Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN WAHAM

I. Kasus ( Masalah Utama)


Gangguan Proses Pikir : Waham
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan sunden,
2006).
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang
lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja,
2011). Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan (Kelliat, 2009).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus internal dan
eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu keyakinan individu
yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Keyakinan individu tersebut
tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat
diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali
(Kusumawati, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan berespons pada
realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan sehingga muncul
perilaku yang sukar untuk dimengerti dan menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan
pada pasien skizofrenia dan psikotik lain.

II. Proses Terjadinya Masalah


a. Faktor Predisposisi
1
Berdasarkan aspek psikologis individu yang berada di resiko tinggi terhadap waham
adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat waham. Pada
psikodinamik perkembangan psikologis yang dihambat oleh suatu hubungan saling
mempengaruhi antara orang lain, orang tua dan anak. Sehingga ego menjadi lemah,
mekanisme pertahankan ego pada waktu terjadi ansietas yang ekstrem akan menjadi
suatu tindakan maladaptive dan perilakunya sering merupakan penampilan dari
segmen dalam kehidupan.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik
umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik emosional perlakuan
kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi,
permusuhan, perasaan, tidak berguna ataupun tidak berdaya.

III. Jenis Waham


Ada beberapa jenis waham menurut W.F.Maramis :
1) Waham Kejadian
Klien percaya bahwa ada orang lain atau komplotan yang sedang mengganggu
bahkan sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang diancam oleh
orang lain.
2) Waham kebesaran
Klien merasa bahwa ia punya kekuatan, pendidikan, kepandaian atau kekerasan
yang luar biasa, diantaranya bahwa dia ratu adil, dapat membaca pikiran orang
lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.
3) Waham Keagamaan
Klien terlalu mengagungkan agama, misalnya : dia mengaku sebagai nabi.
4) Waham Somatik
Klien merasa bahwa bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan
berulang kali mengatakannya, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
5) Waham Curiga
Klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan kenyataan.
6) Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi didunia/meninggal, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2
IV. Fase-Fase
1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need) Waham diawali dengan
terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik maupun psikis. Secara
fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan status sosial dan
ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan menderita.
Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan
antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup dengan
ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti
mobil, rumah, atau telepon genggam.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem) Kesenjangan antara ideal diri
dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external) Pada
tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah
sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap
penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan
pengakuan pasien tidak merugikan orang lain.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support) Dukungan lingkungan sekitar
yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam lingkungannya menyebabkan
pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya
norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase nyaman (comforting) Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan
kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan

3
mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada
saat pasien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase peningkatan (improving) Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai
upaya koreksi, keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham
sering berkaitan dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan
yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit
untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

V. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran Logis Perilaku kadang menyimpang Kelainan


pikir/waham
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi berlebihan
Ketidakmampuan emosi
Pengalaman Perilaku ganjil/tdk lazim Perilakutdk
terorganisasi
Perilaku sosial Manarik diri Isolasi sosial
Hubungan sosial
harmonis

Respon adaptif menurut Yusuf dan Hanik tahun 2015 berdasarkan


rentang respon halusinasi:
a. Pikiran logis: pendapat/pertimbagan yang dapat diterima akal
b. Persepsi akurat: pandangan seseorang terhadap sesuatu secara
cermat dan tepat sesuai perhitungan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman berupa perasaan
kematapan jiwa yang timbul dari pengalaman yang sudah pernah
dialami
d. Perilaku sosial suatu kegiatan yang dilakukan individu melalui
gerak atau ucapan tetapi tidak bertentangan dengan moral
e. Hubungan sosial diketahui melalui hubungan baik dengan orang
lain didalam masyarakat

Rentang perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon sehingga


perawat dapat menilai apakah repson klien adaptif atau maladaptif.

Perilaku yang berhubungan dengan respon biologis maladaptif :


4
1 Delusi
a) waham merupakan pikiran ( pandangan yang tidak rasional )
b) berwujud sifat kemegahan diri
c) pandangan yang tidak berdasarkan kenyataan
d) gangguan berpikir, daya ingat, disorientasi, afek labil

2 Halusinasi
a) pengalaman indera tanpa perangsang pada alat indera yang bersangkutan
b) perasaan ada sesuatu tanpa adanya rangsangan sensorik, misalnya penglihatan
rasa, bau, atau sensorium yang sepenuhnya merupakan imajinasi
c) mengalami dunia seperti dalam mimpi
3 Kerusakan proses emosi
a) luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat
b) keadaan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan
c) marah, amuk, depresi, tidak berespon

4 Perilaku yang tidak terorganisir


a) tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan / lingkungan yang tidak
teratur
b) kehilangan kendali terhadap impuls
5 Isolasi sosial
a) menarik diri secara sosial
b) menyendiri / mengasingkan diri dari kelompok

VI. Mekanisme Koping


Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri
dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk
aktivitas hidup sehari-hari
2. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri
4. Pertahanan ego

VII. Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan


5
a. Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi verbal Resiko
Perilaku Kekerasan

Gangguan proses pikir :


Hargawaham
diri rendah

b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


Gangguan proses pikir : Waham
Data Subyektif :
1. Interprestasi tidak akurat atas informasi ( orang lain adalah mata-
mata iblis)
2. Ketidakmampuan membedakan secara internal stimulus dari
suatu kejadian / fakta (presiden adalah yang mengatur hidup dan
mati)
3. Merasa curiga
4. Merasa cemburu
5. Merasa diancam / diguna-guna
6. Merasa sebagai orang hebat dan memiliki kekuatan yang luar
biasa
7. Merasa orang lain menjauh
8. Merasa tidak ada yang mau mengerti
9. Klien mengatakan tidak sederajat dengan orang lain

Data Obyektif :
1. Marah – marah tanpa sebab
2. Banyak berkata – kata
3. Menyendiri
4. Sirkumtansial
5. Inkoheren
6. Marah – marah karena hal yang sepele
7. Pernyataannya tidak terbantah

VIII. Diagnosa Keperawatan


Gangguan proses pikir : waham

IX. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa
SP Pasien SP Keluarga
Keperawatan
GPP : Waham SP I p SP I k
6
Membina hubungan saling percaya Mendiskusikan masalah
Membantu orientasi realita
yang dirasakan keluarga
Mendiskusikan kebutuhan yang tidak
dalam marawat pasien
terpenuhi
Menjelaskan pengertian
Membantu pasien memenuhi
tanda dan gejala waham
kebutuhannya
Menganjurkan pasien memasukkan dan jenis waham yang
dalam jadwal kegiatan harian dialami pasien beserta
proses terjadinya
Menjelaskan cara-cara
merawat pasien waham
SP II p
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
SP II k
pasien
Berdiskusi tentang kemampuan yang Melatih keluarga
dimiliki mempraktekkan cara
Melatih kemampuan yang dimiliki
merawat pasien dengan
Menganjurkan pasien memasukkan
waham
ke dalam jadwal kegiatan harian
Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung
SP III p pasien waham
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
Memberikan pendidikan kesehatan
SP III k
tentang penggunaan obat secara
Membantu keluarga
teratur
membuat jadwal aktifitas d
Menganjurkan pasien memasukkan
rumah termasuk minum
dalam jadwal kegiatan harian
obat (discharge planning)
Mendiskusikan sumber
rujukan yang bisa dijangkau
keluarga

7
Strategi Pelaksanaan Waham

I. Proses Keperwatan

A. Kondisi Klien
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya tentang agama, klien
mengatakan sering menjalankan sholat sunah berulang kali secara berlebih,
klien mengatakan menjalankan ibadah sholat karena ingin masuk surga, klien
tampak menyendiri, klien tampak sedang mengambil wudhu untuk solat
dilakukan berulang kali, klien tampak sedang menjalankan ibadah sholat
setiap 5 menit secara berulang kali dan tampak selalu bershalawat. Klien
mengakui bahwa dirinya adalah nabi.

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir : waham kebesaran

C. Tujuan Khusus
Klien mampu membina hubungan saling percaya
Klien mampu berorientasi pada realitas
Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
Klien mampu memenuhi kebutuhannya
Klien mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

D. Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya
Bantu orientasi realita
Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

8
Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“perkenalkan nama saya ..... (sebutkan nama) saya lebih senang dipanggil suster ...
(nama panggilan)” “ibu, saya mahasiswa S1 Keperawatan dari ...., saya akan praktek
disini selama 3 hari, dari pukul 07.00-14.00 WIB.”
“sekarang saya ingin mengetahui nama ibu, nama ibu siapa?”
“ibu lebih senang dipanggil dengan nama apa?”
2. Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“apakah semalam tidurnya nyenyak?”
3. Kontrak :
a) Topik : “ibu, hari ini saya ingin berbincang-bincang dengan ibu.”
b) Waktu: “kita berbincang-bincang 15 menit ya bu”.
c) Tempat: “kita berbincang-bincang di teras ya bu”.
d) Tujuan: “mari kita berbicara agar kita saling mengenal, dan ibu dapat
menceritakan masalah ibu kepada saya, berdiskusi tentang kebutuhan ibu yang
tidak terpenuhi, bagaimana apakah ibu setuju?”.

KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)


“sudah berapa lama ibu dirawat disini?”
“siapa yang membawa ibu kesini?”
“ada kejadian apa dirumah sehingga ibu dibawa kesini?”
“apa yang ibu pikirkan sekarang?”
“saya mengerti ibu merasa bahwa ibu adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak ada yang hidup di dunia ini lagi.”
“tampaknya ibu gelisah sekali, bisa ibu ceritakan kepada saya apa yang ibu rasakan?” Oooo,
jadi ibu merasa takut telah diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur
diri ibu sendiri?”
“ibu, tenang saja disini ibu aman, tidak ada yang bisa mengatur-ngatur ibu.”
“nah, sekarang saya mau tanya, kegiatan apa yang sering ibu lakukan di rumah?”
“wah, ibu suka ngaji. Saya juga bisa, karena kita sama-sama orang muslim ya bu.”
“ibu hafal tidak surat Al-Ikhlas?”
“coba saya ingin dengar ibu membacanya?”
“bagus, ibu bisa membacakannya dengan benar walaupun ada sedikit yang harus diperbaiki
bacaannya.”

9
“saya harap ibu bisa lebih rajin lagi mengajinya dan coba ibu melihat buku panduan untuk
mengaji supaya bacaannya benar. Dan ibu bisa masukkan kegiatan ini ke dalam jadwal
kegiatan harian ibu.”

TERMINASI
1. Evaluasi respons klien berharap tindakkan keperawatan
a) Evaluasi klien (Subjektif)
“ bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya?”
b) Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
“ bisa ibu ulangi kembali bagaimana cara membacanya secara baik dan benar ? iya
bagus ibu.”
2. Rencana tindak lanjut (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah
dilakukan)
“saya harap apa yang kita bicarakan tadi bisa ibu lakukan. Ibu juga bisa melakukan
kegiatan tersebut bersama teman-teman disini.” Jangan lupa masukkan dalam jadwal
kegiatan harian ya bu.
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a) Topik: “besok kita berbincang-bincang lagi, kita akan berbincang-bincang tentang
kemampuan ibu selain melakukan kegiatan tersebut”
b) Waktu : “ ibu besok kita berbincang-bincang jam 10.00-10.15 WIB ya.”
c) Tempat: “ tempatnya disini lagi. Sekarang saya permisi ke ruangan dulu. Selamat
siang.”
Daftar Pustaka
Santoso, Budi. (2005 – 2006). Panduan Diagnosa Nanda. Jakarta: Prima Medika.
Stuart, G.W. dan Sundden, S.J. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat Budi A. (2006). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Yosep Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.

10

Anda mungkin juga menyukai