PENDAHULUAN
1
semua warga masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis serta peran
keluarga dan warga sekitarnya sangat mendorong turunnya terjadinya
penyakit gastroenteritis karena dari keluargalah pola hidup seseorang
terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah
terjadinya penyakit gastrointeritis.
2
1.4. Manfaat
Untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai penyakit gastroenteritis
akut agar dapat memberikan informasi kepada lingkungan sekitar, dan demi
terjaminnya kesehatan di masa yang akan datang.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.3. Penyebab Penyakit Gastroenteritis Akut
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak, infeksi internal,
meliputi:
1) Infeksi bakteri: Vibrio Cholera, Escherichia Coli, Salmonella sp,
Shigella sp, Campylobacter dan sebagainya.
2) Infeksi virus: Enterovirus Echoviruses (virus ECHO),
Coxsackie, Poliomyelitis, Human Retrovirus Adenovirus,
Rotavirus, Astovirus dan lain-lain.
3) Infeksi Jamur: Candida Enteritis
4) Infeksi parasit: Entamoeba Histolitica, Giardia lamblia
5) Infeksi cacing: Ascaris lumbricoides, cacing tambang
6) Protozoa
b. Infeksi Parental ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti OMA,
tongsilitis, bronkopneumoni, ensefalitis, dan lain-lain.
c. Non-Infeksi: Imunodefisiensi (hipogamaglobulinemia), terapi obat
antibiotik, kemoterapi, dan antasida.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan
anak.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan
4. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau
sebelum mengkonsumsi makanan.
5
5. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.
6. Faktor infeksi
6
Vibrio cholerae termasuk bakteri gram negatif, berbentuk
batang bengkok seperti koma dengan ukuran panjang 2-4 um. Pada
isolasi, Vibrio cholerae menghasilkan katalase dan oksidase, dan
bergerak dengan satu flagel pada ujung sel. Tidak memiliki kapsul
dan tidak berspora Koch menamakannya“kommabacillus”, Tapi bila
biakan diperpanjang , kuman ini bisa menjadi batang yang lurus
yang mirip dengan bakteri enteric gram negatif. Kuman ini dapat
bergerak sangat aktif karena mempunyai satu buah flagella polar
yang halus (monotrikh). Kuman ini tidak membentuk spora.
Pada kultur dijumpai koloni yang cembung (convex), halus dan
bulat yang keruh (opaque) dan bergranul bila disinari.
7
Struktur dasar sel bakteri
8
Escherichia coli (biasa disingkat E. coli) merupakan salah satu
jenis spesies utama bakteri gram negatif. Bakteri yang ditemukan
oleh seorang bernama Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam
usus besar manusia. Dan kebanyakan E. Coli tidaklah berbahaya,
tetapi beberapanya seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat
mengakibatkan hal buruk seperti keracunan makanan serius pada
manusia, merusak dinding dari usus kecil dan mengakibatkan kram
perut, diare yang bercampur dengan darah, hingga muntah-muntah.
Infeksi bakteri E.coli adalah infeksi yang dapat terjadi akibat air
atau makanan yang terkontaminasi, terutama sayuran mentah dan
daging yang tidak matang. Orang dewasa yang sehat biasanya pulih
dari infeksi bakteri E.coli O157:H7 dalam seminggu, namun anak-
anak dan lansia, orang dengan sistem imun yang lemah, serta wanita
hamil, memiliki risiko yang lebih tinggi dalam mengalami gagal
ginjal yang mengancam nyawa, atau dikenal sebagai hemolytic
uremic syndrome.
9
Kita mungkin banyak yang tidak tahu jika di usus besar manusia
terkandung sejumlah E. coli yang berfungsi membusukkan sisa-sisa
makanan. Dari sekian ratus strain E. coli yang teridentifikasi, hanya
sebagian kecil bersifat pathogen, misalnya strain O157:H7. Bakteri
yang namanya berasal dari sang penemu Theodor Escherich yang
menemukannya di tahun 1885 ini merupakan jenis bakteri yang
menjadi salah satu tulang punggung dunia bioteknologi. Hampir
semua rekayasa genetika di dunia bioteknologi selalu melibatkan E.
coli akibat genetikanya yang sederhana dan mudah untuk direkayasa.
Riset di E. coli menjadi model untuk aplikasi ke bakteri jenis
lainnya.
10
Bakteri Salmonella termasuk dalam kingdom Bacteria, filum
proteobacteria, class gamma proteobacteria, ordo enterobactriales,
family enterobacteriaceae, Genus Salmonella, Spesies Salmonella
thyposae, Salmonella parathyposa A, Salmonella Parathyposa
B. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon,
ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald
Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama
kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.
11
memberikan hasil positif pada reaksi fermentasi manitol dan sorbitol
dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNAse , fenilalanin
deaminase, urease, voges proskauer, dan reaksi fermentasi sukrosa
dan laktosa.
12
d. Shigella sp
13
tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.).
14
VP, manitol, laktosa kecuali Shigella sonei meragi laktosa secara
lambat, manitol, xylosa dan negatif pada tes motilitas.
e. Campylobacter
15
sel-sel darah putih (faecal leukocytes). Gejala lain yang sering terjadi
adalah demam, sakit perut, mual, sakit kepala, dan sakit pada otot.
Penyakit biasanya timbul 2-5 hari setelah konsumsi makanan atau air
yang tercemar, dan biasanya berlangsung selama 7-10 hari, tetapi
penyakit ini juga sering kambuh (pada sekitar 25% dari kasus yang
ada). Kebanyakan infeksi bersifat terbatas dan tidak memerlukan
perawatan dengan antibiotik. Namun, perawatan dengan
erythromycin dapat mengurangi jangka waktu di mana orang yang
sakit mengeluarkan bakteri di dalam kotorannya.
Dosis infektif C. jejuni diduga kecil. Hasil penelitian pada
manusia menunjukkan bahwa 400-500 bakteri dapat menyebabkan
beberapa individu menjadi sakit, sementara pada individu lain,
diperlukan jumlah yang lebih besar. Penelitian pada sukarelawan
menunjukkan bahwa kerentanan korban juga ikut menentukan dosis
infektif. Mekanisme C. jejuni dalam menimbulkan penyakit masih
belum dimengerti sepenuhnya, tetapi bakteri ini memproduksi racun
tidak tahan panas yang dapat menyebabkan diare. C. jejuni mungkin
juga bersifat invasif/menyerang saluran pencernaan secara langsung.
2. Virus
a. Adenovirus
16
Adenovirus adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit
infeksi pada saluran pencernaan, mata, kandung kemih, dan lain-
lain. Ada lebih dari 40 jenis adenovirus yang sampai saat ini
diketahui, yang dapat menyebabkan beberapa kondisi kesehatan
pada manusia. Lebih umum, itu mempengaruhi lapisan saluran
pernapasan dan menyebabkan gejala seperti pilek, sakit tenggorokan,
dan lain-lain.
Adenovirus adalah virus yang menyebabkan penyakit menular,
yaitu, dapat dengan mudah menyebar dari satu orang ke orang lain
melalui media cairan tubuh saat seseorang bersin atau batuk.
b. Rotavirus
17
berat. Selain pada bayi dan anak-anak, rotavirus juga dapat
menginfeksi remaja dan orang dewasa.
Pemberian vaksinasi terhadap infeksirotavirus sudah dimulai
sejak tahun 2006. Namun, meskipun sudah diberikan vaksinasi
terhadap rotavirus, bayi dan anak-anak masih dapat terkena infeksi
ini. Hal tersebut disebabkan karena vaksinasi rotavirus tidak
memberikan perlindungan penuh terhadap infeksi yang akan terjadi.
Namun anak-anak yang diberikan vaksinasi rotavirus tidak akan
mengalami gejala infeksi separah anak-anak yang tidak divaksinasi,
dan memiliki kemungkinan lebih kecil untuk terinfeksi rotavirus.
Rotavirus sebagai virus penyebab diare terbanyak pada anak-
anak biasanya ditularkan melalui fecal-oral yaitu virus menyebar
dari feses penderita dan tidak sengaja masuk ke mulut seseorang
misalnya melalui kontak dengan air, makanan, tangan, dan objek lain
yang terkontaminasi. Penyebaran ini dapat dikarenakan hal
sederhana seperti lupa mencuci tangan dengan sabun setelah buang
air besar atau setelah membersihkan anak yang baru buang air besar.
Virus ini juga dapat dengan mudah menyebar ke segala jenis objek
yang dipegang, misalnya mainan atau perabotan.
Infeksi rotavirus sangat umum terjadi pada anak-anak usia 3-35
bulan, terutama di tempat penitipan anak dan rumah sakit. Orang
dewasa yang mengurus anak-anak juga memiliki risiko terkena
infeksi rotavirus.
c. Astovirus
18
3. Parasit
a. Entamoeba Histolitica
Entamoeba histolytica adalah protozoa parasit, bagian dari
genus Entamoeba. Protozoa ini menginfeksi manusia dan primata
lainnya. E. histolytica diperkirakan telah menginfeksi sekitar 50 juta
orang di seluruh dunia. Losch, di Rusia (1875), ditemukan pada tinja
seseorang yang terkena disentri. Organisme ini ditemukan di ulkus
usus besar manusia. Entamoeba histolytica adalah protozoa parasit
anaerob, bagian genus Entamoeba. Dominan menjangkiti manusia
dan kera, E. histolytica diperkirakan menulari sekitar 50 juta orang
di seluruh dunia.
Banyak buku tua menyatakan bahwa 10% dari populasi dunia
terinfeksi protozoa ini. Namun sumber lain menyatakan: setidaknya
90% dari infeksi ini adalah karena spesies Entamoeba kedua yaitu E.
dispar.
19
menembus dan menginvasi penghalang mukosa kolon, mengarah ke
kerusakan jaringan, diare sekresi, dan kolitis menyerupai penyakit
inflamasi usus. Selain itu, trophozoites dapat menyebar
hematogenously melalui sirkulasi portal ke hati atau bahkan ke organ
yang lebih jauh.
20
2) Enkistasi, dari bentuk tofozoit menjadi kista.
3) Multiplikasi, terjadinya pembelahan dari trofozoit.
Bentuk trofozoit berukuran antara 15 – 60 μm dan memiliki
ektoplasma, berwarna jernih dan homogen, berfungsi untuk
pergerakan (pseudopodi), menangkap makanan dan membuang
sisa – sisa makanan, sebagai alat pernapasan, dan alat proteksi.
Endoplasma berwarna keruh, didalamnya banyak terdapat
granula – granula, vakuola, butir – butir kromatin dan eritrosit,
berfungsi mencerna makanan dan menyimpan makanan. Di
dalam nukleus terdapat nukleolus “endosom” atau “kariosom”
dan letaknya ditengah-tengah. Halo, merupakan zona jernih
yang mengelilingi kariosom. Selaput inti, meruapakan kromatin
granula yang tersusun halus dan rata. Dengan melihat nukleus
ini kita dapat mengidentifikasi genus dan spesies.
Bentuk prekista memiliki ektoplasma yang tidak kelihatan,
pseudopodi pendek yang dibentuk secara perlahan – lahan dan
memiliki bentuk trofozoit yang bulat serta merupakan stadium
peralihan pada inkistasik. Stadium ini dalam keadaan pasif. Pada
bentuk kista, nukleusnya mempunyai lensa yang terletak di tepi
karena terdesak glikogen vakuola yang besar yang dikelilingi
kromidial berbentuk batang. Dinding dibentuk dari ektoplasma
dan berfungsi sebagai alat pelindung. Kista tidak bergerak dan
tidak makan, kista berkembang biak dengan jalan membela,
mula – mula kista berinti 1, kemudian berinti 2, selanjutnya
berinti 4. Kista tersebut berfungsi infeksius dan biasanya tidak
memiliki glikogen vakuola. Stadium kista merupakan stadium
menular dan berperan sebagai penyebar penyakit disentri
amebiasis.
21
b. Giardia lamblia
22
Giardia lamblia memiliki 2 stadium, yaitu stadium trofozoit dan
stadium kista. Trofozoit berukuran panjang 9-20 μm, lebar 5-15 μm.
Berbentuk oval hingga ada yang berbentuk buah pear atau bentuk
hati. Bentuk trofozoit spesies ini memiliki : sucking disc pada ujung
anteriornya, yaitu area konkaf yang menutupi setengah dari
permukaan ventral. Dua buah nuclei yang terletak simetris bilateral.
Nuklei tersebut mengandung sedikit kromatin perifer namun
memiliki kariosom besar yang berada di tengah. Sebuah axostyle,
terdiri dari 2 axonema yang membagi dua tubuhnya. Dua buah
median bodies (parabasal bodies), diduga memiliki peranan dalam
proses metabolisme. Empat flagella yang terletak di lateral, 2 lateral
di ventral, dan 2 terletak di kaudal.
Kista berukuran lebih kecil daripada trofozoit yaitu panjang 8-
18 μm dan lebar 7-10 μm. Letak kariosom lebih eksentrik bila
dibandingkan dengan trofozoit. Pada kista yang telah matur terdapat
4 buah median bodies, 4 buah nuclei, dan dapat pula ditemukan
longitudinal fibers.
23
2.5. Patofisiologi Penyakit Gastroenteritis Akut
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri,
virus, parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor fisiologis.
Gastroenteritis karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau
minuman yang masuk kedalam tubuh. Bakteri tertelan masuk sampai
lambung. Kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung. Namun bakteri
yang terlalu banyak maka ada beberapa yang lolos ke duodenum dan
berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang
sering diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan memproduksi
enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus,
sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi cairan-cairan
usus dibagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan. Sebagai akibat dari
keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang
mengakibatkan dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi
hipermotilitas untuk mengalirkan cairan diusus besar. Apabila jumlah cairan
tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare.
Diare yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan menyebabkan
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus sehingga terjadi pengeseran air dan elektrolit
keadaan rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare
karena mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus menyebabkan
hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltic
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan di dalam
rongga usus menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit. Selain karena 2
hal itu, nyeri perut atau kram perut timbul karena metabolisme KH oleh
bakteri diusus yang menghasilkan gas H2 dan CO2 yang menimbulkan
24
kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien akan merasa
mual bahkan muntah dan nafsu makan menurun. Karena terjadi ketidak
seimbangan asam basa dan elektrolit.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan
klien jatuh pada keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan turun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa menjadi cekung (pada bayi),
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Bila keadaan ini terus
berlanjut dan klien tidak mau makan maka akan menimbulkan gangguan
nutrisi sehingga klien lemas.
Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan
membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun. Tubuh juga
kehilangan Na, K dan Ion Karbohidrat. Bila keadaan ini berlanjut terus maka
volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi,
jaringan terganggu dan akhirnya menyebabkan syok hipovolemik dengan
gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, klien sangat lemah, kesadaran menurun.
Selain itu, akibat lain dari kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan,
tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak pucat
dengan pernafasan yang cepat dan dalam.
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor
psikologis (stress, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin
dibawah pengendalian sistem pernafasan simpatis untuk merangsang
pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga
bila terjadi stress maka metabolisme akan terjadi peningkatan dalam bentuk
peningkatan motilitas usus.
25
2.6. Pathway Atau Skema Penyakit Gastroenteritis Akut
Pengertian
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal: infeksi bakteri, Tanda dan Gejala Penyakit
infeksi virus, infeksi jamur, Gastroenteritis Akut
infeksi parasite, infeksi cacing, Gastroenteritis
protozoa
Akut
Diare, muntah, demam, nyeri
b. Infeksi Parental: infeksi diluar alat abdomen, membran mukosa mulut
pencernaan dan bibir kering, fontanel cekung,
c. Non-Infeksi: terapi obat kehilangan berat badan, tidak nafsu
antibiotik, kemoterapi, dan makan, badan terasa lemah.
antasida.
2. Faktor malabsorbsi
3. Faktor makanan
4. Faktor kebersihan
Patofisiologi
5. Faktor infeksi
Gastroenteritis karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau minuman yang masuk kedalam tubuh. Bakteri tertelan
6. Faktor psikologi
masuk sampai lambung. Kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung. Namun bakteri yang terlalu banyak, maka ada beberapa yang
lolos ke duodenum dan berkembang biak. Didalam usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir
yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi cairan-cairan usus dibagian kripta vili
dan menghambat absorbsi cairan.
Diare yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus sehingga terjadi pengeseran air dan elektrolit keadaan rongga usus. Sebagai akibat
dari keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga
terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan diusus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan
terjadi diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus
menyebabkan hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya jika peristaltic menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
26
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh
berbagai enterogen termasuk bakteri, virus dan parasit. Penyebabnya terjadi
karena tiga faktor berikut:
1. Faktor infeksi
a. infeksi internal: infeksi saluran pencernaan makanan akibat utama
penyebab diare pada anak.
b. infeksi bakteri: vibrio, ecoly, salmonella, shigella dan aeromonas
c. infeksi virus : entero virus (virus echo, virus coxsakria,
poliomyelitis)
d. infeksi parasit: cacing ( ascaris, tricuris, yuris) protozoa, jamur
e. Infeksi parental: ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti tongilitis,
dan ensefalitis
2. Faktor malabsorpsi
a. Malabsorpsi karbohidrat
b. Malabsorpsi lemak
c. Malabsorpsi protein
3. Faktor psikologis, seperti rasa cemas dan takut yang berlebihan
3.2. Saran
Untuk dapat memahami materi tentang Gastroenteritis Akut, selain membaca
dan memahami materi-materi dari sumber yang terpercaya seperti buku, kita
harus dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari
agar lebi mudah untuk paham dan akan selalu diingat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:
EGC
Perry&Potter. 2003. Basic Nursing Essentsial For Practice. Sixth Edition. Mosby:
USA
FKUI. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa
Aksara
Jawetz E. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan. Jakarta: EGC
FKUI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Jakarta: FKUI
Jawetz, Melnick. Adelberg. 2005. Medical Microbiologi. Salemba Medika Page:
353-357
28