PENDAHULUAN
Gejala terus-menerus seperti batuk yang lamanya lebih dari dua tiga
minggu, begitu pula dahak bernoda darah, sering merupakan ciri khas TB. Gejala
lain mungkin dapat mencakup rasa lesu atau turunnya berat badan yang
penyebabnya kurang jelas, keringat malam hari, nyeri dada yang terasa berkali-
kali, atau nyeri dan pembengkakan di bagian tubuh yang bersangkutan kalau
TBnya menular ke luar paru-paru. Gejala tersebut belum tentu merupakan akibat
TB, tetapi sebaiknya dianggap sebagai peringatan dini untuk memeriksakan diri
ke dokter. Uji TB antara lain berupa riwayat medis, pemeriksaan fisik, uji kulit
1
tuberkulin, rontgen dada dan pemeriksaan dahak. Pemeriksaan dahak dikirimkan
ke laboratorium dan mungkin memerlukan waktu beberapa minggu, karena TB
biasanya berkembang secara berangsur-angsur. Uji kulit tuberkulin (uji Mantoux)
terutama digunakan untuk menentukan apakah pernah tersentuh infeksi, bukan
adanya penyakit TB sendiri. Kadang-kadang perlu diadakan lebih dari satu kali
dengan uji yang berselang berbagai jangka waktu untuk menentukan apakah
pernah tersentuh infeksi. TB di bagian tubuh lain, bukan di dada, dapat ditemukan
dengan uji patologi khusus, rontgen dan/atau penilaian klinis oleh dokter.
2
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
3
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis atau kuman TB. Sebagian bakteri ini menyerang
paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2011).
Manusia adalah satu-satunya tempat untuk bakteri tersebut menyerang. Bakteri ini
berbentuk batang dan termasuk bakteri aerob obligat (Todar, 2009). Bakteri
Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan spora dan toksin. Bakteri ini
memiliki panjang dan tinggi antara 0,3 - 0,6 dan 1 - 4 μm, pertumbuhan bakteri ini
lambat dan bakteri ini merupakan bakteri pathogen makrofag intraselluler (Ducati
dkk, 2006). Pada saat penderita TB batuk dan bersin kuman menyebar melalui
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) dimana terdapat 3.000
percikan dahak dalah sekali batuk (Depkes RI, 2007). M. tuberculosis ditularkan
melalui percikan ludah. Infeksi primer dapat terjadi diparu-paru, kulit dan usus
(Hull, 2008).
2.2 Etiologi
4
Gambar 1. Mycobacterium tuberculosis (Levinson, 2008)
2.3 Patofisiologi Tuberkulosis
5
2.5 Penatalaksanaan & Pengobatan Tuberkulosis
6
2) Dilakukan pengawasan langsung (DOT = Direct Observed
Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3) Diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan
(Depkes, 2011).
2. Tahap Pengobatan TB
1) Tahap Awal
Pada tahap ini, penderita mendapatkan OAT setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung. Penderita TB tidak akan menular dalam kurun
waktu dua minggu jika pengobatan yang diberikan pada tahap
intensif ini tepat. Sebagian besar penderitaTB BTA positif menjadi
BTA negatif dalam dua bulan (Depkes, 2014).
2) Tahap Lanjutan
Pada tahap ini, penderita mendapatkan obat yang lebih sedikit dari tahap
awal namun pengobatan yang dilakukan lebih lama yaitu selama 4
- 6 bulan. Tahap lanjutan diperuntukkan agar kuman persister
(dormant) mati sehingga tidak menyebabkan kekambuhan.
(Depkes, 2014).
3. Panduan OAT lini pertama
Paduan OAT menurut Depkes RI tahun 2014
1) Kategori -1(2(HRZE)/ 4(HR)3)
Kombinasi OAT ini diberikan untuk penderita TB pasien baru, pasien
TB paru terkonfirmasi bakteriologis, pasien TB paru terdiagnosis
klinis dan TB ekstra-paru. Sediaan ini dalam bentuk paket obat
kombinasi dosis tetap (KDT) yang terdiri dari isoniazid (H), rifampisin
(R), pirazinamid (Z), dan etambutol (E). Dalam satu tablet dosisnya
telah disesuaikan dengan berat badan pasien yang dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.
7
Tabel 1 menjelaskan tentang paduan OAT KDT kategori-1:
8
4. Obat Tuberkulosis (OAT)
Obat-obat yang banyak digunakan dalam pengobatan TB, yaitu isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan ethambutol.
1) Isoniazid
Isoniazid atau biasa sering disebut dengan Isonikotinil Hidrazid (INH).
Obat ini adalah prodrug yang diaktifkan oleh katalase-peroksida
(KatG) mikrobakterium bersifat tuberkulostatik. Mekanisme kerja
INH menghambat biosintesis asam mikolat, INH juga mencegah
perpanjangan rantaiasam lemak yang sangat panjang yang
merupakan bentuk awal molekul asam mikolat. Absorbsi obat
terganggu bersama dengan makanan, khususnya karbohidrat, atau
dengan antasida yang mengandung alumunium. Efek samping yang
paling sering terjadi, seperti neuritis perifer diakibatkan oleh
defisiensi pirodoksin, penanganannya diberikan piridoksin
(Vitamin B6) (Magliozzo, 2009).
2) Rifampisin
Rifampisin berasal dari jamur Streptomyces. Mekanisme kerja rifampisisn
menghalangi transkripsi dengan berinteraksi dengan subunit B
bakteri, menghambat sintesis mRNA dengan menekan langkah
inisiasi. Obat ini bersifat bakterisidal. Efek samping yang sering
terjadi, seperti mual, muntah, dan ruam namun dapat ditoleransi.
Rifampisin dapat menginduksisejumlah enzim sitokrom p450,
rifampisin dapat memendekkan waktu paruh obat lain yang
diberikan secara bersamaan (Magliozzo, 2009).
3) Pirazinamid
Pirazinamid adalah agen antituberkulosis sintetik yang bersifat bakterisidal
dan digunakan dalam kombinasi dengan isoniazid, rifampisin, dan
etambutol. Pirazinamid aktif melawan basil tuberkel dalam
lingkungan asam lisosom dan juga dalam makrofag (Magliozzo,
2009).
9
4) Streptomisin
Obat ini bersifat bakteriostatik dan bakterisid terhadap bakteri TB.
Farmakokinetiknya, hampir semua streptomisin berada dalam
plasma dan hanya sedikit yang berada dalam eritrosit. Efek
samping streptomisin adalah ototoksik, nefrotoksik, dan anemia
aplastic (Magliozzo, 2009).
5) Ethambutol
Etambutol bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya menghambat
sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan sel
mati. Obat ini dapat diberikan kombinasi bersama pirazinamid,
rifampisisn, dan isoniazid. Efek sampingnya, turunnya kemampuan
pengelihatan, hilangnya kemampuan membedakan warna, dan
halusinasi. Penghentian obat memulihkan gejala optik (Magliozzo,
2009)
2.6 Pemeriksaan Penunjang
10
Berikut alur diagnosis TB paru dalam bentuk skema menurut Depkes RI tahun
2014 (Gambar 1).
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat kesehatan dan periksaan fisik lengkap.
b. Manifestasi klinis : demam, anoreksia, penurunan BB, berkeringat
malam, keletihan, batuk dan terbentuknya sputum.
c. Catat setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernapasan,
jumlah dan warna sekresi, frekuensi batuk dan nyeri dada.
11
d. Evaluasi bunyi napas (menghilang,bunyi
bronkial,bronkovesikuler,krekles), fremitus, egofoni, dan perkusi
pekak.
e. Periksa adanya pembesaran nodus limfe yang sangat nyeri.
f. Kaji kesiapan emosional pasien untuk belajar, persepsi dan
pengertiannya tentang tuberkulosis dan pengobatannya.
g. Evaluasi fisik dan hasil laboratorium.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi trakeobronkial yang
sangat banyak.
b. Regimen terapeutik tidak efektif b.d kompleksitas pengobatan
jangka panjang.
c. Intoleransi aktifitas b.d keletihan,perubahan status nutrisi dan
demam.
d. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d rangsangan pusat
pengatur suhu akibat zat pirogen kuman TBC.
e. Nyeri akut b.d peningkatan mediator nyeri akibat reaksi inflamasi.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan nafsu makan / anoreksia.
g. Kurang pengetahuan tentang tindakan pencegahan penularan b.d
informasi tak adekuat.
h. PK : efek samping medikasi.
i. PK : TB miliaris.
3. Rencana Intervensi Keperawatan
1) Peningkatan bersihan jalan napas.
a. Pantau tanda-tanda bersihan jalan napas tak efektif (sputum
kental,dispnea,ronki).
b. Tingkatkan masukan cairan yang adekuat.
c. Anjurkan menghirup uap hangat dengan kelembaban tinggi.
12
d. Anjurkan posisi yang nyaman untuk drainase sputum.
e. Kolaborasi pemberian ekspektoran.
2) Peningkatan regimen terapeutik.
a. Kaji tingkat kepatuhan pasien untuk pengobatan jangka
lama.
b. Jelaskan kepada pasien pentingnya mengikuti protokol
pengobatan dengan baik.
c. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang faktor
pendukung dan penghambat pengobatan.
13
b. Jelaskan pentingnya asupan gizi yang adekuat untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
c. Anjurkan makan porsi kecil tapi sering.
d. Kolaborasi diet dengan ahli gizi.
e. Kolaborasi pemberian vitamin.
7) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang cara pencegahan
penularan.
a. Kaji tingkat pemahaman pasien/keluarga tentang cara
mencegah penularan.
b. Diskusikan faktor-faktor yang pendukung dan penghambat
penularan.
c. Instruksikan pasien dan keluarga tentang prosedur
pengendalian infeksi (menutup mulut saat batuk,mencuci
tangan,membuang sputum pada tempatnya)
8) Mencegah komplikasi efek samping obat.
a. Pantau tanda / gejala efek samping obat.
b. Jelaskan efek samping masing-masing OAT.
c. Jelaskan hal-hal yang harus dihindari /dilakukan terhadap
masing-masing jenis OAT.
d. Pantau kadar enzim-enzim hepar, BUN, Kreatinin untuk
mendeteksi fungsi hepar dan ginjal.
e. Instruksikan pasien menghubungi perawat/dokter bila
terjadi efek samping.
9) Mencegah komplikasi TB Miliaris
a. Jelaskan tanda-tanda penyebaran infeksi TBC ke bagian
tubuh non pulmonal.
b. Pantau tanda-tanda infeksi TBC non pulmonal (lonjakan
suhu tubuh, perubahan fungsi ginjal dan kognitif).
c. Lapor dokter bila terdapat tanda TB Miliaris
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. K 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk
tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari
dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan
yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan
bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga
tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang di
derita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan
rumah pasien yang lembab. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh
hasil BB pasien 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight) terlihat sakit
ringan. TD: 110/70 MmHg, Nadi: 80x/mnt, Frekuensi nafas: 17x/mnt, Suhu: 37,0
C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik, telinga dan hidung dalam batas
normal pada mulut tampak gigi dan oral hygine cukup. Tenggorokan, jantung, dan
abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, insfeksi dalam batas
normal, palpasi dalam batas normal, perpusi dalam batas normal, auskultasi
adanya suara ronchi pada fulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan
inferior dalam batas normal, tidak sianosis, tidak oedem dan akral hangat status
15
dilakukan foto rontgent anterior posterios (AP). Dan didapatkan kavitas pada
pulmo dekstra dan sinistra. setelah dilakukan foto rontgent pasien datang ke
dengan hasil yang pertama negatif kemudian diulangi dan didapatkan hasil +2.
Pasien diberikan obat paket berupa rifampicin 150 mg, isoniazid 75 mg,
pirazinamid 400 mg, etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan
selama 1 bulan. Pasien merasa gatal setelah minum obat tersebut, namun untuk
menguranginya pasien biasanya minum teh yang hangat dan pada saat BAK
berwarna merah.
1 Identitas
Nama : Tn. K
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Bandung
2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan batuk tidak berdahak.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan batuk tidak berdahak, batuk dirasakan sering pada malam hari
dan dirasakan sejak 3 bulan lalu.
3 Pemeriksaan Fisik
a. Mata : konjungtiva anemis, sklera anikterik
b. Hidung : normal
c. Bibir : sianosis (-)
d. Telinga : normal
16
e. Mulut : tampak bersih
f. Tenggorokan : normal
g. Jantung : normal
h. Abdomen : normal
i. Kulit : akral hangat, tidak eodem
j. Paru (inspeksi) : normal
k. Dada : terdengar suara ronchi
l. Ekstremitas : normal
4 Pemeriksaan Penunjang
Dahak : 1. Negatif
2. Positif
Rontgen : terdapat kapitas pada pulmo dekstra dan sinistra
5 Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
17
6 Analisa Data
no Data Etiologi Problem
Do :
- Batuk dirasakan sejak 3
bulan
- Pasien membuang dahak
sembarangan
- Auskultasi adanya suara
ronchi
2 Ds : pasien mengatakan
Peningkatan suhu tubuh Hipertermi
demam
3 Ds : pasien mengatakan
Terpapar racun pestisida
Gangguan kurangnya
mengalami penurunan nafsu kebutuhan nutrisi
makan
Do : Berat badan turun 50kg
jadi 47kg
4 Do : Kurangnya pengetahuan
Kurang informasiKurangnya pengetahuan
penyakit yang dialami tentang kondisi
18
3.2 Diagnosa Keperawatan
19
3.3 Intevensi Keperawatan
DX Tujuan Intervensi Rasional
1. Telah dilakukan 1. Ajarkan pasien 1 nafas dalam membantu
tindakan batuk efektif ventilasi
keperawatan 2. Kaji TTV 2 untuk mengetahui
selama 3x24 jam perkembangan pasien
KH : 3. Posisi 3 membantu
- batuk berkurang semifowler memaksimalkan
- ronchi (-) ekspansi paru
4. Anjurkan untuk 4 untuk melancarkan
banyak minum batuk
air putih
5. Kolaborasi 5 untuk mengurangi
pemberian obat batuk
ripamfisin dll
2. Setelah dilakukan 1. kaji suhu 1. untuk mengetahui
tindakan perkembangan tubuh
keperawatan 2. kompres hangat 2. meminimalisir
selama 3x24 jam demam
suhu tubuh normal 3. anjurkan pasien 3. agar menyerap
untuk
KH : keringat
menggunakan
- suhu 36,6ºC -
pakaian tipis
37ºC 4. untuk meminimalisir
4. kolaborasi
demam
pemberian obat
paracetamol
20
- berat badan pasien
normal
- Nasfu makan
bertambah
4 Setelah melakukan 1 pendekatan 1 agar komunikasi
tindakan kepada keluarga terjalin dengan baik
keperawatan 2 menjelaskan 2 pencegahan
pengertian,
selama 1x24 jam penularan penyakit
penyebab, tanda
pasien atau
dan gejala TB
keluarga mengerti
paru
akan kondisinya
KH :
- mengetahui
definisi, penyebab,
dan gejala TB paru
21
4 1 pendekatan kepada keluarga
2 menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala TB paru
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
oleh hewan ke manusia. TB ditularkan dengan kuman dalam titik air yang sangat
kecil yang dapat dihirup saat orang yang mengidap TB aktif batuk, bersin, tertawa
atau berbicara. TB tidak ditularkan dengan memegang benda, sehingga tidak perlu
atau seprei).
3.2 SARAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson: Patofisiologi, Vol 2. Jakarta: EGC, 2006
Suddarth & Brunner: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC 2002
23