Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang
luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh
genetik, fisik dan sosial budaya. Gangguan mental juga akan berpengaruh
pada kondisi kesehatan secara fisik, sosial serta ekonomi dari masyarakat
tersebut, semuanya itu merupakan lingkaran yang tidak bisa dipisahkan
karena saling terkait, diantara berbagai macam permasalahan gangguan jiwa
(Hawari, 2010)

Menurut World Health Organization (2016), prevalensi skizofrenia di seluruh


dunia mengalami peningkatan dari 33 per 1.000 penduduk pada tahun 2009
menjadi 61 per 1.000 penduduk pada tahun 2014. Jumlah penderita
skizofrenia terbanyak terdapat di Western Pasifik dengan prevalensi 3 per
1.000 penduduk, di negara maju Eropa prevalensi skizofrenia adalah 0,3 per
1000 penduduk. Lebih dari 50% dari penderita skizofrenia tidak mendapat
perhatian, dan 90% diantaranya terdapat di negara yang sedang berkembang.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015), prevalensi skizofrenia di


Indonesia adalah 0,1 per 1.000 penduduk pada tahun 2007 dan meningkat
menjadi 1,7 per 1.000 penduduk tahun 2013. Prevalensi skizofrenia di Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Aceh adalah Provinsi tertinggi penderita
skizofrenia se-Indonesia sebesar 2,7 per 1.000 penduduk, dan terendah
terdapat di Kalimantan Barat 0,7 per 1.000 penduduk. Prevalensi skizofrenia
di Indonesia akan terus meningkat seiring dengan lajunya pertumbuhan
penduduk dan proses globalisasi.

Riskesdas Provinsi Sumatera Utara, prevalensi skizofrenia adalah 0,9 per


1.000 penduduk pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 1,4 per 1.000

1
penduduk pada tahun 2013, Kota Medan 1,0 per 1.000 penduduk menjadi 1,1
per 1.000 penduduk, Serdang Bedagai 1,2 per 1.000 penduduk tahun 2007
meningkat menjadi 2,5 per 1.000 penduduk tahun 2013, Samosir 1,4 per
1.000 penduduk tahun 2007 menjadi 2,1 per 1.000 penduduk tahun 2013.
Riskesdas (2018), prevalensi skizofrenia Sumatera Utara sebanyak 13.991
orang (Suheri, 2014).

Skizofrenia tidak dapat diterangkan sebagai satu penyakit saja. Lebih tepat
apabila skizofrenia dianggap sebagai suatu sindrom atau suatu proses
penyakit dengan macam-macam variasi dan gejala. kebanyakan pasien
skizofrenia daya tiliknya berkurang dimana tidak menyadari penyakitnya
serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gejala pada dirinya dapat
dilihat orang lain, waham sering ditemukan pada pasien skizofrenia, semakin
akut piskosis maka sering ditemui waham (Tomb, 2003 dalam Purba, 2008).

Waham terjadi karena sebagai akibat dari proses dimana seseorang


melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu
biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik
diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak
nyaman, merasa benci, kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan, angkuh
dan keras kepala. Kecintaan pada diri sendiri, angkuh, dan keras kepala,
adanya rasa tidak aman, membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi
penguasa dan hal ini dapat berkembang menjadi waham besar (Darmayanti
dan Iskandar, 2012).

1.2 Tujuan Penilitian


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A
Dengan Gangguan Psores Pikir : Waham agama.

2
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. A dengan
gangguan proses pikir : waham agama.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada Tn. A dengan
gangguan proses pikir : waham agama.
3. Mahasiswa menetapkan perencanaan pada Tn. A dengan gangguan
proses pikir : waham agama.
4. Mahasiswa melakukan implementasi pada Tn. A dengan gangguan
proses pikir : waham agama.
5. Mahasiswa mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Tn. A
dengan gangguan proses pikir : waham agama

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar Waham


2.1.1. Pengertian

3
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal
melalui proses interaksi / informasi secara akurat (Yosep, 2010).

Menurut Harnawati yang dikutip dari Gail W. Stuart (2008) dalam buku
Prabowo (2014), waham adalah keyakinan yang salah dan kuat
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertenangan
dengan realitas sosial. Menurut Towsend (1998) dalam buku Damaiyanti
dan iskadar (2012), waham adalah suatu keadaan dimana seseorang individu
mengalami sesuatu kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas-aktivitas
kognitif. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan waham adalah keyakinan
yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus menerus, tapi tidak
sesuai dengan kenyataan.

2.1.2. Klasifikasi Waham


Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut ah.
Yusuf, rizky fitryasari pk, h. E. N (2015) yaitu :
Jenis Pengertian Perilaku klien
Waham
Waham Meyakini bahwa ia “Saya ini direktur sebuah
kebesaran memiliki kebesaran atau bank swasta lho..” atau
kekuasaan khusus, serta “Saya punya beberapa
diucapkan berulang kali perusahaan multinasional”.
tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Waham Meyakini bahwa ada “Saya tahu..kalian semua
curiga seseorang atau kelompok memasukkan racun ke
yang berusaha merugikan dalam makanan saya”.
/mencederai dirinya, serta
diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai

4
kenyataan.
Waham Memiliki keyakinan “Kalau saya mau masuk
agama terhadap suatu agama secara surga saya harus
berlebihan, serta diucapkan membagikan uang kepada
berulang kali tetapi tidak semua orang.”
sesuai kenyataan.
Waham Meyakini bahwa tubuh atau “Saya sakit menderita
somatik bagian tubuhnya terganggu / penyakit menular ganas”,
terserang penyakit, serta setelah pemeriksaan
diucapkan berulang kali laboratorium tidak
tetapi tidak sesuai kenyataan ditemukan tandatanda
kanker, tetapi pasien terus
mengatakan bahwa ia
terserang kanker.
Waham Meyakini bahwa dirinya “Ini kan alam kubur ya,
nihlistik sudah tidak ada di semua yang ada di sini
dunia/meninggal, serta adalah roh-roh”.
diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataan

2.1.3. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari proses dimana seseorang
melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu
biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik
diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak
nyaman, merasa benci ,kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan, angkuh
dan keras kepala. Kecintaan pada diri sendiri, angkuh, dan keras kepala,
adanya rasa tidak aman, membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi

5
penguasa dan hal ini dapat berkembang menjadi waham besar (Darmayanti
dan Iskandar, 2012).
Faktor penyebab waham dikutip dari Fitria (2009) :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
perkembangan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan
stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektualdan
emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda / bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrifik otak, pembesaran
ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal limbik.
e. Faktor genetic

2. Faktor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti, atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk

6
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.

2.1.4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut :
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya.
c. Sulit berpikir realita.
d. Tidak mampu mengambil keputusan.
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Afek tumpul.
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

2.1.5. Proses Terjadinya Waham


1. Fase Lack of Huma need

7
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonmi terpenuhi
tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi.
Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di
dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat
tumbuh kembang.
2. Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase Control Internal Eksternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi
klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal.
4. Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya
menyebabkan klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien

8
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
2.1.6. Pohon Masalah
Effect : RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN

Core problem : GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM

Causa : ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIS


2.1.7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa
waham antara lain :
a. Psikofarmalogi
b. Litium Karbonat
1) Indikasi : Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala
hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium
juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan
ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.
2) Dosis : Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya
diberikan 3 dan 4 kali sehari, sedangkan tablet controlled release
diberikan 2 kali sehari interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus

9
dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam
serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari
immediate release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya
tetap sama.
3) Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah
0,6-1,2 mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar
900mg-1200mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan
setiap bulan, pasien yang supersensitive biasanya memperlihatkan
tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L
4) Efek Samping : Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada
kadar litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai
pada awal terapi. Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria
nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap selama
pengobatan.
c. Haloperidol
a) Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah
laku berat pada anak-anak yang sering membangkang an eksplosif.
Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak
yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai
kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit memusatkan
perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
b) Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
2. Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
c) Efek samping :
1. Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala
ekstrapiramidal, diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah,
cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing.
Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo,
kejang.

10
2. Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi,
hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal
dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan
pada hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan.
Pada hati dapat menimbulkan gangguan fungsi hati
3. Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan
akneiform, dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada
endokrin dan metabolic antara lain laktasi, pembesaran
payudara, martalgia, gangguan haid, amenore, gangguan
seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran cerna :
Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah. Mata :
Penglihatan kabur. Pernapasan : Spasme laring dan bronkus.
Saluran genitourinaria : Retensi urin.
d. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari
pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya
sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu
penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial.
Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham
itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan
morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan
berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.
e. ECT Tipe Katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus
listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi
gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa
menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak
membantu meredakan katatonik episode.
f. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun
psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua

11
orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses
terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam
psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga,
terapi supportif.

2.1.8. Penatalaksanaan Keperawatan


1. Tindakan keperawatan pada klien
a. Tujuan
1) klien dapat berorientasi terhadap realita secara bertahap
2) klien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
b. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara
harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar klien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang
dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya, yaitu:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
klien
2) Membantu orientasi realitas
a) Tidak mendukung dan membantah waham klien
b) Meyakinkan klien berada dalam keadaan aman
c) Mengobservasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari – hari
d) Jika klien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan
tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai klien
berhenti membicarakannya.
3) Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi klien sesuai
dengan realitas.

12
a) Mendiskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak
b) terpenuhi karena dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
marah.
c) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional klien.
d) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki.
e) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
f) Mendiskusikan tentang obat yang diminum
g) Melatih minum obat yang benar.
c. Tindakan keperawatan pada klien dengan menggunakan pendekatan
srategi pelaksanaan (SP).
SP 1 klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan y
ang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekk
an pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
SP 2 klien :
Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki klien dan mem
bantu mempraktekkannya
SP 3 klien :
Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

d. Tindakan keperawatan pada keluarga dengan menggunakan pendekat


an strategi pelaksanaan (SP).
SP 1 keluarga :
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan wah
am.
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat.

e. Evaluasi

13
Pasien mampu melakukan hal berikut.
a) Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b) Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c) Menggunakan obat dengan benar dan patuh.

BAB III
TINJAUAN KASUS
BAB III
TINJAUAN KASUS

1.1 Identitas Klien


Inisial : Tn.A
Ruang Rawat : Bukit Barisan
MR No : 04.21.91
Tanggal Masuk RS : 26 Agustus 2019
Tanggal Pengkajian : 18 September 2019
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Informan : Klien dan Status Klien

1.2 Alasan Masuk


Klien marah marah, gelisah, sulit tidur,mondar mandir dan meresahkan
masyarakat.

14
1.3 Faktor Predisposisi

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil kurang berhasil Tdk


berhasil

3. Trauma
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik
Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2, 3 : klien bukan pasien baru sudah tiga kali


masuk rumah sakit jiwa.klien sudah lama
berobat ke dokter jiwa tapi tidak rutin
minum obat di rumah
Masalah keperawatan : Regimen terapeutik individu inefektif

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Ya Tidak

Hubungan keluarga :-

Gejala :-

Riwayat pengobatan/perawaran :-

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


klien belum pernah menikah dan seorang pengangguran, klien berambisi
jadi seorang ulama dan politisi namun tidak ada dukungan dari lingkungan
sekitarnya

Masalah Keperawatan : koping individu tidak efektif

1.4 Fisik
Tanda vital : TD : 110/80 mmHg,N :80 x/I S :36 0 C RR : 20 x/i
Ukur : TB : 160 cm BB : 60 Kg

15
1. Keluhan fisik : Ya Tidak

Jelaskan : Tidak ada keluhan fisik

Masalah keperawatan: tidak ada maslah keperawatan

1.5 Psikososial
1. Genogram

Klien Anak ke 2 dari 4 bersaudara klien tinggal bersama orangtuanya.

2. Konsep diri
a. Gambaran diri :Klien menyukai seluruh anggota tubuhnya
b. Identitas : klien mengenali nama dan alamat rumahnya
c. Peran : klien berperan sebagai anak
d. ideal diri : klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumahnya
e. harga diri : klien merasa malu dan tidak bisa melakukan
apapun sejak klien masuk RSJ klien selalu merasa minder.

Masalah Keperawatan : Ganggua konsep diri: HDR

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Kedua orang tuanya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
klien tidak ikut serta dalam kegiatan masyarakat
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain :
karena malu dengan kondisinya

Masalah keperawatan : HDR

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Klien beragama Islam dan meyakini tuhannya
b. Kegiatan ibadah :
Selama dirawat klien sering berdoa dan berzikir
setiap saat

Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

16
1.6 Status Mental
1. Penampilan

Tidak rapi Penggunaan pakaian

Cara berpakaian tidak seperti tidak sesuai

Jelaskan : Klien tidak rapi, malas mandi dan gosok gigi

Masalah Keperawatan :Defisit perawatan diri

2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu

memulai pembicaraan

Jelaskan : Klien berbiicara dengan keras dan tidak dimengerti

3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan : tidak ada gangguan motorik


Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir

Gembira berlebihan

Jelaskan : tidak terdefenisikan

Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan

5. Afek

Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan : selama wawancara afek tumpul, tidak terima

Masalah Keperawatan : Gangguan afektif

6. lnteraksi selama wawancara

bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

17
Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan : Selama wawancara klien kooperatif koperatif namun terlihat


curiga

Masalah Keperawatan : Gangguan interaksi sosial

7. Persepsi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : klien mendengar mendengar suara-suara bisikan timbul pada


saat sendiri atau melamun, suara jarang timbul, gelisah bila mendengar
suara tersebut dan bicara bicara sendiri.
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi halusinasi pendengaran

8. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking pengulangan pembicaraan

Jelaskan : tidak ada masalah

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Waham :

Agama somatik kebesaran curiga

Nihillistik sisip pikir kontrol pikir

Jelaskan : kliean mengatakan dia seorang ulama dibawa kemari untuk


belajar ilmu arifah tentang jiwa

18
Masalah Keperawatan : gangguan isi pikir : waham agama

10. Tingkat kesadaran


bingung sedasi stupor

11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat
jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan : daya ingat klien baik mampu mengingat jangka panjang dan
jangka pendek

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

12. Kemampuan penilaian

Gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : Klien mampu menilai dan mengambil keputusan

13. Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar


dirinya

Jelaskan : Klien menyalah nyalahkan orang yang diingatnya

1.7 Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan

Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantual total

3. Mandi

Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias

19
Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan : Klien dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari namun karena


kondisi klien kurang sehat maka tidak mengurus dirinya

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Penggunaan obat

Bantuan minimal Bantual total

6. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan lanjutan Ya tidak

Perawatan pendukung Ya tidak


1.8 Mekanisme Koping


Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya lainnya :

1.9 Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid Berulang

Terapi Medik :

20
- THP 2x1 2mg
- Clozapin 1x1
- Resperidone 2mg 2x1

21
1.10Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
DS :
- kliean mengatakan dia seorang ulama dibawa kemari untuk belajar ilmu arifah Ganguan proses pikir : WAHAM
tentang jiwa
1
DO :
klien belum pernah menikah dan seorang pengangguran
klien berambisi jadi seorang ulama dan politisi namun tidak ada dukungan dari
lingkungan sekitarnya

DS: Gangguan Persepsi Sensori :


- klien mendengar mendengar suara-suara bisikan timbul pada saat sendiri Halusinasi Pendengaran
atau melamun, suara jarang timbul, gelisah bila mendengar suara tersebut dan
bicara bicara sendiri.
- Klien merasa gelisah dan takut jika mendengar suara tersebut.
DO:
- Klien sering berbicara ke arah telinga nya sendiri, berbicara ngawur,
sering senyum-
- klien tampak murung
- lebih banyak diam dan menyendiri

22
- senyum senyum sendiri

DS: Gangguan konsep diri : Harga


- klien merasa malu dan tidak bisa melakukan apapun sejak klien masuk RSJ klien diri rendah kronis
selalu merasa minder.
- klien tidak ikut serta dalam kegiatan masyarakat karena malu dengan kondisinya
2
- Klien meresa kecewa karena tidak bekerja
- Klien sedih berada di RSJ
- Klien merasa sedih karena tidak pernah dijenguk

DS: Regimen teraupetik individu


5 - klien pernah menjalani pengobatan tetapi tidak mau minum obat selama di inefektif
rumah

23
1.11Pohon Masalah

HalusinasI pendengaran

Waham

Gangguan harga diri rendah

Regimen teraupetik individu inefektif

1.12DIagnosa Keperawatan
1. Ganguan proses pikir : Waham
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
4. Regimen teraupetik individu inefektif

1.13 Prioritas Diagnosa Keperawatan


- Gangguan proses pikir : Waham

24
1.14 Intervensi Keperawatan
Inisial : Tn. A Ruangan : Bukit Barisan RM.No : 04.21.91
Rencana Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan keperawatan
Gangguan proses SP 1 : - Ekspresi wajah bersahabat, a. Bina hubungan saling percaya : salam
1. pikir : Waham 1. Klien mampu menunjukkan rasa senang, terapeutik, perkenalan diri, jelaskan
membina hubungan ada kontak wajah, mau tujuan interaksi, ciptakan lingkungan
saling percaya menjawab salam dan klien yang tenang, buat kontrak yang jelas
2. Klien mampu mau duduk berdampingan (topic, waktu dan tempat), Bicara
membantu orientasi dengan perawat, mau dengan klien dalam konteks realita
realita mengatakan masalah yang tidak membantah dan mendukung
dihadapi waham klien
- Klien mampu mengenal b.Mengidentifikasi tanda dan gejala,
dirinya sendiri, orang lain, penyebab dan akibat waham
waktu, tempat, lingkungan c. menjelaskan cara mengendalikan
secara realita waham dengan oreintasi realita :
panggil nama, orientasi waktu,tempat,
orang serta lingkungan
d.Melatih klien orientasi realita : panggil

25
nama, oreentasi waktu, ,orang,
tempat/lingkungan sekitar.
e. Melatihk lien memasukkan kegiatan
orientasi realita dalam jadwal kegiatan
harian

Sp2 : - Klien mau minum obat a. Menjelaskan obat yang diminum


1. Klien mampu dan mengerti manfaatnya dengan 6 benar :
mengevaluasi jadwal jenis,dosis,frekuensi,cara,orang dan
kegiatan harian klien kontinuitas minum obat
2. Klien mampu b. Mendiskusikan manfaat minum obat
memberikan dan kerugian tidak minum obat
penjelasan tentang dengan klien
cara penggunaan obat c. Melatih klien cara minum obat
secara teratur secara teratur
d. Melatih klien memasukkan kegiatan
minum obat secara teratur kedalam
jadwal kegiatan harian
Sp 3: a. Menjelaskan cara memenuhi

26
1. Klien mampu kebutuhan dasar klien yang tidak
mengevaluasi - Klien menyebutkan cara terpenuhi akibat wahamnya dan
jadwal kegiatan memenuhi kebutuhan kemampuan memenuhinya
harian klien dasar b. Melatih cara memenuhi kebutuhan
2. Klien mampu - Klien mempraktikan klien yang tidak terpenuhi akibat
mendiskusikan kemampuan positif yang wahamnya dan kemampuan
kebutuhan yang dimiliki memenuhi kebutuhannya
tidak terpenuhi c. Melatih klien memasukkan kegiatan
3. Klien mampu memenuhi kebutuhan ke dalam
mempraktikan jadwal kegiatan harian
cara memenuhi
kebutuhan dasar
Sp 4 : a. Menjelaskan kemampuan positif
1. Klien mampu yang dimiliki klien
mengevaluasi jadwal - Klien menyebutkan b. Mendiskusikan kemampuan
kegiatan harian klien kemampuan positif yang positif yang dimiliki klien
2. Klien mampu dimiliki c. Melatih kemampuan positif yang
menyebutkan - Klien mempraktikkan dimiliki
kemampuan positif kemampuan positif yang d. Melatih klien memasukkan

27
yang dimiliki dimiliki kemampuan positif yang dimiliki
3. Klien mampu dalam jadwal kegiatan harian
mempraktikan
kemampuan positif
yang dimiliki

28
1.15 Implementasi dan evaluasi

WAKTU Implementasi tindakan keperawatan EVALUASI


Jum’at, 18 1. Data S:
September Perilaku sesuai isi wahamnya Klien mengatakan
2019 Curiga mengerti apa yang
Jam 11.00 Wajah tegang dikatakan perawat
wib Bingung O:
Berpikir tidak realistis Klien tampak curiga,
2. Diagnosa Keperawatan klien tidak ingin
Gangguan proses pikir : Waham menjawab pertanyaan
3. Intervensi Keperawatan yang membuatnya
SP 1 gelisah, klien belum bisa
a. Bina hubungan saling percaya secara mandiri latihan
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala, orientasi realita.
penyebab dan akibat waham A : Waham (+)
c. menjelaskan cara mengendalikan P : Latihan orientasi
waham dengan oreintasi realita : realita 2 kali sehari.
panggil nama, orientasi
waktu,tempat, orang serta
lingkungan
d. Melatih klien orientasi realita :
panggil nama, oreentasi waktu,
,orang, tempat/lingkungan sekitar.
e. Melatih klien memasukkan
kegiatan orientasi realita dalam
jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut : SP 2 (Latih cara


minum obat secara teratur)

29
30

Jum’at 20 1. Data S:
September - Senang berlebihan Klien mengatakan
2019 - Perilaku sesuai dengan isi wahamnya merasa paham dan
Jam - Banyak bicara mengerti manfaat obat
11.20wib - Berpikir tidak realistis yang digunakan nya
2. Diagnosa Keperawatan O: Klien menjawab
Gangguan proses pikir : Waham semua pertanyaan
dengan penuh semangat,
3. Intervensi Keperawatan
wajah klien tampak
SP 2
senang.dan dapat
a. Menjelaskan obat yang diminum
menjelaskan cara minum
dengan prinsip 6 benar :
obat dengan prinsip 6
jenis,dosis,frekuensi,cara,orang
benar
dan kontinuitas minum obat
A : Waham (+)
b. Mendiskusikan manfaat minum
obat dan kerugian tidak minum
P : Intervensi tetap
obat dengan klien
dilakukan
c. Melatih klien cara minum obat
- Latihan orientasi
secara teratur
realita 2 kali
d. Melatih klien memasukkan
sehari.
kegiatan minum obat secara
- Latihan minum
teratur kedalam jadwal kegiatan
obat dengan
harian
prinsip 6 benar 2
Rencana Tindak Lanjut : SP 3
kali sehari
(melatih cara pemenuhan kebutuhan
dasar)
Kamis, 26 1. Data S : Klien mengatakan
September Sedih berlebihan sudah bisa memenuhi
2019 Perilaku sesuai dengan isi kebutuhannya tidak ada
Jam 11:00 wahamnya masalah mampu
wib Banyak bicara menceritakan apa yang
31

Berpikir tidak realistis dirasakan terhadap


2. Diagnosa Keperawatan perawat.
Gangguan proses pikir : Waham
3. Intervensi Keperawatan O:
SP 3 - Klien mampu
a. Menjelaskan cara memenuhi mengorientasi
kebutuhan dasar klien yang tidak realita
terpenuhi akibat wahamnya dan - Klien mampu
kemampuan memenuhinya memasukkan
b. Melatih cara memenuhi dalam jadwal
kebutuhan klien yang tidak kegiatan
terpenuhi akibat wahamnya dan harianny
kemampuan memenuhi A : Waham (+)
kebutuhannya P : Intervensi
c. Melatih klien memasukkan dilanjutkan
kegiatan memenuhi kebutuhan ke - Latihan orientasi
dalam jadwal kegiatan harian realita 2 kali
Rencana Tindak Lanjut : SP 4 sehari.
(Melatih kemampuan positif yang - Latihan minum
dimiliki) obat dengan
prinsip 6 benar 2
kali sehari
- Latihan cara
pemenuhan
kebutuhan dasar
2 kali sehari
Jum’at, 27 1. Data S : Klien mengatakan
September Senang berlebihan merasa senang Klien
2019 Perilaku sesuai dengan isi mengatakan “saya hobi
Pukul wahamnya menyanyi dan
11:20 Banyak bicara masukkan ke dalam
32

Berpikir tidak realistis jadwal harian”.


2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir : Waham O:
3. Intervensi Keperawatan - Klien mampu
SP 4 mengevaluasi
jadwal kegiatan
a. Menjelaskan kemampuan positif harian pasien.
yang dimiliki klien - Klien mampu
b. Mendiskusikan kemampuan berdiskusi
positif yang dimiliki klien tentang
c. Melatih kemampuan positif yang kemampuan
dimiliki yang dimiliki.
d. Melatih klien memasukkan - Klien mampu
kemampuan positif yang dimiliki melatih
dalam jadwal kegiatan harian kemampuan
Rencana Tindak Lanjut : Evaluasi SP 1 – yang dimiliki
SP 4

A : Waham (+)

P : Tindakan dilanjutkan
- Latihan orientasi
realita 2 kali
sehari.
- Latihan minum
obat dengan
prinsip 6 benar 2
kali sehari
- Latihan cara
pemenuhan
kebutuhan dasar
2 kali sehari
33

- Latihan
kemampuan
positif yang
dimiliki 1 kali
sehari
34

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawat kepada Tn.A dengan gangguan


proses piker : Waham Agama di ruangan Bukit Barisan RSJ Prof.Dr Muhammad
Ildrem, maka penulis pada BAB ini akan membahasan kesenjangan antara teoritis
dengan tinjauan kasus. Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan
yaitu pengkajian, diagnosa keparawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

3.1 Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan
tindakan keperawatan dengan pemberian terapi generalis pada klien Waham
Agama. Pembahasan menyangkut analisis hasil penerapan terapi generalis
terhadap masalah keperawatan halusinasi pendengaran. Tindakan
keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis keperawatan yang
terdiri dari tindakan generalis yang dijabarkan sebagai berikut.

Tahap pengkajian pada klien Waham dilakukan interaksi perawat-klien


melalui komunikasi terapeutik untuk mengumpulkan data dan informasi
tentang status kesehatan klien. Pada tahap ini terjadi proses interaksi manusia,
komunikasi, transaksi dengan peran yang ada pada perawat sebagaimana
konsep tentang manusia yang bisa dipengaruhi dengan adanya proses
interpersonal.
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu
dari pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit
kesulitan dalam menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang
mengunjungi pasien di rumah sakit jiwa. Maka penulis melakukan
pendekatan kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka
membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan
observasi kepada pasien.
35

Adapun upaya tersebut yaitu:


a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada
klien agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan
perasaan.
b. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
c. Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status, melihat buku
rawatan dan bertanya kepada pegawai Bukit Barisan.
Dalam tinjauan teori, alasan pasien masuk atau dirawat yang perlu dikaji pada
pasien waham menurut Damaiyanti dan Iskandar, (2012) adalah umumnya
pasien dengan gangguan orientasi realita dibawa ke rumah sakit karena
mengungkapkan kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada
seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal, marah atau merusak barang-barang dan tidak mampu
mengendalikan diri.
Klien juga mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik, flight of ideas,
kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar. Serta klien
mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak
sesuai kenyataan. Biasanya klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga,
bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,
sangat waspada, tidak dapat menilai lingkungan/realitas, ekpresi wajah klien
tegang, mudah tersinggung.
Faktor penyebab waham dikutip dari Nita (2010) :
3. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan perkembangan
interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang
berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
36

b. Faktor sosial budaya


Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
Dalam tinjauan kasus, pengalaman yang tidak menyenangkan adalah klien
berambisi menjadi ulama dan politisi tapi tidak ada dukungan dari lingkungan
sekitar
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda / bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
Dalam tinjauan kasus saat pengkajian klien merasa sedih, karean keluarga
tidak pernah menjenguk kakak iparnya
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrifik otak, pembesaran ventrikel
di otak, atau perubahan pada sel kortikal limbik.
Dari beberapa kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, maka
dapat disimpulkan bahwa hampir semua yang terdapat dalam tinjauan teori
ada beberapa yang muncul pada tinjauan kasus dengan sedikit dinamika yang
lebih kompleks

Tindakan keperawatan terapi generalis yang dilakukan pada Tn.A adalah


strategi pertemuan pertama sampai pertemuan empat. Strategi pertemuan
latihan orientasi realita : orang, tempat, waktu serta lingkungan sekitar
Strategi pertemuan kedua yang dilakukan pada Tn.A mengajarkan dan
melatih meliputi minum obat secara teratur. Strategi pertemuan yang ketiga
adalah melatih cara pemenuhan kebetuhan dasar. Strategi pertemuan keempat
adalah melatih kemampuan postif yang dimiliki Tn.A cara minum obat yang
teratur.
37

3.2 Diagnosa Keperawatan


Setelah pengkajian dilakukan, data subyektif dan obyektif sudah ditemukan pada
pasien, sesuai dengan tinjauan teori diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
1. Regimen teraupetik individu inefektif
2. Gangguan proses pikir: waham
3. Harga diri rendah kronik.
4. Waham
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan satu diagnosa keperawatan yaitu
gangguan proses pikir: waham curiga. Sedangkan pada masalah keperawatan
secara teori ada 3 yaitu:
1. Kerusakaan komunikasi kronik
2. Gangguan proses pikir: waham
3. Harga diri rendah kronik.

Sedangkan pada kasus Tn.A ditemukan empat diagnosa keperawatan yang


muncul yang meliputi: harga diri rendah, harga diri rendah kronis, halusinasi,
koping individu inefektif, regimen teraupetik inefektif. Dari hal tersebut di atas
dapat dilihat terjadi kesamaan antara teori dan kasus. Dimana semua diagnosa
pada teori muncul pada kasus Tn.A

3.3 Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah keperawatan
yakni: diagnosa keperawatan Waham Pada diagnosa keperawatan gangguan
proses pikir : Waham strategi pertemuan yaitu latihan orientasi realita : orang
tempat waktu serta lingkungan sekitar. Kemudian strategi pertemuan kedua yang
dilakukan yaitu mengajarkan dan latihan minum obat secara teratur. strategi
pertemuan yang ke tiga yaitu latihan cara pemenuhan kebutuhan dasar strategi
pertemuan ke empat yaitu melatih kemampuan positi yang dimiliki.
Untuk melakukan implementsi pada keluarga, pada tahap-tahap diagnosa tidak
dapat dilaksanakan karena penulis tidak pernah berjumpa dengan keluarga klien
(keluarga tidak pernah berkunjung).
38

3.4 Evaluasi
Pada tinjauan kasus, evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan
pasien dan masalahnya secara langsung, dilakukan setiap hari selama pasien
dirawat di Ruang Jiwa Evaluasi tersebut menggunakan SOAP sehingga
terpantau respon pasien terhadap intervensi keperawatan yang telah
dilakukan. Pada SP 1 pasien, dilakukan SP 1 namun pasien masih belum
mampu merespon dengan baik dan cenderung acuh. Akan tetapi pasien
mampu menceritakan sedikit tentang permasalahan yang dihadapi dan
mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Pada hari ke-2 diulangi
lagi SP 1 pasien, pasien mampu mengevaluasi orientasi realita, mampu
mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan mampu memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian. Pada hari ke-3 dilakukan SP 2 pasien, pasien
belum mampu mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki, dan
mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Pada hari ke-4 diulangi
lagi SP 2 pasien, pasien mampu mengidentifikasi kemampuan positif yang
dimiliki dan mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian, yaitu dengan
kemampuan bernyanyi lagu religi.
39

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan
menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung
data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan
komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara
perawat-klien. Pada kasus Tn.A, diperoleh bahwa klien mengalami gejala-
gejala Waham seperti berpikir tidak realistis atau sesuai kenyataan,
bingung, fligh of idea, banyak berbicara perilaku sesuai isi wahamnya.
Faktor predisposisi pada Tn.A tidak rutin minum obat dan terjadi
pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan, klien berambisi menjadi
seoang ulam dan politisi tetapi tidak ada dukungan dari lingkungan
sekitarnya.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.A, Gangguan proses
pikir : Waham, Halusinasi pendengaran, Harga diri rendah kronis, koping
individu inefektif Tetapi pada pelaksanaannya, penulis fokus pada masalah
utama yaitu Gangguan proses pikir : Waham.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi
pertemuan pada pasien Gangguan proses pikir : Waham
4. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengendalikan Gangguan proses pikir : Waham yang dialami serta
dampak pada penurunan gejala Gangguan proses pikir : Waham dialami.
40

5.2 Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
strategi pertemuan 1-4 pada klien dengan halusinasi sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners
sehingga mahasiswa semakin ampu dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien-pasien yang mengalami Gangguan proses pikir :
Waham
3. Bagi Rumah Sakit
Laporan ini diharapkan dapat menjadai acuan dan referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan proses
pikir : Waham
41

DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, H. E. N. (2015). Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa. jakarta: salemba medika.
Arini, Diyah. Dkk. (2012). Pedoman Penyusunan Studi Kasus. Surabaya:
Stikes Hang Tuah Surabaya.
Damaiyanti, M. dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Bandung: PT. Refika Aditama.

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


dan Strategi Pelaksanaan. Jakarta : Salemba Medika.

Hawarai, D. (2010). Penatalaksanaan Skizofrenia. Jakarta: FKUI.


Ibrahim, A.S. (2011). Skizofrenia Spliting Personality. Tangerang: Jaljah
Nusa.
Keliat, B.A. dan Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, B. A. dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
CHMN (Basic Course). Jakarta: EGC.

Kusumawati, F. dan Yudi Hartono. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.


Jakarta: Salemba Medika.

Nanda I. (2012). Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta: EGC
42

Nisa, E. Z. (2012). Pengaruh Pelaksanaann Komunikasi Teraupetik pada


Pasien Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit
Jiwa Medan. Jurnal Keperawatan Skripsi Universitas Sumatera, hal 7.
Diperoleh tanggal 26 Mei 2015.

Prabowo, E. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuh


Medika.

Stuart & Sundeen, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta :
EGC
Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai