Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

Untuk Memenuhi Tugas


Pendidikan Profesi Ners Departemen Jiwa

Oleh :
NANDA VEIR YURSYIDAH
NIM. 180070300011061

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
WAHAM
1. DEFINISI
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau
terus menerus, tidak sesuai dengan kenyataan, dan termasuk gangguan isi pikiran
(Stuart, 2007). Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa
bentuk waham yang spesifk sering ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf dkk,
2015).

2. KLASIFIKASI
Menurut Stuart (2007) dan Keliat (2006) waham dibagi menjadi beberapa kategori,
yaitu:
a. Waham Kebesaran
Meyakini bahwa memiliki kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan, misalnya mempunyai kekuatan, pendidikan, dan
keyakinan yang luar biasa (sebagai ratu dan dapat membaca pikiran orang lain)
b. Waham Curiga atau Kejar
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusahan merugikan atau
mencederai dirinya dan kejelekannya dibicarakan orang banyak.
c. Waham Keagamaan
Meyakini keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, misalnya kalau
saya mau masuk surge saya harus membagikan uang kepada semua orang.
d. Waham Somatik atau Hipokondrik
Meyakini bahwa sebagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit, misalnya
merasa ususnya membusuk, otaknya mendidih, dan terdapat seekor binatang di
dalam tubuhnya. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda adanya penyakit didalam tubuhnya.
e. Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal, misalnya kita
semua ada di alam kubur, jadi semua orang yang ada disini adalah roh-roh.
f. Waham Dosa
Meyakini bahwa dirinya telah berbuat dosa atau kesalahan besar yang tidak dapat
diampuni dan ia bertanggungjawab terhadap suatu keadaan yang tidak baik.
g. Waham Pengaruh
Meyakini bahwa pikiran, emosi, atau perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
atau sesuatu yang aneh.

3. ETIOLOGI
Penyebab gangguan waham belum diketahui secara pasti, namun terdapat
beberapa teori yang menjelaskan terjadinya gangguan waham diantaranya:
1) Teori Psikogenik Sigmund Freud
Gangguan waham timbul karena digunakannya mekanisme pembelaan ego jenis
proyeks, denial dan reaction formation.
2) Teori Sosiologik Cammeron
Akibat tujuh situasi lingkungan yang mendorong timbulnya gangguan waham yaitu
iri hati, cemburu, curiga, terisolasi, kurang dihargai, situasi sadis dan situasi baru
(Keliat, 2006)
Menurut Yusuf dkk (2015) penyebab terjadinya waham disebabkan oleh beberapa
fase, yaitu:
a. Fase Kebutuhan Manusia Rendah (Lack Of Human Need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fsik
maupun psikis, yaitu:
 Secara fsik: pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan status
sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan
menderita, sehingga untuk memenuhi kebutuhan individu tersebut melakukan
kompensasi yang salah.
 Adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial
yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai
kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam.
b. Fase Kepercayaan Diri Rendah (Lack Of Self Esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan
tidak berharga.
c. Fase Pengendalian Internal Dan Eksternal (Control Internal and External)
 Internal: pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang diyakini atau apa
yang dikatakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Namun, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap
penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, maka
pengakuan pasien dilebih-lebihkan dari keadaan sebenarnya.
 Eksternal: lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan.

d. Fase Dukungan Lingkungan (Environment Support)


Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase Nyaman (Comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase Peningkatan (Improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang
salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan
kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

4. FAKTOR RESIKO
Menurut Direja (2011) dan Videbeck (2008) waham yang terjadi dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
A. Faktor Predisposisi
a. Biologis
1. Faktor-faktor genetik
individu yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang
tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
2. Lesi pada area frontal, temporal, dan limbik
Kelainan skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan
sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak.
3. biokimia
Peningkatan dupamin neorotransmiter mampu mengahasilkan gejala-gejala
peningkatan aktifitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang
umumnya diobservasi pada psikosis.

b. Psikososial
1. Sistem keluarga
Adanya disfungsi keluarga mampu memicu komflik diantara orang tua yang
mempengaruhi anak. Hal ini dalam akan menghasilkan keluarga yang selalu
berfokus pada penolakan, ketidakpedulian, dan kekerasan dalam kehidupan.
2. Interpersonal
orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan antara orang
tua dan anak penuh akan kecemasan, sehingga anak akan beresiko
mengalami kegagalan pada tahap perkembangan.
3. Psikodinamik
Psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah. Adanya ego yang lemah
menyebabkan mekanisme pertahanan terhadap masalah menjadi maladaptif,
sehingga pola asuh orang tua menjadi tidak adekuat.
B. Faktor Presipitasi
1) Psikologis
Seseorang merasa ada tekanan tersendiri didalam hidupnya yang
menyebabkan orang tersebut putus asa dan tidak berdaya.
2) Sosial
lingkungan sosial mampu menimbulkan gangguan prilaku pada seorang
individu dalam bentuk hubungan yang saling bermusuhan, banyaknya
pengangguran menyebabkan perasaan tidak berdaya, dan diskriminasi yang
menimbulkan terjadinya isolasi diri atau isolasi sosial.

5. MANIFESTASI
Terdapat beberapa tanda dan gejala terjadinya waham pada seorang individu,
yaitu:
a. Yakin bahwa pikirannya bertanggungjawab terhadap kejadian atau bencana.
b. Berfikir bahwa dirinya memiliki kekuatan super dan maha kuasa.
c. Curiga, pemarah, takut ditujukan pada lingkungan atau orang lain.
d. Perhatian menurun, sulit berkonsentrasi pd aktivitas sederhana atau kejadian
e. Pola Bicara tdk logis, inkoheren.
f. Pola tidur tak teratur dan Ambivalen
Menurt (Videbeck, 2008) saat dilakukan pengkajian ditemukan beberapa
manifestasi diantaranya:
1) Status mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas
diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan
f. Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap,
kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
2) Sensori dan kognisi
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh).
c. Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek.
d. Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya.
Keputusan terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah
dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.

6. RENTANG RESPON

Respon Adaptif Respon Maladaptif


 Berpikir logis  Kadang proses piker  Gangguan proses
 Persepsi akurat terganggu pikir: Waham
 Emosi yang konsisten  Ilusi  Gangguan persepsi
dengan pengalaman  Emosi berlebihan sensori: halusinasi
 Tingkah laku yang  Tingkah laku yang  Perubahan proses
sesuai tidak biasa emosi
 Dari
Hubungan
rentang sosial  Menarik
respon neurobiologis diatasdiri  Isolasi
dari dijelaskan bila
dapat sosial merespon
individu
harmonis lingkungan sosia
secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu berada pada
keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau
perubahan isi piker terganggu. Sedangkan, individu yang tidak mampu berfikir secara
logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia makan berespon secara maladaptif
dan akan mengalami gangguan isi piker (Keliat,2006).

7. MEKANISME KOPING
Hal ini merupakan usaha langsung dalam menanggulangi stress yang berorientasi
pada tugas yg meliputi usaha pemecahan langsung untuk menanggulangi ancaman
yg ada. Mekanisme Koping yg digunakan pd klien waham adalah:
a. Denial : menghindari kenyataan yang tidak diinginkan dengan mengabaikan atau
tidak mengakui kenyataan.
b. Proyeksi : Mengatakan harapan, pikiran, perasaan, motivasi sendiri sebagai
harapan, pikiran, perasan atau motivasi orang lain.
c. Disosiasi atau Regresi : Memisahkan diri dengan lingkungan dan berfikir seperti
anak-anak (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

8. POHON MASALAH

Efek Kerusakan Komunikasi Verbal

PERUBAHAN PROSES PIKIR:


Core
Isi Pikir → WAHAM
Problem
Menarik diri (Isolasi Sosial)

Etiologi Mekanisme Koping tidak Efektif

Gangguan konsep diri:


Harga Diri Rendah

Faktor Predisposisi Faktor Predisposisi


 Biologis: genetik, lesi pada otak,  Biologis: genetik, lesi pada
9. AKIBAT YANG DITIMBULKAN
biokimia otak, biokimia
 Psikologis: disfungsi keluarga  Psikologis: disfungsi keluarga
dan pola asuh tidak efektif dan pola asuh tidak efektif
Menurut Direja (2011) akibat adanya waham yang terjadi pada sesorang individu,
yaitu:
a. Mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak
realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar
dan kontak mata yang kurang.
b. Beresiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.

10. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN


Terdapat beberapa penatalaksanaan keperawatan yang diberikan pada pasien
waham menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), diantaranya:
a. Somatoterapi
 Bertujuan untuk perbaikan keadaan umum pasien.
 Obat yang digunakan:
a. gol Neuropineprin: pengaturan modd dan perhatian
b. antagonis reseptor dopamine (pimozide): respon emosional
c. antagonis serotonin dopamine: inhibisi dan pengaturan mood
Jenis Nama Obat Fungsi dan Dosis
Anti Psikotik Chlorpromazine - mengatasi psikosa, premidikasi dalam
- menghambat (orange) anestesi, dan mengurangi gejala emesis
reseptor - dosis awal: 3 × 25mg, kemudian dapat
dopamine di ditingkatkan supaya optimal dengan dosis
otak tertingg : 1000 mg/hari secara oral
- Indikasi: Trifluoperazine - Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan
skizofrenia (putih) gangguan psikotik menarik diri.
- - Dosis awal: 3 × 1mg dan bertahap dinaikkan
sampai 50 mg/hari.
Haloperidol - Untuk keadaan ansietas, ketegangan,
(merah muda) psikosomatik, psikosis,dan mania.
- Dosis awal : 3 × 0,5mg sampai 3 mg.

Efek samping obat: Mulut kering, konstipasi, pandangan kabur, retensi urin.
Efek hormonal: penurunan libido, ginekomastria, penambahan BB.
b. Psikoterapi dan Manipulasi Lingkungan
Elemen yang penting dalam psikoterapi adalah membina hubungan saling
percaya. Terapi tersebut harus tepat waktu, jujur, dan membuat kontrak waktu
seteratur mungkin. Sebaiknya dilakukan psikoterapi supportif dan intervensi
kognitif behavior yang bertujuan untuk tidak menjelekkan waham atau membantah
waham, tetapi mendorong perilaku-perilaku pasien menjadi lebih positif.

11. ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PROSES PIKIR


a. Masalah Keperawatan dan Data Fokus Pengkajian
Masalah Keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham
Data yang dikaji:
- Data Subyektif:
Klien mengatakan bahwa dia merasa curiga, merasa cemburu, merasa
diancam/diguna-guna, merasa sebagai orang hebat, merasa memiliki kekuatan
luar biasa, merasa sakit/rusak organ tubuh.
- Data Obyektif:
Marah- marah tanpa sebab, banyak kata (longorhoe), menyendiri,
sirkumtansial, inkoheren
b. Rencana Tindakan Keperawatan
 Strategi Pelaksanaan Klien dan Keluarga

NO SP KLIEN SP KELUARGA

- Bina hubungan saling percaya - Diskusikan masalah yang dirasakan


SP
(BHSP) dalam merawat pasien.
1 - Identifikasi tanda dan gejala waham - Jelaskan pengertian, tanda dan gejala,
- Bantu orientasi realitas: panggil
dan proses terjadinya waham (gunakan
nama, orientasi waktu, orang dan
booklet).
tempat/lingkungan. - Jelaskan cara merawat: tidak disangkal,
- Diskusikan kebutuhan pasien yang
tidak diikuti/diterima (netral).
tidak terpenuhi. - Latih cara mengetahui kebutuhan pasien
- Bantu pasien memenuhi
dan mengetahui kemampuan pasien.
kebutuhannya yang realistis. - Anjurkan membantu pasien sesuai jadual
- Masukkan pada jadual kegiatan untuk
dan memberi pujian.
pemenuhan kebutuhan.
- Evaluasi kegiatan pemenuhan - Evaluasi kegiatan keluarga dalam
SP
kebutuhan pasien dan berikan pujian. membimbing pasien memenuhi
2 - Diskusikan kemampuan yang dimiliki.
kebutuhannya. Beri pujian.
- Latih kemampuan yang dipilih dan
- Latih cara memenuhi kebutuhan pasien.
berikan pujian. - Latih cara melatih kemampuan yang
- Masukkan pada jadual pemenuhan
dimiliki pasien.
kebutuhan dan kegiatan yang telah - Anjurkan membantu pasien sesuai jadual
dilatih. dan memberi pujian.
- Evaluasi kegiatan pemenuhan - Evaluasi kegiatan keluarga dalam
SP
kebutuhan pasien, kegiatan yang membimbing memenuhi kebutuhan
3
dilakukan pasien dan berikan pujian. pasien dan membimbing pasien
- Jelaskan tentang obat yang diminum
melaksanakan kegiatan yang telah
(6 benar: jenis, guna, dosis, frekuensi,
dilatih. Beri pujian.
cara, kontinuitas minum obat) - Jelaskan obat yang diminum oleh pasien
- Masukkan pada jadual pemenuhan
dan caramembimbingnya.
kebutuhan, kegiatan yang telah dilatih - Anjurkan membantu pasien sesuai jadual
dan obat. dan memberi pujian.
- Evaluasi kegiatan pemenuhan - Evaluasi kegiatan keluarga dalam
SP
kebutuhan pasien, kegiatan yang membimbing memenuhi kebutuhan
telah dilatih dan minum obat, Berikan pasien, membimbing pasien
4
pujian. melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
- Diskusikan kebutuhan lain dan cara
dan minum obat. Beri pujian.
memenuhinya. - Jelaskan follow up ke PKM, tanda
- Diskusikan kemampuan yang dimiliki
kambuh dan rujukan.
dan memilih yang akan - Anjurkan membantu pasien sesuai jadual
dilatih.Kemudian latih. dan memberi pujian.
- Masukkan pada jadual pemenuhan
kebutuhan, kegiatan yang telah dilatih
dan obat.
- Evaluasi kegiatan pemenuhan - Evaluasi kegiatan keluarga dalam
SP
kebutuhan pasien, kegiatan yang membimbing memenuhi kebutuhan
5
dilatih dan minum obat, Berikan pasien, membimbing pasien
pujian. melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
- Nilai kemampuan yang telah mandiri.
dan minum obat. Beri pujian.
- Nilai apakah waham terkontrol.
- Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien.
- Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol ke PKM.

DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. S., 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Keliat B. A, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta. EGC

Setyoadi & Kushariyadi (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Pasien Psikogeriatrik.
Jakarta: Salemba Medika.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Psychiatric Mental


Health Nursing) . Jakarta : EGC.

Yusuf, A., Fitryasari, R., dan Nithayati, H. E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai