“”Waham”
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3 :
1. Elisabeth Panjaitan
2. Ely Sabet Kornelius
3. Enike Agapa
4. Garini Puspita Mayangsari
5. Ida Noefitasari
6. Jesisca Martha T
7. Maria Natalia Ponga
8. Verenika Okcitasinara Hermanto
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu dengan waham
2. Untuk mengetahui jenis-jenis waham
3. Untuk Mengetahui terjadinya waham
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien waham
BAB II
PEMBAHASAN
1. Status mental
a. Ada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang snagat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Suasana hati ( mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri dan mempunyai hubungan khusus dnegan orang yang
terkenal.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan kerasakan adanya
kualitas depresi ringan.
f. Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap
kecualipada pasien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa pasien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi ( Kaplan dan Sandock, 1997)
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh ( intact ).
c. Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik dari (insight) yang jelek
d. Pasien dapat dipercaya informasinya,kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi pasien
adalah dengan menilai perilaku masa lalu,masa sekarang, dan yang
direncankan.
Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut.
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Stereotipe
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang and sulit tidur
2.4.2 Diagnosis
Pohon masalah
Diagnosis keperawatan
1. Resiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.
A Pasien
Sp 1 Pasien
1 Menyebutkan penyebab PK
2 Menyebutkan tanda dan gejala PK
3. Menyebutkan PK yang dilakukan
4 Menyebutkan akibat PK
5 Menyebutkan cara mengendalikan
PK
6. Mempraktikkan latihan cara
mengendalikan fisik 1
Sp 2 Pasien
7 Mempraktikan latihan cara fisik II
dan memasukkan dalam jadwal
Sp 3 Pasien
8 Mempraktikkan latihan cara verbal
dan memasukkan dalam jadwal
Sp 4 Pasien
9 Mempraktikkan latihan cara spiritual
dan memasukkan dalam jadwal
10. Mempraktikkan latihan cara minum
obat dan memasukkan dalam jadwal
B Keluarga
Sp 1 Keluarga
1 Menyebutkan pengertian PK dan
proses terjadi masalah PK
2. Menyebutkan cara merawat pasien
PK
Sp 2 Keluarga
3 Mempraktikkan cara merawat pasien
PK
4 Membuat jadwal aktivitas dan minum
obat pasien dirumah (Perencanaan
pulang)
A. Pasien
Sp 1 Pasien
1 Mengidentifikasi Penyebab PK
2 Mengidentifikasi tanda dan
gejala PK
3 Mengidentifikasi PK yang
dilakukan
4 Mengidentifikasu akibat PK
5 Menyebutkan cara
mengendalikan PK
6 Membantu pasien
mempraktikkan latihan cara
mengendalikan Fisik I
7 Menganjurkan pasien
memasukkan dalam kegiatan
harian
Nilai SP 1 pasien
Sp 2 Pasien
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2 Melatih pasien mengandalkan
PK dengan cara fisik II
3 Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP 2 Pasien
Sp 3 Pasien
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan
PK dengan cara verbal
3 Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP 3 Pasien
Sp 4 Pasien
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan
PK dengan cara spritual
3 Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP 4 Pasien
Sp 5 Pasien
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian Pasien
2 Menjelaskan cara megendalikan
PK dengan minum obat
3 Menganjurkan Pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP 5 Pasien
B Keluarga
Sp 1 Keluarga
1 Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2 Menjelaskan Pengertian PK,
tanda dan gejala serta proses
terjadinya PK
3 Menjelaskan cara merawat
Pasien PK
Nilai SP 1 Keluarga
SP 2 Keluarga
1 Melatih keluarga
mempraktikkan cara merawat
pasien PK
2 Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung kepada
pasien PK
Nilai SP 2 keluarga
SP 3 keluarga
1 Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat
(Perencanaan pulang)
2 Menyebutkan cara merawat
pasien PK
SP 2 Keluarga
3 Mempraktikkan cara merawat
pasien PK
Sp 3 Keluarga
4 Membuat jadwal aktivits dan
minum obat pasien dirumah
(perencanaan pulang)
Contoh :
SP 1 Pasien : membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasikan kebutuhan
yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktikkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Orientasi
“selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas pagi ini di Ruang
Melati. Saya akan berdinas dari jam 7 pagi smapai jam 2 siang nanti, saya akan
merawat anda hariini. Nama anda siapa , senng dipanggil siapa?”
“boleh kita berbincang-bincang tentang apa yang B rasakan sekarang? ”
“berapa lama B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“dimana enaknya kita berbincang-bincang, B”
Kerja
“saya mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setau saya semua nabi sudah tidak ada lagi. Bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus B?”
“tampaknya B gelisah sekali, bisa B ceritakan apa yang B rasakan?”
“O… jadi B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri B sendiri”
“siapa menurut B yang sering mengatur?”
“jadi, ibu yang terlalu mengatur-atur ya B, juga kakak dan adik B yang lain?”
“kalau B sendiri, inginnya seperti apa?”
“bagus , B sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri!”
“coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut B”
“Wah, bagus sekali! Jadi setiapharinya B ingin ada kegiatan di luar rumah terus ya?”
Terminasi
“bagaimana perasaan B setelah berbincang dengan saya?”
“apa saja tadi yang kita bicarakan? Bagus!”
“bagaimana kalau jadwal ini B coba lakukan, setuju?”
“bagaimana kalau saya datang kembali 2 jam lagi?”
“kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah dimiliki B?”
“mau dimana kita bercakap-cakap?”
Orientasi
“selamat pagi B, perkenalkan bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“apakah B sudah mengingat-ingat apa saja hobi B? ”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“diamana enaknya kita berbincang tentang hobi B tersebut?”
“berapa lama B mau kita berbincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
Kerja
“apa saja hobi B? saya catat ya B, terus apa lagi?”
“wah rupanya B pandai main bola voli ya, tidak semua orang bisa bermain voli
seperti B”
“dapatkah B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar bola voli, siap yang
dulu mengajarkan pada B?”
“dapatkah B peragakan kepada saya bagaimana bermain voli yang baik?”
“wah baik sekali!”
“coba kita buat jadwal untuk kemampuan B ini ya , berapa kali sehari seminggu B
mau bermain voli?”
“apa yang B harapkan dari kemampuan bermain voli?”
“ada tidak hobi B yang lain selain bermain voli?”
Terminasi
“bagaimana perasaan B setelah berbincang tentang hobi dan kemampuan B?”
“setelah ini, coba B lakukan latihan voli sesuai dengan jadwal yang telah kita buat
ya!”
“besok kita ketemu lagi ya B? Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang?
Dikamar makan saja ya”
“nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B minum ya?”
Orientasi
“selamat pagi B! Bagaimana B sudah dicoba latihan volinya?”
“sesuai dengan janji kita dua hari lalu, bagaiman kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat B yang harus diminum”
“dimana kita berbicara?”
“berapa lama B mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja
“B, berapa macam obat yang diminum? Jam berapa saja?”
“B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya
ada 3 macam ; yang warna oranye namanya CPZ gunanya untuk menenangkan , yang
wana putih ini namanya THP gunanya agar rileks , yang warna merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran B tenang. Semuanya ini diminum 3 kali sehari
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Jika nanti setelah minum obat mulut B
terasa kering untuk membantu mengatasinya B bisa banyak minum dan menghisap-
hisap es batu. Sebelum minum obat ini, B mengecek dulu label di kotak obat apakah
benar nama B tertulis disitu, berapa dosis/butir yang harus diminum. Baca juga nama
obatnya sudah benar.”
“obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya B tidak menghentikan
sendiri obat yang harus diminum sebelum membicarakannya dengan dokter”
Terminasi
“bagaimana perasaan B setelah kita berbincang tentang obat yang B minum”
“apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“mari kita masukkan pada jadwal kegiatan abang. Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
“jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya B!”
“B, besok kita bertemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa jam 10 pagi dan di tempat sama?”
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan alam perasaan, ditandai dengan syndrome depresi parsial/ penuh, atau
kehilangan minat/kesenangan pada aktivitas yang biasa dan yang dilakukan pada waktu
Waham adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan keyakinan, ide-ide
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan tidak bisa diubah dengan logika/bukti-bukti
yang nyata.
3.2 Saran
Agar dapat memberikan dukungan mental dan seoptimal pada pasien dalam proses
penyembuhan dan mampu merawat pasien di rumah agar tidak kambuh lagi hari ini.
Dikarenakan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam memotivasi pasien untuk cepat
1. Yusuf, ah., dkk. Buku ajar Keperawatan jiwa. 2015. Jakarta : Salemba Medika.
2. Budi Ana Keliat, dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC.