Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium tuberculosis dan termasuk penyakit zonosis karena bisa ditularkan
oleh hewan ke manusia. TB ditularkan dengan kuman dalam titik air yang sangat
kecil yang dapat dihirup saat orang yang mengidap TB aktif batuk, bersin, tertawa
atau berbicara. TB tidak ditularkan dengan memegang benda, sehingga tidak perlu
dikhususkan barang rumah tangga yang tersendiri (misalnya sendok-garpu, gelas,
atau seprei). TB tidak ditularkan secara turun-temurun.
Sistem kekebalan yang sehat mungkin dapat mematikan TB dengan segera. Kalau
tidak berhasil diatasi oleh tubuh, kuman biasanya bersarang di paru-paru, tetapi
kadang-kadang menular ke bagian lain di tubuh. Begitu TB sampai di paru-paru,
tubuh langsung mulai melawannya. Perlawanan tersebut biasanya berhasil, dan
sistem kekebalan dapat menghentikan menularnya kuman. Namun demikian,
untuk orang tertentu, TB dapat menular lebih jauh. TB yang mungkin sudah lama
tidak aktif dapat menjadi aktif kembali bertahun-tahun kemudian, dan infeksi
dapat menular ke bagian lain di tubuh. Infeksi yang sudah sembuh juga dapat
menjadi aktif kembali. Hal ini dapat terjadi kalau kekebalan tubuh menjadi lemah,
misalnya pada masa stres, infeksi virus yang akut, infeksi HIV, penyakit seperti
kencing manis, atau terapi imunosupresif untuk kanker dan penyakit lain yang
memerlukan obat steroida, radioterapi atau obat-obatan sitotoksik.

Gejala terus-menerus seperti batuk yang lamanya lebih dari dua tiga
minggu, begitu pula dahak bernoda darah, sering merupakan ciri khas TB. Gejala
lain mungkin dapat mencakup rasa lesu atau turunnya berat badan yang
penyebabnya kurang jelas, keringat malam hari, nyeri dada yang terasa berkali-
kali, atau nyeri dan pembengkakan di bagian tubuh yang bersangkutan kalau
TBnya menular ke luar paru-paru. Gejala tersebut belum tentu merupakan akibat
TB, tetapi sebaiknya dianggap sebagai peringatan dini untuk memeriksakan diri
ke dokter. Uji TB antara lain berupa riwayat medis, pemeriksaan fisik, uji kulit

1
tuberkulin, rontgen dada dan pemeriksaan dahak. Pemeriksaan dahak dikirimkan
ke laboratorium dan mungkin memerlukan waktu beberapa minggu, karena TB
biasanya berkembang secara berangsur-angsur. Uji kulit tuberkulin (uji Mantoux)
terutama digunakan untuk menentukan apakah pernah tersentuh infeksi, bukan
adanya penyakit TB sendiri. Kadang-kadang perlu diadakan lebih dari satu kali
dengan uji yang berselang berbagai jangka waktu untuk menentukan apakah
pernah tersentuh infeksi. TB di bagian tubuh lain, bukan di dada, dapat ditemukan
dengan uji patologi khusus, rontgen dan/atau penilaian klinis oleh dokter.

Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyebab utama morbiditas dan


mortalitas pada anak di dunia, namun kurang mendapat prioritas dalam
penanggulangannya. Data surveilans dan epidemiologi TB pada anak jarang
didapat. Hal ini disebabkan berbagai faktor antara lain sulitnya diagnosis TB
anak, meningkatnya TB ekstra paru pada anak, tidak adanya standar baku definisi
kasus, dan prioritas yang kurang diberikan pada TB anak di banding TB dewasa.
Berbagai penelitian menunjukkan prevalensi TB anak tinggi, namun umumnya
tanpa konfirmasi pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) positif. Salah satu
indikator untuk menilai situasi TB di komunitas adalah dengan Annual Risk of
Tuberculosis Infection (ARTI), adalah indeks epidemiologi yang dipakai untuk
evaluasi dan monitor keadaan tuberkulosis di suatu komunitas atau negara.

Setiap tahun didapatkan 250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kira


100.000 kematian karena TB. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor
satu diantara penyakit infeksi dan menduduki tempat ketiga sebagai penyebab
kematian pada semua umur setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit infeksi
saluran napas akut. Pasien TB di Indonesia terutama berusia antara 15-5 tahun,
merupakan kelompok usia produktif. Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999,
jumlah kasus TB baru di Indonesia 583.000 orang per tahun dan menyebabkan
kematian sekitar 140.000 orang per tahun.

Oleh karena itu, pemakalah mengambil topik penyakit TB untuk


mengetahui host, agent, environment dan riwayat alamiah penyakit serta upaya
pencegahan penyakit TB sehingga dapat mengetahui distribusi dan determinan
penyakit TB untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas karena penyakit
TB.

2
1.2 Rumusan Masalah

1 Apa Pengertian Tuberkulosis ?


2 Bagaimana Etiologi Tuberkulosis ?
3 Bagaimana Patofisiologi Tuberkulosis ?
4 Bagaimana Tanda dan Gejala Tuberkulosis ?
5 Bagaimana Penatalaksanaan Tuberkulosis ?
6 Bagaimana pengobatan Tuberkulosis ?
7 Apa pemeriksaan penunjang pada Tuberkulosis ?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Tuberkulosis


2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi Tuberkulosis
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi Tuberkulosis
4. Untuk mengatahui dan memahami tanda dan gejala Tuberkulosis
5. Untuk mengatahui dan memahami penatalaksanaan Tuberkulosis
6. Untuk mengetahui dan memahami pengobatan Tuberkulosis
7. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang Tuberkulosis
1.4 Manfaat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

3
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis atau kuman TB. Sebagian bakteri ini menyerang
paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2011).
Manusia adalah satu-satunya tempat untuk bakteri tersebut menyerang. Bakteri ini
berbentuk batang dan termasuk bakteri aerob obligat (Todar, 2009). Bakteri
Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan spora dan toksin. Bakteri ini
memiliki panjang dan tinggi antara 0,3 - 0,6 dan 1 - 4 μm, pertumbuhan bakteri ini
lambat dan bakteri ini merupakan bakteri pathogen makrofag intraselluler (Ducati
dkk, 2006). Pada saat penderita TB batuk dan bersin kuman menyebar melalui
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) dimana terdapat 3.000
percikan dahak dalah sekali batuk (Depkes RI, 2007). M. tuberculosis ditularkan
melalui percikan ludah. Infeksi primer dapat terjadi diparu-paru, kulit dan usus
(Hull, 2008).
2.2 Etiologi

Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois.


Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan
bentuk dari bakteri ini yaitu batang, tipis, lurus atau agak bengkok, bergranul,
tidak mempunyai selubung tetapi kuman ini mempunyai lapisan luar yang tebal
yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Sifat dari bakteri ini agak
istimewa, karena bakteri ini dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan
asam dan alkohol sehingga sering disebut dengan bakteri tahan asam (BTA).
Selain itu bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan dingin. Bakteri ini
dapat bertahan pada kondisi rumah atau lingkungan yang lembab dan gelap bisa
sampai berbulan-bulan namun bakteri ini tidak tahan atau dapat mati apabila
terkena sinar, matahari atau aliran udara (Widoyono, 2011).

4
Gambar 1. Mycobacterium tuberculosis (Levinson, 2008)
2.3 Patofisiologi Tuberkulosis

Bila terinplantasi Mycobacterium tuberculosis melalui saluran nafas, maka


mikroorganisme akan membelah diri dan terus berlangsung walaupun cukup
pelan. Nekrosis jaringan dan klasifikasi pada daerah yang terinfeksi dan nodus
limfe regional dapat terjadi, menghasilkan radiodens area menjadi kompleks
Ghon. Makrofag yang terinaktivasi dalam jumlah besar akan mengelilingi daerah
yang terdapat Mycobacterium tuberculosis sebagai bagian dari imunitas yang
dimediasi oleh sel.
Hipersensitivitas tipe tertunda, juga berkembang melalui aktivasi dan
perbanyakan limfosit T. Makrofag membentuk granuloma yang mengandung
organisme (Sukandar dkk, 2009).Setelah kuman masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pernafasan, bakteri TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Depkes RI, 2005).
2.4 Tanda dan Gejala

Gejala TB pada umumnya penderita mengalami batuk dan berdahak terus-


menerus selama 2 minggu atau lebih, yang disertai dengan gejala pernafasan lain,
seperti sesak nafas, batuk darah nyeri dada, badan lemah, nafsu makan atau
pernah batuk darah, berat badan menurun, berkeringat malam walaupun tanpa
kegiatan, dan demam meriang lebih dari sebulan (WHO, 2009).

5
2.5 Penatalaksanaan & Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,


memperbaiki kualitas hidup, meningkatkan produktivitas pasien,
mencegah kematian, kekambuhan dan memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap obat antiberkulosis (OAT)
(WHO, 2009). Panduan OAT disediakan dalam bentuk paket kombinasi
berupa Kombinasi Dosis Tetap (KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 2 atau 4 jenis obat yang dikemas dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan penderita TB. Sediaan seperti ini dibuat
dengan tujuan agar memudahkan dalam pemberian obat dan menjamin
kelangsungan pengobatan sampai pengobatan tersebut selesai dilakukan
(Depkes, 2014).
1. Prinsip pengobatan
1) Diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dengan
jumlah yang cukup dan dosis yang tepat. Jangan menggunakan
OAT tunggal (monoterapi).

6
2) Dilakukan pengawasan langsung (DOT = Direct Observed
Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3) Diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan
(Depkes, 2011).
2. Tahap Pengobatan TB
1) Tahap Awal
Pada tahap ini, penderita mendapatkan OAT setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung. Penderita TB tidak akan menular dalam kurun
waktu dua minggu jika pengobatan yang diberikan pada tahap
intensif ini tepat. Sebagian besar penderitaTB BTA positif menjadi
BTA negatif dalam dua bulan (Depkes, 2014).
2) Tahap Lanjutan
Pada tahap ini, penderita mendapatkan obat yang lebih sedikit dari tahap
awal namun pengobatan yang dilakukan lebih lama yaitu selama 4
- 6 bulan. Tahap lanjutan diperuntukkan agar kuman persister
(dormant) mati sehingga tidak menyebabkan kekambuhan.
(Depkes, 2014).
3. Panduan OAT lini pertama
Paduan OAT menurut Depkes RI tahun 2014
1) Kategori -1(2(HRZE)/ 4(HR)3)
Kombinasi OAT ini diberikan untuk penderita TB pasien baru, pasien
TB paru terkonfirmasi bakteriologis, pasien TB paru terdiagnosis
klinis dan TB ekstra-paru. Sediaan ini dalam bentuk paket obat
kombinasi dosis tetap (KDT) yang terdiri dari isoniazid (H), rifampisin
(R), pirazinamid (Z), dan etambutol (E). Dalam satu tablet dosisnya
telah disesuaikan dengan berat badan pasien yang dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.

7
Tabel 1 menjelaskan tentang paduan OAT KDT kategori-1:

2) Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)


Untuk kategori ini, tahap intensif dilakukan selama 3 bulan terdiri dari 2
bulan INH, rifampisin, pirazinamid, ethambutol,dan streptomisisn
kemudian dilanjutkan dengan INH, Rifampisin, Pirazinamid, dan
Ethambutol selama 1 bulan. Setelah itu melalui berikutnya yaitu
tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE diberikan tiga kali
seminggu. Penggunaan OAT diberikan pada penderita TB dengan
BTA positif yang telah diobat sebelumnya, misalnya penderita TB
yang kambuh (relaps), mengalami kegagalan terapi (failure), dan
dengan pengobatan setelah putus berobat (after default).Sediaan
pada Tabel2 di bawah ini berbentuk KDT yang telah dikemas satu
paket untuk satu pasien dengan dosis yang telah ditetapkan
menurut berat badan pasien. Tabel 2 menjelaskan tentang dosis
OAT KDT kategori 2:

8
4. Obat Tuberkulosis (OAT)
Obat-obat yang banyak digunakan dalam pengobatan TB, yaitu isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan ethambutol.
1) Isoniazid
Isoniazid atau biasa sering disebut dengan Isonikotinil Hidrazid (INH).
Obat ini adalah prodrug yang diaktifkan oleh katalase-peroksida
(KatG) mikrobakterium bersifat tuberkulostatik. Mekanisme kerja
INH menghambat biosintesis asam mikolat, INH juga mencegah
perpanjangan rantaiasam lemak yang sangat panjang yang
merupakan bentuk awal molekul asam mikolat. Absorbsi obat
terganggu bersama dengan makanan, khususnya karbohidrat, atau
dengan antasida yang mengandung alumunium. Efek samping yang
paling sering terjadi, seperti neuritis perifer diakibatkan oleh
defisiensi pirodoksin, penanganannya diberikan piridoksin
(Vitamin B6) (Magliozzo, 2009).
2) Rifampisin
Rifampisin berasal dari jamur Streptomyces. Mekanisme kerja rifampisisn
menghalangi transkripsi dengan berinteraksi dengan subunit B
bakteri, menghambat sintesis mRNA dengan menekan langkah
inisiasi. Obat ini bersifat bakterisidal. Efek samping yang sering
terjadi, seperti mual, muntah, dan ruam namun dapat ditoleransi.
Rifampisin dapat menginduksisejumlah enzim sitokrom p450,
rifampisin dapat memendekkan waktu paruh obat lain yang
diberikan secara bersamaan (Magliozzo, 2009).
3) Pirazinamid
Pirazinamid adalah agen antituberkulosis sintetik yang bersifat bakterisidal
dan digunakan dalam kombinasi dengan isoniazid, rifampisin, dan
etambutol. Pirazinamid aktif melawan basil tuberkel dalam
lingkungan asam lisosom dan juga dalam makrofag (Magliozzo,
2009).

9
4) Streptomisin
Obat ini bersifat bakteriostatik dan bakterisid terhadap bakteri TB.
Farmakokinetiknya, hampir semua streptomisin berada dalam
plasma dan hanya sedikit yang berada dalam eritrosit. Efek
samping streptomisin adalah ototoksik, nefrotoksik, dan anemia
aplastic (Magliozzo, 2009).
5) Ethambutol
Etambutol bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya menghambat
sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan sel
mati. Obat ini dapat diberikan kombinasi bersama pirazinamid,
rifampisisn, dan isoniazid. Efek sampingnya, turunnya kemampuan
pengelihatan, hilangnya kemampuan membedakan warna, dan
halusinasi. Penghentian obat memulihkan gejala optik (Magliozzo,
2009)
2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Tes Tuberkulin Intradermal (Mantoux) :


Dilakukan dengan cara penyuntikan pada intakutan. Bila positif, menunjukkan
adanya infeksi TB. Namun, uji tuberkulin dapat negatif pada anak TB
berat dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat, pemberian
imunosupresif, dan lain-lain) (Raharjoe dan Setyanto, 2008).
2. Reaksi cepat BCG (Bacille Calmette-Guerin) :
Disuntikkan ke kulit. Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7
hari) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka orang tersebut telah
terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis (Depkes RI, 2005).
3. Pemeriksaan Radiologi:
Pada pemeriksaan ini sering menunjukkan adanya TB, tetapi hampir tidak dapat
mendiagnosis karena hampir semua manifestasi klinis TB dapat
menyerupai penyakit-penyakit lainnya (Price dan Standridge, 2005).
4. Pemeriksaan Bakteriologik:
Pada pemeriksaan ini yang paling penting adalah pemeriksaan sputum (Price dan
Standridge, 2005)

10
Berikut alur diagnosis TB paru dalam bentuk skema menurut Depkes RI tahun
2014 (Gambar 1).

Gambar 1. Alur Diagnosis TB Paru


Keterangan gambar pada gambar 1:
1. Suspek TB paru: seseorang dengan batuk berdahak selama 2 -3 minggu
atau lebih dengan atau tanpa gejala lain
2. Antibiotik non OAT: Antibiotik spektrum luas yang tidak memiliki efek
anti TB (jangan gunakan fluorokuinolon)
2.7 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat kesehatan dan periksaan fisik lengkap.
b. Manifestasi klinis : demam, anoreksia, penurunan BB, berkeringat
malam, keletihan, batuk dan terbentuknya sputum.
c. Catat setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernapasan,
jumlah dan warna sekresi, frekuensi batuk dan nyeri dada.

11
d. Evaluasi bunyi napas (menghilang,bunyi
bronkial,bronkovesikuler,krekles), fremitus, egofoni, dan perkusi
pekak.
e. Periksa adanya pembesaran nodus limfe yang sangat nyeri.
f. Kaji kesiapan emosional pasien untuk belajar, persepsi dan
pengertiannya tentang tuberkulosis dan pengobatannya.
g. Evaluasi fisik dan hasil laboratorium.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi trakeobronkial yang
sangat banyak.
b. Regimen terapeutik tidak efektif b.d kompleksitas pengobatan
jangka panjang.
c. Intoleransi aktifitas b.d keletihan,perubahan status nutrisi dan
demam.
d. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d rangsangan pusat
pengatur suhu akibat zat pirogen kuman TBC.
e. Nyeri akut b.d peningkatan mediator nyeri akibat reaksi inflamasi.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan nafsu makan / anoreksia.
g. Kurang pengetahuan tentang tindakan pencegahan penularan b.d
informasi tak adekuat.
h. PK : efek samping medikasi.
i. PK : TB miliaris.
3. Rencana Intervensi Keperawatan
1) Peningkatan bersihan jalan napas.
a. Pantau tanda-tanda bersihan jalan napas tak efektif (sputum
kental,dispnea,ronki).
b. Tingkatkan masukan cairan yang adekuat.
c. Anjurkan menghirup uap hangat dengan kelembaban tinggi.

12
d. Anjurkan posisi yang nyaman untuk drainase sputum.
e. Kolaborasi pemberian ekspektoran.
2) Peningkatan regimen terapeutik.
a. Kaji tingkat kepatuhan pasien untuk pengobatan jangka
lama.
b. Jelaskan kepada pasien pentingnya mengikuti protokol
pengobatan dengan baik.
c. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang faktor
pendukung dan penghambat pengobatan.

3) Meningkatkan toleransi terhadap aktifitas.


a. Kaji faktor-faktor yang menimbulkan keletihan.
b. Pantau tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas.
c. Jelaskan manfaat aktivitas untuk mempercepat proses
penyembuhan.
d. Tingkatkan kemandirian dalam perawatan diri, bantu jika
keletihan terjadi.
e. Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat.
4) Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
a. Kaji tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
b. Jelaskan bagaimana suhu tubuh dapat meningkat akibat
infeksi.
c. Pertahankan hidrasi adekuat.
d. Kolaborasi pemberian antipiretika bila perlu.
5) Mengatasi nyeri akut.
a. Kaji tingkat nyeri (PQRST).
b. Jelaskan penyebab terjadinya nyeri.
c. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
d. Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu.
6) Meningkatkan nutrisi yang adekuat.
a. Kaji status nutrisi dan faktor-faktor yang mungkin
mengganggu nafsu makan.

13
b. Jelaskan pentingnya asupan gizi yang adekuat untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
c. Anjurkan makan porsi kecil tapi sering.
d. Kolaborasi diet dengan ahli gizi.
e. Kolaborasi pemberian vitamin.
7) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang cara pencegahan
penularan.
a. Kaji tingkat pemahaman pasien/keluarga tentang cara
mencegah penularan.
b. Diskusikan faktor-faktor yang pendukung dan penghambat
penularan.
c. Instruksikan pasien dan keluarga tentang prosedur
pengendalian infeksi (menutup mulut saat batuk,mencuci
tangan,membuang sputum pada tempatnya)
8) Mencegah komplikasi efek samping obat.
a. Pantau tanda / gejala efek samping obat.
b. Jelaskan efek samping masing-masing OAT.
c. Jelaskan hal-hal yang harus dihindari /dilakukan terhadap
masing-masing jenis OAT.
d. Pantau kadar enzim-enzim hepar, BUN, Kreatinin untuk
mendeteksi fungsi hepar dan ginjal.
e. Instruksikan pasien menghubungi perawat/dokter bila
terjadi efek samping.
9) Mencegah komplikasi TB Miliaris
a. Jelaskan tanda-tanda penyebaran infeksi TBC ke bagian
tubuh non pulmonal.
b. Pantau tanda-tanda infeksi TBC non pulmonal (lonjakan
suhu tubuh, perubahan fungsi ginjal dan kognitif).
c. Lapor dokter bila terdapat tanda TB Miliaris

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tn. K 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk

tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari

dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan

yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan

bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga

mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan

penurunan BB yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien

mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan,

tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang di

derita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan

rumah pasien yang lembab. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh

keluarganya ke RS kemudia dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan

pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan

hasil BB pasien 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight) terlihat sakit

ringan. TD: 110/70 MmHg, Nadi: 80x/mnt, Frekuensi nafas: 17x/mnt, Suhu: 37,0

C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik, telinga dan hidung dalam batas

normal pada mulut tampak gigi dan oral hygine cukup. Tenggorokan, jantung, dan

abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, insfeksi dalam batas

normal, palpasi dalam batas normal, perpusi dalam batas normal, auskultasi

adanya suara ronchi pada fulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan

inferior dalam batas normal, tidak sianosis, tidak oedem dan akral hangat status

neurologis reflek fisiologis normal, reflek patologi (-). Di rs pasien telah

15
dilakukan foto rontgent anterior posterios (AP). Dan didapatkan kavitas pada

pulmo dekstra dan sinistra. setelah dilakukan foto rontgent pasien datang ke

puskesmas untuk pengambilan dahak. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak 2x

dengan hasil yang pertama negatif kemudian diulangi dan didapatkan hasil +2.

Pasien diberikan obat paket berupa rifampicin 150 mg, isoniazid 75 mg,

pirazinamid 400 mg, etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan

selama 1 bulan. Pasien merasa gatal setelah minum obat tersebut, namun untuk

menguranginya pasien biasanya minum teh yang hangat dan pada saat BAK

berwarna merah.

3.1 PENGKAJIAN DATA

1 Identitas
Nama : Tn. K
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Bandung
2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan batuk tidak berdahak.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan batuk tidak berdahak, batuk dirasakan sering pada malam hari
dan dirasakan sejak 3 bulan lalu.
3 Pemeriksaan Fisik
a. Mata : konjungtiva anemis, sklera anikterik
b. Hidung : normal
c. Bibir : sianosis (-)
d. Telinga : normal

16
e. Mulut : tampak bersih
f. Tenggorokan : normal
g. Jantung : normal
h. Abdomen : normal
i. Kulit : akral hangat, tidak eodem
j. Paru (inspeksi) : normal
k. Dada : terdengar suara ronchi
l. Ekstremitas : normal
4 Pemeriksaan Penunjang
Dahak : 1. Negatif
2. Positif
Rontgen : terdapat kapitas pada pulmo dekstra dan sinistra
5 Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif

a. klien mengatakan batuk a. - Batuk dirasakan sejak 3


tidak berdahak bulan
- Pasien membuang dahak
sembarangan
- Auskultasi adanya suara
ronchi
b. pasien mengatakan demam b. – suhu : 37ºC (data dikasus)
c. pasien mengatakan c. - Berat badan turun 50kg jadi
mengalami penurunan nafsu 47kg
makan
d. (-) d. Kurangnya pengetahuan
penyakit yang dialami

17
6 Analisa Data
no Data Etiologi Problem

1 Ds : klien mengatakan batuk Proses infeksi Batuk tidak efektif


tidak berdahak

Do :
- Batuk dirasakan sejak 3
bulan
- Pasien membuang dahak
sembarangan
- Auskultasi adanya suara
ronchi

2 Ds : pasien mengatakan
Peningkatan suhu tubuh Hipertermi
demam

Do : suhu : 37ºC (data


dikasus)

3 Ds : pasien mengatakan
Terpapar racun pestisida
Gangguan kurangnya
mengalami penurunan nafsu kebutuhan nutrisi
makan
Do : Berat badan turun 50kg
jadi 47kg
4 Do : Kurangnya pengetahuan
Kurang informasiKurangnya pengetahuan
penyakit yang dialami tentang kondisi

18
3.2 Diagnosa Keperawatan

1 Batuk tidka efektif berhubungan dengan proses infeksi


Ditandai dengan :
Ds : pasien mengatakan batuk tidak berdahak
Do : - Batuk dirasakan sejak 3 bulan
- Pasien membuang dahak sembarangan
- Auskultasi adanya suara ronchi
2 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
Ditandai dengan :
Ds : klien mengatakan demam
Do : suhu 37ºC (data dikasus)
3 Gangguan kurangnya kebutuhan nutrisi berhubungan dengan terpapar racun
pestisida
Ditandai dengan :
Ds : klien mengatakan penurunan nafsu makan
Do : berat badan menurun 50kg jadi 47kg
4 Kurangnya pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan kurangnya
informasi
Ds : (-)
Do : kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang dialami

19
3.3 Intevensi Keperawatan
DX Tujuan Intervensi Rasional
1. Telah dilakukan 1. Ajarkan pasien 1 nafas dalam membantu
tindakan batuk efektif ventilasi
keperawatan 2. Kaji TTV 2 untuk mengetahui
selama 3x24 jam perkembangan pasien
KH : 3. Posisi 3 membantu
- batuk berkurang semifowler memaksimalkan
- ronchi (-) ekspansi paru
4. Anjurkan untuk 4 untuk melancarkan
banyak minum batuk
air putih
5. Kolaborasi 5 untuk mengurangi
pemberian obat batuk
ripamfisin dll
2. Setelah dilakukan 1. kaji suhu 1. untuk mengetahui
tindakan perkembangan tubuh
keperawatan 2. kompres hangat 2. meminimalisir
selama 3x24 jam demam
suhu tubuh normal 3. anjurkan pasien 3. agar menyerap
untuk
KH : keringat
menggunakan
- suhu 36,6ºC -
pakaian tipis
37ºC 4. untuk meminimalisir
4. kolaborasi
demam
pemberian obat
paracetamol

3 Setelah melakukan 1 anjurkan pasien 1 agar nutrisi / BB naik


tindak keperawatan makan sedikit

selama 3x24 jam tapi sering


2 berikan makanan
nutrisi terpenuhi 2 mengoptimalkan
yang disukai
KH : nafsu makan

20
- berat badan pasien
normal
- Nasfu makan
bertambah
4 Setelah melakukan 1 pendekatan 1 agar komunikasi
tindakan kepada keluarga terjalin dengan baik
keperawatan 2 menjelaskan 2 pencegahan
pengertian,
selama 1x24 jam penularan penyakit
penyebab, tanda
pasien atau
dan gejala TB
keluarga mengerti
paru
akan kondisinya
KH :
- mengetahui
definisi, penyebab,
dan gejala TB paru

3.4 Implementasi Keperawatan


Dx Implementasi Paraf
1 1. mengajarkan pasien batuk efektif
2. Mengkaji TTV
3. Mengatur posisi semifowler
4. menganjurkan untuk banyak minum air putih
5. mengkolaborasi pemberian obat ripamfisin dll
2 1. mengkaji suhu
2. mengkompres hangat
3. menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian tipis
4. mengkolaborasi pemberian obat paracetamol

3 1 anjurkan pasien makan sedikit tapi sering


2 berikan makanan yang disukai pasien

21
4 1 pendekatan kepada keluarga
2 menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala TB paru
BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis dan termasuk penyakit zonosis karena bisa ditularkan

oleh hewan ke manusia. TB ditularkan dengan kuman dalam titik air yang sangat

kecil yang dapat dihirup saat orang yang mengidap TB aktif batuk, bersin, tertawa

atau berbicara. TB tidak ditularkan dengan memegang benda, sehingga tidak perlu

dikhususkan barang rumah tangga yang tersendiri (misalnya sendok-garpu, gelas,

atau seprei).

3.2 SARAN

1. Hindari atau jauhi segala factor-faktor yang dapat menyebabkan seorang


terinfeksi TB Paru seperti; Alkohol, kontak langsung dengan penderita
TB.
2. Apabila seorang yang telah di diagnose menderita TB disarankan
menjalani pemeriksaan fisik, uji tuberkin Mantoux, radiografi dada, dan
pemeriksaan bekteriologi atau histology.
3. Lakukanlah 3 prinsip pengobatan TB yaitu; (1) regimen harus terdiri dari
banyak obat-obatan yang sesuai untuk organismetersebut, (2) obat-obatan
tersebut harus digunakan secara teratur, (3) terapi obat harus dilakukan
dalam waktu yang cukup untuk memberikan terapi yang efektifdan paling
aman dalam waktu yang terpendek.

22
DAFTAR PUSTAKA

Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson: Patofisiologi, Vol 2. Jakarta: EGC, 2006
Suddarth & Brunner: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC 2002

23

Anda mungkin juga menyukai

  • Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP PDF
    Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP PDF
    Dokumen25 halaman
    Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP PDF
    Imron
    Belum ada peringkat
  • Surat Pemberitahuan Ke 2 Update Biodata Terkait Subsidi Kuota
    Surat Pemberitahuan Ke 2 Update Biodata Terkait Subsidi Kuota
    Dokumen8 halaman
    Surat Pemberitahuan Ke 2 Update Biodata Terkait Subsidi Kuota
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Makalah LP Waham
    Makalah LP Waham
    Dokumen39 halaman
    Makalah LP Waham
    Martha Ayu Agustin
    Belum ada peringkat
  • KASUS UPRAK Initial Assessment
    KASUS UPRAK Initial Assessment
    Dokumen1 halaman
    KASUS UPRAK Initial Assessment
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang Proposal
    Latar Belakang Proposal
    Dokumen20 halaman
    Latar Belakang Proposal
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • LATAR BELAKANG PENELITIAN
    LATAR BELAKANG PENELITIAN
    Dokumen15 halaman
    LATAR BELAKANG PENELITIAN
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Simulasi tk.3 Soal 20
    Simulasi tk.3 Soal 20
    Dokumen132 halaman
    Simulasi tk.3 Soal 20
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Rumusan Masalah
    Rumusan Masalah
    Dokumen8 halaman
    Rumusan Masalah
    Ibas Focus
    Belum ada peringkat
  • Holistic Care
    Holistic Care
    Dokumen13 halaman
    Holistic Care
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Kewirausahaan
    Kewirausahaan
    Dokumen36 halaman
    Kewirausahaan
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Biosatistik Rina Riyana
    Biosatistik Rina Riyana
    Dokumen6 halaman
    Biosatistik Rina Riyana
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi
    Farmakologi
    Dokumen29 halaman
    Farmakologi
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Saraf
    Saraf
    Dokumen26 halaman
    Saraf
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Agama
    Agama
    Dokumen4 halaman
    Agama
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Askep Waham Fix
    Askep Waham Fix
    Dokumen26 halaman
    Askep Waham Fix
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • RPS ANAK II (Revisi)
    RPS ANAK II (Revisi)
    Dokumen20 halaman
    RPS ANAK II (Revisi)
    Dewi
    Belum ada peringkat
  • Peran Perawat
    Peran Perawat
    Dokumen2 halaman
    Peran Perawat
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak Tipoid
    Askep Anak Tipoid
    Dokumen26 halaman
    Askep Anak Tipoid
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Pancasila
    Pancasila
    Dokumen14 halaman
    Pancasila
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Saraf
    Saraf
    Dokumen26 halaman
    Saraf
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Idk Sistem Pencernaan
    Idk Sistem Pencernaan
    Dokumen3 halaman
    Idk Sistem Pencernaan
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Idk Sistem Pencernaan
    Idk Sistem Pencernaan
    Dokumen3 halaman
    Idk Sistem Pencernaan
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Askep PID
    Askep PID
    Dokumen22 halaman
    Askep PID
    Nurmila Hikmah
    100% (5)
  • Ca Paru Jurnal
    Ca Paru Jurnal
    Dokumen20 halaman
    Ca Paru Jurnal
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • BAB I Asli
    BAB I Asli
    Dokumen32 halaman
    BAB I Asli
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Anemia A
    Anemia A
    Dokumen12 halaman
    Anemia A
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Hipertensii
    Hipertensii
    Dokumen26 halaman
    Hipertensii
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Sap DHF
    Sap DHF
    Dokumen15 halaman
    Sap DHF
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • BAB I Asli
    BAB I Asli
    Dokumen28 halaman
    BAB I Asli
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat