Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan
internal dan stimulus eksternal di pantau dan di atur. Sistem saraf dapat di
bagi menjadi sistem saraf pusat, yang terdiri atas jaringan saraf di otak dan
medulla spinalis, dan sistem saraf prefier yang terdiri atas saraf yang
mempersarafi bagian tubuh lainnya. Koordinasi sistem saraf pusat dan prefier
memungkinkan kita bergerak, berbicara, berpikir, dan berespons.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan anatomi fisiologi dari embrio sampai dewasa!
2. Jelaskan sel-sel sistem saraf!
3. Jelaskan anatomi sistem saraf!
4. Jelaskan fisiologi sistem saraf!
5. Jelaskan mekanisme hantaran impuls pada sistem saraf!
6. Jelaskan bagian dan fungsi pada lapisan otak!
7. Jelaskan istilah saraf pre ganglion dengan post ganglion!
8. Jelaskan mengenai plexus nerve!
9. Jelaskan mekanisme pengaturan sistem saraf pada berbagai sistem organ!
10. Jelaskan pengeluaran cairan serebrovaskuler!
11. Jelaskan mekanisme kerja simpatis dan parasimpatis!
12. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sistem saraf
pada janin, anak dan dewasa!

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan untuk
memahami anatomi fisiologi pada sistem persarafan dengan bagian-bagian

1
dan fungsinya. Penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan.

D. Manfaat
Adapaun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan mengenai sistem persarafan sekaligus agar dapat memahami
bagaimana antomi fisiologi sistem saraf dan bagian-bagian lainnya pada
sistem saraf manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI DARI EMBRIO SAMPAI DEWASA


Sistem saraf pusat berasal dari ektoderm dan muncul sebagai lempeng
saraf pada minggu ketiga. Setelah tepi-tepi lempeng melipat, lipatan saraf
saling mendekati di garis tengah untuk menyatu menjadi tabung saraf.

Ujung kranial menutup pada sekitar hari ke-25, dan ujung kaudal menutup
pada hari ke-27. Sistem saraf pusat kemudian membentuk suatu struktur
tubular dengan bagian sefalik melebar, otak dan bagian kaudal memanjang,
korda spinalis. Kegagalan penutupan tabung saraf menyebabkan cacat seperti
spina bifida dan anensefalus, yaitu cacat yang dapat dicegah dengan
pemberian asam folat.
Korda spinalis yang membentuk ujung kaudal sistem saraf pusat, ditandai
oleh lempeng basal yang
mengandung neuron motorik,
lempeng alar atau neuron
sensorik, dan lempeng lantai
serta lempeng atap sebagai

3
lempeng penghubung antara kedua sisi.
Otak yang membentuk bagian kranial sistem saraf pusat, semula terdiri
dari tiga vesikel: rombensefalon (otak belakang), mensensefalon (otak
tengah), dan prosensefalon (otak depan).
1. Otak depan (prosensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi, telensefalon
dan diensefalon.
a) Telensefalon merupakan awal hemisfer serebral atau serebrum, dan
basal ganglia, serta korpus striatum (substansi abu-abu) pada
serebrum.
b) Diensefalon menjadi talamus, hipotalamus, epitalamus.
2. Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh,dan pada orang dewasa disebut
otak tangah. Bagain ini terdiri dari pedunkulus, dan korpora
kuadrigemina.
3. Otak belakang (rombensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi,
metensefalon dan mielensefalon.
a) Metensefalon berubah menjadi baatang otak (pons) dan serebrum.
b) Mielensefalon menjadi medulla oblongata.

B. SEL-SEL SISTEM SARAF


1. Neuron

4
Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.
a. Badan sel atau perikarion
Suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
Bagian ini tersusun dari komponen berikut:
1) Satu nukleus tunggal
Nukleus yang menonjol, dan organel lain seperti kompleks golgi
dan mitokondria, tetapi nukleus ini tidak memiliki sentriol dan
tidak dapat bereplikasi.
2) Badan nissl
Terdiri dari retikulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom
bebas serta berperan dalam sintesis protein.
3) Neurofibril
Yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui
mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
b. Dendrit
Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan
pendek, serta berfungsi menghantar impuls ke sel tubuh. Permukaan
dendrit penuh dengan spina dendrit yang dikhususkan untuk
berhubungan dengan neuron lain. Neurofibril dan badan nissl
memanjang ke dalam dendrit.
c. Akson
Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih
panjang dari dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan
sel ke neuron lain, ke sel lain (sel oto atau kelenjar) atau ke badan sel
neuron yang menjadi asal akson.
1) Origo akson
Akson berasal dari badan sel pada hillock akson, yaitu regia
yang tidak mengandung badan nissl.
2) Ukuran akson

5
Panjang akson mungkin berukuran kurang dari 1 mm sampai 1
m lebih (1 mm = 0,04 inci; 1 m = 3,28 kaki). Di bagian
ujungnya, sebuah akson dapat bercabang banyak. Percabangan
akhir memiliki suatu pembesaran yang di sebut kenop sinaptik,
terminal presinaptik, atau terminal bouton. Sisi percabangan
(kolateral), yang berujung pada akhir yang sama dengan
pembesaran, dapat terjadi di sisi distal.
3) Pelapisan akson
a) Akson dalam sistem saraf prefier
Semua akson dalam sistem saraf prefier dibungkus oleh
lapisan schwan, disebut juga neurilema yang dihasilkan sel-
sel schwan.
Akson besar (diameter di atas 2 µm), memiliki lapisan
dalam yang disebut mielin, suatu kompleks lipoprotein yang
dibentuk oleh membran plasma sel-sel schwan. Akson ini,
yang tampak berwarna putih, disebut serabut termielinisasi.
Pada saraf prefier, sel-sel schwan memielinisasi akson
dengan cara melingkarinya dalam bentuk gulungan jelly.
Mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercepat
hantaran impuls saraf. Nodus ranvier menunjukkan celah
antara sel-sel schwan yang berdekatan. Celah ini merupakan
tempat pada akson dimana mielin dan lapisan schwan
terputus, sehingga hanya melapisi sebagian akson. Akson
yang berdiameter kecil biasanya tidak termielinisasi dan
tertanam pada sitoplsma sel schwan.
b) Akson dalam sistem saraf pusat
Akson dalam sistem saraf pusat tidak memiliki
lapisan neurilema. Serabut termielinisasi tanpa neurilema
terdapat di bagian putih otsk dan medulla spinalis. Dalam
sistem saraf pusat mielin dihasilkan oleh oligodendrosit
bukan dari sel schwan. Mielin bertanggung jawab untuk

6
tampilan putih pada substansi putih. Serabut tidak
termielinisasi tanpa neurilema terdapat dalam substansi abu-
abu otak dan medulla spinalis.
Terminasi akhir dari semua serabut saraf tidak
memiliki neurilema dan mielin. Regenerasi neuron yang
rusak memerlukan neurilema. Neuron tidak dapat
membelah secara mitosis, tetapi serabut dapat beregenerasi
jika badan sel nya masih utuh. Jika akson mengalami
kerusakan berat, maka neurilema (lapisan sel-sel schwan)
yang melapisinya melakukan pembelahan mitosis untuk
penutup luka. Jika bagian distal akson rusak, bagian akson
terdekat dengan badan sel akan membuat percabangan baru.
Lapisan neurilema kosong menjadi semacam tubulus selular
untuk mengarahkan akson yang teregenerasi. Setiap
percabangan akson yang masuk lapisan celah akan
terdisintegrasi. Neuron dalam sistem saraf pusat tidak
memiliki neurilema dan tidak beregenerasi.
Klasifikisai neuron
Neuron di klasifikasikan secara fungsional berdasarkan arah transmisi
impulsnya
a. Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor
pada kulit, organ indra, atau suatu organ internal ke sistem sarap
pusat.
b. Neuron motorik menyampaikan impuls dari sistem saraf pustat ke
efektor
c. Neuron konektor ditemukan seluruhnya dalam sistem saraf pusat.
Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motoric
Neuron di klasifikasikan secara struktural berdasarkan jumlah
prosesusnya

7
a. Neuron multipolar memiliki satu akson satu akson dari dua dendrit
atau lebih. Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam
otak dan medulla spinalis, masuk dalam golongan ini.
b. Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini
ditemukan pada organ indera, seprti mata, telinga, dan hidung.
c. Neuron unipolar (pseudounipolar) kelihatannya memiliki sebuah
prosesus tunggal tetapi neuron ini sebenarnya bipolar

2. Sel Glia (sel neuroglial)


Sel glia merupakan sel penunjang tambahan pada sistem saraf pusat yang
berfungsi sebagai jaringan ikat. Tidak seperti neuron, sel glia dapat
menjalani mitosis selama rentang kehidupannya dan bertanggung jawab
atas terjadinya tumor sistem saraf.
a. Astrosit
Sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang,
sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel
atau “kaki vaskular”. Sel ini memberikan penopang struktural dan
mengatur transpor materi di antara darah dan neuron. Kaki vaskular
di percaya berkontribusi terhadap barrier darah-otak, atau tingkat
kesulitan makromolekul tertentu pada plasma darah untuk masuk ke
jaringan otak. Astrosit di bagi menjadi dua yaitu astrosit fibrosa

8
terletak di substansi putih otak dan medulla spinalis, astrosit
protoplasma ditemukan pada substansi abu-abu.
b. Oligodendroglia (oligodendrosit)
Menyerupai astrosit tetapi badan sel nya kecil dan jumlah
prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Oligodendrosit dalam
sistem saraf pusat analog dengan sel schwan pada saraf prefier.
Bagian ini membentuk lapisan mielin untuk melapisi akson dalam
sistem saraf pusat.
c. Mikroglia
Ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya
memiliki peran fagositik. Sel glia berukuran kecil dan prosesusnya
lebih sedikit dari jenis sel glia lain.
d. Sel ependimal
Membentuk membran epitelial yang melapisi rongga serebral (otak)
dan rongga medulla spinalis.

C. ANATOMI SISTEM SARAF


1. SSP (Sistem Saraf Pusat)
Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (ensephalon) dan sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang
sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan.
Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3
lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan
terjadi radang yang disebut meningitis. Ketiga lapisan membran meninges
dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
Duramater terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan
tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang
mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan
duramater terdapat rongga epidural. Arachnoidea mater, disebut demikian
karena bentuknya seperti sarang laba-laba. Di dalamnya terdapat cairan
yang disebut liquor cerebrospinalis, semacam cairan limfa yang mengisi

9
sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai
bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik. Piamater.
Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-
lipatan permukaan otak.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba) sel-sel
neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam
sistem saraf pusat. Walaupun otak dan sumsum tulang belakang
mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi
kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih
terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa
materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa
materi putih.
a. Otak

Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh,


mengkonsumsi 25% oksigen, dan menerima 1,5% curah jantung. Otak
mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak
tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung
(medulla oblongata), dan jembatan varol.

10
Batang otak dilindungi oleh tulang tengkorak dari cedera. Empat
tulang yang berhubungan membentuk tulang tengkorak, yaitu tulang
frontal, pariental, temporal, dan oksipital.

1) Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua


aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian
(intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar

11
atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa
gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang
berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor)
yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi
mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu
terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan
sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan
ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di
sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan
psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan
pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,
kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian
belakang.
2) Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol.
Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang
mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal)
otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata
seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran.
3) Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi
gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi
tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka
gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
4) Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang
dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga
memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum

12
sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,
batuk, dan berkedip.
5) Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan
otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar
dan sumsum tulang belakang.
Berdasarkan letaknya, otak dapat dibagi menjadi lima yaitu:
Telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon, mielensefalon
1) Telensefalon terdiri dari: hemisfer serebri, kortek serebri, sistem
limbik (Bangsal ganglia, hipokampus, Amigdala)
2) Diensefalon terdiri dari: epitalamus, thalamus, subtalamus,
hipotalamus
3) Mesensefalon terdiri dari: kolikulus superior, kolikulus inferior,
substansia nigra
4) Metensefalon terdiri dari: pons, serebelum,
5) Mielensefalon terdiri dari medula oblongata
b. Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak
bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-
kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum
tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas
disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls
sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang
melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang
belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal
terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan
menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke
saraf motor.

13
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf
gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang
dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5
pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf
ekor.
2. Sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk
menjalankan otot dan organ tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat,
sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan terhadap
racun dan luka mekanis. Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai
dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom).
a. Sistem saraf sadar
Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur
oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak
dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran
pencernaan, dan sekresi keringat.
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu
saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang,
yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang
disebutp leksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.

14
1) Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang
mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.
2) Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
3) Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan
kaki.
b. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari
otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang
bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-
masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga
membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal
ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung
ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik
dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik
mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang
menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai
urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai
urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada
organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan
"nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan
beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.

D. FISIOLOGI SISTEM SARAF


Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi otot,
peristiwa viseral yang berubah dengan cepat, menerima ribuan informasi dari
berbagai organ sensoris dan kemudian mengintegrasikannya untuk
menentukan reaksi yang harus dilakukan tubuh. Membran sel bekrja sebagai

15
suatu sekat pemisah yang amat efektif dan selektif antara cairan ekstraselular
dan cairan intraselular. Di dalam ruangan ekstraselular, di sekitar neuron,
terdapat cairan dengan kadar ion natrium dan klorida. Sedangkan dalam
cairan intraselular terdapat kalium dan protein yang lebih tinggi. Perbedaan
komposisi dan kadar ion-ion di dalam dan di luar sel mengakibatkan
timbulnya suatu potensial listrik dan permukaan membran neuron yang di
sebut potensial membran. Dalam keadaan istirahat cairan ekstraselular adalah
elektro-positif dan cairan intraselular adalah elektro-negatif.

E. MEKANISME HANTARAN IMPULS SARAF PADA SISTEM SARAF


1. Potensial istirahat (potensial membran)
Sel saraf yang sedang beristirahat seperti sel lain dalam tubuh,
mempertahankan perbedaan potensial listrik (voltase) pada membran sel di
antara bagian dalam sel dan cairan ekstraseluler di sekeliling sel. Voltase
dalam sel relatif pada keadaan istirahat berkisar antara -50 milivolts (mV)
sampai -80 mV terhadap voltase di luar, bergantung pada kondisi neuron
dan ekstraseluler yang mengelilingi sel.
a. Membran sel dalam keadaan istirahat dianggap bermuatan listrik, atau
terpolarisasi. Keadaan terpolarisasi ini dapat dibuktikan dengan
menempatkan elektroda menit di dalam dan di luar membran.
b. Polarisasi (Potensial istirahat)
Disebabkan oleh konsentrasi ion natrium (Na+) dan kalium (K+)
yang tidak seimbang di dalam dan di luar sel, serta perbedaan
permeabilitas membran terhadap ion ini dan ion lain.
Membran neuron sangat permeable terhadap ion K+ dan klor (Cl-
), serta relatif impermiable terhadap ion Na+. Membran ini
impermiable terhadap molekul protein intraselular besar yang
bermuatan negatif. Konsentrasi ion K+ di dalam membran sel lebih
tinggi dari pada di luar membran sel; konsentrasi ion Na+ di luar
membran sel lebih tinggi dari pada di dalam sel. Karena tingkat
permeabilitas membran terhadap ion K+ sekitar 75 kali lebih besar dari

16
pada terhadap ion Na+, maka difusi ion K+ keluar dari sel lebih cepat
dari pada difusi ion Na+ ke dalam sel. Saat ion K+ bermuatan positif
keluar dari sel, ion tersebut meninggalkan molekul protein bermuatan
negatif yang terlalu besar untuk dapat berdifusi melalui membran. Hal
ini mengakibatkan bagian dalam sel mengalami elektronegativitas.
c. Difusi dan transpor aktif (pompa natrium-kalium)
Bertanggung jawab untuk pergerakan ion melewati membran
plasma. Difusi terjadi melalui saluran dalam membran sel bergantung
pada gradien konsentrasi ion setiap unsur.
Beberapa saluran bersifat pasif dan selalu terbuka sehingga
memungkinkan jalur bebas untuk beberapa ion. Beberapa saluran lain
merupakan saluran (gerbang) aktif, dikendalikan oleh gerbang ion,
yang spesifik untuk masing-masing ion. Saluran gerbang terbuka dan
tertutup saat merespons berbagai stimulus. Gerbang tersusun dari
protein bermuatan yang menambah ketebalan membran dan
mengalami pengubahan bentuk saat membran distimulasi. Gerbang
ion di atur berdasarkan voltase, penutupan dan pembukaan gerbang
bergantung pada perubahan potensial membran. Semua saluran
gerbang bervoltase tertutup saat keadaan potensial membran istirahat.
Pengeluaran ion K+ melalui saluran tanpa gerbang yang selalu terbuka
mengakibatkan permeabilitas yang besar terhadap K+ pada membran
sel yang sedang beristirahat.
Transpor aktif ion Na+ dan K+ melawan gradien konsentrasinya
dapat mempertahankan kondisi potensial istirahat. Pompa natrium-
kalium dependen ATP mencegah terjadinya kesetaraan sesaat ion Na+
dan K+ yang melewati membran plasma dan hanya terjadi melalui
difusi. Pompa itu terdiri dari protein yang berperan sebagai ion carrier
dalam membran sel. Protein ini membawa tiga ion Na+ keluar dari sel
untuk setiap dua ion K+ yang di pompa masuk, sehingga perbedaan
konsentrasi dapat dipertahankan.

17
2. Potensial aksi
a. Jika serabut saraf cukup terstimulasi, maka gerbang Na+ akan terbuka.
b. Ion natrium bermuatan positif bergerak ke dalam sel, mengubah
potensial istirahat (polarisasi) menjadi potensial aksi (depolarisasai)
ditunjukkan dengan pergeseran diferensial dari -65 mV ke puncak
listrik (potensial puncak) yang hampir mencapai -40 mV. Depolarisasi
juga menyababkan terbukanya lebih banyak gerbang natrium, yang
kemudian akan mempercepat respons dalam siklus umpan balik
positif.
c. Potensial aksi sangat singkat hanya bertahan kurang dari seperseribu
detik.
d. Gerbang natrium kemudian menutup, menghentikan aliran deras ion
Na+. Gerbang kalium membuka menyebabkan ion K+ mengalir keluar
sel dengan deras.
e. Repolarisasi (polaritas balik) adalah pemulihan daya potensial untuk
kembali pada keadaan istirahat.
1) Pompa natrium-kalium membantu pengembalian gradien
konsentrasi ion asal yang melewati membran sel.
2) Pompa yang dijalankan dengan energi ini akan menghancurkan
kelebihan ion Na+ yang memasuki sel dan mengembalikan ion
K+ yang telah berdifusi keluar sel.
f. Respons all-or-non
1) Stimulus ambang untuk depolarisasi biasanya terjadi saat ada
perubahan sekitar 15 mV sampai 20 mV dari keadaan potensial
istirahat.
2) Begitu ambang depolarisasi tercapai, potensial aksi akan
terbentuk. Inilah yang disebut respons all-or-non. Neuron akan
merespons secara keseluruhan atau tidak merespons sama sekali.

18
g. Periode refraktori
1) Periode refraktori absolut
Adalah waktu selama gerbang ion Na+ tertutup, dan gerbang K+
masih terbuka, dan serabut saraf sama sekali tidak responsif
terhadap kekuatan stimulus lain. Masa ini berlangsung selama 1
milidetik.
2) Periode refraktori relatif
Adalah masa setelah masa refraktori absolut. Masa ini
berlangsung kurang dari 2 milidetik, dan merupakan waktu di
mana stimulus dengan kekuatan yang lebih tinggi memicu
potensial aksi yang kedua.
Perambatan impuls saraf
Setelah insiasi, potensial aksi menjalar di sepanjang serabut saraf dengan
kecepatan dan amplitudo tetap. Arus listrik lokal menyebar ke area
membran yang berdekatan. Hal ini menyebabkan gerbang natrium
membuka dan mengakibatkan gelombang depolarisasi menjalar di
sepanjang saraf. Dengan cara ini, sinyal atau impuls saraf, di transmisi dari
satu sisi dalam sistem saraf ke sisi lain.

F. BAGIAN DAN FUNGSI PADA LAPISAN OTAK


Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang
disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia mater, lapisan araknoid,
dan dura mater.
1. Pia mater
Pia mater adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat
pada otak. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah untuk
mensuplai jaringan saraf.
2. Lapisan araknoid (tengah)
Lapisan ini terletak di bagian eksternal pia mater dan mengandung
sedikit pembuluh darah. Pada lapisan araknoid terdapat ruang
subaraknoid yang memisahkan lapisan araknoid dari pia mater dan

19
mengandung cairan serebrospinalis, pembuluh darah, serta jaringan
penghubung seperti selaput yang mempertahankan posisi araknoid
terhadap pia mater di bawahnya. Berkas kecil jaringan araknoid, vili
araknoid menonjol ke dalam sinus vena (dural) dura mater.
3. Dura mater (lapisan terluar)
Merupakan lapisan tebal dan terdiri dari dua lapisan. Lapisan ini biasanya
terus bersambungan, tetapi terputus pada beberapa sisi spesifik.
a. Lapisan periosteal luar
Pada dura mater lapisan ini melekat di permukaan dalam kranium
dan berperan sebagai periosteum dalam pada tulang tengkorak.
b. Lapisan meningeal dalam
Pada dura mater tertanam sampai ke dalam fisura otak dan terlipat
kembali ke arahnya untuk membentuk bagian-bagian berikut:
1) Falks serebrum
Terletak dalam fisura longitudinal antar hemisfer serebral.
Bagian ini melekat pada krista galli tulang etmoid.
2) Falks serebelum
Membentuk bagian pertengahan antar hemisfer sereberal.
3) Tentorium serebelum
Memisahkan serebrum dari serebelum
4) Sela diafragma
Memanjang di atas sela tursika, tulang yang membungkus
kelenjar hipofisis.
Pada beberapa regia, kedua lapisan ini dipisahkan oleh
pembuluh darah besar, sinus vena yang mengalirkan darah keluar
dari otak. Ruang subdural memisahkan dura mater dari araknoid
pada regia kranial dan medulla spinalis. Ruang epidural adalah ruang
potensial antara periosteal luar dan lapisan meningeal dalam pada
dura mater di regia medulla spinalis.

20
G. ISTILAH SARAF PRE GANGLION DENGAN POST GANGLION
Pre ganglion merupakan saraf yang yang menghubungkan pusat saraf
dengan ganglion, dan post ganglion merupakan saraf yang menghubungkan
ganglion dengan berbagai alat tubuh.

H. PLEXUS NERVE
Saraf plexus adalah (jaringan bercabang) dari saraf yang berpotongan. Sebuah
saraf plexus terdiri dari serat aferen dan eferen yang timbul dari
penggabungan irami anterior saraf tulang belakang dan pembuluh darah. Ada
5 plexus saraf tulang belakang, kecuali di daerah toraks, dan juga bentuk
plexus otonom lainnya.
Saraf yang timbul dari plexus memiliki fungsi sensorik dan motorik meliputi
kontraksi otot, pemeliharaan kordinasi, dan pengendalian tubuh dan reaksi
terhadap sensasi seperti panas, dingin, nyeri dan tekanan. Ada beberapa
plexus didalam tubuh, termasuk:
1. Spinal plexuses cervical plexus melayani kepala, leher dan bahu
2. plexus brakhialis melayani dada, bahu, lengan, dan tangan
3. lumbar plexus melayani punggung, perut, selangkangan, paha, lutut, dan
betis
4. plexus sacral melayani panggul, pantat, alat kelamin, paha, betis, dan kaki
5. plexus coccygeal melayani daerah kecil diatas tulang ekor plexuses
otonom
6. lobak plexus (plexus surya) melayani organ dalam
7. plexus auerbach (plexus myenteri) berfungsi pada saluran gastro intestinal
8. plexus meissner (plexus sub mukosa) berfungsi sebagai saluran gastro
intestinal
9. plexus fari nervus pagus berfungsi langit-langit
10. pharynx plexus jantung melayani jantung

21
I. MEKANISME PENGATURAN SISTEM SARAF PADA BERBAGAI
SISTEM ORGAN

Sistem syaraf manusia adalah sebuah jaringan yang sangat khusus, yang
berisi miliaran neuron. Sistem ini memungkinkan kita untuk mengendalikan
dan mengkordinasikan semua fungsi tubuh. Ini memungkinkan kita untuk
berkomunikasi dengan dunia luar dan terdiri dari 2 komponen, sistem syaraf
pusat (SSP) dan sistem syaraf perifer (PNS).

J. PENGELUARAN CAIRAN SEREBROVASKULER


Serebrovaskuler adalah suatu penyakut yang meliputi semua gangguan
pada area dari otak dan secara sepintas atau permanen dipengaruhi oleh
iskemia. Oklusi atau perdarahan dari satu atau lebih pembuluh darah serebra;
pada proses patologis tersebut.
Serebrovaskuler adalah penyebab utama yang ketiga dari kematian
setelah penyakit jantung dan malignasi dan diestimasikan bahwa rata-rata dari
500.000 stroke baru akan terjadi tiap tahun di USA atau bangsa lainnya.
Serebrovaskuler kebanyakan melumpuhkan anggota gerak dan beberapa

22
kranialis dan utama dari semua penyakit-penyakit neurologik residual dan
lebih dari 25% membutuhkan perawatan kronik.
Frekuensi kejadian stroke dan moralitas menurun dan berdeklinasi secara
primer, disebabkan karena penanganan yang sukses dan kendali dari faktor-
faktor risiko.

K. MEKANISME KERJA SIMPATIS DAN PARASIMPATIS


1. Sistem Saraf Simpatis
Serabut pertama pada saraf simpatis, yang disebut serabut
praganglion, keluar dari regio toraks atau lumbal pada spina. Segera
setelah keluar dari spina, serabut praganlion bersatu dengan serabut
praganglion lain untuk membentuk ganglion otonom. Di titik ini, serabut
praganglion bersinaps pada serabut saraf kedua dari sistem ini, serabut
pascaganglion, dan melepaskan asetilkoln, yang menyebabkan serabut
pascaganglion mencetuskan potensial aksi. Dari ganglion otonom,
serabut pascaganglion berjalan ke organ targetnya, otot atau kelenjar.
Serabut pascaganglion simpatis biasanya melepaskan neurotransmiter
norepinefrin. Reseptor organ target untuk norepinefrin disebut reseptor
adrenergik.
2. Sistem Saraf Parasimpatis
Serabut sistem saraf parasimpatis keluar dari otak dalam saraf
kranial atau keluar dari medulla spinalis dari daerah sakral. Serabut
praganglion sistem saraf parasimpatis biasanya panjang dan berjalan ke
ganglion otonom yang terletak dekat organ target. Saraf parasimpatis
praganglion melepaskan asetilkolin yang kemudian menstimulasi serabut
pascaganglion. Serabut pascaganglion parasimpatis kemudian berjalan
dengan jarak pendek ke jaringan targetnya, otot atau kelenjar. Saraf ini
juga melepaskan asetilkolin. Reseptor asetilkolin praganglion untuk
serabut simpatis dan parasimpatis disebut reseptor nikotinik. Reseptor
asetilkolin pascaganglion disebut reseptor muskarinik. Nama ini

23
berkaitan dengan stimulasi reseptor eksperimental oleh nikotin dan
muskarin (racun jamur).

L. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


SISTEM SARAF PADA JANIN ANAK DAN DEWASA
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sistem saraf antara lain
yaitu:
1. Usia
2. Nutrisi
3. Kelainan autoimun
4. Obat-obatan
5. Gangguan pembuluh darah
6. Kekurangan kadar elektrolit
7. Trauma

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri dari jaringan saraf. Neuron adalah unit fungsional sistem saraf
yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma. Neuron terdiri dari
badan sel, dendrit berfungsi menghantar impuls ke sel tubuh, akson
menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain.
Sistem saraf manusia di bedakan menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang, sedangkan sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan
sistem saraf tak sadar.

B. Saran
Untuk dapat memahami sistem saraf, selain membaca dan memahami
materi-materi dari sumber yang terpercaya seperti buku, kita harus dapat
mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari agar lebi
mudah untuk paham dan akan selalu diingat.

25
DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai

  • Askep Waham Fix
    Askep Waham Fix
    Dokumen26 halaman
    Askep Waham Fix
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP PDF
    Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP PDF
    Dokumen25 halaman
    Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP PDF
    Imron
    Belum ada peringkat
  • KASUS UPRAK Initial Assessment
    KASUS UPRAK Initial Assessment
    Dokumen1 halaman
    KASUS UPRAK Initial Assessment
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Biosatistik Rina Riyana
    Biosatistik Rina Riyana
    Dokumen6 halaman
    Biosatistik Rina Riyana
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang Proposal
    Latar Belakang Proposal
    Dokumen20 halaman
    Latar Belakang Proposal
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Surat Pemberitahuan Ke 2 Update Biodata Terkait Subsidi Kuota
    Surat Pemberitahuan Ke 2 Update Biodata Terkait Subsidi Kuota
    Dokumen8 halaman
    Surat Pemberitahuan Ke 2 Update Biodata Terkait Subsidi Kuota
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Rumusan Masalah
    Rumusan Masalah
    Dokumen8 halaman
    Rumusan Masalah
    Ibas Focus
    Belum ada peringkat
  • Simulasi tk.3 Soal 20
    Simulasi tk.3 Soal 20
    Dokumen132 halaman
    Simulasi tk.3 Soal 20
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • LATAR BELAKANG PENELITIAN
    LATAR BELAKANG PENELITIAN
    Dokumen15 halaman
    LATAR BELAKANG PENELITIAN
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Makalah LP Waham
    Makalah LP Waham
    Dokumen39 halaman
    Makalah LP Waham
    Martha Ayu Agustin
    Belum ada peringkat
  • Saraf
    Saraf
    Dokumen26 halaman
    Saraf
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi
    Farmakologi
    Dokumen29 halaman
    Farmakologi
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Holistic Care
    Holistic Care
    Dokumen13 halaman
    Holistic Care
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Kewirausahaan
    Kewirausahaan
    Dokumen36 halaman
    Kewirausahaan
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • RPS ANAK II (Revisi)
    RPS ANAK II (Revisi)
    Dokumen20 halaman
    RPS ANAK II (Revisi)
    Dewi
    Belum ada peringkat
  • Agama
    Agama
    Dokumen4 halaman
    Agama
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Peran Perawat
    Peran Perawat
    Dokumen2 halaman
    Peran Perawat
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen23 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Hipertensii
    Hipertensii
    Dokumen26 halaman
    Hipertensii
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Saraf
    Saraf
    Dokumen26 halaman
    Saraf
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Idk Sistem Pencernaan
    Idk Sistem Pencernaan
    Dokumen3 halaman
    Idk Sistem Pencernaan
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak Tipoid
    Askep Anak Tipoid
    Dokumen26 halaman
    Askep Anak Tipoid
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Idk Sistem Pencernaan
    Idk Sistem Pencernaan
    Dokumen3 halaman
    Idk Sistem Pencernaan
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Pancasila
    Pancasila
    Dokumen14 halaman
    Pancasila
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • BAB I Asli
    BAB I Asli
    Dokumen28 halaman
    BAB I Asli
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Ca Paru Jurnal
    Ca Paru Jurnal
    Dokumen20 halaman
    Ca Paru Jurnal
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Sap DHF
    Sap DHF
    Dokumen15 halaman
    Sap DHF
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Askep PID
    Askep PID
    Dokumen22 halaman
    Askep PID
    Nurmila Hikmah
    100% (5)
  • BAB I Asli
    BAB I Asli
    Dokumen32 halaman
    BAB I Asli
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat
  • Anemia A
    Anemia A
    Dokumen12 halaman
    Anemia A
    Verra Juliani Lathifah
    Belum ada peringkat