PENDAHULUAN
1
penduduk pada tahun 2013, Kota Medan 1,0 per 1.000 penduduk menjadi 1,1
per 1.000 penduduk, Serdang Bedagai 1,2 per 1.000 penduduk tahun 2007
meningkat menjadi 2,5 per 1.000 penduduk tahun 2013, Samosir 1,4 per
1.000 penduduk tahun 2007 menjadi 2,1 per 1.000 penduduk tahun 2013.
Riskesdas (2018), prevalensi skizofrenia Sumatera Utara sebanyak 13.991
orang (Suheri, 2014).
Skizofrenia tidak dapat diterangkan sebagai satu penyakit saja. Lebih tepat
apabila skizofrenia dianggap sebagai suatu sindrom atau suatu proses
penyakit dengan macam-macam variasi dan gejala. kebanyakan pasien
skizofrenia daya tiliknya berkurang dimana tidak menyadari penyakitnya
serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gejala pada dirinya dapat
dilihat orang lain, waham sering ditemukan pada pasien skizofrenia, semakin
akut piskosis maka sering ditemui waham (Tomb, 2003 dalam Purba, 2008).
2
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. A dengan
gangguan proses pikir : waham agama.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada Tn. A dengan
gangguan proses pikir : waham agama.
3. Mahasiswa menetapkan perencanaan pada Tn. A dengan gangguan
proses pikir : waham agama.
4. Mahasiswa melakukan implementasi pada Tn. A dengan gangguan
proses pikir : waham agama.
5. Mahasiswa mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Tn. A
dengan gangguan proses pikir : waham agama
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
3
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal
melalui proses interaksi / informasi secara akurat (Yosep, 2010).
Menurut Harnawati yang dikutip dari Gail W. Stuart (2008) dalam buku
Prabowo (2014), waham adalah keyakinan yang salah dan kuat
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertenangan
dengan realitas sosial. Menurut Towsend (1998) dalam buku Damaiyanti
dan iskadar (2012), waham adalah suatu keadaan dimana seseorang individu
mengalami sesuatu kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas-aktivitas
kognitif. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan waham adalah keyakinan
yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus menerus, tapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
4
kenyataan.
Waham Memiliki keyakinan “Kalau saya mau masuk
agama terhadap suatu agama secara surga saya harus
berlebihan, serta diucapkan membagikan uang kepada
berulang kali tetapi tidak semua orang.”
sesuai kenyataan.
Waham Meyakini bahwa tubuh atau “Saya sakit menderita
somatik bagian tubuhnya terganggu / penyakit menular ganas”,
terserang penyakit, serta setelah pemeriksaan
diucapkan berulang kali laboratorium tidak
tetapi tidak sesuai kenyataan ditemukan tandatanda
kanker, tetapi pasien terus
mengatakan bahwa ia
terserang kanker.
Waham Meyakini bahwa dirinya “Ini kan alam kubur ya,
nihlistik sudah tidak ada di semua yang ada di sini
dunia/meninggal, serta adalah roh-roh”.
diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataan
2.1.3. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari proses dimana seseorang
melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu
biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik
diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak
nyaman, merasa benci ,kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan, angkuh
dan keras kepala. Kecintaan pada diri sendiri, angkuh, dan keras kepala,
adanya rasa tidak aman, membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi
5
penguasa dan hal ini dapat berkembang menjadi waham besar (Darmayanti
dan Iskandar, 2012).
Faktor penyebab waham dikutip dari Fitria (2009) :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
perkembangan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan
stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektualdan
emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda / bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrifik otak, pembesaran
ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal limbik.
e. Faktor genetic
2. Faktor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti, atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
6
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.
7
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonmi terpenuhi
tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi.
Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di
dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat
tumbuh kembang.
2. Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase Control Internal Eksternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi
klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal.
4. Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya
menyebabkan klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
8
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
2.1.6. Pohon Masalah
Effect : RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN
9
dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam
serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari
immediate release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya
tetap sama.
3) Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah
0,6-1,2 mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar
900mg-1200mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan
setiap bulan, pasien yang supersensitive biasanya memperlihatkan
tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L
4) Efek Samping : Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada
kadar litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai
pada awal terapi. Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria
nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap selama
pengobatan.
c. Haloperidol
a) Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah
laku berat pada anak-anak yang sering membangkang an eksplosif.
Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak
yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai
kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit memusatkan
perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
b) Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
2. Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
c) Efek samping :
1. Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala
ekstrapiramidal, diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah,
cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing.
Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo,
kejang.
10
2. Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi,
hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal
dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan
pada hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan.
Pada hati dapat menimbulkan gangguan fungsi hati
3. Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan
akneiform, dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada
endokrin dan metabolic antara lain laktasi, pembesaran
payudara, martalgia, gangguan haid, amenore, gangguan
seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran cerna :
Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah. Mata :
Penglihatan kabur. Pernapasan : Spasme laring dan bronkus.
Saluran genitourinaria : Retensi urin.
d. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari
pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya
sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu
penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial.
Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham
itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan
morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan
berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.
e. ECT Tipe Katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus
listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi
gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa
menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak
membantu meredakan katatonik episode.
f. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun
psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua
11
orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses
terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam
psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga,
terapi supportif.
12
a) Mendiskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak
b) terpenuhi karena dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
marah.
c) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional klien.
d) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki.
e) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
f) Mendiskusikan tentang obat yang diminum
g) Melatih minum obat yang benar.
c. Tindakan keperawatan pada klien dengan menggunakan pendekatan
srategi pelaksanaan (SP).
SP 1 klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan y
ang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekk
an pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
SP 2 klien :
Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki klien dan mem
bantu mempraktekkannya
SP 3 klien :
Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
e. Evaluasi
13
Pasien mampu melakukan hal berikut.
a) Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b) Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c) Menggunakan obat dengan benar dan patuh.
BAB III
TINJAUAN KASUS
BAB III
TINJAUAN KASUS
14
1.3 Faktor Predisposisi
3. Trauma
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Tindakan kriminal
Ya Tidak
Hubungan keluarga :-
Gejala :-
Riwayat pengobatan/perawaran :-
1.4 Fisik
Tanda vital : TD : 110/80 mmHg,N :80 x/I S :36 0 C RR : 20 x/i
Ukur : TB : 160 cm BB : 60 Kg
15
1. Keluhan fisik : Ya Tidak
1.5 Psikososial
1. Genogram
2. Konsep diri
a. Gambaran diri :Klien menyukai seluruh anggota tubuhnya
b. Identitas : klien mengenali nama dan alamat rumahnya
c. Peran : klien berperan sebagai anak
d. ideal diri : klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumahnya
e. harga diri : klien merasa malu dan tidak bisa melakukan
apapun sejak klien masuk RSJ klien selalu merasa minder.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Kedua orang tuanya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
klien tidak ikut serta dalam kegiatan masyarakat
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain :
karena malu dengan kondisinya
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Klien beragama Islam dan meyakini tuhannya
b. Kegiatan ibadah :
Selama dirawat klien sering berdoa dan berzikir
setiap saat
16
1.6 Status Mental
1. Penampilan
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
memulai pembicaraan
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Gembira berlebihan
5. Afek
17
Kontak mata (-) Defensif Curiga
7. Persepsi
Pengecapan Penghidu
8. Proses Pikir
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Waham :
18
Masalah Keperawatan : gangguan isi pikir : waham agama
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat
jangka pendek
Jelaskan : daya ingat klien baik mampu mengingat jangka panjang dan
jangka pendek
2. BAB/BAK
3. Mandi
4. Berpakaian/berhias
19
Bantuan minimal Bantual total
5. Penggunaan obat
6. Pemeliharaan Kesehatan
Lainnya lainnya :
Terapi Medik :
20
- THP 2x1 2mg
- Clozapin 1x1
- Resperidone 2mg 2x1
21
1.10Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
DS :
- kliean mengatakan dia seorang ulama dibawa kemari untuk belajar ilmu arifah Ganguan proses pikir : WAHAM
tentang jiwa
1
DO :
klien belum pernah menikah dan seorang pengangguran
klien berambisi jadi seorang ulama dan politisi namun tidak ada dukungan dari
lingkungan sekitarnya
22
- senyum senyum sendiri
23
1.11Pohon Masalah
HalusinasI pendengaran
Waham
1.12DIagnosa Keperawatan
1. Ganguan proses pikir : Waham
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
4. Regimen teraupetik individu inefektif
24
1.14 Intervensi Keperawatan
Inisial : Tn. A Ruangan : Bukit Barisan RM.No : 04.21.91
Rencana Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan keperawatan
Gangguan proses SP 1 : - Ekspresi wajah bersahabat, a. Bina hubungan saling percaya : salam
1. pikir : Waham 1. Klien mampu menunjukkan rasa senang, terapeutik, perkenalan diri, jelaskan
membina hubungan ada kontak wajah, mau tujuan interaksi, ciptakan lingkungan
saling percaya menjawab salam dan klien yang tenang, buat kontrak yang jelas
2. Klien mampu mau duduk berdampingan (topic, waktu dan tempat), Bicara
membantu orientasi dengan perawat, mau dengan klien dalam konteks realita
realita mengatakan masalah yang tidak membantah dan mendukung
dihadapi waham klien
- Klien mampu mengenal b.Mengidentifikasi tanda dan gejala,
dirinya sendiri, orang lain, penyebab dan akibat waham
waktu, tempat, lingkungan c. menjelaskan cara mengendalikan
secara realita waham dengan oreintasi realita :
panggil nama, orientasi waktu,tempat,
orang serta lingkungan
d.Melatih klien orientasi realita : panggil
25
nama, oreentasi waktu, ,orang,
tempat/lingkungan sekitar.
e. Melatihk lien memasukkan kegiatan
orientasi realita dalam jadwal kegiatan
harian
26
1. Klien mampu kebutuhan dasar klien yang tidak
mengevaluasi - Klien menyebutkan cara terpenuhi akibat wahamnya dan
jadwal kegiatan memenuhi kebutuhan kemampuan memenuhinya
harian klien dasar b. Melatih cara memenuhi kebutuhan
2. Klien mampu - Klien mempraktikan klien yang tidak terpenuhi akibat
mendiskusikan kemampuan positif yang wahamnya dan kemampuan
kebutuhan yang dimiliki memenuhi kebutuhannya
tidak terpenuhi c. Melatih klien memasukkan kegiatan
3. Klien mampu memenuhi kebutuhan ke dalam
mempraktikan jadwal kegiatan harian
cara memenuhi
kebutuhan dasar
Sp 4 : a. Menjelaskan kemampuan positif
1. Klien mampu yang dimiliki klien
mengevaluasi jadwal - Klien menyebutkan b. Mendiskusikan kemampuan
kegiatan harian klien kemampuan positif yang positif yang dimiliki klien
2. Klien mampu dimiliki c. Melatih kemampuan positif yang
menyebutkan - Klien mempraktikkan dimiliki
kemampuan positif kemampuan positif yang d. Melatih klien memasukkan
27
yang dimiliki dimiliki kemampuan positif yang dimiliki
3. Klien mampu dalam jadwal kegiatan harian
mempraktikan
kemampuan positif
yang dimiliki
28
1.15 Implementasi dan evaluasi
29
30
Jum’at 20 1. Data S:
September - Senang berlebihan Klien mengatakan
2019 - Perilaku sesuai dengan isi wahamnya merasa paham dan
Jam - Banyak bicara mengerti manfaat obat
11.20wib - Berpikir tidak realistis yang digunakan nya
2. Diagnosa Keperawatan O: Klien menjawab
Gangguan proses pikir : Waham semua pertanyaan
dengan penuh semangat,
3. Intervensi Keperawatan
wajah klien tampak
SP 2
senang.dan dapat
a. Menjelaskan obat yang diminum
menjelaskan cara minum
dengan prinsip 6 benar :
obat dengan prinsip 6
jenis,dosis,frekuensi,cara,orang
benar
dan kontinuitas minum obat
A : Waham (+)
b. Mendiskusikan manfaat minum
obat dan kerugian tidak minum
P : Intervensi tetap
obat dengan klien
dilakukan
c. Melatih klien cara minum obat
- Latihan orientasi
secara teratur
realita 2 kali
d. Melatih klien memasukkan
sehari.
kegiatan minum obat secara
- Latihan minum
teratur kedalam jadwal kegiatan
obat dengan
harian
prinsip 6 benar 2
Rencana Tindak Lanjut : SP 3
kali sehari
(melatih cara pemenuhan kebutuhan
dasar)
Kamis, 26 1. Data S : Klien mengatakan
September Sedih berlebihan sudah bisa memenuhi
2019 Perilaku sesuai dengan isi kebutuhannya tidak ada
Jam 11:00 wahamnya masalah mampu
wib Banyak bicara menceritakan apa yang
31
A : Waham (+)
P : Tindakan dilanjutkan
- Latihan orientasi
realita 2 kali
sehari.
- Latihan minum
obat dengan
prinsip 6 benar 2
kali sehari
- Latihan cara
pemenuhan
kebutuhan dasar
2 kali sehari
33
- Latihan
kemampuan
positif yang
dimiliki 1 kali
sehari
34
BAB IV
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan
tindakan keperawatan dengan pemberian terapi generalis pada klien Waham
Agama. Pembahasan menyangkut analisis hasil penerapan terapi generalis
terhadap masalah keperawatan halusinasi pendengaran. Tindakan
keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis keperawatan yang
terdiri dari tindakan generalis yang dijabarkan sebagai berikut.
3.3 Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah keperawatan
yakni: diagnosa keperawatan Waham Pada diagnosa keperawatan gangguan
proses pikir : Waham strategi pertemuan yaitu latihan orientasi realita : orang
tempat waktu serta lingkungan sekitar. Kemudian strategi pertemuan kedua yang
dilakukan yaitu mengajarkan dan latihan minum obat secara teratur. strategi
pertemuan yang ke tiga yaitu latihan cara pemenuhan kebutuhan dasar strategi
pertemuan ke empat yaitu melatih kemampuan positi yang dimiliki.
Untuk melakukan implementsi pada keluarga, pada tahap-tahap diagnosa tidak
dapat dilaksanakan karena penulis tidak pernah berjumpa dengan keluarga klien
(keluarga tidak pernah berkunjung).
38
3.4 Evaluasi
Pada tinjauan kasus, evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan
pasien dan masalahnya secara langsung, dilakukan setiap hari selama pasien
dirawat di Ruang Jiwa Evaluasi tersebut menggunakan SOAP sehingga
terpantau respon pasien terhadap intervensi keperawatan yang telah
dilakukan. Pada SP 1 pasien, dilakukan SP 1 namun pasien masih belum
mampu merespon dengan baik dan cenderung acuh. Akan tetapi pasien
mampu menceritakan sedikit tentang permasalahan yang dihadapi dan
mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Pada hari ke-2 diulangi
lagi SP 1 pasien, pasien mampu mengevaluasi orientasi realita, mampu
mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan mampu memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian. Pada hari ke-3 dilakukan SP 2 pasien, pasien
belum mampu mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki, dan
mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Pada hari ke-4 diulangi
lagi SP 2 pasien, pasien mampu mengidentifikasi kemampuan positif yang
dimiliki dan mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian, yaitu dengan
kemampuan bernyanyi lagu religi.
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan
menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung
data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan
komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara
perawat-klien. Pada kasus Tn.A, diperoleh bahwa klien mengalami gejala-
gejala Waham seperti berpikir tidak realistis atau sesuai kenyataan,
bingung, fligh of idea, banyak berbicara perilaku sesuai isi wahamnya.
Faktor predisposisi pada Tn.A tidak rutin minum obat dan terjadi
pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan, klien berambisi menjadi
seoang ulam dan politisi tetapi tidak ada dukungan dari lingkungan
sekitarnya.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.A, Gangguan proses
pikir : Waham, Halusinasi pendengaran, Harga diri rendah kronis, koping
individu inefektif Tetapi pada pelaksanaannya, penulis fokus pada masalah
utama yaitu Gangguan proses pikir : Waham.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi
pertemuan pada pasien Gangguan proses pikir : Waham
4. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengendalikan Gangguan proses pikir : Waham yang dialami serta
dampak pada penurunan gejala Gangguan proses pikir : Waham dialami.
40
5.2 Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
strategi pertemuan 1-4 pada klien dengan halusinasi sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners
sehingga mahasiswa semakin ampu dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien-pasien yang mengalami Gangguan proses pikir :
Waham
3. Bagi Rumah Sakit
Laporan ini diharapkan dapat menjadai acuan dan referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan proses
pikir : Waham
41
DAFTAR PUSTAKA
Stuart & Sundeen, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta :
EGC
Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.