.
diucapkan berulang-ulang
tetapai tidak sesuai dengan
kenyataan.
Waham somatik Keyakinan seseorang “ Saya menderita
bahwa tubuh atau sebagian kanker”. Padahal hasil
tubuhnya terserang pemeriksaan lab tidak
penyakit, diucapkan ada sel kanker pada
berulang-ulang tetapi tidak tubuhnya.
sesuai dengan kenyataan.
Waham nihilistik Keyakinan seseorang “ini saya berada di alam
bahwa dirinya sudah kubur ya, semua yang
meninggal dunia, ada
diucapkan berulangulang disini adalah roh-roh
tetapi tidak sesuai dengan nya”
kenyataan.

4
2.3. RENTANG RESPON NEUROBIOLOGI

2.4. ETIOLOGI
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak
Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
A. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan
menilai dan menilik terganggu.
B. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan
gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
C. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
D. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek,
ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.

2.5. PROSES TERJADINYA WAHAM


A. Fase Lack of Human Need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada
juga klien yang secara sosial dan ekonmi terpenuhi tetapi kesenjangan
antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi karena
sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat
dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.

5
B. Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.
C. Fase Control Internal Eksternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah
sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan
untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal.
D. Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya
menyebabkan klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol
diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak
ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
E. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
F. Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat

6
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan
religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta
ada konsekuensi sosial.

2.6. MANIFESTASI KLINIS


A. Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi: Depersonalisasi dan halusinasi.
3. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak
sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
4. Fungsi motorik
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik
gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi
stimulus yang jelas, katatonia.
5. Fungsi sosial kesepian
Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
6. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering
muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.
B. Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu :
Tanda dan gejala pada klien dengan waham adalah : Terbiasa
menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah
sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan,
menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar,
menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.

7
2.7. POHON MASALAH

Effect : RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN

Core problem : GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM

Causa : ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIS


2.8. PENATALAKSANAAN
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa
waham antara lain :
A. Psikofarmalogi
B. Litium Karbonat
1. Indikasi : Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala
hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium
juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan
ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.
2. Dosis : Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya
diberikan 3 dan 4 kali sehari, sedangkan tablet controlled release
diberikan 2 kali sehari interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus
dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam
serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari
immediate release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya
tetap sama.
3. Kontrol jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah
0,6-1,2 mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar
900mg-1200mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan
setiap bulan, pasien yang supersensitive biasanya memperlihatkan
tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L.

8
4. Efek Samping : Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada
kadar litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai
pada awal terapi. Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria
nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap selama
pengobatan.
C. Haloperidol
1. Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah
laku berat pada anak-anak yang sering membangkang an eksplosif.
Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak
yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai
kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit memusatkan
perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
2. Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
b. Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
3. Efek samping :
a. Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala
ekstrapiramidal, diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah,
cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing.
Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo,
kejang.
b. Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi,
hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal
dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan
pada hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan.
Pada hati dapat menimbulkan gangguan fungsi hati.
c. Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan
akneiform, dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada
endokrin dan metabolic antara lain laktasi, pembesaran
payudara, martalgia, gangguan haid, amenore, gangguan

9
seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran cerna:
Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah. Mata:
Penglihatan kabur. Pernapasan: Spasme laring dan bronkus.
Saluran genitourinaria: Retensi urin.
D. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri
dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya
sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu
penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal
ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu
sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan
morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan
berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.
E. ECT Tipe Katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana
arus listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini
tampaknya menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat
mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik.
ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan
tidak membantu meredakan katatonik episode.
F. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham,
namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk
semua orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam
proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk
dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi
keluarga, terapi supportif.

10
2.9. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien Informan
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat,
tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
2. Alasan Masuk
Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal.
4. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji
fungsi organ kalau ada keluhan.
5. Aspek Psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
6. Konsep Diri.
a. Citra tubuh
Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif terhadap
diri sendiri.
b. Identitas diri
Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku
seorang polisi padahalkenyataan nya tidak benar.
c. Peran Klien

11
Berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya.
d. Ideal diri
Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan
sudah lama di RSJ.
e. Harga diri
Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena
perasaan negatif terhadapdiri sendiri,hilangnya rasa percaya diri
dan merasa gagal mencapai tujuan.
7. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang tidak
haramonis.
8. Spiritual.
9. Nilai dan Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham agama
meyakini agamanya secara berlebihan. Biasanya pada pasien dengan
waham agama melakukan ibadah secara berlebihan.
10. Status Mental.
11. Penampilan
Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham
yang ia rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian seperti
seorang ustadz.
12. Pembicaraan
Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke
wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan
tidak sesuai dengankenyataan.
13. Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang
berlebihan.
14. Alam Perasaan
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang akan
melukai dan mengancam membunuhnya.Pada waham nihilistik
merasa sedih karena meyakini kalau dirinya sudah meninggal.

12
15. Interaksi Selama Wawancara
Pada pasien waham biasanya di temukan :
a. Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
b. Curiga : menunjukkan sikap/perasaan tidak percaya pada orang
lain.
16. Isi Pikir
Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klien mempunyai
keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
17. Proses Pikir
Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis, flight of
ideas, pengulangankata-kata.
18. Tingkat Kesadaran
Biasanya masih cukup baik

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan isi fikir : waham
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah kronis

13
C. Intervensi
Dx Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
1 Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
tindakan percaya dengan percaya menjadi
keperawatan selama menggunakan prinsip dasar interaksi
3x24 jam komunikasi teraupetik. selanjutnya
diharapkan pasien 2. Sapa klien dengan dalam membina
dapat ramah baik verbal klien dalam
berkomunikasi maupun non verbal berinteraksi
dengan baik 3. Perkenalkan diri dengan baik dan
dan terarah dengan sopan benar, sehingga
kreteria hasil : 4. Tanyakan nama klien mau
1. Klien dapat lengkap dan nama mengutarakan isi
membina yang disukai klien. perasaannya
hubungan saling 5. Jelaskan tujuan 2. Meningkatkan
percaya. pertemuan orientasi klien
2. Klien dapat 6. Jujur dan menepati pada realita dan
mengidentifikas janji meningkatkan
ikan 7. Tunjukkan rasa empati rasa percaya
kemampuan dan menerima klien klien pada
yang dengan apa adanya. perawat.
dimiliki. 8. Jangan membantah dan 3. Suasana
3. Klien dapat mendukung waham lingkungan
mengidentifikas klien. persahabatan
i kebutuhan 9. Katakan perawat yang mendukung
yang tidak menerima keyakinan dalam
dimiliki. klien. komunikasi
10. Katakan perawat tidak teraupetik.
mendukung keyakinan 4. Mengetahui
klien. penyebab waham

14
11. Yakinkan klien dalam curiga dan
keadaan aman dan intervensi
terlindung “Anda selanjutnya yang
berada ditempat aman akan dilakukan
dan terlindung”. oleh klien.
12. Gunakan keterbukaan 5. Reinforcement
dan kejujuran, jangan positif dapat
tinggalkan klien dalam meningkatkan
keadaan sendiri. kemampuan yang
13. Observasi apakah dimiliki oleh
wahamnya klien dan harga
mengganggu aktivitas diri klien.
sehari-hari dan 6. Klien terdorong
perawatan diri klien. untuk memilih
14. Diskusikan dengan aktivitas seperti
klien kemampuan yang sebelumnya
dimiliki pada waktu tentang aktivitas
lalu dan saat ini. yang pernah
15. Tanyakan apa yang dimiliki oleh
bisa dilakukan (kaitkan klien.
dengan aktivitas 7. Dengan
sehari-hari dan mendengarkan
perawatan diri) klien akan
kemudian anjurkan merasa lebih
untuk melakukan saat diperhatikan
ini. sehingga klien
16. Jika klien selalu bicara akan
tentang wahamnya mengungkapkan
dengarkan sampai perasaannya.
kebutuhan waham
tidak ada. Perawat

15
perlu memperhatikan
bahwa klien sangat
penting.
2 Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling 1. Membina
tindakan percaya dengan : hubungan saling
keperawatan selama a. Beri salam setiap percaya. Kontak
3x24 jam dihar berinteraksi yang jujur,
Pasien dapat b. Perkenalkan singkat,
berinteraksi dengan nama, nama konsisten dengan
orang lain panggilan perawat dapat
kriteria hasil : perawat dan membantu klien
1. Pasien tujuan perawat membina
dapat membina berkenalan kembali interaksi
hubungan c. Tanyakan dan penuh percaya
saling percaya panggil nama dengan orang
2. Pasien mampu kesukaan pasien lain.
menyebutkan d. Tunjukkan sikap 2. Keterlibatan
penyebab jujur dan orang terdekat
menarik diri menepati janji dapat membantu
3. Pasien mampu setiap kali membangun dan
menyebutkan berinteraksi atau kembali
keuntungan e. Tanyakan membentuk
berhubungan perasaan pasien sistem
sosial dan dan masalah pendukung dan
kerugian yang dihadapi mengintegrasika
menarik diri pasien n klien kembali
f. Buat kontak kedalam jaringan
interaksi yang sosial
jelas 3. Solitude dan
g. Dengarkan kesepian dapat
dengan penuh diterima atau

16
perhatian dengan pilihan,
ekspresi perasaan dan perbedaan
pasien ini membantu
2. Tanyakan pada pasien klien
tentang: mengidentifikasi
a. Orang yang apa yang terjadi
tinggal serumah pada dirinya
atau sekamar sehingga dapat
pasien diambil langkah
b. Orang yang untuk mengatasi
paling dekat masalah ini.
dengan pasien
dirumah atau
ruang perawatan
c. Apa yang
membuat pasien
dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak
dekat dengan
pasien dirumah
atau diruang
perawatan
e. Apa yang
membuat pasien
tidak dekat orang
dengan tersebut
f. Upayakan yang
sudah dilakukan
agar dekat
dengan orang

17
lain
g. Diskusikan
dengan pasien
penyebab
menarik diri atau
tidak mau
bergaul dengan
orang lain
3. Beri pujian terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaan
4. Tanyakan pada pasien
tentang :
a. Manfaat
hubungan sosial
b. Kerugian
menarik diri
c. Diskusikan
bersama pasien
tentang manfaat
berhubungan
sosial dan
kerugian menarik
diri
5. Beri pujian terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya.
3 Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
tindakan percaya percaya akan

18
keperawatan selama a. Sapa klien menimbulkan
3x 24 jam Klien dengan ramah, kepercayaan
dapat melakukan baik verbal klien pada
hubungan sosial maupun perawat sehingga
secara bertahap. nonverbal akan
Kriteria hasil : b. Perkenalkan diri memudahkan
1. Klien dapat dengan sopan dalam
mengidentifikas c. Tanya nama pelaksanaan
i kemampuan lengkap klien tindakan
dan aspek dan nama selanjutnya.
positif yang panggilan yang 2. Pujian akan
dimiliki. disukai klien meningkatkan
2. Klien dapat d. Jelaskan tujuan harga diri klien.
menilai pertemuan, jujur 3. Peningkatan
kemampuan dan menepati kemampuan
yang dapat janji mendorong klien
digunakan. e. Tunjukkan sikap untuk mandiri.
3. Klien dapat empati dan 4. Pelaksanaan
menetapkan dan menerima klien kegiatan secara
merencanakan apa adanya mandiri modal
kegiatan sesuai 2. Beri kesempatan untuk awal untuk
dengan mengungkapkan meningkatkan
kemampuan perasaanya tentang harga
yang dimiliki penyakit yang
dideritanya
a. Sediakan waktu
untuk
mendengarkan
klien
b. Katakan pada
klien bahwa ia

19
adalah seorang
yang berharga
dan
bertanggungjawa
b serta mampu
menolong
dirinya sendiri.
c. Diskusikan
kemampuan dan
aspek positif
yang dimiliki
kllien dan beri
pujian /
reinforcement
atas kemampuan
mengungkapkan
perasaannya
d. Saat bertemu
klien, hindarkan
memberi
penilaian negatif.
3. Utamakan memberi
pujian yang realistis.
4. Diskusikan
kemampuan klien yang
masih dapat digunakan
selama sakit
5. Diskusikan juga
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah

20
sakit dan di rumah
nanti.
6. Rencanakan bersama
klien aktivitas yang
dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
7. Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
kondisi klien
8. Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien
lakukan.

21
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
relitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan
eksternal melalui proses interaksi/informasi secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak
kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa
sangat kuat dan sangat terkenal. hal ini sesudah dengan penjelasan Varcarolis
dalam fundamental of pshyatric mental health nursing (2006 : 39) : grandeur:
think he or she powers and talents that are not possed or is someone fowerful
or famous.
Proses terjadinya waham
1. Fase Lack of Huma need
2. Fase Lack of Self Esteem
3. Fase Control Internal Eksternal
4. Fase Environment Support
5. Fase Comforting
6. Fase Improving

3.2. SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi waham dalam ilmu
keperawatan jiwa. Kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun. Semoga makalah ini berguna bagi penulis khususnya
juga para pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA

Direja. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika


Kusumawati, Farida., & Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika
Nasir, Abdul., & Abdul Muhit. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa:
Pengantar Dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Stuart dan Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 Alih Bahasa
Achir Yani. S. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa: Edisi Revisi. PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai