Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut UU kesehatan RI No.23 tahun 1992, sehat adalah kesejahteraan


tubuh,jiwa,social, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
social dan ekonomisnya.Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional
psikologis, dan social yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,
perilaku dan koping yang efektif,konsep diri yang positif dan kestabilan emosional
(Videbeck,2008).

Gangguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang


penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya
distress atau disabilitas (Videbeck,2008).Waham atau delusi adalah keyakinan
tentang suatu pikiran yang kokoh,kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok
dengan intelegensia dan latar belakang budya, selalu dikemukakan berulang-ulang
meskipun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar
secara umum.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian waham ?


2. Bagaimana etiologi waham ?
3. Bagaimana rentang respon pada pasien waham ?
4. Apa saja klasifikasi waham ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari waham ?
6. Bagaimana penatalaksanaan waham ?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan jiwa dengan masalah waham ?

1
1.3 Tujuan

1. Agar pembaca mengetahui pengertian dari waham.


2. Agar pembaca mengetahui etiologi dari waham.
3. Agar pembaca mengetahui bagaimana rentang respon waham.
4. Agar pembaca mengetahui klasifikasi dari waham.
5. Agar pembaca mengetahui apa saja manifestasi klinis dari waham
6. Agar pembaca mengetahui penatalaksanaan medis waham.
7. Agar pembaca mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada
waham

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Waham

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang di pertahankan secara kuat
atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan.Waham adalah termasuk
gangguan isi pikiran.

Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan


walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal
(Stuart dan Sunden,1998).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
tetap dipertahankan dan tidak dapat di ubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan
ini berasal dari pemikiran yang sudah hilang kontrol (Depkes RI,2000).

2.2 Etiologi Waham

a Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan

Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal


seseorang dengan lainnya.

2. Faktor Sosial Budaya

Seseorang yang merasa dikecualikan dan merasa kesepian sehingga dapat


memicu terjadinya waham.

3. Faktor Psikologis

Hubungan yang tidak bahagia dan rukun sehingga dapat menimbulkan


kecemasan dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.

3
4. Faktor Biologis

Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran Ventrikel di


otak, atau perubahan pada sel kortikal dan lindik.

b Faktor Presipitasi
1. Faktor Sosial Budaya

Waham dapatdi picu karena adanya perpisahan dengan orang yang paling
berarti dan dicintai atau di asingkan dari kelompok.

2. Faktor Biokimia

Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lainnya di duga dapat menjadi


penyebab waham pada seseorang.

3. Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasannya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.

2.3 Proses terjadinya waham

1. Fase Kebutuhan Manusia Rendah (Lack Of Human Need)


Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan status sosial dan
ekonomi sangat terbatas.Biasanya pasien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi
yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu
tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin
memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam.
2. Fase Kepercayaan Diri Rendah (Lack Of Self Esteem)
Perbedaan antara ekpetasi dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan tidak
berharga.

4
3. Fase Pengendalian dari dalam dan luar (Control Internal And External)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang diyakini atau apa
yang dikatakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak
kecil secara optimal.Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara
adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan
4. Fase Dukungan Lingkungan (Environment Support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang.
5. Fase Nyaman (Comforting)
Pasien merasa nyaman dengan semua perkataannya serta menganggap bahwa semua
orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai
halusinasi pada saat pasien menyendiri dari lingkungannya.Selanjutnya, pasien lebih
sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase Peningkatan (Improving)
Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).Waham bersifat menetap dan
sulit untuk dikoreksi.

5
2.4 Rentang Respons

Rentang Respon Waham

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang proses 1. Gangguan isi pikir :


2. Persepsi Akurat pikir terganggu waham
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Perubahan proses
dengan 3. Emosi berlebihan emosi
pengalaman 4. Berperilaku yang 3. Perilaku tidak
4. Perilaku sesuai tidak biasa terorganisasi
5. Hubungan sosial 5. Menarik diri 4. Isolasi sosial
harmonis

2.5 Klasifikasi Waham

1. Waham Kebesaran
Selalu meyakini bahwa ia memiliki kedudukan yang tinggi tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
Contoh : “ Saya ialah pernah makan malam bersama Barack Obama ketika
saya menjabat menjadi MPR”
2. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang
besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat
3. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa dikejar – kejar oleh orang lain atau
kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.
4. Waham Curiga
Selalu meyakini bahwa ada orang terdekat maupun orang lain. Namun
kebanyakan curiga dengan orang terdekat.
5. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain
6. Waham Keagamaan

6
Keyakinannya tentang agama terlalu berlebihan.

7. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau meninggal
dunia.
8. Waham Pengaruh
Klien merasa pikiran,emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh
orang lain atau kekuatan
9. Waham Somatik
Klien yakin bahwa bagian tubuhnya terganggu, terserang penyakit atau
didalam tubuhnya terdapat binatang.
Contoh : “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda – tanda kanker namun pasien tetap mengatakan bahwa ia
terserang kanker

2.6 Manifestasi Klinis Waham

Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir waham adalah sebagai
berikut :

1. Kognitif
a Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b Individu sangat percaya pada keyakinannya
c Sulit berfikir realita
d Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b Afek tumpul
3. Perilaku dan Hubungan Sosial
a Hioersensitif
b Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal

7
c Depresi
d Ragu – ragu
e Mengancam secara verbal
f Aktivitas tidak tepat
g Streotif
h Impulsive
i Curiga
4. Fisik
a Higiene kurang
b Muka pucat
c Sering menguap
d Berat badan menurun

2.7 Penatalaksanaan Waham

Jangan memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini


sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior
bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang
praktis.Biarpun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan
baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah atau di luar rumah.Keluarga
atau lingkungan klien diberi penjelasan (Manipulasi lingkungan) agar mereka lebih
sabar menghadapinya.

Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham


antara lain :

1. Psikofarmakologi
a. Litium Karbonat

Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan


untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial.
Sejak disahkan oleh “Food and Drug Administration” (FDA). Pada 1970
untuk mengatasi mania akut litium masih efektif dalam menstabilkan
mood pasien dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping
yang dilaporkan pada gangguan litium cukup serius. Efek yang

8
ditimbulkan hampir serupa dengan efek mengkonsumsi banyak garam,
yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu,
selama penggunaan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk
menentukan kadar litium.

a) Indikasi
Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang
dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga
digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang
pasien bipolar dengan riwayat mania.
b) Dosis
Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3
dan 4 kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali
sehari interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati
dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis.
c) Mekanisme kerja
Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas
dari reseptor dopamine.

b. Haloperidol
Haloperidol termasuk obat antipsikotik (mayor tranquiliner)
pertama dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak
diketahui.
a) Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari

b) Efek samping
Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal,
diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan
temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala,
mengantuk, bingung, vertigo, kejang.
Pada saluran cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan mual
muntah. Mata : Penglihatan kabur. Pernapasan : Spasme laring dan
bronkus. Saluran genitourinaria : Retensi urin.
c) Mekanisme kerja
Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik
mesolimbik otak. Menekan pelepasan pada hormon hipotalamus dan
hipofisa, serta menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga
mempengaruhi metabolism basal. Temperature tubuh, tonus vasomotor
dan emesis..

9
2. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari
pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri
(khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan
pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini berarti
penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu
gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya
dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri
dari lingkungan sosial.

3. ECT Tipe Katatonik


Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus
listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala
penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik
4. Psikoterapi
Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika
gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan
komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku,
terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas Klien

Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama
klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu , tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan no rekam medis, tanggal pengkajian
dan sumber data yang didapat.

2. Alasan masuk

Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi kurang atau
tidak ada, berdiam diri di kamar, menolak interaksi dengan orang lain, merasa bosan
dan lambat menghabiskan waktu, tidak mampu berkonsentrasi, merasa tidak berguna
dan merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup. Apakah sudah tahu penyakit
sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.

3. Faktor predisposisi

Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil


pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami kehilangan,
perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
atau frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya, perubahan struktur sosial,
terjadi trauma yang tiba – tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perceraian,
putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba), mengalami kegagalan dalam pendidikan maupun
karier, perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien atau perasaan negative
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

4. Faktor Presipitasi

11
Stressor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress
seperti kehilangan, didikan yang keras dari keluarga yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk memiliki perasaan egois serta menyebabkan ansietas. Pada pasien
waham tingkat emosional yang tinggi akan kepercayaan bahwa dirinya adalah sesuatu
yang pantas untuk diyakini akan menimbulkan berbagai masalah dalam
kehidupannya.

5. Pemeriksaan Fisik

Memeriksa tanda – tanda vital, tinggi badan, berat badan dan tanyakan apakah
ada keluhan fisik yang dirasakan klien.

6. Psikososial
1) Genogram

Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,


pengambilan keputusan dan pola asuh

2) Konsep Diri
a Gambaran diri

Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai

b Identitas diri

Klien dengan waham mengalami ketidakpastian memandang diri, sukar


menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.

c Fungsi peran
Pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat
d Ideal diri

12
Mengungkapkan keputusasaan pada dirinya karena memiliki penyakit,
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi namun tidak bisa dicapai.

e Harga diri

Adanya gangguan harga diri rendah karena perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal mencapai tujuan

3) Hubungan Sosial

Pasien dengan waham memiliki hubungan sosial sesuai dengan jenis waham yang
dialami. Misalnya waham curiga, klien menghindari orang lain

4) Spiritual

Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam


menjalankan keyakinan.

7. Status Mental
1) Penampilan

Pada pasien waham penampilannya sesuai dengan waham yang dialami. Misalnya
waham agama berpakaian seperti seorang ustadz

2) Pembicaraan

Pada pasien waham cenderung pembicaraannya selalu mengarah ke wahamnya,


bicara cepat, jelas tapi berpindah – pindah, isi pembicaraan tidak sesuai kenyataan

3) Aktivitas Motorik

Klien waham cenderung bersikap aneh

4) Afek dan Emosi

Euforia : rasa senang, riang gembira, bahagia yang berlebihan tidak seuai dengan
keadaan

13
Kesepian : merasa dirinya ditinggalkan/dipisahkan dari atau yanglainnya

5) Interaksi selama pengkajian

Defensif : Sifat seseorang yang selalu ingin mempertahankan dan membenarkan


pendapatnya.

6) Persepsi Sensori
a Tidak ada halusinasi
b Tidak ada ilusi
c Tidak ada depersonalisasi
d Tidak ada realisasi
e Tidak ada gangguan somatusensorik
7) Proses Pikir
a Arus pikir dan bentuk pikir

Derreistik : bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang ada atau tidak
memgikuti logika secara umum

b Isi pikir

Pada pasien waham isi pikirnya sesuai wahamnya

8) Tingkat Kesadaran

Kesadaran berubah : kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak


normal, bukan disosialisasi, hal ini karena kemampuan untuk mengadakan (relasi)
dan pembatasan (limitasi) terhadap dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu
dan secara kualitas pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.

9) Memori

Konfabulasi : ingatan yang keliru ditandai dengan pembicaraan tidak sesuai


kenyataan, memasukkan cerita tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.

14
10) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien waham mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung

11) Kemampuan Penilaian


a Gangguan ringan
b Gangguan bermakna
12) Daya Tilik

Hal – hal diluar dirinya, bilamana ia cenderung menyalahkan orang lain /


lingkungan dan ia merasa orang lain/ lingkungan luar dirinya yang menyebabkan
ia seperti ini.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan proses pikir : waham


2. Resiko tinggi perilaku kekerasan : resiko mencederai orang lain
3. Harga diri rendah kronis

3.3 Problem Tree

Resiko tinggi perilaku kekerasan Effect

Perubahan proses pikir: waham Case Problem

Causa
Harga diri rendah kronis

15
3.4 Intervensi Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Tujuan Umum : Klien
dapat berkomunikasi
dengan baik dan
terarah
TUK 1 : 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling
Klien dapat membina bersahabat percaya dengan
hubungan saling 2. Ada kontak mata menggunakan prinsip
percaya 3. Mau berjabat komunikasi terapiutik
tangan 2. Jangan membantah dan
4. Mau menjawab mendukung waham klien
salam 3. Yakinkan klien dalam
5. Klien mau duduk keadaan aman dan
berdampingan terlindung
6. Klien mau
mengutarakan
rasanya
TUK 2 : 1. Klien mampu 1. Beri pujian pada
Klien dapat mempertahankan penampilan dan
mengidentifikasikan aktivitas sehari – kemampuan klien yang
kemampuan yang hari realistis
dimiliki 2. Klien dapat 2. Diskusikan dengan klien
mengontrol kemampuan yang dimiliki
wahamnya pada waktu lalu dan saat
ini yang realistis
3. Tanyakan apa yang bisa
dilakukan kemudian

16
anjurkan untuk
melakukan saat ini
4. Jika klien selalu berbicara
tentang wahamnya
dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak
ada
TUK 3 : 1. Kebutuhan klien 1. Observasi kebutuhan
Klien dapat terpenuhi klien sehari – hari
mengidentifikasi 2. Klien dapat 2. Diskusikan kebutuhan
kebutuhan yang tidak melakukan klien yang tidak terpenuhi
terpenuhi aktivitas secara selama dirumah maupun
terarah di rumah sakit
3. Klien tidak 3. Hubungkan kebutuhan
menggunakan yang belum tercapai
atau dengan munculnya
membicarakn waham
wahamnya 4. Tingkatkan aktivitas
sehari – hari yang dapat
mencapai kebutuhan klien
dan memerlukan waktu
dan tenaga.
TUK 4 : 1. Klien mampu 1. Berbicara dengan klien
Klien dapat berbicara secara dalam konteks realistas
berhubungan reaslistis realistas 2. Sertakan klien dalam
2. Klien mengikuti terapi aktivitas kelompok
terapi aktivitas : orientasi realitas
kelompok 3. Berikan pujian pada
kegiatan positif yang

17
dilakukan klien
TUK 5 : 1. Keluarga dapat 1. Diskusikan dengan
Klien dapat dukungan membina keluarga tentang :
keluarga hubungan saling - Gejala waham
percaya dengan - Cara merawatnya
perawat - Lingkungan keluarga
2. Keluarga dapat - Follow up dan obat
mengungkapkan 2. Anjurkan keluarga
dan memahami melaksanakan dengan
pengertian, tanda bantuan perawat
dan tindakan
untuk merawat
klien dengan
waham

TUK 6 : 1. Klien 1. Diskusikan dengan klien


Klien dapat menyebutkan dan keluarga tentang obat,
menggunakan obat manfaat , dosis dosis, freskuensi, efek dan
dengan benar dan efek akibat penghentian
samping obat 2. Diskusikan perasaan klien
2. Klien dapat setelah makan obat
mendemonstrasi 3. Berikan obat dengan
kan penggunaan prinsip 5 benar dan
obat dengan observasi setelah makan
benar
3. Klien memahami
akibat
berhentinya obat

18
tanpa konsultasi
4. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan obat

Strategi pelaksanaan (SP) berdasarkan Pertemuan


a. SP 1 Pasien
1. Mengidentifikasi kebutuhan
2. Klien bicara konteks realita
3. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya
4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
b. SP 2 Pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Identikasi potensi / kemampuan yang dimiliki
3. Pilih dan latih potensi kemampuan yang dimiliki
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
c. SP 3 Pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & 2)
2. Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan
3. Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki
4. Masukan dalam jadwal
d. SP 1 Keluarga
1. Mengidentfikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan proses terjadinya waham
3. Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham
4. Latih (stimulasi) cara merawat
5. RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien
e. SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)

19
2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien
f. SP 3 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1&2)
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan

3.5 Implementasi Keperawatan


1. SP 1 Pasien : membina hubungan saling percaya , mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan,
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
 Menyapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
 Memperkenalkan diri dengan sopan
 Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
2. SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan
membantu mempraktekkannya
 Memberi pujian pada kemampuan dan penampilan klien yang
realistis
 Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini yang realistis
 Menanyakan apa yang bisa dilakukan kemudian menganjurkan
untuk melakukannya
3. SP 3 pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
 Mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis,
frekuensi, efek dan akibat penghentiannya
 Mendiskusikan perasaan klien setelah makan obat
 Memberikan obat dengan prinsip 5 benar dan observasi setelah
makan obat

20
Tindakan keperawatan untuk keluarga
a Tujuan :
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2) Keluarga pasien mampu memfasilitasi untuk memenuhi dan mencapai
kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh wahamnya
3) Keluarga diharuskan untuk mampu mempertahankan program pengobatan
pasien secara optimal
b Tindakan:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga ketika merawat pasien di rumah
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang sedang diaderita pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat pasien waham di rumah,
follow up dan keteraturan pengobatan, lingkungan yang tepat untuk pasien
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien
5) Latih cara merawat
6) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga
SP 1 keluarga :
Membina hubungan untuk saling percaya dengan keluarga pasien,
mengidentifikasi masalah, menjelaskan proses terjadinya masalah dan obat pasien
SP 2 Keluarga :
Melatih keluarga cara merawat pasien
SP 3 Keluarga :
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

3.6 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi klien dengan masalah waham adalah pasien dapat berkomunikasi
sesuai kenyataan, menyebutkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi,
mempraktekkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi, menyebutkan
kemampuan positif yang dimiliki, mempraktekkan kemampuan positif yang dimiliki,
menyebutkan jenis,jadwal, dan waktu minum obat serta melakukan jadwal aktivitas
dan minum obat – obatan. Untuk keluarga pasien, diharapkan dapat menyebutkan

21
pengertian waham dan proses terjadinya, menyebutkan cara merawat pasien dengan
waham, mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham dan membuat jadwal
aktivitas dan minum obat klien di rumah.

22
Case Study :
Tn. J (35 tahun) dibawa ke RSJ K setelah dua hari menghilang dari rumah dan
ditemukan oleh keluarga di bawah jembatan layang dalam keadaan tidak memakai
baju. Saat dilakukan pengkajian, Tn. J mengatakan kalau dia adalah orang bebas yang
suci dari dosa. Tn. J banyak berbicara tetapi isi pembicaraannya tidak bisa dipahami,
sering berganti topik, dan menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan perawat.
Menurut keluarga, hal itu terjadi setelah Tn. J dipecat dari tempatnya bekerja satu
tahun yang lalu karena dituduh menggelapkan uang proyek di perusahaannya. Setelah
itu, Tn. J tidak mau lagi mencari pekerjaan dan selalu diam di rumah.
- Masalah Keperawatan
Perubahan proses pikir : waham
- Analisa Data
Data Subyektif Data Obyektif
- Tn J mengatakan kalau ia adalah - Tn J banyak berbicara tetapi
orang yang suci dari dosa tidak bisa dipahami isi
- Tn J tidak mau keluar rumah pembicaraannya, sering berganti
setelah dipecat dari pekerjaannya topik.

23
BAB IV
ARTIKEL JURNAL
4.1 Judul dan Penulis Artikel
Artikel jurnal yang berhubungan dengan asuhan keperawatan tentang waham
memiliki judul “ Gambaran Ide-Ide Saat Terjadi Waham Pada Pasien Yang Dirawat
Di Rumah Sakit Jiwa “ ditulis oleh Aulia Rosinta.

4.2 Latar Belakang Artikel


World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Skizofrenia
merupakan penyakit mental berat yang mempengaruhi lebih dari 21 juta orang di
dunia (WHO, 2016). Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai
dengan disorganisasi pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan masalah
komunikasi dan kognisi; gangguan persepsi terhadap realitas yang dimanifestasikan
dengan halusinasi dan waham; (O'Brien, Kennedy, & Ballard, 2014)
Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang menempati urutan ke lima
yang memiliki penderita skizofrenia terbanyak setelah DI Yogyakarta, Aceh,
Sulawesi Selatan, dan Bali. Prevalensi Skizofrenia di Jawa Tengah yaitu 0,23% dari
jumlah penduduk melebihi angka nasional 0,17% (Depkes RI, 2013).
Berdasarkan data dari Tim Pengarah Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)
Provinsi Jawa Tengah menyebutkan, bahwa penderita gangguan jiwa di daerah Jawa
Tengah tergolong tinggi, dimana totalnya adalah 107 ribu penderita atau 2,3% dari
jumlah penduduk (Widiyanto, 2015). Berdasarkan kriteria dari Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders IV - Text Revision V (DSM-IV-TR V)
(Tandon, et al., 2013), diagnosis skizofrenia terkonfirmasi apabila memiliki dua atau
lebih karakteristik dan gejala, salah satu gejalanya adalah delusi/ waham. Waham
merupakan kepercayaan yang jelas salah dan mengindikasikan suatu keabnormalan
pada isi pikir individu (Kiran & Chaudhury, 2009).
Gangguan berpikir umumnya dikenali dari pembicaraan dan tulisan yang tidak
rasional. Hal ini dapat berdampak pada ketidakmampuan individu untuk
berkomunikasi dengan baik dan melakukan aktivitas dan tugas-tugas (Gelder, 1996).

24
Waham yang tidak ditindaklajuti mungkin bisa jadi berbahaya dalam berbagai macam
hal, waham tidak hanya menyebabkan stres psikologis dan kecemasan teteapi juga
konsekuensi berbahaya dalam kehidupan dirinya dan orang disekitar mereka (Paolini,
Moretti, & Compton, 2016) .
Pengetahuan mengenai ide-ide yang sering muncul saat terjadi waham pada
pasien skizofrenia merupakan hal yang krusial karena hal ini berkenaan dengan
perencanaan tindakan dan terapi yang akan dilakukan oleh perawat serta tenaga medis
lainnya untuk menunjang kesembuhan pasien. Pentingnya observasi serta deskripsi
tentang ide-ide waham pada pasien Skizofrenia yang dirawat di rumah sakit, dan
tingginya jumlah pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Arif Zainudin
Surakarta, serta belum pernah adanya penelitian terdahulu yang melakukan penelitian
mendalam mengenai ide-ide waham persekutori pada pasien penderita skizofrenia
yang sedang dirawat itu sendiri, maka peneliti merasa penting untuk melakukan
penelitian tentang gambaran ide-ide saat terjadi waham pada pasien skizofrenia yang
dirawat di Rumah Sakit Jiwa.

4.3 Metode
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode pendekatan study
kualitatif fenomenology. Jumlah partisipan dalam penelitian ini berjumlah 12
partisipan. Teknik pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen penelitian ini
menggunakan pedoman wawancara, alat tulis seperti buku dan bolpoint, alat
penunjang seperti perekam (recorder) misalnya rekaman handphone Vivo Y71 untuk
mendokumentasikan. Uji kredibilitas / uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian
ini meliputi uji triangulasi metodepada informan lainnya.

4.4 Hasil dan Pembahasan


4.4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik partisipan berjumlah 12 partisipan. Usia partisipan antara 21-45
tahun, semua partisipan beragama Islam, beberapa bersuku Jawa, Sunda-Jawa dan
Tionghoa, dan berbangsa Indonesia. Tingkat pendidikan 1 partisipan berpendidikan

25
Sarjana, 3 partisipan berpendidikan SMA, 5 partisispan berpendidikan SMP, 3
partisipan berpendidikan SD.
4.4.2 Ide-ide Saat Terjadi Waham Pada Pasien yang Dirawat di Rumah Sakit Jiwa
Adapun tema-tema yang muncul dari waham pasien skizofrenia yang dirawat
di Rumah Sakit Jiwa adalah sebagai berikut:
1. Memiliki barang atau alat sakti
Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham adalah bermacam-macam, salah satunya adalah mereka
berkeyakinan bahwa mereka memiliki barang atau alat-alat yang memiliki
suatu kekuatan tertentu, misalnya dapat menyembuhkan penyakit dsb.Adapun
ungkapan pasien sebagai berikut: “Saya punya keris tiga dimensi. Semua
orang tidak bisa ambil keris itu. Itu yang diincar sama orang, saya nggak
mau”(R2, line 91, 93-94). “Saya nemu batu akik di Puntadewa, namanya batu
akik mata kucing. Akik ini bisa untuk perlindungan diri dari godaan setan dan
santet”(R7, baris 62,64,68). “Saya punya tongkat, tongkatnya mbah Gandok
tongkatnya bisa menaikkan jabatan, dan bisa menyembuhkan orang sakit
reumatik, gula, asam urat, orang gila, apa saja” (R12, line 23, 25, 29-30).
Selaras dengan teori yang menyatakan bahwa waham ditunjukkan dengan
adanya kepentingan, kemampuan, kekuatan, pengetahuan atau identitas yang
berlebihan atau hubungan khusus dengan dewa atau orang terkenal, hal ini
disebut dengan waham kebesaran (Kusua, 1997). Dalam hal ini pasien
mungkin percaya dirinya sebagai selebriti terkenal atau memiliki kekuatan
gaib (Kiran & Chaudhury, 2009).
2. Memiliki suatu kemampuan/ kesaktian
Tema yang diperoleh saat wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham adalah adanya keyakinan bahwa mereka memiliki suatu
kemampuan atau kekuatan supranatural dalam hal-hal tertentu yang muncul
dari dalam diri mereka, misalnya memiliki kekuatan untuk meletuskan
gunung. Berikut adalah ungkapan pasien: “Saya punya mata batin” (R2, line
62). “Seperti film-film horor masa lalu kalau orang bangkit dari kubur itu,

26
namanya Ilmu Nawarontek Pancasona. Saya merasa punya ilmu itu jadi saya
berani meletuskan bom dan masih hidup sampai sekarang” (R10, line 100-
104). “Saya disalib seperti Nabi Isa, katanya saya sudah menguasai 6 agama,
Budha, Hindu, Islam, Katholik, Kristen, dan yang keenam saya yang akan
menciptakan” (R3, line 49, 52-53). Selaras dengan teori yang menyatakan
bahwa individu dengan waham kebesaran memiliki gagasan irasional tentang
kemampuan, bakat, pengetahuan, atau bahkan kekuatan mereka sendiri.
Mereka mungkin percaya bahwa mereka memiliki hubungan khusus dengan
orang terkenal, atau bahkan menganggap identitas orang orang terkenal yang
sebenarnya adalah penipu ulung (Townsend, 2013).
3. Mengalami kerasukan/ dirasuki suatu makhluk
Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham yaitu mereka berkeyakinan bahwa mereka merasa dirasuki
oleh suatu makhluk di dalam tubuh mereka dengan cara tertentu. Untuk tema
ini, peneliti belum menemukan sumber teori yang mungkin menjelaskan
tentang tema/ ide waham sejenis. Berikut adalah ungkapan pasien: “Dulu
awalnya kepala saya sering sakit, katanya badanku dimasuki setan sama jin.
Sudah dikeluarkan tapi masih ada satu” (R5, line 23-24). “Aku pernah
dimasuki sama matahari mbak. Kalau malam dimaskui matahari aku berubah
jadi manusia” (R8, line 81-82). “Iya, saya jadi manusia setengah dewa.
Awalnya karna saya kemasukan rohnya wali Allah, rohnya kekasih-kekasih
Allah gitu, lalu jari ini saya potong sendiri karna kemasukan dewa” (R9, line
16, 18-20).
4. Memiliki gelar jabatan tinggi
Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham yaitu pasien berkeyakinan bahwa mereka memiliki gelar
jabatan yang tinggi atau penting dalam hal tertentu, misalnya pasien percaya
bahwa ia adalah calon presiden, atau pasien mengaku dirinya telah diberikan
jabatan tertentu. Adapun ungkapan pasien adalah sebagai berikut: “Saya ingin
berkenalan sama rakyat-rakyat karena saya calon presiden 2024” (R3, line 14-

27
15). “Seorang Misscok, seorang saya dipilih dan diberi gelar nama Misscok
untuk menolong manusia” (R6, line 57-58). Berkaitan dengan tema ini,
selaras dengan teori yang menyatakan bahwa individu dengan waham
kebesaran memiliki gagasan irasional tentang nilai, bakat yang dimiliki
mereka sendiri. Mereka mungkin percaya bahwa mereka adalah orang yang
terkenal atau memiliki hubungan khusus dengan orang terkenal, atau bahkan
menganggap identitas orang terkenal yang sebenarnya adalah penipu ulung
(Townsend, 2013).
5. Merasa ditakut-takuti oleh suatu makhluk
Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham yaitu pasien berkeyakinan bahwa mereka ditakut-takuti
dengan cara tertentu oleh suatu makhluk supranatural.Adapun ungkapan
pasien adalah sebagai berikut: “Saya seperti dikerjar setan, mau kemana-mana
diikuti setan. Saya ditakuttakuti. Saya diajak berdua-duaan dengan setan. Saya
diajak berdua-duaan sama setan diajak berhubungan suami istri”(R1, line 14-
15). Tema diatas selaras dengan teori yang menyatakan bahwa pada waham
jenis ini pasien mungkin percaya bahwa mereka merasa diikuti, dilecehkan,
ditipu, diracuni atau dibius, bersekongkol untuk melawan, dimata-matai,
diserang, atau dihalangi dalam mencapai tujuan tertentu, yang demikian
disebut waham aniaya (persecutory delusion) (Townsend, 2013).
6. Perasaan hati yang kosong/ hampa
Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham yaitu pasien berkeyakinan bahwa mereka merasakan
kekosongan (hampa) dalam hati mereka, layaknya kehilangan sesuatu bagian
dari diri mereka. Tema pada waham ini berpusat pada ketiadaan diri atau
bagian dari diri, orang lain, atau dunia. Individu dengan waham ini mungkin
memiliki khayalan palsu bahwa dunia ini berakhir. Mereka mungkin percaya
bahwa mereka yang mati (kiasan atau harfiah). Ungkapan pasien adalah
sebagai berikut: “Sejak saat itu nafsuku hilang seperti disedot. Ternyata hawa
nafsuku dibuang sama setan. Sekarang aku nggak punya nafsu. Rasanya mati,

28
hampa, kosong, nggak ngerasain apa-apa” (R1, line 27-30). “Saya bukan
takut, buka senang, saya rasanya kosong. Saya setiap ketemu sama orang
rasanya kosong jadi kayak orang gila wajahnya pucat. Pandangan itu kosong,
kalau jalan aku nggak lihat atas/ bawah, tapi cuma lurus, kosong, datar” (R4,
line 99-103). Tema diatas selaras dengan teori yang menyatakan bahwa
individu waham ini berkeyakinan tentang ketiadaan/ kehilangan beberapa
orang atau sesuatu dalam dirinya sehingga merasakan kekosongan. Namun
dalam teori menjelaskan pengertian ini mungkin diperluas hingga termasuk
ide-ide pesimis bahwa karir pasien berakhir, ia akan mati, tidak memiliki uang
atau bahwa dunia merupakan sebuah malapetaka, yang demikian disebut
sebagai waham nihilistik (Gelder dkk, 1996).
7. Merasa dilukai atau disakiti fisik
Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham yaitu pasien merasa akan atau telah dilukai/ disakiti secara
fisik dengan cara tertentu. Adapun ungkapan pasien adalah sebagai berikut:
“Disini (sambil menunjuk dahi), rasanya seperti dibelah jadi dua tapi rasanya
sakit banget seperti hampir mau mati” (R3, line 13-14). “Leher saya dibelah
seperti dipotong seperti Nabi Ismail. Rasanya sakit sekali, sakitnya sampai
nggak bisa digambarkan mbak” (R3, line 20-21). “Ya sakit rasanya kalo
manusia jatuh dilepas dari ketinggian “bruk” gitu. Misalnya ini manusia
(mempraktikan menggunakan bolpoin) aku seperti dilempar-lempar. Nggak
ngerti pokoknya aku berjalan lalu kelempar, berjalan lagi kelempar lagi gitu”
(R6, line 47-49). Tema diatas selaras dengan teori yang menyatakan bahwa
individu dengan waham mungkin percaya bahwa mereka akan atau telah
dianiaya/ disakiti oleh orang tertentu dengan motif tertentu. Misalnya mereka
percaya bahwa mereka akan dianiaya/ disakiti oleh suatu organisasi
pemerintah karena telah salah diidentifikasi sebagai mata-mata, yang
demikian ini disebut waham aniaya (persecutory delusion) (Townsend, 2013).

8. Melakukan puasa atau ritual tertentu

29
“Mbah Saryo bilang “kamu akan menjadi presiden 2024 karna kamu
ornag yang merakyat dan jiwa sosialnya tinggi”, Mbah Saryo bilang begitu
saat di gunung srandil 3 bulan yang lalu, setelah saya puasa 4 hari disana”
(R5, line 17-21). “Saya dulu kan Tapa Bhrata satu tahun, saya nggak makan
dan minum selama satu tahun. Saya nggak mati lho puasa satu tahun” (R12,
line 40-42). Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien
skizofrenia dengan waham yaitu pasien percaya bahwa mereka pernah
melakukan puasa atau ritual tertentu. Hal ini memungkinkan bahwa setelah
pasien melakukan puasa atau ritual tertentu, pasien kemudian akan
mendapatkan atau mempunyai kemampuan dalam diri mereka. Namun,
peneliti belum mendapatkan teori yang mungkin mampu menjelaskan tentang
ide/ tema waham yang serupa dengan tema diatas.
9. Merasa menerima sihir/ santet dari orang lain
Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham yaitu pasien percaya bahwa dirinya telah mendapat sihir atau
santet dari orang lain yang merugikan diri mereka dengan cara tetentu.
Misalnya, pasien mengatakan bahwa ia merasa makanannya berubah menjadi
paku yangmana itu adalah hasil santet yang dikirim oleh orang lain kepada
dirinya. Adapun ungkapan pasien adalah sebagai berikut: “Saya tau orangnya,
biar Allah yang membalas, dia menggunakan banyak santet: sihir ratu
kalinyamat, santet dari batu ampar madura, santet dari lamongan, santet dari
banyuwangi, santet dari banten, santet dari kalteng iblis dayak, santet dari
sungai nil hindia, santet dari blora, santet dari ilmu pengasihan” (R4, line 27-
39). “Iya, saya disantet beberapa kali oleh orang yang mempunyai kebijakan
tetapi memakai kehidupan orang lain” (R6, line 34,40). Tema diatas
memungkinkan selaras dengan teori yang mengatakan bahwa pada waham
pasien mungkin percaya bahwa mereka diikuti, dilecehkan, ditipu, diracuni
atau dibius, dilawan, dimata-matai, diserang, atau dihalangi dalam mencapai
tujuan tertentu, yang demikian itu disebut waham aniaya (persecutory
delusion) (Townsend, 2013). Dalam hal ini kadang pasien mengalami

30
penganiayaan sebagai hal samar-samar tanpa mengetahui siapa yang
bertanggung jawab (Kiran & Chaudhury, 2009).
10. Bertemu dengan Makhluk Ghaib
Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham yaitu pasien berkeyakinan bahwa mereka telah bertemu
dengan makhluk ghaib dengan cara tertentu. Adapun ungkapan pasien adalah
sebagai berikut: “Iya pernah ketemu sama Nyi Roro Kidul, Dewi Kwan In
juga pas di gunung Srandil. Cantik semua, tapi Dewi Kwan In lebih cantik
soalnya Nyi Roro Kidul jahat” (R5, line 43-44). “Kalau Nyi Blorong
kemarin saya ngabdi sama dia dua jam, hari ini nanti Nyi Blorong kesini
jenguk aku” (R12, line 93-94). “Saya dituntun ke makam bapak saya yang
sudah meninggal 10 tahun yang lalu. Orangnya tinggi, besar putih, tapi yang
satunya hitam, mbangir-mbangir kayak orang arab sepertinya itu malaikat
munkar dan nakir” (R7, line 76, 7880). Individu dengan waham mungkin
percaya bahwa dirinya memiliki kekuatan supranatural tertentu. Waham ini
merupakan tipe kebesaran (grandiose), yang ekspansinya memungkinkan
menjadi bagian dari terjadinya fantastic hallucination (Kiran & Chaudhury,
2009).
11. Menganggap orang lain yang merasa iri/ dengki
Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham yaitu pasien meyakini bahwa ada oranglain yang merasa iri
dan dengki terhadap diri mereka. Hal ini memungkingkan pasien pasien
merasa akan di jahati oleh orang yang merasa iri dan tidak suka kepada diri
mereka. Adapun ungkapan pasien adalah sebagai berikut: “Yang nyantet
nggak Cuma satu, banyak orang. Itu manusia yang ingin hidup kaya dan
mempunyai sifat cemburu/ iri/ dengki terhadap sesama. Serakah inginnya
money, money, money money kan bisa dipakai buat beli kursi jabatan”(R6,
line 52-54). Tema diatas memungkinkan berhubungan dengan teori yang
mengatakan bahwa pada individu dengan delusi/ waham percaya bahwa orang
lain mencoba membahayakan fisik, psikologis atau sosial mereka, yang

31
demikian merupakan jenis waham persekutori (aniaya) (Freeman, et al,
2016).
12. Merasa akan dibunuh
Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham yaitu pasien merasa akan dibunuh oleh seseorang. Tema
tersebut memungkinkan selaras dengan teori yang mengatakan bahwa pada
waham pasien mungkin percaya bahwa mereka diikuti, dilecehkan, ditipu,
diracuni atau dibius, dilawan, dimata-matai, diserang, atau dihalangi dalam
mencapai tujuan tertentu, yang demikian itu disebut waham aniaya
(persecutory delusion) (Townsend, 2013). Ungkapan pasien adalah sebagai
berikut: “Iya dia nyakitin aku, pokoknya ya (pasien menarik napas dalam-
dalam) kelar deh yang tau aku sama Allah aja kalau dia mau bunuh aku” (R8,
line 22-23). “Iya, dia mengincar nyawaku. Saya kalau mau minum, santetnya
masuk lebih dulu ke minuman, kalau habis makan gigi saya ngilu padahal
cuma sayur asem” (R4, line 68-69).
13. Memiliki fisik yang cacat/ rusak
Tema lain yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien
skizofrenia dengan waham yaitu pasien berkeyakinan bahwa mereka memiliki
kecatatan pada fisik mereka. Misalnya pasien merasa bagian mata pasien
mengalami kerusakan dsb. Ungkapan pasien adalah sebagai berikut: “Kaki
saya ini kayak tokoh di film One Piece itu mbak, sing iso muolor kae.
Tanganku juga mbak diolor-olor ngasi duowo kae” (R3, line 63-64). “Mata
saya rusak saya tau. (pasien menegangkan otot mata hingga memerah
kemudian mengatakan Laa ilaha ilallah Muhammad Rasulullah, kemudian
menunjuk mata sebelah kiri) ini mata bulan sabit, mata saya setenga
pendarahan” (R2, line 68, 70-72). “Ada racun, di tubuh saya. Tubuh R6 tiba2
kurus, dulu gemuk sekarang kurus” (R6, line 93). Tema diatas selaras dengan
teori yang mengatakan bahwa individu dengan waham ini mungkin percaya
bahwa mereka memiliki beberapa cacat fisik, gangguan, atau penyakit
(Townsend, 2013). Termasuk keyakinan bahwa tubuh mereka tidak normal

32
atau berubah. Misalnya pasien mengatakan bahwa tubuhnya penuh dengan
parasit, yang demikian itu disebut dengan waham somatik.
14. Mengaku sebagai Tuhan
Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham yaitu pasien mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan dan
menerima mukjizat-mukjizat layaknya Tuhan. Ungkapan pasien adalah
sebagai berikut: “Allah kan tidak tidur ya mbak, kalau bilang tidak berarti
tidak, kalau ya berarti ya. Saat itu saya saya berkerudung Asmaul Huzna lalu
saya sumpah demi Allah akan berbaut baik dan insyaaAllah saya bisa menjadi
Allah” (R3, line 42-45). Tema diatas selaras dengan teori yang mengatakan
bahwa individu dengan waham ini berisi nilai agama, keyakinan dan
pembicaraan selalu tentang agama (Gelder, 1996). Waham ini disebut waham
agama yang memungkinkan individu percaya bahwa ia dipilih oleh Tuhan
atau menjadi utusan Tuhan.
15. Dikendalikan oleh Dewa
Tema yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien skizofrenia
dengan waham yaitu pasien berkeyakinan bahwa diri mereka dikendalikan
oleh Dewa untuk melakukan hal-hal tertentu. Adapun ungkapan pasien adalah
sebagai berikut: “Saya menuruti maunya dewa untuk potong jari saya, jadi
saya potong” ( R9, line 22). “Saya disuruh berdakwah tentang Islam, yang
nyuruh dewanya Allah karna Allah lihat saya rajin sholat” (R9, line 27-28).
Tema diatas selaras dengan teori yang mengatakan bahwa individu memiliki
keyakinan bahwa tindakan, perasaan dan kemauan adalah yang benar-benar
berasal dan dipengaruhi atau diatur oleh orang atau kekuatan dari luar, yang
demikian disebut waham pengendalian (delusion of control) (Kusua, 1997).
4.5 Kesimpulan Artikel
Ide-ide saat terjadi waham pada pasien Skizofrenia yang dirawat di Rumah
Sakit Jiwa sangat bervariasi antara pasien satu dengan pasien lainnya, adapun tema
ide-ide yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain; 1) Memiliki barang atau alat
sakti; 2) Memiliki suatu kesaktian atau kemampuan; 3) Mengalami kerasukan atau

33
dirasuki suatu makhluk; 4) Memiliki gelar jabatan yang tinggi; 5) Merasa
ditakuttakuti oleh suatu makhluk; 6) Perasaan hati yang kosong atau hampa; 7)
Merasa dilukai atau disakiti secara fisik; 8) Melakukan puasa atau ritual tertentu; 9)
Merasa menerima sihir/ santet dari orang lain; 10) Bertemu dengan Makhluk Ghaib;
11) Menganggap ada orang lain yang merasa iri/ dengki; 12) Merasa akan dibunuh;
13) Merasa memiliki fisik yang cacat/ rusak; 14) Mengaku sebagai Tuhan; dan 15)
Dikendalikan oleh Dewa.

34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang di pertahankan secara kuat
atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan.Waham adalah termasuk
gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada
dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa
bentuk waham yang yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia.
Klasifikasi waham yaitu waham kebesaran, waham berdosa, waham dikejar, waham
curiga, waham cemburu, waham keagamaan, waham nihilistik, waham somatik.
Sedangkan fase awal sampai menuju terjadinya waham dimulai dari fase lack of
human need, fase lack of self esteem,fase control internal, fase environment support,
fase comforting dan fase improving.

5.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat menelah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu kami juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi
lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis
Keperawatan jiwa berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Stuart, G., (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart (Edisi
Indonesia). Jakarta: EGC.

Keliat,B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007.Keperawatn Kesehatan


Jiwa Komunitas: CMHN(Basic Courese). Jakarta: EGC.

Rusdi, Deden Dermawan. 2015. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : CV Andi Offset.

Aziza, Lilik Ma’rifatul. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa : Teori dan
Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta : Indomedia Pustaka.

36
Lampiran
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa :

Kami mempunyai salinan dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika
makalah yang dikumpulkan hilang atau rusak

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sanksi sesuai peraturan akademik yang berlaku.

Surabaya, 10 September 2019

Nama Nim Tanda tangan mahasiswa

Ulfi Dina R A 20171660007

Nurul Aini 20171660019

Moch Fachmi M 20171660031

Merry Widia P 20171660035

Naila Rahmatika 20171660061

Lampiran-1. Lembar pernyataan

37
FORMAT PENILAIAN MAKALAH:

No Aspek yang Bobot Nilai Kriteria penilaian


dinilai Maks
1 Pendahuluan 2% 2 Menjelaskan topik, tujuan, dan deskripsi singkat
makalah

Supervisial, Sangat spesifik


tidak spesifik dan relevan
2 Laporan 5% 5 Laporan lugas dan ringkas serta lengkap
analisis
masalah
Intervensi 16% 16 Penjelasan teori konsep dasar keperawatan/ fisiologi/
keperawatan patofisiologi terkait analisis peran perawat dalam
yang intervensi serta kaitan intervensi dengan proses
diusulkan keperawatan
Pengalaman atau realita di klinik dan gap
Literature review
Ide logis dan ringkas
Menunjukkan kemampuan analisis
Argument logis dan rasional
Analisa kritis rencana aplikasi ide atau hasil
pembahasan
Literatur yang digunakan terkini dan berkualitas serta
extensive
Kesimpulan 2% 2 Menyimpulkan makalah dan menuliskan refleksi atas
kritik jurnal
Pengurangan a. 7.5 -7.5 Nilai akan mendapatkan pengurangan jika criteria
nilai % berikut tidak terpenuhi:
Jumlah halaman < 10 atau lebih dari 20 halaman
(batas toleransi 5%)
Tidak mengikuti aturan penulisan referensi dengan
benar
Penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
termasuk tanda baca.

NILAI MAKSIMAL 25

Komentar Fasilitator:
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................

38
.........................................................................................................................................
................

Presentasi Kelompok (5%)

No ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE


1 Kemampuan mengemukakan intisari makalah 1
2 Kemampuan menggunakan media & IT 1
3 Kontribusi yang bermanfaat bagi kelompok 1
4 Kemampuan berdiskusi (responsive, analitis) 2
TOTAL NILAI MAKSIMUM 5

Soft skill yang dinilai selama diskusi: teamwork, berpikir kritis, komunikasi

Komentar Fasilitator:
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
................

Penilaian mahasiswa lain: (nilai maksimum 10)

POINT
NO. ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE
PENILAIAN
Aktif bertanya 10%
Aktif memberikan ide/pendapat 10%
Selama proses Inovatif dan kreatif dalam
1 diskusi memberikan pendapat.
(50%) Kemampuan analitik dalam 30%
mengajukan pertanyaan dan
memberikan solusi
Ringkas dan padat 20%
Resume
3 Isi resume 20 %
(50%)
Simpulan & saran 10%
TOTAL NILAI MAKSIMUM 10

Lampiran-2. Format penilaian makalah

39

Anda mungkin juga menyukai