K
USIA 53 TAHUN DENGAN “CA COLON”
Oleh :
NIM. 180070300111061
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
180070300111061
Hari :
Tanggal :
( ) ( )
KONSEP KANKER COLON
Ascending colon
Descending
Small intestine colon
Ileocecal valve
GambarAppendix
1. Anatomi Saluran Pencernaan
Caecum
Sigmoid colon
Rectum External anal sphincter
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
Internal anal sphincter
Anus Anal canal
dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar (aliran depan feces) yang
meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan
oleh Amerika Cancer Society (The National Cancer Institute), dan organisasi
kanker lainnya.
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan
waktu peredaran pada usus besar (aliran depan feces) yang meliputi faktor
kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society
(The National Cancer Institute), dan organisasi kanker lainnya.
Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu
peredaran pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya
kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging
merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya
kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat
berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang
mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran
dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit
lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan (e.g Mormons, seventh Day
Adventists).
Makanan yang harus dihindari :
Daging merah
Lemak hewan
Makanan berlemak
Daging dan ikan goreng atau panggang
Karbohidrat yang disaring (example:sari yang disaring)
Keterangan
T : Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat di nilai
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi invasi pada lamina propria
T1 : Tumor menyebar pada submukosa
T2 : Tumor menyebar pada muskularis propria
T3 : Tumor menyebar menembus muskularis propria ke dalam subserosa atau ke dalam
jaringan sekitar colon atau rektum tapi belum mengenai peritoneal.
T4 : Tumor menyebar pada organ tubuh lainnya atau menimbulkan perforasi
peritoneum viseral.
M : Metastasis
Mx : Metastasis tidak dapat di nilai
M0 : Tidak terdapat metastasis
M1 : Terdapat metastasis
d. Tumor rektum
Pada tumor rectum 1/3 proximal dilakukan
reseksi anterior tinggi (12-18 cm dari garis
anokutan) dengan atau tanpa stapler. Pada
tumor rectum 1/3 tengah dilakukan reseksi
dengan mempertahankan spingter anus,
sedangkan pada tumor 1/3 distal dilakukan
reseksi bagian distal sigmoid, rektosigmoid,
rektum melalui abdominal perineal (Abdomino
Perineal Resection/APR), kemudian dibuat end
colostomy. Reseksi anterior rendah (Low
Anterior Resection) pada rektum dilakukan
melalui laparatomi dengan menggunakan alat
stapler untuk membuat anastomisis
kolorektal/koloanal rendah.
e. Tumor sigmoid
Dilakukan reseksi sigmoid termasuk
kelenjar di pangkal arteri mesentrika
inferior.
b. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang
dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk colon (usus besar) ke dinding
abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
Tujuan Pembuatan Kolostomi:
Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus.
Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena
adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum
dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus
(sebagai stoma sementara).
Perawatan Pasca Operasi Kolostomi
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit.
Asenden colostomy atau colostomy yang diikuti dengan reseksi
mungkin faecesnya cair diperlukan menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit.
2. Perawatan kulit.
Jika ada iritasi kulit harus dikaji secara tepat guna sehingga
tindakan yang diambil tepat.
Prinsip pencegahan kulit sekitar stoma :
a. Pencegahan primer bertujuan untuk proteksi : Bersihkan dengan
perlahan- lahan, gunakan skin barier, ganti segera kantong bila
terjadi kebocoran / rembes atau penuh.
b. Pencegahan sekunder / penanganan kulit yang sudah terjadi
kerusakan. Kulit dengan eritema : ganti kantong kolostomi setiap 24
jam, bersihkan ku1it dengan air hangat pakai kapas dan keringkan,
gunakan kantong kolostomi yang tidak menimbulkan alergi ku1it
yang erosi, sama dengan eritema tetapi setelah dibersihkan olesi
daerah erosi dengan zalf misalnya zinksalf.
3. Diet
Dianjurkan mengkonsurnsi diet yang seimbang terutama dengan
stoma permanen. Diet yang dikonsurnsi sifatnya individual asal tidak
menyebabkan diare, konstipasi dan menimbu1kan gas.
4. Irigasi kolostomi bertujuan untuk:
a. Mengeluarkan faeses, gas dan lendir/mukus yang memenuhi colon.
b. Membersihkan saluran pencernaan bagian bawah.
c. Menetapkan suatu pengeluaran sehingga dapat melakukan aktivitas
normal.
5. Membantu pasien stoma.
a. Pertemuan grup
b. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga serta, support mental
2. Radioterapi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan radiasi dengan dosis adekuat. Memberikan radiasi isoniasi pada
neoplasma. Karena pengaruh radiasi yang mematikan lebih besar pada sel-sel
kanker yang sedang proliferasi, dan berdiferensiasi buruk, dibandingkan
terhadap sel -sel normal yang berada di dekatnya, maka jaringan normal
mungkin mengalami cidera dalam derajat yang dapat ditoleransi dan dapat
diperbaiki, sedangkan sel-sel kanker dapat dimatikan.
3. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini
sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas
terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU,
levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan
sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
1. Penatalaksanaan Keperawatan
2. Dukungan adaptasi dan kemandirian
3. Meningkatkan kenyamanan.
4. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
5. Mencegah komplikasi.
6. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
Penatalaksanaan Diet:
1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat
dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
Prognosis pasien yang terkena kanker colon lebih baik bila lesi masih
terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat operasi; dan jauh lebih buruk bila
telah terjadi penyebaran di luar usus (metastasis) ke kelenjar limfe, hepar. paru,
dan organ-organ lain.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut (Marilynn E,
1999) (Brunner & Suddarth, 2001) dan (Lynda Juall, 1997) Ansietas / ketakutan
berhubungan dengan krisis situasi (kanker)
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder akibat kanker usus besar.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipometabolik berkenaan dengan kanker.
3. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurang masukan cairan
4. Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia tubuh: efek samping obat-
obatan, kemoterapi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas dapat berkurang atau
dapat dikontrol.
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
2. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman.
3. Pertahankan kontak sering dengan pasien.
4. Bantu pasien/ orang terdekat dalam mengenali rasa takut
5. Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit
sekunder terhadap tindakan pembedahan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal.
Intervensi:
1. Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan
2. intensitas, serta tindakan penghilang yang dilakukan.
3. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan.
4. Dorong ketrampilan manajemen nyeri misalnya teknik relaksasi napas
dalam (dengan cara tarik nafas melalui hidung tahan sampai hitungan
sepuluh lalu hembuskan pelan -pelan melalui mulut sambil dirasakan),
tertawa, musik, dan sentuhan terapetik.
5. Evaluasi penghilangan nyeri/ kontrol.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status hipermetabolik berkenaan dengan kanker .
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
mendemonstrasikan berat badan stabil.
Intervensi :
1. Pantau masukan setiap hari.
2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya nutrien dengan
masukan cairan adekuat.
4. Dorong pasien untuk makan dengan porsi kecil tetapi sering.
5. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
6. Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
D. IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya dilakukan dalam
tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Tindakan
tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat dengan mudah
diterapkan.
E. EVALUASI
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat
mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA