Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang
menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan
beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan
penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab kematian di dunia adalah
penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80% kematian ini
terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. Penyakit tidak menular
adalah penyakit kronis dengan durasi yang panjang dengan proses penyembuhan
atau pengendalian kondisi klinisnya yang umumnya lambat. Berikut 10 besar
penyakit penyebab kematian di dunia menurut . Menurut World Health
Organization (WHO) 2011 :
1 Penyakit jantung koroner
2 Stroke
3 Infeksi saluran napas bawah
4 Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
5 Diare
6 HIV/AIDS
7 Kanker paru
8 Diabetes melitus
9 Kecelakaan lalu lintas
10 Prematuritas
Indonesia juga mengalami eskalasi penyakit tidak menular yang dramatis.
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2013 menunjukkan bahwa telah
terjadi peningkatan secara bermakna, diantaranya prevalensi penyakit stroke
meningkat dari 8,3 per mil pada 2007 menjadi 12,1 per mil pada 2013. Lebih
lanjut diketahui bahwa 61 persen dari total kematian disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler, kanker, diabetes dan PPOK. Tingginya prevalensi bayi dengan
BBLR (10%, tahun 2013) dan lahir pendek (20%, tahun 2013), serta tingginya
stunting pada anak balita di Indonesia (37,2%, 2013) perlu menjadi perhatian

1
oleh karena berpotensi pada meningkatnya prevalensi obese yang erat kaitannya
dengan peningkatan kejadian penyakit tidak menular. Dengan demikian,
penanggulangan penyakit tidak menular juga perlu mengintegrasikan dengan
upaya-upaya yang mendukung 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK).
Berikut 10 besar penyakit tidak menular di indonesia menurut litbangkes 2015 :
1 penyakit pembuluhdarah otak (21%)
2 penyakit jantung iskemik (12.9%)
3 diabetes mellitus(6.7%)
4 TBC (5.7%)
5 hipertensi dengan komplikasinya(5.3%)
6 penyakit saluran napas bawah kronik (4.9%)
7 penyakit hati (2.7%)
8 kecelakaantransportasi (2.6%)
9 pneumonia (2.1%)
10 diare (1.9%)
berikut 10 besar penyakit penyebab kematian di sulawesi tenggara menurut
dinkes prov.sultra tahun 2015 hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia
setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) Angka memperkirakan, jumlah
penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia
terkena hipertensi. Prosentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat
di negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable
Disesases 2010 dari WHO menyebutkan, 40 persen negara ekonomi berkembang
memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan
Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen.
Sementara kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35 persen. Di
kawasan Asia Tenggara, 36 persen orang dewasa menderita hipertensi.
Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap
tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah
tinggi. "Untuk pria maupun wanita terjadi peningkatan jumlah penderita, dari 18
persen menjadi 31 persen dan 16 menjadi 29 persen, (WHO, 2013). Di Indonesia,
angka penderita hipertensi mencapai 5,3% pada tahun 2015 dan penyakit

2
tersebut menduduki posisi ke-5 tingkat nansional penyebab kematian pada
provinsi sulawesi tenggara hipertensi menduduki posisi ke-2 penyakit penyebab
kematian dengan jumlah kasus 19.743.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1 Apa definisi dari hipertensi?
2 Bagaimana patofisiologi hipertensi?
3 Apa saja tanda dan gejala hipertensi?
4 Bagaimana cara pencegahan hipertensi?
5 Bagaimana pengobatan hipertensi?
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan tentang hipertensi
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi hipertensi
2. Untuk mengetahui etiologi hipertensi
3. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala hipertensi
4. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi
1.4 Manfaat
1 Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan pemberi informasi dalam sebuah
pembelajaran
2 Dosen Pembimbing
Dapat membantu mahasiswi dalam menyelesaikan makalah untuk
memenuhi syarat dalam proses pembelajaran

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipertensi

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah


didalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal. Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-
satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah
kita secara teratur.

Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan


dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang
berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, hipertensi diartikan sebagai keadaan dimana tekanan darah
meningkat. Tekanan darah merupakan ukuran kekuatan darah saat menekan
dinding pembuluh darah arteri, pembuluh nadi yang menghantarkan darah ke
seluruh tubuh.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai
tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca

4
seratus dua puluh per delapan puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada
saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic
mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi,
biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara
perlahan atau bahkan menurun drastis. Hipertensi maligna adalah hipertensi yang
sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-
6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan
anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada
dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan
darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling
rendah pada saat tidur malam hari.

2.2 Etiologi

1 Elastisitas dinding aorta menurun


2 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3 Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen pembuluh
darah
Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya:
1 Hipertensi primer : Konsumsi Na terlalu tinggi, Genetik, Stres psikologis
2 Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal
3 Hipertensi hormonal
4 Bentuk hipertensi lain : obat, cardiovascular, neurogenik (Andy Sofyan,
2012)

5
2.3 Patofisiologi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek
kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera.
Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengatur jumlah cairan tubuhyang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai
dengan penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis
merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding
pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol,
produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam
lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan
plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh
darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai
oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi
sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida
endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi
primer
2) Sistemrenin-angiotensin Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-
converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diureti Hormon (ADH) dan rasa haus.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari

6
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
3) Sistem saraf simpatis Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di
otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak
mempunyai tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa
disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya pada
waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat mengadakan
pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah
tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi
(Knight, 2006). Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya
ialah apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu
kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh
sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan sesak nafas. Pada
pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,

7
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
edema pupil(edema pada diskus optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2006).
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan orang
mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan
berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut
sesungguhnyadapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan
darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat
untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan
mengukur tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah
berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas
pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).

2.5 Pengobatan atau Penatalaksanaan


1. Umum Setelah diagnose hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan
menurut golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi
penatalaknaan dasar yaitu :
a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko
yang telah diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan
komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas, menghentikan
kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi asupan garam serta
rileks.
b. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang telah
terbukti kegunaannya dan keamanannya bagi penderita. Obat-obatan
yang digunakan pada hipertensi adalah :
1) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone.
2) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol.
3) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril.
4) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin.
5) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine.
6) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine.
7) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.

8
8) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa, guanabens
Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang
jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi.
Tanda-tanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga
penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat
dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana yang
canggih.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.BUN / kreatinin : memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal.

2. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan


oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
3. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada
DM.
4. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
5. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal,perbaikan ginjal. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi
pada area katup,pembesaran jantung.

2.7 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan


dalam praktek keperawatan.Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan
problem solving yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan
interversional dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien. (Iyert el, al,
1996)

9
1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui


kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien
guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada.(Aziz Alimul. 2009 : hal
85).
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001)
adalah :
a. Aktivitas istirahat

Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya


hidup
Tanda : Frekuensi jantung meningkat
Perubahan trauma jantung (takipnea)
b. Sirkulasi

Gejala :
a) Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup
dan penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.

Tanda :
a) Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan
untuk menaikkan diagnosis.

b) Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak).

c) Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis.

d) Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat.

e) Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia.

f) Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4


(pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).

10
c. Integritas ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau


jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor
inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot muka
tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan
mengelam peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu


e. Makanan/Cairan

Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi


garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat
badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas
Adanya edema (mungkin umum atau tertentuk
Kongestiva
Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).

f. Neurosensori

Gejala :
a) Keluhan pening/pusing

b) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan


menghilang secara spontan setelah beberapa jam).

c) Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh.

d) Gangguan penglihatan.

11
e) Episode epistaksis

Tanda : Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara,


efek, proses fikir atau memori.

g. Nyeri/Ketidak nyamanan

Gejala : Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)


Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
Nyeri abdomen / massa

h. Pernapasan

Gejala : Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja


Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda : Distres respirasi
Bunyi nafas tambahan
Sianosis

i. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinas / cara berjalan


Hipotesia pastural
Tanda : Frekuensi jantung meningkat
Perubahan trauma jantung (takipnea)

j. Pembelajaran/Penyebab

Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit


jantung, DM

2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai


seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah

12
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. (Aziz
Alimul, 2009 : h 92)
Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan
klinik tentang respon individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah
kesehatan aktual atau potensial. Sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh
data. Dimana menurut Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik
definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang
dapat diobservasi dan gejala sesuai yang dirasakan oleh klien.
Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin
ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :

a. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan


afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak
dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan
diagnosis actual.

b. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler


selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada
regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara
spontan setelah beberapa waktu.

c. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang


kelebihan atau kelemahan.

d. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan


berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20%
lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh.

e. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional,


perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk
mengatasi atau meminta bantuan.

13
f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan
masalah, meminta informasi.

3 Intervensi

Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi


keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau
mengurangi masalah pasien. (Aziz Alimul. 2009 : h 106)
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut
dongoes et al (2000) adalah :

1) Diagnosa keperawatan I

Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d


peningkatan afterload, vasokontruksi, iskemia miorkadia,
hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan
gejala yang menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :
a) Pantau TD

b) Catat keberadaan

c) Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas

d) Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang


aktivitas/keributan lingkungan

e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

2) Diagnosa Keperawatan II

Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler


selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak
pada regium suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang
secara spontan setelah beberapa waktu.
Intervensi :

14
a) Kaji respon pasien terhadap aktivitas

b) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas

c) Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy

3) Diagnosa keperawatan III

Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal


tentang kelebihan atau kelemahan.
Intervensi :
a. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan
batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi

b. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

c. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet

4) Diagnosa IV

Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan


berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-
20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh.

Intervensi :
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi
prilaku

b. Saraf laporan gangguan tidur

c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan


kemungkinan startegi untuk mengatasinya

d. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.

5) Diagnosa V

Koping, individual, infektif b/d krisis situasional /


maturasional, perubahan hidup beragam d/d menyatakan
ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan.

15
Intervensi :
a) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar

b) Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal

c) Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko


kardiovaskular

d) Bahan pentingnya menghentikan merokok.

6) Diagnosa keperawatan IV

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi


rencana pengobatan b/d pengetahuan / daya ingat d/d
menyatakan masalah, menerima informasi
Intervensi :
1) Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen
pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut

2) Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan


rasional

3) Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat


baring

4 Implementasi

Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan


berbagai strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah
direncanakan. (Aziz Alimuml. 2001 : h 11).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan
pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping
perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan
baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat

16
terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan.
Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :
1) Diagnosa keperawatan I :

a. Memantau TD

b. Mencatat keberadaan

c. Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas

d. Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang


aktivitas / keributan lingkungan

e. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

2) Diagnosa keperawatan II :

a. Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas

b. Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas

c. Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan


energy

3) Diagnosa keperawatan III :

a. Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan


batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi

b. Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

c. Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet

4) Diagnosa keperawatan IV

a. Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi


prilaku

b. Mencatat laporan gangguan tidur

17
c. Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik
dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya

d. Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh

5) Diagnosa keperawatan V

a. Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar

b. Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal

c. Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor


resiko kardiovaskuler

d. Membahas pentingnya menghentikan merokok

6) Diagnosa keperawatan VI :

a. Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen


pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut

b. Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan


rasional

c. Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki


saat baring

18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang perempuan berusia 78 tahun dengan inisial Ny.S berpendidikan SD


masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama yang dirasakan pasein adalah nyeri
kepala. 2 hari sebelum masuk ke rumah sakit mengeluh pusing, nyeri dibagian
kepala dirasakan terus menerus oleh Ny.S. Kemudian keluarga Ny.S membawa ke
IGD rumah sakit, pasein mengatakan nyeri dibagian kepala rasanya cekat-cekot
sampai pingsan, skala nyeri 5, nyeri dirasakan ketika beraktivitas waktunya hilang
timbul durasi sekitar 1-2 menit. Pasein juga mengtakan badan lemas, aktivitas
pasein dibantu total oleh keluarganya.
Hasil pemeriksaan Tanda Tanda Vital sebagai berikut, tekanan darah pasein
200/100 mmHg, frekuensi pernapasan 22x/menit, frekuensi nadi 80x/menit, suhu
36,8 celsius. Pemeriksaan ekstremitas bawah terdapat adanya odema pada kaki
kiri dan kekuatan ototnya yaitu kaki kanan 2 kaki kiri 2. Terapi yang diperoleh
pasein selama dibangsal antara lain : infus Ringer laktac 20 tetes permenit,
kaltrofen 100 mg/24 jam, cataplam 50 mg/8jam, dansera 3x1 tablet/8 jam, kalnex
250 mg/12 jam, digoxin 0,25 mg/8 jam.
3.1 PENGKAJIAN DATA

1 Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 78 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
Alamat : Bandung
2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri kepala rasanya nyut-nyutan dibagian belakang
dengan skala nyeri 5, nyeri dirasakan ketika beraktivitas.

19
b. Keluhan penyerta
Klien mengatakan badannya lemas.
c. Riwayat kesehatan saat ini
Nyeri kepala dibagian kepala.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien belum pernah dirawat.
3 Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas bawah : terdapat odema pada kaki kiri
4 Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
a. - klien mengatakan nyeri a. – Skala nyeri 5
kepala pusing. - TD 200/100 mmHg
- nyeri dirasakan dibagian
belakang kepala
b. klien mengatakan badan b. - Aktivitas dibantu oleh
lemas keluarga
- Kekuatan otot 2.

5 Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 Ds : klien mengatakan nyeri
Peningkatan resistensi
Gangguan rasa nyaman
kepala/pusing. pembuluh darah nyeri
nyeri dirasakan dibagian otat
belakang kepala

Do :
– Skala nyeri 5
- TD 200/100 mmHg

20
2 Ds : klien mengatakan badanKelemahan otot Intoleransi aktivitas
lemas.
Do : - Aktivitas dibantu oleh
keluarga
- Kekuatan otot 2.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan resistensi


pembuluh darah otot.
Ditandai dengan :
Ds : klien mengatakan nyeri kepala dibagian kepala
Do : - skala nyeri 5
- TD 200/100 mmHg
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
Ditandai dengan :
Ds : klien mengatakan badannya lemas
Do : - aktivitas dibantu totoal oleh keluarga
- Kekuatan otot 2

3.3 Intevensi Keperawatan


DX Tujuan Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan 1. Catat keluhan 1 Untuk mengetahui
tindakan nyeri termasuk letak nyeri dan
keperawatan lokasi, durasi, memudahkan
selama 3x24 jam intensitas (skala intervensi yang akan
diharapkan nyeri 0-1). dilakukan intervensi
hilang. dini pada kontrol
KH : nyeri.
- skala nyeri 0 2. Anjurkan pasein 2 Untuk meminimalisir
- TD 130/80 miring kanan rasa nyeri
atau miring kiri.

21
3. Pantau TTV 3 Untuk mengetahui
perkembangan
pasein.
4. Kolaborasi 4 Untuk mengurangi
pemberian obat keluhan nyeri.
analgetik

2 Setelah dilakukan 1 Bantu klien 1 Aktivitas yang terlalu


tindak keperawatan memilih aktivitas berat dan tidak sesuai
selama 3x24 jam yang sesuai dengan kondisi klien
dengan kondisi.
pasein bisa dapat memperburuk
melakukan toleransi terhadap
aktivitas dengan latihan.
mandi.
2 Bantu klien untuk
KH : melakukan
2 Melatih kekuatan dan
mampu berpindah aktivitas latihan trauma jantung
dengan atau tanpa fisik secara selama aktivitas.
bantuan orang lain teratur.
3 Monitor hasil 3 EKG memberikan
EKG klien saat gambaran yang
istirahat dan akurat mengenai
aktivitas (bila
konduksi jantung
memungkinkan
selama istirahat
dengan test
maupun aktivitas.
toleransi latihan).

22
3.4 Implementasi Keperawatan
Dx Implementasi Paraf
1 1. Mencatat keluhan nyeri termasuk lokasi, durasi dan
intesitas (skala 0-1)
2. Menganjurkan pasein miring kanan atau miring kiri.
3. Memantau tanda tanda vital
4. Melakukan kolaborasi pemberian obat analgetik
2 1 Membantu klien memilih aktivitas yang sesuai dengan
kondisi
2 Membantu klien untuk melakukan aktivitas latihan fisik
secara teratur
3 Memonitor hasil pemeriksaan EKG klien saat latihan
dan aktivitas ( bila kemungkinan dengan test toleransi
latihan).

23
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang


menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan
beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan
penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab kematian di dunia adalah
penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80% kematian ini
terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. Hipertensi merupakan
salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di dunia dan menurut data yang di
keluarkan oleh Litbang tahun 2015 pada tingkat nasional penyakit hipertensi
menduduki peringkat ke-5 penyakit penyebab kematian terbesar di indonesia
dengan persentase 5,3% dan pada provinsi sulawesi tenggara penyakit hipertensi
menurut data yang di keluarkan oleh dinas kesehatan prov. Sulawesi tenggara
2015 menduduki peringkat-2 dengan jumlah kasus 19.743. Hipertensi atau Darah
Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan
kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk
mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

4.2 SARAN

Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya kita
menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi, mengatur pola makan, mengatur pola aktivitas dan mengatur pola istrahat.
Jika sudah terkena penyakit hipertensi sebaiknya kita menghindari berbagai
macam makanan dan minuman seperti Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi
(otak, ginjal, paru, minyak kelapa,gajih), Makanan yang diolah dengan
menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan
keringyangasin), Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned,
sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), Makanan yang diawetkan
(dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin,

24
selai kacang), Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta
sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi,
terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada
umumnya mengandunggaram natrium dan Alkohol serta makanan yang
mengandung alkohol seperti durian, tape.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.


Jogjakarta : DIVA Press.
Nurarif, Amin Huda danKusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA jilid 1. Jakarta :
Mediaction.
Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

26

Anda mungkin juga menyukai

  • Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP PDF
    Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP PDF
    Dokumen25 halaman
    Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP PDF
    Imron
    Belum ada peringkat
  • Surat Pemberitahuan Ke 2 Update Biodata Terkait Subsidi Kuota
    Surat Pemberitahuan Ke 2 Update Biodata Terkait Subsidi Kuota
    Dokumen8 halaman
    Surat Pemberitahuan Ke 2 Update Biodata Terkait Subsidi Kuota
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Makalah LP Waham
    Makalah LP Waham
    Dokumen39 halaman
    Makalah LP Waham
    Martha Ayu Agustin
    Belum ada peringkat
  • KASUS UPRAK Initial Assessment
    KASUS UPRAK Initial Assessment
    Dokumen1 halaman
    KASUS UPRAK Initial Assessment
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • RisetKep BAB I
    RisetKep BAB I
    Dokumen20 halaman
    RisetKep BAB I
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Risetkepedit
    Risetkepedit
    Dokumen15 halaman
    Risetkepedit
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Simulasi tk.3 Soal 20
    Simulasi tk.3 Soal 20
    Dokumen132 halaman
    Simulasi tk.3 Soal 20
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Rumusan Masalah
    Rumusan Masalah
    Dokumen8 halaman
    Rumusan Masalah
    Ibas Focus
    Belum ada peringkat
  • Holistic Care
    Holistic Care
    Dokumen13 halaman
    Holistic Care
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Kewirausahaan
    Kewirausahaan
    Dokumen36 halaman
    Kewirausahaan
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Biosatistik Rina Riyana
    Biosatistik Rina Riyana
    Dokumen6 halaman
    Biosatistik Rina Riyana
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi
    Farmakologi
    Dokumen29 halaman
    Farmakologi
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Saraf
    Saraf
    Dokumen26 halaman
    Saraf
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Agama
    Agama
    Dokumen4 halaman
    Agama
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Askep Waham Fix
    Askep Waham Fix
    Dokumen26 halaman
    Askep Waham Fix
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • RPS ANAK II (Revisi)
    RPS ANAK II (Revisi)
    Dokumen20 halaman
    RPS ANAK II (Revisi)
    Dewi
    Belum ada peringkat
  • Peran Perawat
    Peran Perawat
    Dokumen2 halaman
    Peran Perawat
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak Tipoid
    Askep Anak Tipoid
    Dokumen26 halaman
    Askep Anak Tipoid
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Pancasila
    Pancasila
    Dokumen14 halaman
    Pancasila
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Saraf
    Saraf
    Dokumen26 halaman
    Saraf
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Idk Sistem Pencernaan
    Idk Sistem Pencernaan
    Dokumen3 halaman
    Idk Sistem Pencernaan
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Idk Sistem Pencernaan
    Idk Sistem Pencernaan
    Dokumen3 halaman
    Idk Sistem Pencernaan
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen23 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Ca Paru Jurnal
    Ca Paru Jurnal
    Dokumen20 halaman
    Ca Paru Jurnal
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • BAB I Asli
    BAB I Asli
    Dokumen32 halaman
    BAB I Asli
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Anemia A
    Anemia A
    Dokumen12 halaman
    Anemia A
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Sap DHF
    Sap DHF
    Dokumen15 halaman
    Sap DHF
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Askep PID
    Askep PID
    Dokumen22 halaman
    Askep PID
    Nurmila Hikmah
    100% (5)
  • BAB I Asli
    BAB I Asli
    Dokumen28 halaman
    BAB I Asli
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat